Anda di halaman 1dari 3

NAMA: IDA BAGUS ADI SANTIKARA

NIM: 19134018A

Aktivitas Penghambat Asetilkolinesterase Ekstrak Etanol 96% Daun Syzygium cumini,


Syzygium aromaticum, Syzygium polyanthum Dan Syzygium aquaeum.
Penyakit Alzheimer (PA) merupakan demensia progresif yang mempengaruhi
kesadaran, kelakuan dan status fungsional yang dicirikan dengan gangguan memori dan
fungsi kognitif yang progresif. PA merupakan penyebab kematian keempat pada orang tua di
Amerika Serikat setelah penyakit jantung, kanker, dan stroke. Diperkirakan jumlah pasien PA
di Amerika Serikat sekitar 4,5 juta jiwa dan 17 25 juta jiwa di seluruh dunia. Gejala umum
PA adalah berkurangnya neurotransmisi kolinergik pada otak yang disebabkan oleh
berkurangnya aktifitas cholin transferase (enzim pembentuk asetilkolin) atau peningkatan
aktifitas asetilkolinesterase, sehingga terjadi penurunan tingkat asetilkolin. Oleh karena itu,
dominasi strategi yang digunakan dalam perawatan pasien penderita PA ditujukan pada
potensiasi dari asetilkolin di otak dengan menurunkan tingkat degradasi dengan cara
pemberian penghambat ampuh asetilkolinesterase.
Pada beberapa obat sintetis penghambat asetilkolinesterase seperti fisostigmin
donepezil atau takrin, diketahui masih memiliki efek samping seperti hepatotoksisitas dan
gangguan pada saluran pencernaa. Senyawa golongan alkaloid, terpenoid, flavonoid dan
derivat shikimat dari tanaman telah terbukti mempunyai potensi sebagai inhibitor
asetilkolinesterase. Berdasarkan penelitian dalam tanaman Agrimonia pilosa, diketahui
bahwa flavonoid quercetin dan flavonoid glikosida quercitrin dapat menghambat aktivitas
asetilkolinesterase secara spektrofotometri, dengan nilai IC sebesar 19.8 M dan 66,9 M.
Pada penelitian sebelumnya, telah dilaporkan daun juwet (Syzygium cumini), daun
salam (Syzygium polyanthum), daun cengkeh (Syzygium aromaticum), dan daun jambu air
(Syzygium aquaeum) mengandung myricitrin yang merupakan glikosida flavonoid golongan
flavonol. Quercitrin dan myricitrin mempunyai persamaan yaitu merupakan golongan
flavonol glikosida dengan posisi serta jenis gugus gula yang sama yang memungkinkan
keempat bahan uji juga mempunyai aktivitas sebagai inhibitor asetilkolinesterase. Uji invitro
penghambat asetilkolinesterase dilakukan secara spektrofotometri dengan metode Ellman dan
diperoleh IC (inhibitory concentration 50%). Ekstrak dinilai aktif apabila memiliki nilai IC
50 pada konsentrasi dibawah 1000 mg/L. KLT-autografi digunakan untuk mengetahui profil

kandungan yang memiliki aktifitas inhibitor asetilkolinesterase. Hambatan terhadap


asetilkolinesterase ditampakkan pada lempeng KLT dengan noda berwarna putih dengan latar
belakang berwarna ungu. Kemudian dilakukan identifikasi senyawa yang diduga mempunyai
aktifitas inhibitor asetilkolinesterase.
BAHAN DAN METODE
Bahan Penelitian. Electric eel acetylcholinesterase tipe VI-S, Sigma C 3389-2KU, Tris
(hydroxymethyl) aminomethane, Sigma T-4661, 1-Naphtyl asetat, Merck 1.12154.0010, Fast
Blue B salt, Merck K21873791 216, 5,5-dithiobis-2-nitrobenzoic acid (DTNB), Sigma
D8130-56, acethyl iodide, Fluka Analytical 01480, myricitrin (Sigma-Aldrich), myricetin
(Sigma-Aldrich), etanol pa. (Merck), kloroform p.a (Merck), etil asetat p.a (Merck), Standar
Sinensetin (Sigma), Lempeng KLT silica gel F (Merck)
Sampel Penelitian. daun juwet (Syzygium cumini), daun salam (Syzygium polyanthum), daun
cengkeh (Syzygium aromaticum), dan daun jambu air (Syzygium aquaeum)
Penyiapan ekstrak etanol. Masing-masing serbuk simplisia daun kering sebanyak 250 g
diekstraksi dengan menggunakan total pelarut etanol sebanyak 2,5 liter (900 mL, 800 mL,
800 mL) masing-masing diultrasonik selama 3 x 10 menit lalu ekstrak dipekatkan dengan
rotary evaporator dan disimpan dalam desikator rendemen dan kadar air dalam ekstrak
Penyiapan larutan control. Kontrol negatif : 0,05 M buffer tris pH 7,8, Kontrol positif :
donepezil (Aricept ) (0,08 M)
Penyiapan larutan sampel uji. Ekstrak sampel 10,0 mg dilarutkan dalam dengan etanol
dalam labu ukur 10 ml untuk mendapatkan larutan 1000 ppm. Kemudian dibuat pengenceran
larutan uji menjadi 0,1 ppm, 1 ppm, 10 ppm dan 100 ppm
Uji aktivitas inhibitor asetilkolinesterase secara spektrofotometri dengan metode
Ellman. Larutan asetilkolinesterase (0,3 U/ml) sebanyak 200 l ditambah dengan 200 l
masing masing larutan sampel 1000 ppm dan 0,05 M buffer tris pH 7,8 sebanyak 200 l.
Lalu diinkubasi selama 15 menit pada suhu 30C. Setelah itu ditambahkan 200 l larutan
asetiltiokolin iodida 15 mM dan 1000 l larutan DTNB 3 mM pada campuran larutan awal.
Penentuan panjang gelombang terpilih dengan mencari panjang gelombang maksimal yang
terbanyak muncul dari kontrol negatif selama 14 menit dengan interval pengukuran setiap 1
menit. Absorbansi diukur pada panjang gelombang terpilih selama 5 menit dengan interval
pengukuran setiap 30 detik (replikasi tiga kali). Aktivitas inhibitor asetilkolinesterase (IC)
dihitung berdasarkan analisis regresi linear antara % hambatan asetilkolinesterase dan
konsentrasi sampel.

Kondisi kromatografi untuk KLT-autografi. Plate yang digunakan adalah Plate silica gel
60F254. Samples ditotolkan 30 ul 1000 ppm. Fase gerak CHCl :etil asetat : asam formiat =
3 : 3 : 0,5(v/v/v). Penampak noda Asetilkolinesterase dan Fast Blue B Reagent
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil uji inhibitor asetilkolinesterase secara spektrofotometri dengan
metode Ellman, diperoleh % IA dari keempat bahan uji kurang dari 50%. Dari hasil tersebut
diperkirakan nilai IC50 dari keempat bahan uji tersebut bernilai lebih dari 1000 ppm. Ekstrak
dinilai aktif apabila memiliki nilai IC50 pada konsentrasi dibawah 1000 mg/L. Dengan
demikian empat sampel dinilai tidak aktif.
Setelah dilakukan identifikasi noda, noda putih dari KLT Bioautografi mempunyai Rf
yang sama dengan noda ungu hasil penampak noda steroid/terpenoid. Maka disimpulkan
senyawa aktif yang diduga adalah golongan terpenoid/steroid. Selanjutnya dilakukan uji
terhadap myricitrin dan myricetin secara spektrofotometri maupun KLTautografi, untuk
mengetahui aktivitas inhibitor asetilkolinesterase senyawa tunggal yang di duga aktif sebagai
inhibitor asetilkolinesterase secara in vitro itu sendiri.
Pada spektrofotometri, myricitrin dinilai tidak aktif sedangkan myricetin dinilai aktif
dengan nilai IC50 sebesar 31.533 ppm. Begitu juga pada uji KLT Bioautografi, myricitrin
tidak

menunjukan

dan

myricetin

dapat

menunjukan

hambatan

hambatan

pada

asetilkolinesterase. Dari hasil ini dapat diduga bentuk aglikon dinilai lebih aktif sebagai
inhibitor asetilkolinesterase dalam uji in vitro.

Anda mungkin juga menyukai