Anda di halaman 1dari 27

RHINITIS

ALERGI
Apt.Nur Anggreini Dwi Sasangka.,S.Farm.,M.Sc
Pendahuluan
Rinitis alergi adalah kelainan pada hidung dengan gejala bersin-bersin, rinore, rasa
gatal dan hidung tersumbat setelah mukosa hidung terpapar alergen yang
diperantarai oleh IgE.

Berdasarkan Sifatnya Berdasarkan Derajatnya


Intermitten Ringan
• gejala < 4 hari/minggu tidak mengganggu
• gejala < 4 minggu aktivitas harian
Persisten Sedang-Berat
• gejala ≥ 4 hari/minggu + mengganggu 1 atau
> 4 minggu lamanya lebih aktivitas harian
FAKTOR RISIKO
uGenetik & riwayat keluarga atopi
uSensitisasi pd masa kehidupan dini
uPaparan alergen tinggi
uPerubahan gaya hidup, peningkat sos.ekonomi ( gaya hidup barat )
uEfek jangka panjang polusi udara : ozon, NO, gas buang kendaraan
uFaktor infeksi pd masa neonatus (keseimbangan Th1 dan Th2, hygiene
hypothesis )
Alergen rinore

ditangkap ↑ permeabilitas hipersekresi kel.


makrofag kapiler mukosa & sel goblet
terbentuk
fragmen gatal di hidung vasodilatasi
pendek peptida + bersin sinusoid
+ molekul HLA II
kompleks peptida histamin
degranulasi mastosit
MHC kelas II terbentuk hidung
tersumbat
sel T helper sel mastosit aktif

lepaskan IL-1 IgE

Th0 -> Th1 & Th2 sel limfosit B aktif


Patofisiologi
IL-3 & IL-4
Gejala RA

bersin
rinore
Gatal hidung

Post nasal drip


Sumbatan
hidung

◦ Keluhan terberat pada pagi hari


KLASIFIKASI ALERGEN

Alergen inhalan Alergen ingestan Alergen injektan Alergen kontaktan Non spesifik

asap rokok, bau


bahan yang merang sang,
debu rumah, udang, telur, penisilin, kosmetik, polutan, bau
tungau, kapuk ikan, coklat sengatan lebah parfum, perubahan
perhiasan cuaca, kelemba pan
tinggi
DIAGNOSIS
• Gejala : hidung berair, hidung tersumbat, postnasal drip, gatal di hidung dan palatum, bersin-bersin berulang, gejala
mata merah, gatal dan berair
Ditanyakan : lama, frekuensi, waktu timbulnya dan beratnya penyakit, persisten atau intermiten
ANAMNESIS Ditanyakan : fungsi penciuman, tidur mengorok dan ada/tidaknya gangguan tidur serta riwayat atopi dalamkeluarga

• Allergic salute, allergic crease,dan allergic shiner.


• Rinoskopi anterior (sekaligus juga dapat menyingkirkan kelainan seperti infeksi, polip nasal atau tumor) Pada rinitis
alergi ditemukan tanda klasik yaitu mukosa edema, basah, pucat atau livid dengan sekret encer banyak.
PEMERIKSAAN • Tanda lain : otitis media serosa atau hipertrofi adenoid,facies adenoid, cobblestone appearance,serta dinding lateral
FISIK faring menebal. Pada lidah dapat adanya gambaran peta (geographic tongue
PRICK TEST
uBanyak dipakai à sederhana,
mudah, murah, sensitivitas
tinggi, cepat, cukup aman
uTes pilihan dan primer untuk
diagnostik dan riset
uMembuktikan telah terjadi fase
sensitisasi
uTes (+) à ada reaksi
hipersensitivitas tipe I atau telah
terdapat kompleks Sel Mast –
IgE pada epikutan
◦ Tanda dermatitis atopi
◦ Cari kemungkinan komplikasi :
sinusitis, polip, otitis media efusi

Rinosinusitis Polip hidung


§Geographic tongue ( alergi makanan )
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan in vitro
• Hitung eosinofil dalam darah tepi dapat
normal atau meningkat.
• Pemeriksaan igE total seringkali normal.
• Lebih bermakna adalah pemeriksaan igE
spesifik dengan RAST/ELISA • Pemeriksaan in vivo
• Ditemukannya eosinofil jumlah banyak • Tes cukit kulit
menunjukkan kemungkinan alergi • SET (Skin End-point Tiration)
inhalan. Jika basofil (>5 sel/lap) mungkin • IPDFT (Intracutaneus provocative
disebabkan alergi makanan, sedangkan dilutional food test), untuk alergen
jika ditemukan sel PMN menunjukkan makanan, namun sebagai baku emas
adanya infeksi bakteri dapat dilakukan dengan diet
eliminasi dan provokasi
ARIA At-A-Glance
Pocket Reference 2007
Penatalaksanaan
1. Menghindari kontak
dengan alergen penyebab

2. medikamentosa

3.Operatif

4. Imunoterapi
PENATALAKSANAAN

Tata laksana utama adalah penghindaran alergen.

Sedangkan pengobatan medikamentosa tergantung dari lama dan berat-ringannya gejala.


Pengobatan medikamentosa dapat berupa pilihan tunggal maupun kombinasi dari
antihistamin H1 generasi satu maupun generasi dua, kortikosteroid intranasal, dan stabilisator
sel mast. Imunoterapi spesifik dianjurkan pada semua penderita rinitis kategori berat.

Tindakan bedah hanya dilakukan pada kasus selektif misalnya sinusitis dengan airfluid level
atau deviasi septum nasi.
TERAPI MEDIKAMENTOSA
◦ Obat teratur, tdk saat dibutuhkan, mengontrol inflamasi (
MPI/Minimal Persistant Inflammation ), me(-) komplikasi
◦ Pemberian : individual berdsrkan klasifikasi rinitis alergi (intermiten,
persisten, ringan, sdg/berat )
Medikamentosa

antihistamin • Antagonis antihistamin H-1

• Agonis alfa adrenergik


Dekongestan • Pemakaiannya beberapa hari saja, untuk menghindari
rinitis medikamentosa

• Budesonid,beklometason,fluticason,mometason, triamcinolon
Kortikosteroid topikal • Dosis dws : 1 x II semprot/hr, anak 1 x I semprot /hr

Antikolinergik • Ipratropium bromida untuk mengatasi


rinore
PENATALAKSANAAN RINITIS ALERGI
INTERMITTEN

• Antihistamin H1 generasi I, misalnya CTM 0,25 mg/kg/hari dibagi 3


dosis. Bila terdapat gejala hidung tersumbat dapat ditambah
RINGAN dekongestan seperti pseudoefedrin 1 mg/kg/dosis, diberikan 3 kali
sehari.

• Antihistamin H1 generasi II misalnya Cetirizin 0,25mg/kg/kali diberikan


sekali sehari atau 2 kali sehari pada anak usia kurang dari 2 tahun, atau
generasi ketiga seperti desloratadine dan levocetirizin pada anak &gt;
SEDANG/BERAT 2 tahun.
• Bila tidak ada perbaikan atau bertambah berat dapat diberikan
kortikosteroid misalnya prednison 1 mg/kg/hari dibagi 3 dosis, paling
lama 7 hari
PENATALAKSANAAN RINITIS ALERGI PERSISTEN

• Antihistamin generasi II (setirizin) jangka lama. Bila


gejala tidak membaik dapat diberikan kortikosteroid
RINGAN intranasal misalnya mometason furoat atau
flutikason propionat.

• Diberikan kortikosteroid intranasal jangka lama


dengan evaluasi setelah 2-4 minggu. Bila
SEDANG/BERAT diperlukan ditambahkan pula obat-obat
simtomatik lain seperti rinitis alergi intermiten
sedang/berat
TERAPI LAINNYA
uImunoterapi:
uRespon (-) terhadap terapi medikamentosa
uPenghindaran alergen tidak dapat dilakukan
uTerdapat efek samping dari pemakaian obat
u sublingual, suntikan
uOperatif : konkotomi pada konka hipertrofi berat dan kauterisasi sudah tidak
menolong, sinusitis & polip nasi
uCysLT reseptor antagonis (zafirlukast)
uLeukotrien reseptor antagonis ( montelukast)
u5-LO inhibitor (Zileuton) : asma, rinitis alergi
uKombinasi AH + antileukotrien : RA
uAnti IgE ( recombinant humanized monoclonal antibody , Omalizumab ) : subkutan 3- 4 mgg
uFosfodiesterase inhibitor : m’hbt degradasi sAMP
uVaksinasi dg peptida
uT regulator
uCuci hidung dg lar.NaCl fisiologis atau air laut isotonik
komplikasi

1. Sinusitis
2. polip hidung
3. otitis media
Kasus
◦ Wanita 19 tahun datang ke poli THT RSUD Kota Banjar dengan keluhan
hidung tersumbat sejak 1 minggu SMRS. Hidung berendir bening (+) bersin
(+) mata gatal, memerah, dan berair (+) terutama saat pagi hari sampai terasa
mengganggu sehingga pasien sering mengucek hidung dan juga kadang mata,
keluhan seperti ini sudah dirasakan dalam 2 tahun terakhir. Ibu pasien sering
mengalami keluhan serupa, Tidur menggunakan kasur kapuk, bantal kapas,
jendela kamar jarang dibuka dan jarang membersihkan kamar, bekerja di
tempat ber-AC, sering terpapar asap rokok.
◦ Pemeriksaan Fisik
◦ Keadaan umum : Tampak sakit ringan
◦ Kesadaran : Compos Mentis
◦ Tanda Vital : Dalam batas normal

Diagnosa
Rhinitis Alergi
PENATALAKSAAN
Non - Medikamentosa
◦ Hindari kontak dengan allergen penyebab (avoidance) dan eliminasi

Medikamentosa
Anti Histamin oral
¢ Cetirizine 10mg 1x1 tablet selama 5 hari

Kortikosteroid oral
¢ Metilprednisolon 16 mg tablet 1 x 1½ tablet selama 5 hari di pagi
hari.

Anda mungkin juga menyukai