Anda di halaman 1dari 16

Responsi Kasus

DERMATITIS VENENATA

Oleh:
Yuanita Citra S
G99162066

Pembimbing:
dr. Kusuma Dewi, M.Sc, Sp. KK

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KULIT DAN KELAMIN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD DR.MOEWARDI
SURAKARTA
2018
STATUS RESPONSI
ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN

Pembimbing : dr. Kusuma Dewi, M.Sc, Sp. KK


Nama Mahasiswa : Yuanita Citra S
NIM : G99162066

DERMATITIS VENENATA

A. DEFINISI
Dermatitis venenata adalah dermatitis kontak iritan yang diakibatkan oleh
pelepasan toksin paederin oleh kumbang Paederus sp (genus Paederus, Family
Staphylinidae, Ordo Coleoptera)1. Pada prinsipnya, dermatitis kontak iritan
adalah respon inflamasi kulit terhadap agen eksogen yang mengaktivasi
mediator inflamasi tetapi tidak melibatkan sel memori atau immunoglobulin
dari antigen spesifik. 1,2
Dermatitis venenata merupakan penyakit swasirna3, ditandai dengan
vesikel, bula, maupun pustul dengan dasar eritematosa dengan onset mendadak
disertai dengan rasa seperti tersengat atau terbakar pada daerah tubuh yang
terpapar.4 Beberapa artikel menyebut dermatitis venenata sebagai dermatitis
paederus, dermatitis linearis, atau blister beetle dermatitis. 2, 3

B. EPIDEMIOLOGI
Dermatitis venenata dapat menyerang semua orang dengan berbagai usia,
semua ras, jenis kelamin, dan kondisi sosial ekonomi, tergantung dari aktivitas
pasien dan habitat serangga.1, 5 Persebaran penyakit ini telah meluas ke seluruh
dunia kecuali Antartika,6 Di beberapa negara pernah dilaporkan terjadinya
wabah dermatitis venenata, diantaranya adalah Argentina, Brazil, China,

1
Kongo, Ekuador, Venezuela, Peru, Mesir, Turki, Namibia, Iran, Iraq, India,
Thailand, Korea Selatan, Tanzania, dan Malaysia. Aktivitas Paederus sp.
meningkat terutama pada musim penghujan. Area persawahan merupakan
tempat ideal bagi serangga ini untuk berkembangbiak. 5,6

C. ETIOPATOGENESIS

8
Gambar 1. Paederus sp.

Organisme yang menyebabkan penyakit ini adalah Paederus sp, genus


Paederus, Family Staphylinidae, Ordo Coleoptera, Kelas Insecta dan memiliki
lebih dari 622 spesies yang terdistribusi pada seluruh dunia. Serangga ini
memiliki panjang tubuh 7-10 mm dengan lebar 0,5 mm, ukurannya kira-kira
satu setengah kali lebih besar daripada nyamuk. Paederus memiliki kepala,
abdomen bagian bawah dan elytra (bagian ini tertutup sayap dan sepertiga
segmen abdomen) yang berwarna hitam dan thoraks serta abdomen bagian atas
yang berwarna jingga (Gambar 1).1 Warnanya yang menyala merupakan sinyal
peringatan bahwa serangga ini sangat beracun. Paederus hidup dalam
lingkungan yang lembab dan pemakan remah-remah kayu. Telur-telurnya
biasanya diletakkan secara tunggal pada daerah lembab dan berkembang dalam
3-19 hari untuk menjadi larva dan dewasa. 1, 5
Spesies yang paling sering menyebabkan dermatitis venenata adalah
Paederus melampus di India, Paederus brasilensis di Amerika Selatan (sering

2
disebut juga podo), Paederus colombius di Venezuela, Paederus peregrinus di
Indonesia,1 Paederus fucipes di Taiwan dan Malaysia. 5
Paederus merupakan hewan yang aktif pada malam hari dan menyukai
nyala lampu pijar dan lampu neon sehingga menyebabkan seringnya kontak
dengan manusia.1 Serangga ini tidak menggigit ataupun menyengat, lesi yang
terjadi pada kulit manusia biasanya karena Paederus menempel pada kulit dan
tidak sengaja tergosok atau terpencet sehingga melepaskan hemolimfe yang
1,7
mengandung paederin, suatu agen iritan kuat. Paederin merupakan basa
7
kuat dan dapat menyebabkan inflamasi vesikuler lambat.
Paederin (C25H45O9N) merupakan suatu amid dengan dua cincin
tetrahidropyran. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa produksi paederin
bergantung pada simbiosis dengan bakteri gram negatif, (Pseudomonas sp ) di
dalam Paederus dan dapat ditemukan pada serangga betina dewasa. Sedangkan
larva dan pejantan hanya mendapatkan paederin dari maternal (yaitu, melalui
telur) atau dengan menelan. Paederin inilah yg menyebabkan bengkak dan
memblok mitosis dalam dosis 1 ng/ml dengan cara menghambat protein dan
sintesis DNA tanpa mempengaruhi sintesis RNA. Proses akantolisis pada kulit
mungkin disebabkan oleh pelepasan protease epidermal yang kemudian
menimbulkan kerusakan epidermis dengan merusak daya kohesi pada sel – sel
epidermis.1, 5 Secara histologis, terdapat berbagai macam perubahan mulai dari
nekrosis epidermal sampai pelepuhan pada fase akut, dan pada fase akhir
10
ditandai dengan adanya akantosis dengan gambaran mitosis. Gambaran
mitosis dan perubahan apoptosis seperti kondensasi kromatin dan DNA
1, 6
fragmentasi dapat diidentifikasi pada lapisan basal dan suprabasal. Pada
beberapa kasus, didapatkan adanya fokus akantolisis yang relatif jauh dari kulit
yang terlibat, hal ini menunjukkan kemungkinan peran paederin dalam
menginduksi akantolisis secata tidak langsung. 8

D. DIAGNOSIS KLINIS
Dermatitis venenata dapat menyerang semua orang dengan berbagai usia,
semua ras, jenis kelamin, dan kondisi sosial ekonomi, tergantung dari aktivitas

3
pasien dan habitat serangga. Daerah tubuh yang terbuka akan memiliki resiko
lebih besar untuk terkena. Area tubuh yang sering terkena adalah bagian-
bagian yang terbuka seperti wajah, leher, dan lengan,2 namun tempat-tempat
lain seperti ekstremitas atas, perut, dan aksila juga dapat ditemukan pada
beberapa kasus. 7 Lesi sering muncul pada pagi hari setelah 24 sampai 48 jam
kontak dengan iritan dengan gejala yang paling sering menyertai berupa rasa
panas terbakar dan gatal, 6 kemudian diikuti dengan munculnyaplak eritem dan
vesikel.3
Ujud kelainan kulit yang sering ditemukan pada dermatitis venenata
adalah lesi linear dengan papul eritem dan bulla atau vesikel yang mengelilingi
1 2, 7
area nekrosis. Vesikel sering berkembang menjadi pustule (Gambar 2) .
Lesi dapat tunggal maupun multipel, dan dapat meluas apabila terdapat kontak
2
dengan lesi primer. Pada area lipatan siku, ketiak, dan lutut akan dapat
ditemukan gambaran khas berupa kissing lesion (Gambar 3), dengan proses
8
terjadinya akibat kontak permukaan kulit intak dengan lesi primer. Adanya
eritem dan edema dapat memberikan gambaran seperti cambuk atau sering
disebut whiplash appearance (Gambar 4). 1

Gambar 2. Papulopustul pada regio abdomen 7

Gejala klinis diklasifikasikan dari ringan hingga berat dan dari fase
eritematosa menjadi fase vesikular dan berakhir pada fase skuama. Pada kasus

4
ringan hanya terdapat fase eritematosa yang muncul pada 24 jam dan hilang
dalam 48 jam. Kasus sedang ditandai dengan eritema dan pruritus yang muncul
dalam 24 jam diikuti dengan fase vesikular dengan lesi lepuh pada 48 jam yang
akan berkembang hingga 96 jam. Fase skuama terjadi dalam 7-10 hari
berikutnya dan ditandai dengan vesikel yang mengering dan umbilikasi, yang
kemudian akan mengelupas dan meninggalkan bekas hiperpigmentasi post
inflamasi (Gambar 6) yang dapat bertahan sebulan atau lebih. Pada kasus berat,
gejala sama dengan kasus sedang akan tetapi area kulit yang terlibat lebih luas
dan terdapat gejala lain seperti demam, neuralgia, artralgia, dan vomitus. 6

Gambar 3. Kissing lesion pada regio aksila dan elbow 9

Gambar 4. Lesi linear whiplash appeareance 7

5
Gambar 5. Deskuamasi regio periorbita sinistra 3

Toksin yang terbawa oleh jari dapat meluas ke area okular dan genital.
Lesi yang meluas ke area mata bisa dalam bentuk dermatitis periorbita
(Gambar 5) maupun keratokonjungtivitis jika terdapat toksin yang secara tidak
sengaja terbawa jari yang terkontaminasi paederin sampai ke area mata,
keadaan ini disebut sebagai Nairobi eye dengan gejala yang sering muncul
berupa edema, konjungtivitis, nyeri, dan lakrimasi yang berlebihan.5 Pada
beberapa kasus dapat menyebabkan keratokonjungtivitis dan kebutaan
6
sementara.

Gambar 6. Penyembuhan dengan hiperpigmentasi post inflamasi 8

6
E. DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding dermatitis venenata umunya adalah herpes simplek,
herpes zoster, dermatitis kontak alergi, luka bakar, impetigo bulosa, dan
1
phytophotodermatitis. Phytophotodermatitis dijadikan diagnosis banding
karena lesi yang mirip antara dermatitis venenata yakni lesi linier asimetris,
area eritem, lepuh yang ada dan dispigmentasi Karakteristik lesi, tempat
predileksi, adanya gambaran kissing lesion dan pola epidemiologi dapat
mengarahkan terhadap diagnosis dermatitis venenata. 6

F. PENATALAKSANAAN
Prinsip penanganan pada dermatitis venenata sama dengan penanganan pada
dermatitis kontak iritan yang diakibatkan oleh bahan iritan yang lain. Upaya
pengobatan yang diberikan adalah dengan menghindarkan bahan iritan
menempel pada kulit agar tidak memperberat dan menjadi komplikasi. Upaya
pencegahan menggunakan pelindung diri sangat diutamakan pada penanganan
dermatitis venenata. 11
Edukasi penghindaran agen penyebab penyakit sangat diperlukan dan
direkomendasikan, karena cara ini sebenarnya cara termudah yang dapat
dilakukan. Penghindaran dapat dilakukan dengan mengenali terlebih dahulu
agen penyebab penyakit, dengan menghindari kontak dengan Paederus sp,
maka kontak toksin yang dihasilkan paederus tidak terjadi. Langkah yang dapat
dilakukan antara lain memasang sekat pada jendela, menggunakan aerosol
insektisida, menjaga kebersihan lingkungan, membasmi serangga pada habitat
1, 3
di sekitar tempat tinggal dan meningkatkan kesadaran publik. Menutup
jendela dan pintu, serta mematikan lampu pada saat tidur juga
direkomendasikan karena dapat mencegah serangga datang. 5
Lesi pada dermatitis venenata sebenarnya dapat sembuh dengan sendirinya,
sehingga tidak ada terapi spesifik untuk kasus ini. Beberapa literatur
merekomendasikan untuk mencuci daerah kontak, lalu memberi obat topikal
kortikosteroid.12 Namun ada pula yang merekomendasikan pemberian
kortikosteroid topikal untuk mengatasi peradangan pada kulit tanpa pencucian

7
area lesi11. Pada artikel lain disebutkan untuk menangani lesi dermatitis
venenata dimulai dengan menghilangkan bahan iritan dengan mencuci area
luka dengan air dan sabun. Larutan iodine dapat diberikan dan efektif selama
reaksi belum berkembang. Lalu, dilanjutkan dengan pemberian kompres basah,
6, 10
steroid topikal dan antihistamin oral. Antibiotik dapat dipertimbangkan
untuk diberikan untuk mencegah infeksi sekunder bakteri. Antihistamin
berguna untuk meredakan gejala gatal-gatal, sedangkan steroid topikal
memiliki beberapa mekanisme secara lokal terhadap kulit yaitu mensupresi
pengeluaran histamin dan inhibisi sel mast. Steroid topikal golongan medium
sampai potensi tinggi digunakan selama 7-10 hari. Pada kasus-kasus berat
maupun kasus yang tidak tertangani dengan pemberian terapi topical, dapat
diberikan terapi kortikosteroid sistemik dengan dosis yang diturunkan secara
perlahan (prednison 60 mg/ 3hari, 40 mg/3 hari, dan 20 mg/3 hari).6

8
DAFTAR PUSTAKA

1. Singh G, Ali SY. Paederus Dermatitis. Indian J Dermatol Venereol Leprol


2007; 73: 13-5
2. Ali A, Sujitha K, Devika T, Sivasankaran MP, Balan K, Praveen KGS,
Saleem M, et al. A Study on Paederus Dermatitis Outbreak in a Suburban
Teaching Reasearch Hospital, Kanchipuram, India. Med-Science 2013; 2(3):
764-9
3. Rahmah E, Norjaiza MJ. An Outbreak of Paederus Dermatitis in a Primary
School, Terengganu, Malaysia. Malysian J Pathol 2008; 30(1): 53-56
4. Toppo NA, Bhadoria AS, Kasar PK, Trivedi A. Paederus Dermatitis Among
Residents of Nursing Hostel in Central India: An Outbreak Investigation.
Indian Dermatol Online J 2013; 4; 153-155
5. Heo CC, Latif B, Hafiz WM, Zhou HZ. Dermatitis Caused by Paederus
fuscipes Curtis, 1840 (Coleoptera: Staphilinidae) in Student Hostels in
Selangor, Malaysia. Southest Asian J Trop Med Public Health.2013; 44 (2):
pp 197-199
6. Cressey BD, Alberto E. Dermatitis Linearis: Vesicating Dermatosis Caused
by Paederus Species (Coleoptera: Staphylinidae). Case Series and Review.
Wilderness Environ Med 2013; 24: 124-131
7. Huang C, Liu Y, Yang J, Tian J, Yang L, Zhang J, Li Y et al. An Outbreak of
268 cases of Paederus Dermatitis in a Toy-Building Factory in Central China.
Int J Dermatol 2009; 48: 128-131
8. Gnanaraj P, Venugopal V, Mozhi K, Pandurangan NC. An Outbreak of
Paederus Dermatitis in a Suburban Hospital in South India: A Report of 123
Cases and Review of Literature. J Am Acad Dermatol 2007; 57: 297-300
9. Turan E. Paederus Dermatitis in Southeastern Anatolia, Turkey: A Report of
57 Cases. Cutan Ocul Toxicol 2014; 33(3): 228-232
10. Gelmetti C, Grimalt R. Paederus Dermatitis: An Easy Diagnosable but
Misdiagnosed Eruption. Eur J Pediatr 1993; 152: 6-8

9
11. Sularsito SA, Djuanda S. Dermatitis Kontak Iritan dalam Dermatitis dalam
Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi VI. Editor: Djuanda A, Hamzah M,
Aisah S. Jakarta, Balai Penerbit FKUI 2010. Hal : 130 – 133
12. Siregar RS. Dermatitis Kontak Toksik dalam Penyakit Kulit Alergi dalam
Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit Ed.3. EGC.2014

10
LAPORAN KASUS
DERMATITIS VENENATA

A. ANAMNESIS
1. Identitas
Nama : Ny. D
Usia : 35 tahun
Jenis Kelamin : Wanita
Alamat : Boyolali
Status : Menikah
No RM : 013561XX
Tanggal Periksa : 30 April 2018

2. Keluhan Utama
Gatal dan perih pada leher kanan

3. Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien merupakan konsulan dari TS Obsgyn yang dirawat dengan AUB
(anemia 7,4). Pasien dikonsulkan ke bagian Kulit dan Kelamin karena
ditemukan plenting yang terasa gatal dan perih pada leher kanan pasien.
Keluhan dirasakan sejak 3 hari SMRS dan muncul tiba-tiba saat bangun
tidur. Awalnya pasien merasakan panas dan gatal pada leher sebelah kanan.
Kemudian pasien menceritakan mulai muncul plenting disertai dengan
perubahan warna kulit menjadi kemerahan. Oleh pasien diberi salep
acyclovir namun keluhannya tidak membaik. Sebelumnya pasien mengaku
tidak terkena zat-zat kimia tertentu. Pasien juga tidak terkena getah ataupun
bagian tubuh tumbuh-tumbuhan.
Pasien mengaku bahwa di depan rumah pasien terdapat pohon jambu biji
merah dan banyak ulatnya. Menurut penuturan pasien, ulat tersebut sering
jatuh dan masuk rumah pasien.

11
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit serupa : Disangkal
Riwayat alergi obat dan makanan : Disangkal
Riwayat asma : Disangkal
Riwayat atopi : Disangkal
Riwayat DM : Disangkal
Riwayat Hipertensi : Disangkal

5. Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat penyakit serupa : Disangkal
Riwayat alergi obat dan makanan : Disangkal
Riwayat asma : Disangkal
Riwayat atopi : Disangkal
Riwayat DM : Disangkal
Riwayat Hipertensi : Disangkal

6. Riwayat Kebiasaan
Pasien mandi 2x sehari, ganti pakaian dan celana 2x sehari, tidak
menggunakan sabun dan handuk bergantian. Pasien mengoleskan acyclovir
di daerah yang gatal namun keluhan tidak membaik.

7. Riwayat Sosial Ekonomi


Pasien merupakan seorang Ibu Rumah Tangga dan berobat menggunakan
fasilitas BPJS. Pasien makan tiga kali sehari dengan nasi, lauk dan sayur.
Riwayat merokok dan konsumsi alcohol disangkal. Kondisi lingkungan
rumah pasien bersih tetapi terdapat beberapa ulat yang jatuh dan sering
masuk ke dalam rumah pasien.

12
B. PEMERIKSAAN FISIK
1. Status Generalis
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang, Compos Mentis, gizi cukup.
Pain score : 1.
Vital Sign :T : 90/60 mmHg RR : 18x/menit
HR : 84x/menit t : 36,5oC
Status Gizi : BB: 65 kg TB: 155 cm
BMI: 27,06 kg/m2
Kepala : Dalam Batas Normal
Wajah : Dalam Batas Normal
Leher : Lihat Status Dermatologis
Mata : Dalam Batas Normal
Telinga : Dalam Batas Normal
Aksilla : Dalam Batas Normal
Trunkus Anterior : Dalam Batas Normal
Abdomen : Dalam Batas Normal
Trunkus Posterior : Dalam Batas Normal
Inguinal : Dalam Batas Normal
Genital : Dalam Batas Normal
Ekstermitas Atas : Dalam Batas Normal
Ekstermitas Bawah : Dalam Batas Normal

2. Status Dermatologis
 Regio Colli Dekstra tampak patch eritem dengan beberapa multiple
pustule diskrit serta multiple vesikel di atasnya (Gambar 7).

13
Gambar 7. Colli dekstra pasien dermatitis venenata

C. DIAGNOSIS BANDING
 Dermatitis venenata
 Herpes zooster cervical
 Dermatitis kontak iritan

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan gram : PMN 0-1/LPB
Coccus gram positif 5-10/LPB
Batang gram negative 3-5/LPB
Pemeriksaan Tzank Test : (-)

E. DIAGNOSIS
Dermatitis venenata

F. TERAPI

14
1. Non- Medikamentosa
a. Edukasi mengenai penyakit, penatalaksanaan dan komplikasi.
b. Edukasi penggunaan obat dengan benar yaitu pengolesan obat topical
secara tipis-tipis.
c. Edukasi untuk tidak menggaruk lesi dan menjaga kebersihan badan.
d. Edukasi pasien untuk menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggal
pasien.
2. Medikamentosa
a. Kortikosteroid topikal : desoximetasone cream 0.1% 1xsehari dioleskan
pada bagian yang kemerahan.
b. Oral : cetirizine 1 x 10 mg bila perlu.

G. PROGNOSIS
Ad Vitam : Bonam
Ad Sanam : Bonam
Ad Fungsionam : Bonam
Ad Kosmetikum : Bonam

15

Anda mungkin juga menyukai