Dermatitis Venenata
Oleh:
Bramasta Agra Sakti
G99161028
Pembimbing:
dr. Kusumadewi, Sp.KK, M.Sc
Telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing dari Bagian Ilmu Kesehatan Kulit Klamin
RSUD Dr Moewardi – Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Staff Pembimbing
DERMATITIS VENENATA
I. DEFINISI
Dermatitis venenata merupakan salah satu bentuk dermatitis kontak iritan yang
diakibatkan oleh toksin paederin pada hemolimfe kumbang dari genus paederus. Pada
prinsipnya dermatitis kontak iritan merupakan bentuk peradangan pada kulit yang
diakibatkan oleh adanya bahan yang menempel pada kulit melalui proses nonimunologik
(tanpa didahului proses sensitasi)1,2,3,
Pada beberapa artikel, menyebutkan nama lain dari dermatitis venenata adalah
dermatitis paederus, atau dermatitis linearis.2,3,
Paederus dermatitis (blister beetle dermatitis (BBD) adalah penyakit
vesikobulosa yang distribusinya luas dan dilaporkan sering terjadi pada letak geografik
tertentu yang beriklim tropis2,3.
II. VEKTOR
III. ETIOLOGI
Penyebab dari kondisi dermatitis ini adalah iritan yang diproduksi oleh paederus, yakni
toksin paederin. Paederin merupakan amid dengan dua cincin tetrahidropyran.5,6, a
Gambar 2. Toksin Paederin5,6
Paederin dipercaya dapat memblok mitosis dalam dosis 1 ng/ml dengan meninhibisi
DNA dan sintesis protein. Toksis yang dikeluarkan paederus sebenarnya didapatkan dari
simbiosis dengan bakteri gram negatif, pseudomonas.5,6
IV. EPIDEMIOLOGI
Jumlah penderita dermatitis kontak iritan disebabkan paling banyak oleh
pekerjaan. Insidensi dermatitis venenata tinggi pada musim panas dan musim hujan.
Studi epidemiologi menyebutkan tindakan preventif yang dapat dilakukan adalah dengan
menutup jendela dan menggunakan penolak serangga. Lokasi tubuh yang paling sering
terkena adalah pada bagian yang terbuka.6,7
Dari penelitian epidemiologi didapatkan factor risiko terjadinya dermatitis
venenata yaitu pada Vegetasi yang lebat 59 %, Tidur dengan lampu menyala 17 %,
Penggunaan jarring pada jendela 28 %, Penggunaan penolak serangga 40 %,
Penggunaan petisida 13 %, Menggunakan baju yang tertutup 28 %, Jendela terbuka saat
malam hari 62 %, Tidur di lantai 89 %.3
Tempat predileksi terjadinya dermatitis venenata terdapat pada muka dan leher
(36%), lengan (22%),dan punggung (18%). Mayoritas kejadian pada bulan Maret (31%),
dan April (45%). 26% memiliki riwayat keluarga yang memiliki keluhan serupa. Rerata
durasi dari gejala yang ditimbulkan 3,5 hari.3
V. PATOGENESIS
Kelainan pada kulit akibat toksin paederus merupakan akibat iritasi bahan toksin
paederin yang diproduksi oleh kumbang paederus yang bersimbiosis dengan bakteri
pseudomonas. Bahan ini dapat menimbulkan kerusakan pada epidermis. Zat yang
berperan didalamnya adalah epidermal protease. Zat ini diduga dapat memblok mitosis
melalui proses inhibisi DNA dan sintesis protein dan merusak daya kohesi pada sel – sel
epidermis sehingga terjadi akantolisis.1,5,6
VII. DIAGNOSIS
Penegakkan diagnosis dermatitis venenata perlu dilakukan dengan akurat agar
tidak mendapatkan tatalaksana yang keliru.2 Untuk memastikan diagnosis ini ada
beberapa langkah, antara lain lesi yang khas pada dermatitis venenata adalah adanya
‘kissing lession’, insidensi kasus serupa pada lingkungan sekitar pasien, dan kadang
terjadi pada musim tertentu, dan konfirmasi pasti dilakukan pemeriksaan histopatologi.2,
3,4
A. ANAMNESIS
1. IDENTITAS
Nama : Tn. A
Umur : 18 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Pelajar
Agama : Islam
Alamat : Tangerang
Tanggal Periksa : 19 Maret 2018
No. RM : 01412669
2. KELUHAN UTAMA
Gatal dan perih pada wajah
B. PEMERIKSAAN FISIK
1. STATUS GENERALIS
Keadaan umum : Pasien tampak sakit ringan, compos mentis, GCS E4V5M6
Vital Sign : Rr : 20 x/menit
N : 88 x/menit
T : 36.7o C
TD : 120/80
Kepala : dalam batas normal
Wajah : lihat status dermatologis
Leher : dalam batas normal
Mata : dalam batas normal
Telinga : dalam batas normal
Axilla : dalam batas normal
Truncus anterior : dalam batas normal
Abdomen : dalam batas normal
Truncus posterior : dalam batas normal
Inguinal : dalam batas normal
Ekstremitas Atas : dalam batas normal
Ekstremitas Bawah : dalam batas normal
2. STATUS DERMATOLOGIS
• Di region facialis tampak macula eritem beberapa berbentuk linier, erosi (+), krusta
(+)
C. DIAGNOSIS BANDING
- Dermatitis Venenata
- Herpes Zooster
- Fix Drug Eruption
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Pemeriksaan gram : PMN 0-1/lpb
Coccus gram positif 5-10/lpb
Batang gram negative 3-5/lpb
E. DIAGNOSIS
Dermatitis Venenata
F. TERAPI
1. NON MEDIKAMENTOSA
a. Edukasi keluarga pasien mengenai penyakit, penatalaksana, dan komplikasinya.
b. Edukasi penggunaan obat dengan benar yaitu pengolesan obat topikal secara tipis
– tipis.
c. Edukasi untuk tidak menggaruk lesi dan menjaga kebersihan badan.
d. Edukasi untuk mengonsumsi makanan yang bergizi
e. Edukasi untuk menghindari paparan serangga tomcat dengan cara menutup kaca
helm saat bepergian menggunakan sepeda motor, menggunakan kelambu,
menggunakan lotion anti nyamuk.
2. MEDIKAMENTOSA
- Methyl prednisolon 16 mg/24 jam
- Cetirizin 10 mg/24 jam p.o.
- Pirolop cream 2x24 jam
- Mometasone furoate cream 2x24 jam
G. PROGNOSIS
- Ad vitam : bonam
- Ad sanam : bonam
- Ad fungsionam : bonam
- Ad cosmeticum : bonam