Anda di halaman 1dari 13

Responsi Kasus

Dermatitis Venenata

Oleh:
Bramasta Agra Sakti
G99161028

Pembimbing:
dr. Kusumadewi, Sp.KK, M.Sc

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin


Fakultas Kedokteran UNS / RSUD Dr. Moewardi
Surakarta
2018
LEMBAR PENGESAHAN RESPONSI

Kasus responsi yang berjudul: Dermatitis Venenata


Bramasta Agra Sakti, NIM G99161028, Periode koass: 12 Maret 2018- 08 April 2018

Telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing dari Bagian Ilmu Kesehatan Kulit Klamin
RSUD Dr Moewardi – Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Yang bertanda tangan di bawah ini:

Surakarta, Maret 2018

Chief Residen Koass Residen Pemeriksa

dr. Agung dr. Putti

Staff Pembimbing

dr. Kusumadewi, Sp. KK, M.Sc


STATUS RESPONSI
ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN

Pembimbing : dr. Kusumadewi, Sp. KK, M.Sc


Nama Mahasiswa : Bramasta Agra Sakti, S. Ked
NIM : G 99161028

DERMATITIS VENENATA

I. DEFINISI
Dermatitis venenata merupakan salah satu bentuk dermatitis kontak iritan yang
diakibatkan oleh toksin paederin pada hemolimfe kumbang dari genus paederus. Pada
prinsipnya dermatitis kontak iritan merupakan bentuk peradangan pada kulit yang
diakibatkan oleh adanya bahan yang menempel pada kulit melalui proses nonimunologik
(tanpa didahului proses sensitasi)1,2,3,
Pada beberapa artikel, menyebutkan nama lain dari dermatitis venenata adalah
dermatitis paederus, atau dermatitis linearis.2,3,
Paederus dermatitis (blister beetle dermatitis (BBD) adalah penyakit
vesikobulosa yang distribusinya luas dan dilaporkan sering terjadi pada letak geografik
tertentu yang beriklim tropis2,3.

II. VEKTOR

Gambar 1. Paederus fuscipes Curtis2


Dermatitis venenata oleh karena toksin paedrus disebabkan oleh Paederus
fuscipes Curtis, sejenis kumbang yang termasuk dalam ordo Coleopetra, Famili
Staphylinidae (Rove beetles). Paederus juga dikenal dengan istilah tomcat. Serangga ini
hidup di tempat lembab, dan memiliki panjang tubuh 5-10 mm dengan lebar 0,5 mm.
Paederus memiliki kepala hitam, dan memiliki warna tubuh yang menyala berwarna
jingga, dan hitam. Warna ini diperkirakan sebagai sinyal peringatan bahwa serangga ini
sangat beracun. Untuk membuat lesi pada kulit manusia, serangga ini tidak menggigit
ataupun menyengat tetapi melepaskan hemolimfe yang dapat menyebabkan kerusakan
pada kulit yang bersifat self – limiting.1,2,3,
Paederus dapat berlari atau terbang, aktif di malam hari, positif terhadap fototaktil,
tindaal di tempat lembab dan persawahan. Paederus (Rove beetles) merupakan jenis
terbanyak yang menyebabkan dermatitis venenata. Dermatitis paederus bukan
merupakan reaksi gigitan serangga namun toksin didapatkan ketika kulit bersentuhan
dengan cairan yang ditempatkan dari tubuh serangga tersebut atau saat serangga tersebut
dibunuh/dihancurkan2,4,6
Hemolimfe Pederus terdiri dari kompleks amida yang dinamakan paederin.
Paederin disekresikan oleh simbiosis bakteri dalam tubuh serenga yang berfungsi untuk
melindungi serangga dari predator. Paederin ini diproduksikan di dalam tubuh betina
selama proses oogenesis yang disalurkan ke telur. Toksin paederin ini akan penetrasi ke
kulit manusia yang masih intak sehingga mengakibatkan kulit menjadi kemerahan
dengan sensasi tebakar pada tanda klinis yang muncul dalam 24-72 jam kemudian.
Paederus memiliki cairan nitrogenus polisakarida kasar yang disebut cithin pada kutikula
kulit luarnya yang melindunginya dari predator.2,4,7,8

III. ETIOLOGI
Penyebab dari kondisi dermatitis ini adalah iritan yang diproduksi oleh paederus, yakni
toksin paederin. Paederin merupakan amid dengan dua cincin tetrahidropyran.5,6, a
Gambar 2. Toksin Paederin5,6
Paederin dipercaya dapat memblok mitosis dalam dosis 1 ng/ml dengan meninhibisi
DNA dan sintesis protein. Toksis yang dikeluarkan paederus sebenarnya didapatkan dari
simbiosis dengan bakteri gram negatif, pseudomonas.5,6

IV. EPIDEMIOLOGI
Jumlah penderita dermatitis kontak iritan disebabkan paling banyak oleh
pekerjaan. Insidensi dermatitis venenata tinggi pada musim panas dan musim hujan.
Studi epidemiologi menyebutkan tindakan preventif yang dapat dilakukan adalah dengan
menutup jendela dan menggunakan penolak serangga. Lokasi tubuh yang paling sering
terkena adalah pada bagian yang terbuka.6,7
Dari penelitian epidemiologi didapatkan factor risiko terjadinya dermatitis
venenata yaitu pada Vegetasi yang lebat 59 %, Tidur dengan lampu menyala 17 %,
Penggunaan jarring pada jendela 28 %, Penggunaan penolak serangga 40 %,
Penggunaan petisida 13 %, Menggunakan baju yang tertutup 28 %, Jendela terbuka saat
malam hari 62 %, Tidur di lantai 89 %.3
Tempat predileksi terjadinya dermatitis venenata terdapat pada muka dan leher
(36%), lengan (22%),dan punggung (18%). Mayoritas kejadian pada bulan Maret (31%),
dan April (45%). 26% memiliki riwayat keluarga yang memiliki keluhan serupa. Rerata
durasi dari gejala yang ditimbulkan 3,5 hari.3

V. PATOGENESIS
Kelainan pada kulit akibat toksin paederus merupakan akibat iritasi bahan toksin
paederin yang diproduksi oleh kumbang paederus yang bersimbiosis dengan bakteri
pseudomonas. Bahan ini dapat menimbulkan kerusakan pada epidermis. Zat yang
berperan didalamnya adalah epidermal protease. Zat ini diduga dapat memblok mitosis
melalui proses inhibisi DNA dan sintesis protein dan merusak daya kohesi pada sel – sel
epidermis sehingga terjadi akantolisis.1,5,6

VI. MANIFESTASI KLINIK


Ujud kelainan kulit yang ditemukan pada dermatitis paederus adalah lesi linear
atau oval dengan papul eritem dan vesikel yang mengelilingi area nekrosis. Lesi dapat
meluas apabila terdapat kontak dengan lesi primer. Pada area lipatan siku, ketiak, dan
lutut akan dapat ditemukan ‘kissing lession’, dengan proses terjadinya akibat kontak
permukaan kulit intak dengan lesi primer. Lesi lepuh kadang ditemukan pada dermatitis
paederus. Toksin pederin, iritan penyebab dermatitis paederus, mengandung epidermal
protease yang dapat menyebabkan akantolisis dan membentuk lesi lepuh pada kulit.4,5, 6,8

Tanda dan gejala


Nyeri hebat dan terbakar (74), Erythema, edem, gatal (78), Blistering (35). Eye
involvement (7), Gejala kontsitusional (5), Regional lymphadenopathy (5), Kissing
ulcers (4). gejala yang paling sering muncul, gatal dan perasaan terbakar yang berat
terkadang didapatkan vesikel atau pustule dengan dasar eritem dan edem. Gangguan
ocular di Afrika menunjukkan adanya Nairobi eye dan hal tersebut disebabkan oleh
transfe toksin ke konjungtiva dan area preorbital lewat tangan.5,6

VII. DIAGNOSIS
Penegakkan diagnosis dermatitis venenata perlu dilakukan dengan akurat agar
tidak mendapatkan tatalaksana yang keliru.2 Untuk memastikan diagnosis ini ada
beberapa langkah, antara lain lesi yang khas pada dermatitis venenata adalah adanya
‘kissing lession’, insidensi kasus serupa pada lingkungan sekitar pasien, dan kadang
terjadi pada musim tertentu, dan konfirmasi pasti dilakukan pemeriksaan histopatologi.2,
3,4

Terdapat beberapa diagnosis banding dari kasus dermatitis venenata karena


kemiripan lesi yang ditemukan. Diagnosis banding dermatitis venenata antara lain herpes
simplex, herpes zoster, luka bakar akibat benda cair, alergi akut atau dermatitis kontak
iritan dan fitofotodermatitis. Fitofotodermatitis dijadikan diagnosis banding karena lesi
yang mirip antara dermatitis venenata yakni lesi linier asimetris, area eritem, formasi
lepuh yang ada dan dispigmentasi.3, 5, 8
Dari pemeriksaan Tzank test didapatkan sel leukosit dengan limfosit (40%),
neutrophil (35%) dan eosinofil (25%).
.
VIII. PENATALAKSANAAN
Prinsip penanganan pada dermatitis venenata sama dengan penanganan pada
dermatitis kontak iritan yang diakibatkan oleh bahan iritan yang lain. Upaya pengobatan
yang diberikan adalah dengan menghindarkan bahan iritan menempel pada kulit agar
tidak memperberat dan menjadi komplikasi. Upaya pencegahan menggunakan pelindung
diri sangat diutamakan pada penanganan dermatitis venenata.1
Edukasi penghindaran agen penyebab penyakit sangat diperlukan dan
direkomendasikan, karena cara ini sebenarnya cara termudah yang dapat dilakukan.
Penghindaran dapat dilakukan dengan mengenali terlebih dahulu agen penyebab
penyakit, dengan menghindari kontak dengan paederus, maka kontak toksin yang
dihasilkan paederus tidak terjadi. Langkah yang dapat dilakukan antara lain Memasang
saringan pada jendela, menggunakan aerosol insektisida, memasang jebakan serangga,
menjaga kebersihan lingkungan, membasmi serangga pada habitat di sekitar tempat
tinggal dan meningkatkan kesadaran publik. Menutup jendela dan pintu, serta
mematikan lampu pada saat tidur juga direkomendasikan karena dapat mencegah
serangga datang ke lokasi tidur.2,6,8
Lesi pada dermatitis venenata sebenarnya dapat sembuh dengan sendirinya,
sehingga tidak ada terapi spesifik untuk kasus ini. Siregar dalam atlas saripati penyakit
kulit merekomendasikan untuk mencuci daerah kontak, lalu memberi obat topical
kortikosteroid. Dalam buku ilmu penyakit kulit FK UI merekomendasikan pemberian
kortikosteroid topical untuk mengatasi peradangan pada kulit tanpa merekomendasikan
pencucian area lesi. Pada artikel Heo et al, 2013, sepakat untuk menangani lesi
dermatitis venenata dimulai dengan menghilangkan bahan iritan dengan mencuci area
luka dengan sabun. Lalu, dilanjutkan dengan pemberian balut basah dan steroid topical.
Antibiotic dapat dipertimbangkan untuk diberikan untuk mencegah infeksi sekunder
bakteri. Vasudevan and Joshi (2010) dalam Dermatitis caused by paederus fuscipes
Curtis, mendapatkan 94% kasus ini dapat ditangani secara efektif pada kasus ini dengan
pemberian kombinasi antara steroid dan antibiotic topical dan antihistamin oral.1,2,8,9,10
DAFTAR PUSTAKA

1. Fakoorziba MR, Eghbal F, Azizi K, and Moemenbellah-Fard MD. Treatment outcome of


Paederus dermatitis due to rove beetles (Coleoptera: Staphylinidae) on guinea pigs.
Tropical Biomedicine 28(2): 418–424 (2011)
2. Heo CC, Latif B, Hafiz WM, Zhou HZ. Dermatitis caused by Paederus fuscipes curtis,
1840 (coleoptera: staphilinidae) in Student hostels in selangor, Malaysia. southeast asian
J troP med Public health. Vol 44 No. 2 March 2013
3. Khan TM, Hassali HA, Gillani SW, Hameed MA. Clinical Presentation of “Rove Beetle
Dermatitis”. Australasian Medical Journal 2009, 1, 7, 19-24
4. Nasir S, Akram W, Khan RR, Arshad M, Nasir I.Paederus beetles: the agent of human
dermatitis. Journal of Venomous Animals and Toxins including Tropical Diseases
(2015) 21:5
5. Nikhita R, Srithilak R, and Radhakrishnan MV. Prevalence of Paederus spp.
(Coleoptera; Staphylinidae) and dermatitis in Annamalainagar, Chidambaram,
Tamilnadu. Journal of Entomology and Zoology Studies JEZS 2014; 2 (4): 194-196
6. Redouane Roukhsi, Monsef Elabdi, Taher Nebhani, Abdelilah Mouhcine, Elmehdi
Atmane, M’barek Mahfoudi, Abdelghani El Fikri. 2013. Dermatitis Paederus: About 06
Cases Occurred in Bunia, Democratic Republic of Congo. American Journal of Life
Sciences. 1 (4): pp. 171-173.
7. Sri Adi Sularsito dan Suria Djuanda. Dermatitis Kontak Iritan dalam Dermatitis dalam
Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Balai Penerbit FKUI 2008. Pp : 130 – 133.
8. Taneja A, Nayak S, Shenoi† SD.Clinical and epidemiological study of Paederus
dermatitis in Manipal, India. Journal of Pakistan Association of Dermatologists 2013;23
(2):133-138.
9. Rahman S. Paederus dermatitis In Sierra Leone. Dermatol Online J. 2006;12:9
LAPORAN KASUS
DERMATITIS VENENATA

A. ANAMNESIS
1. IDENTITAS
Nama : Tn. A
Umur : 18 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Pelajar
Agama : Islam
Alamat : Tangerang
Tanggal Periksa : 19 Maret 2018
No. RM : 01412669

2. KELUHAN UTAMA
Gatal dan perih pada wajah

3. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


Pasien datang sendiri ke poli Kulit dengan keluhan gatal dan perih pada wajah.
Kurang lebih 3 hari SMRS pasien mengeluh timbul kemerahan dan bintik pada
beberapa bagian wajah. Keluhan kemerahan disertai rasa perih dan gatal. Keluhan
muncul tiba-tiba saat pasien bangun tidur. Keluhan dirasakan pasien setelah 1 hari
sebelumnya pasien bepergian dengan sepeda motor tanpa menutup kaca helm. Rasa
perih bertambah terutama apabila pasien mencuci wajah.
Menurut pasien, plenting di wajah muncul sejak 3 hari SMRS. Plenting
disertai dengan perubahan warna kulit menjadi kemerahan. Pada awalnya plenting
muncul secara tiba-tiba pada pagi hari setelah bangun tidur. Plenting tidak membaik
dengan dengan mandi. Pasien belum memberikan obat minum ataupun obat salep atau
tabur. Sebelumnya pasien mengaku tidak terkena zat – zat kimia tertentu. Pasien juga
tidak terkena getah ataupun bagian tubuh tumbuh – tumbuhan.
Pasien mengaku bahwa di kamar kost pasien terdapat karpet yang sudah lama
tidak dicuci. Selain itu juga pasien mengatakan bahwa di sekitar rumah pasien bersih
dan tidak terdapat tanaman-tanaman.

4. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU


Riwayat keluhan serupa : disangkal
Riwayat alergi : disangkal
Riwayat asma : disangkal
Riwayat penyakit lain : disangkal

5. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA


Riwayat keluhan serupa : disangkal
Riwayat alergi : disangkal
Riwayat diabetes mellitus : disangkal
Riwayat hipertensi : disangkal
Riwayat asma : disangkal

6. RIWAYAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIASAAN


Pasien adalah seorang mahasiswa dan pasien berobat ke RSDM dengan menggunakan
fasilitas umum. Pasien makan 3 kali sehari dengan nasi, lauk, sayur dan minum
cukup. Riwayat merokok dan konsumsi alcohol disangkal.

B. PEMERIKSAAN FISIK
1. STATUS GENERALIS
Keadaan umum : Pasien tampak sakit ringan, compos mentis, GCS E4V5M6
Vital Sign : Rr : 20 x/menit
N : 88 x/menit
T : 36.7o C
TD : 120/80
Kepala : dalam batas normal
Wajah : lihat status dermatologis
Leher : dalam batas normal
Mata : dalam batas normal
Telinga : dalam batas normal
Axilla : dalam batas normal
Truncus anterior : dalam batas normal
Abdomen : dalam batas normal
Truncus posterior : dalam batas normal
Inguinal : dalam batas normal
Ekstremitas Atas : dalam batas normal
Ekstremitas Bawah : dalam batas normal

2. STATUS DERMATOLOGIS
• Di region facialis tampak macula eritem beberapa berbentuk linier, erosi (+), krusta
(+)

C. DIAGNOSIS BANDING
- Dermatitis Venenata
- Herpes Zooster
- Fix Drug Eruption

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Pemeriksaan gram : PMN 0-1/lpb
Coccus gram positif 5-10/lpb
Batang gram negative 3-5/lpb
E. DIAGNOSIS
Dermatitis Venenata

F. TERAPI
1. NON MEDIKAMENTOSA
a. Edukasi keluarga pasien mengenai penyakit, penatalaksana, dan komplikasinya.
b. Edukasi penggunaan obat dengan benar yaitu pengolesan obat topikal secara tipis
– tipis.
c. Edukasi untuk tidak menggaruk lesi dan menjaga kebersihan badan.
d. Edukasi untuk mengonsumsi makanan yang bergizi
e. Edukasi untuk menghindari paparan serangga tomcat dengan cara menutup kaca
helm saat bepergian menggunakan sepeda motor, menggunakan kelambu,
menggunakan lotion anti nyamuk.
2. MEDIKAMENTOSA
- Methyl prednisolon 16 mg/24 jam
- Cetirizin 10 mg/24 jam p.o.
- Pirolop cream 2x24 jam
- Mometasone furoate cream 2x24 jam

G. PROGNOSIS
- Ad vitam : bonam
- Ad sanam : bonam
- Ad fungsionam : bonam
- Ad cosmeticum : bonam

Anda mungkin juga menyukai