Anda di halaman 1dari 19

BAB II PENYAJIAN KASUS STATUS PASIEN DERMATOVENEREOLOGI

I.

IDENTITAS PASIEN : Tn. Adrian : Laki - Laki : 34 tahun : Islam : Minang : Jalan Wonobaru : Karyawan Swasta

Nama JenisKelamin Umur Agama Suku Alamat Pekerjaan

II.

ANAMNESIS

Anamnesis dilakukan pada tanggal: 17 01 2014, Pukul:11.20 WIB Keluhan utama : Gatal dan kemerahan pada seluruh badan dan tangan sejak 1 hari lalu Riwayat penyakit sekarang: Pasien mengeluh gatal pada betis, lutut, siku, badan, pundak yang sudah dirasakan sejak 1 sampai 2 tahun yang lalu. Pada bagian yang gatal tersebut, terasa lebih nikmat jika digaruk sampai mengakibatkan luka. Pasien menyatakan, sudah membeli obat yang dibeli diluar dan menyatakan sudah sembuh gatal dan luka nya, tetapi gejala gatal tersebut muncul kembali 1 bulan kemudian setelah pasien menghentikan pengobatannya.

keluhan (gatal) muncul sejak tahun 1-2 tahun lalu

17 Januari 2014 datang ke RSDS dengan keluhan gatal dan kemerahan pada seluruh badan sejak 1 hari yang lalu

sudah membeli obat diluar, gatal dan luka nya sudah sembuh, tetapi 1 bulan kemudian kambuh lagi

Riwayat penyakit dahulu: Pasien menderita penyakit migraine yang hilang timbul sejak lama. Pada 1 tahun yang lalu, pasien mengaku pernah menderita penyakit Tuberculosis (TBC) dan sudah pernah dirawat di Rumah Sakit di Jakarta dan rutin mengontrol penyakitnya sebanyak 3 kali.

Riwayat penyakit keluarga : Ibu pasien menderita Diabetes Mellitus dan ayah pasien telah meninggal dunia

Riwayat kebiasaan/lingkungan : Pasien mandi dengan dua kali sehari dan mengganti baju sebanyak 2 kali sehari. Pasien juga mengaku sering ikut membantu gotong royong membersihkan lingkungan sekitarnya bersama warga perumahannya sebanyak 2 bulan sekali. Riwayat sosial ekonomi : Pasien seorang kontraktor yang bekerja di perusahaan swasta. Pasien bekerja setiap hari dari pukul 8 pagi sampai 5 sore (08.00-17.00)

Resume anamnesis : Pasien pria, 34 tahun, seorang pegawai swasta, yang datang dengan keluhan gatal disertai kemerahan pada seluruh badan, tangan dan punggung sejak 1 hari lalu. Pasien juga mengeluh gatal yang hilang timbul pada betis, lutut, siku, regio axila, pundak yang sudah dirasakan sejak 1 sampai 2 tahun yang lalu. Pasien memiliki riwayat penyakit TBC dan sampai sekarang menderita penyakit migraine. Seharihari pasien mandi sebanyak 2x sehari dan rutin membersihkan lingkungan sekitarnya 2 bulan sekali.

III.PEMERIKSAAN DERMATOLOGI Lokasi dan wujud Kelainan Kulit : 1. 2. 3. Regio truncus anterior: eritema, plak, difus Regio membrum superius anterior: eritema, plak, difus Regio inframammaria : terdapat papul miliar sampai lentikular disertai skuama halus, sirkumskrip, soliter, hiperpigmentasi, likenifikasi 4. Regio sternocleidomastoidea dekstra : eritema, likenifikasi, soliter, skuama halus, sirkumskrip 5. Regio glutealis : plak hiperpigmentasi, soliter, skuama halus, permukaan kasar, sirkumskrip 6. Regio cubitalis posterior dekstra & sinistra : likenifikasi,hiperpigmentasi, skuama kasar, krusta,papul lentikular, sirkumskrip 7. Regio cervicalis posterior : papul miliar berkelompok, skuama kasar, difus

Regio Regio Truncus anterior

Foto Lokasi dan Wujud Kelainan Kulit

Regio membrum superius anterior

Regio inframammaria sinistra

Regio sternocleidomast oidea dekstra

Regio glutealis

Regio cubitalis posterior dekstra & sinistra

Regio cervicalis posterior

III. PEMERIKSAAN LANJUTAN Lakukan pemeriksaan kalium hidroksida dan kultur jamur untuk menyingkirkan kasus tinea cruris atau kandidiasis pada pasien liken simpleks kronikus genitalis.

IV. DIAGNOSIS Diagnosis banding : 1. Psoriaris : efloresensi biasanya berupa eritema berbatas tegas, skuama putih

mengkilat dan berlapis-lapis 2. 3. Tinea korporis : mikroskopik ditemukan elemen jamur Prurigo nodularis : kelainan kulit yang berbatas tegas, bagian pinggir aktif

dengan bagian tengah relatif tenang

Diagnosis kerja : Liken Simpleks Kronis dikarenakan Pruritus

V. A.

TATA LAKSANA NON MEDIKAMENTOSA 1. Mencegah garukan dan gosokan pada lesi yang gatal 2. Memberikan perban oklusif yang dipakai pada malam hari untuk mencegah garukan 3. Hindari dari gigitan serangga yang dapat memicu garukan

10

B.

MEDIKAMENTOSA R/ Asam salicylat 5% LCD 5% Inerson 15 Fuson 10 Zalf S 2 dd u.e R/ Cetirizin X S 2 dd tab 1 R/ Metil Pred X S 2 dd tabs R/ Ciprofloksasin X S 4 dd tab 1

C. PEMERIKSAAN PENUNJANG Bila diperlukan, lakukan pemeriksaan kalium hidroksida dan kultur jamur untuk menyingkirkan kasus tinea cruris atau kandidiasis pada pasien liken simpleks kronikus genitalis.

VI. PROGNOSIS Ad vitam Ad functionam Ad sanactionam : Bonam : Bonam : dubia ad bonam

11

BAB III PEMBAHASAN

Diagnosis pada kasus ini ditegakkan berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan status dermatologis. Hasil anamnesis mempelihatkan pasien memiliki keluhan gatal dan kemerahan pada seluruh badan dan tangan sejak 1 hari lalu. Pasien mengeluh gatal pada betis, lutut, siku, badan dan pundak yang sudah dirasakan sejak 1 sampai 2 tahun yang lalu. Pada bagian yang gatal tersebut, terasa lebih nikmat jika digaruk sampai mengakibatkan luka. Pasien menyatakan, sudah minum obat yang dibeli diluar dan menyatakan sudah sembuh gatal dan luka nya, tetapi gejala gatal tersebut muncul kembali 1 bulan kemudian setelah pasien menghentikan pengobatannya. Dari anamnesis ditemukan bahwa pasien masih menderita penyakit migraine yang hilang timbul sejak lama. Pada 1 tahun yang lalu, pasien mengaku pernah menderita penyakit Tuberculosis (TBC) dan sudah pernah dirawat di Rumah Sakit di Jakarta dan rutin mengontrol penyakitnya sebanyak 3 kali. Dari pemeriksaan dermatologi,jelas sekali ditemukan papuloskuamosa miliar, eritema, likenifikasi, hiperpigmentasi, lesi kasar bersisik sirkumskrip di beberapa tempat yaitu pada bagian leher,badan,pinggang, dan plak eritema pada seluruh badan dan pergelangan tangan, dan dapat dikatakan pasien menderita likenifikasi kronis dan pruritus. Penyakit Liken simpleks kronis atau Neurodermatitis sirkumskripta adalah suatu dermatitis dengan penebalan kulit dari jaringan tanduk (likenifikasi) yang disebabkan karena garukan atau gosokan yang berulang-ulang. Kebanyakan lesi hanya di satu tempat, namun dapat juga di beberapa tempat.4 Faktor penyebab timbulnya LSK belum diketahui. Tetapi, pruritus menjadi pemicu timbulnya rekasi kulit berupa gatal dan bermanifestasi menjadi likenifikasi dan prurigo nodularis. Pruritus dapat muncul sebagai gejala dari penyakit lain, yaitu Dermatitis Kontak, Dermatitis Atopik, gigitan serangga, Gagal Ginjal Kronis, Obstruksi Saluran Empedu, Limfoma Hodgkin, Hipertiroidisme, Hipotiroidisme, Hepatitis B dan C serta faktor psikologi juga dikaitkan sebagai munculnya LSK.

12

Tetapi faktor psikologi atau emosional tersebut masih belum jelas, apakah faktor tersebut menimbulkan reaksi sekunder atau hanya reaksi primer dan kausatif.

Beberapa faktor lain yang dapat memicu pruritus adalah faktor lingkungan yaitu, panas, lembab, keringat dan iritasi. Gatal muncul oleh akibat dari adanya pelepasan mediator inflamasi dan aktivitas enzim proteolitik. Keadaan ini menimbulkan adanya proses inflamasi pada kulit, yang menyebabkan penderita sering menggaruk lesi yang gatal dan terbentuk. Proses inflamasi yang berkepanjangan akan menyebabkan penebalan kulit, dimana penebalan kulit ini sendiri menimbulkan rasa gatal, sehingga merangsang penggarukkan yang akan semakin mempertebal kulit. Beberapa jenis kulit lebih rentan mengalami likenifikasi. Contohnya adalah kulit yang cenderung ekzematosa, seperti dermatitis atopi dan diathesis atopi.2,4,5,6

Penderita LSK akan mengeluh rasa gatal yang sangat mengganggu aktivitas, dan dirasakan terutama ketika penderita tidak sedang beraktivitas. Rasa gatal akan berkurang bila digaruk, dan penderita akan berhenti menggaruk bila sudah timbul luka, akibat tergantikannya rasa gatal dengan rasa nyeri. Lesi yang muncul biasanya tunggal, bermula sebagai plak eritematosa, sedikit edematosa. Lambat laun edema dan eritema akan menghilang, lalu muncul skuama pada bagian tengah dan menebal. Likenifikasi, ekskoriasi, dengan sekeliling yang hiperpigmentasi, muncul seiring dengan menebalnya kulit, dan batas menjadi tidak tegas. Gambaran klinis juga dipengaruhi oleh lokasi dan lamanya lesi.

Lesi pada penyakit LSK dapat timbul dimana saja, namun tempat yang sering adalah di tengkuk, leher, dengan bagian ekstensor, pubis, vulva, skrotum, perianal, paha bagian medial, lutut, tungkai bawah lateral, pergelangan kaki bagian depan, dan punggung kaki. Skuama pada penyakit ini dapat menyerupai skuama pada psoriasis. Variasi klinis dari liken simpleks kronik dapat berupa prurigo nodularis, akibat garukan atau korekan tangan penderita yang berulangulang pada suatu tempat. Lesi berupa nodus berbentuk kubah, permukaan

13

mengalami erosi tertutup krusta dan skuama, yang lambat laun akan menjadi keras dan berwarna lebih gelak. Lesi biasanya multiple, dan tempat predileksi di ekstrimitas, dengan ukuran lesi beberapa millimeter hingga 2 cm.4

Gambaran histopatologik liken simpleks kronis berupa hiperkeratosis, akantosis dengan rete ridges memanjang teratur. Bersebukan sel radang limfosit dan histiosit di sekitar pembuluh darah dermis bagian atas, fibroblast bertambah, kolagen menebal .2,5,6

Diagnosis banding Psoriasis diambil karena lesi berbentuk Makula eritematosa yang besarnya bervariasi dengan gambaran yang beraneka ragam dapat arsinar, sirsinar, polisiklik. Macula berbatas tegas, ditutupi oleh skuama kasar berwarna putih mengkilat. Jika skuama digores dengan benda tajam menunjukkan tanda tetesan lilin. Perbedaannya yaitu, biasanya disertai skuama kasar pada daerah kepala, siku, lutut, dan nodul eritema lentikular. Lesi nya juga hampir di seluruh bagian tubuh.

14

Gambar 1. Lesi pada Psoriaris Diagnosis banding Tinea korporis diambil karena lesi berbentuk makula/plak merah, hiperpigmentasi. Perjalanan penyakit yang kronik dapat ditemukan likenifikasi. Perbedaannya adalah lesinya berbatas tidak tegas dan bermacammacam bentuknya.

Gambar 2. Tinea Corporis

15

Diagnosis banding Prurigo Nodularis diambil karena

kelainan kulit

dimulai dengan papula miliar pada ekstremitas dan sangat gatal. Nodula lentikular berwarna hitam tersebar sepanjang tungkai bagian ekstensor. Nodula juga dikelilingi daerah hiperpigementasi. Perbedaannya adalah pada umumnya banyak nodul-nodul pada daerah kaki.3

Gambar 3. Prurigo Nodularis Tatalaksana yang diberikan untuk pasien ini dibagi menjadi dua yaitu, non-medikamentosa dan medikamentosa. Tata laksana non medikamentosa yaitu mencegah garukan dan gosokan pada lesi yang gatal, memberikan perban oklusif yang dipakai pada malam hari untuk mencegah garukan dan hindari dari gigitan serangga yang dapat memicu garukan.

Tatalaksana medikamentosa yang diberikan oleh pasien pada kasus ini adalah topikal dan sistemik. Secara topikal, pasien diberikan salep yang mengandung; 3% asam salisilat, 15 inerson, dan 10 fuson dioleskan pada lesi sebanyak 2 kali sehari (pagi dan malam hari) yang berguna untuk melembabkan kulit yang kering dan mencegah efek inflamasi yang lebih parah.8

16

Secara sistemik untuk mengatasi keluhan gatalnya, pasien diberikan cetirizin yaitu, metabolit karboksilat dari antihistamin generasi pertama hidroksizin, diperkenalkan sebagai antihistamin yang tidak mempunyai efek sedasi. (dipasarkan pada Desember 1995). Obat ini tidak mengalami metabolisme, mulai kerjanya lebih cepat dari pada obat yang sejenis. Obat diminum 1 kali sehari sampai rasa gatal tidak muncul kembali. Bagi pasien yang sering berkendaraan bermotor, harus diberikan edukasi agar tetap beristirahat dirumah setelah meminum obat. 8,9

Pasien juga diberikan metilprednisolon, yaitu kortikosteroid golongan VII (potensi lemah) sebagai anti-inflamasi yang identik dengan kortisol, hormon steroid alami pada manusia yang disintesis dan disekresi oleh korteks adrenal. Efek anti inflamasi kortikosteroid mempengaruhi berbagai sel imuno-kompeten seperti sel T, makrofag, sel dendritik, eosinofil, neutrofil, dan sel mast, yaitu dengan menghambat respons inflamasi dan menyebabkan apoptosis berbagai sel tersebut. Diminum sebanyak 2 kali sehari tablet selama 5 hari 8,10,11

Pasien juga diberikan ciprofloksasin yaitu, salah satu obat sintetik derivat quinolone dengan mekanisme kerjanya adalah menghambat aktifitas DNA gyrase bakteri, bersifat bakterisida dengan spektrum luas terhadap bakteri gram positif maupun gram negatif. Ciprofloksasin diabsorbsi secara cepat dan baik melalui saluran cerna, bioavailabilitas absolut antara 69-86%, kira-kira 16-40% terikat pada protein plasma dan didistribusi ke berbagai jaringan serta cairan tubuh. metabolismenya dihati dan diekskresi terutama melalui urine. Diminum sebanyak 2 kali sehari 1 tablet selama 5 hari.8,12

17

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulannya adalah pasien didiagnosis Liken Simpleks Kronis dan Pruritus, dan diberi tatalaksana berupa terapi topical dan sistemik yaitu pemberian salep yang mengandung (3% asam salisilat, 15 inerson, dan 10 fuson), antihistamin (cetirizin), kortikosteroid (metilprednisolon), dan antibiotik

(ciprofloksasin).

Disarankan, pasien diminta untuk berhenti menggaruk bagian tubuh yang gatal. Liken simpleks kronis yang memburuk atau membaik tergantung pada kemampuan pasien untuk berhenti menggaruk. Suhu ekstrim atau kelembaban, stres psikis, paparan dari wilayah yang sebelumnya mengalami penyakit ini, atau cenderung untuk iritasi kulit dan alergi dapat memicu kekambuhan dari LSK

Lesi dapat hilang sepenuhnya. Pruritus dapat diatasi, tetapi beberapa jaringan parut dan pigmentasi dapat hilang jika pengobatan LSK selesai dengan sempurna. Kekambuhan sangat mungkin terjadi pada masa-masa stres psikis atau jika kulit yang terkena sebelumnya terpapar oleh cuaca panas yang ekstrim, kelembaban, iritasi kulit atau alergi. Pada pasien yang tidak mematuhi dalam pengobatan dan tidak menghentikan menggaruk dan menggosok, lesi tidak akan membaik.1

18

References 1. Hogan DJ, Elston DM. Lichen Simplex Chronicus [Internet]. 2014 [updated 2012 Apr 20; cited 2014 Jan 19]. Available from : http://emedicine.medscape.com/article/1123423-overview 2. Wolff, Klaus. Lichen Simplek Chronic / Prurigo Nodularis in Fitspatrickss Dermatology In General Medicine. Edisi ke-7. Mc Graw Hill Medical. New York 3. Siregar RS. Neurodermatitis Sirkumskripta in Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. EGC. 2005. Jakarta. (129-131) 4. Harahap, M. Liken Simplek Kronik in Ilmu Penyakit Kulit. Hipokrates. 2000. Jakarta. (16-17) 5. Sularsito, Sri Adi. Suria Djuanda. Dermatitis in Djuanda A, et al. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ke-6. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2013. 6. Mansjoer, Arief. dkk. Neurodermatitis Sirkumskripta in Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius. 2000. Jakarta. (3) (89) 7. Mayo Clinic Staff. Disease and Conditions Neurodermatitis [internet]. 2014 [updated 2012 Oct 02; cited 2014 Jan 19]. Available from: http://www.mayoclinic.org/diseasesconditions/neurodermatitis/basics/definition/con-20027919 8. Mustikaningsih, R. Pengobatan untuk pasien liken simpleks kronis. Pontianak : SMF Kulit dan Kelamin RS Soedarso. 2014 9. Andri L, Senna GE, Betteli C. A comparison of the efficacy of cetirizine and terfenadine. A double blind controlled study of chronic idiopathic urticaria. Allergy 1993; 48: 358-65. 10. Yeh S, Li Z, Nussenblatt RB. Immunologic mechanism of uveitis. In: Levin LA, Albert DM, editor: Ocular disease: mechanisms and management. USA: Saunders; 2010. p. 618-27. 11 11. Boyd SR, Young S, Lightman S. Immunopathology of the nonin- fectious posterior and intermediate uveitis. Surv Ophthalmol. 2001;46(3):209-33. 12. Decha Care. Ciprofloxacin 500mg [Internet]. 2014 [cited 2014 Jan 21]. Available from : http://www.dechacare.com/Ciprofloxacin-500-mgP534.html

19

Anda mungkin juga menyukai