Anda di halaman 1dari 12

Refleksi Kasus JULI 2020

EKSIM DISHIDROTIK

Disusun Oleh:

WISNU PRADHANA MERTA


N 111 19 074

Pembimbing Klink
dr. Diany Nurdin,M.Kes, Sp.KK

KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA PALU
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2020
LEMBAR PENGESAHAN REFLEKSI KASUS

BAGIAN ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN

RSUD UNDATA PALU FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS TADULAKO

Nama : Wisnu Pradhana Merta

Stambuk : N 111 19 074

Judul Refleksi Kasus : Eksim Dishidotik

Dokter pembimbing : dr. Diany Nurdin, Sp. KK,. M.Kes. …………………..

dr. Nurhidayat, Sp.KK, FINSDV …………………..

dr. Seniwaty Ismail, Sp. KK, FINSDV …………………..

dr. Asrawati Sofyan, Sp. KK, M.Kes. …………………..


STATUS PASIEN

BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN

RSUD UNDATA PALU

I. IDENTITAS PASIEN
1) Nama Pasien : RS
2) Umur : 15 Tahun
3) Jenis Kelamin : Perempuan
4) Alamat : Mamboro
5) Agama : Islam
6) Pekerjaan : Siswi
7) Tanggal Pemeriksaan : 10 Maret 2020

II. ANAMNESIS
1) Keluhan utama : Gatal – gatal pada telapak tangan dan sela-sela
jari.
2) Riwayat penyakit sekarang :
Seorang pasien perempuan berusia 15 tahun datang ke poli
bagian kulit dan kelamin RSUD Undata dengan keluhan gatal –
gatal tiba - tiba pada bagian telapak tangan dan sela – sela jari.
Bercak kemerahan muncul dengan disertai rasa gatal sudah ada
sejak 1 minggu yang lalu. Rasa gatal baru muncul setelah mencuci
pakaian menggunakan deterjen yang di rasakan pertama kali,
pasien sebelumnya belum pernah mengalami gatal- gatal seperti ini
saat mencuci dan pasien menyangkal merasakan panas pada bagian
tangan saat mencelup di air deterjen. Pasien menyangkal memiliki
alergi obat dan pasien mengeluhkan kondisi ini mengganggu
aktivitas sehari – hari. Riwayat keluarga ibunya pernah memilki
kondisi yang sama dengan dirinya. Pasien belum pernah
melakukan pengobatan sebelumnya.
3) Riwayat penyakit dahulu:
Pasien tidak pernah mengalami hal yang sama sebelumnya.
Riwayat alergi (-), riwayat penyait gula darah (-), riwayat
hipertensi (-)
4) Riwayat penyakit keluarga:
Pasien mengatakan ibunya pernah menderita kondisi yang
sama.

III. PEMERIKSAAN FISIK


Status Generalis
1) Keadaan umum : Sakit Ringan
2) Status Gizi : Baik
3) Kesadaran : Kompos mentis

Tanda-tanda Vital
TD : 110/70 mmHg
Nadi : 80 kali/menit
Respirasi : 18 kali/menit
Suhu : 36.00 C

Status Dermatologis/Venereologis
Ujud Kelainan Kulit :
Kepala : Tidak terdapat Ujud Kelainan Kulit
Wajah : Tidak terdapat Ujud Kelainan Kulit
Leher : Tidak terdapat Ujud Kelainan Kulit
Aksial : Tidak terdapat Ujud Kelainan Kulit
Dada : Tidak terdapat Ujud Kelainan Kulit
Punggung : Tidak terdapat Ujud Kelainan Kulit
Perut : Tidak terdapat Ujud Kelainan Kulit
Bokong : Tidak terdapat Ujud Kelainan Kulit
Inguinal : Tidak terdapat Ujud Kelainan Kulit
Genitalia : Tidak terdapat Ujud Kelainan Kulit
Ekstremitas atas ( Tangan kanan dan kiri ) : Pada pemeriksaan gambaran
efloresensi primer pada kasus terdapat vesikel-vesikel (tapioca-like) berisi
cairan serum (jernih) dan pustul (vesikel yang berisi nanah). Sedangkan
pada efloresensi sekunder terdapat skuama halus ( kolaret) akibat bekas
garukan saat gatal.
Ekstremitas bawah : Tidak terdapat Ujud Kelainan Kulit

IV. GAMBAR

Gambar 1. Terdapat gambaran efloresensi primer pada kasus terdapat


vesikel-vesikel (tapioca-like) berisi cairan serum (jernih) dan pustul
(vesikel yang berisi nanah). Sedangkan pada efloresensi sekunder terdapat
skuama halus (kolaret) akibat bekas garukan saat gatal.
V. RESUME

Seorang pasien perempuan dengan keluhan adanya vesikel-vesikel


(tapioca-like) dan pustul pada bagian telapak tangan kiri dan kanan dan
sela-sela jari. Ditemukan terdapat skuama halus (kolaret) akibat bekas
garukan saat gatal.. Pasien mengaku gejala timbul saat setelah mencuci
pakaian dengan detejen untuk pertama kalinya sedangkan sebelum –
sebelumnya tidak pernah. Pada pemeriksaan tanda vital di dapatkan TD :
110/70, N : 80 x/menit, R : 18 x/menit dan S : 36,00C.

Berdasarkan hasil pemeriksaan dermatologi :

1. Ditemukan gambaran efloresensi primer pada kasus terdapat


vesikel-vesikel (tapioca-like) berisi cairan serum (jernih) dan
pustul (vesikel yang berisi nanah). Sedangkan pada efloresensi
sekunder terdapat skuama halus (kolaret) akibat bekas garukan saat
gatal.

VI. DIAGNOSIS KERJA


Eksim Dishidrotik

VII. DIAGNOSIS BANDING


1. Dermatitis Kontak Alergik
2. Skabies

VIII. ANJURAN PEMERIKSAAN


1. Uji histopatologi
IX. PENATALAKSANAAN
Non-medikamentosa
1. Menjaga kebersihan area telapak tangan
2. Hindari garukan yang dapat menyebabkan lesi iritasi
3. Gunakan sabun pembersih yang ringan dan air hangat untuk mencuci
tangan.
4. Menghentikan kontak langsung dengan deterjen saat mencuci
5. Menghindari stres emosional dan stres fisik
6. Tetap menjaga higiene kulit
Medikamentosa
a. Topikal
- Mometasone 0,1% Cream penggunaan 1 kali sehari (Tidak lebih dari 3
minggu)

b. Antibiotik
- Erytromycin 1,6-2 gram per hari, dibagi menjadi 2-4 kali jadwal
konsumsi.

c. Antihistamin

- Hydroxyzine 25 mg secara oral, 3 kali sehari


d. Terapi sistemik
- Kortikosteroid. Dosis awal 40-100 mg/hari
tergantung keparahan penyakit, diturunkan
perlahan (5-10 mg/hari setelah 7-14 hari)
X. PROGNOSIS

Quo ad vitam : ad bonam


Quo ad fungtionam : ad malam
Quo ad sanationam : Dubia ad bonam
Quo ad cosmeticam : ad bonam
PEMBAHASAN
Pada kasus yang di dapatkan dengan pasien perempuan 15 tahun yang
datang mengeluhkan rasa gatal pada telapak tangan kanan dan kirinya. Setelah
pemeriksaan terhadap pasien ditemukan adanya vesikel – vesikel ( tapioca-like)
yang disertai rasa gatal yang datang tiba –tiba, awal gejala muncul setelah
mencuci pakaian dengan deterjen, kondisi ini pertama kali di alami pasien yang
mengaku sebelumnya saat mencuci pakaian dengan deterjen tidak mengalami hal
seperti ini.
Dari gambaran pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang pasien
mengalami diagnosa yang mengarah ke eksim dishidrotik. Eksim dishidrotik
adalahbentukdermatitis tangan dan kaki yang ditandai dengan akumulasi

cairan berupa vesikel atau bula.1,4 Keadaan ini dapat akut, kronik, atau rekuren
di telapak tangan (palmar) dan telapak kaki (plantar), berupa mendadak
timbul vesikel- vesikel “tapioca-like” yang gatal selanjutnya membentuk fisura

dan likenifikasi.2 Sinonim penyakit ini meliputi dyshidrotic eczema,

pompholyx, vesicular palmar eczema.1,2 Istilah dyshidrotic karena awalnya


diduga akibat gangguan kelenjar keringat, tetapi saat ini beberapa sumber
menyatakan tidak ada hubungan kausatif. Kata pompholyx diambil dari istilah
Yunani yang berarti “bubble” sesuai gambaran klinis1
Kelainan ini terjadi sekitar 5-20% dari seluruh kasusdermatitis pada

tangan.1 Dapatdijumpai di hampir seluruh dunia, lebih banyak pada ras Asia, lebih

banyak pada wanita sesuai dengan pasien ini. Biasanya lebih sering di iklim panas,
selama musim semi dan musim panas. Penyakit ini dapat terjadi pada semua
usia, umumnya pada usia sebelum 40 tahun, jarang pada usia di bawah 10

tahun.1
Penyebab eksim dishidrotik belum diketahui pasti.5-7 Diduga
multifaktorial melibatkan faktor eksogen dan endogen. Sekitar 50% pasien
dermatitis dishidrotik memiliki riwayat atopi; sering dikaitkan dengan alergi
bahan nikel, infeksi jamur atau bakteri. Kelainan ini dijumpai pula pada
individu dengan HIV.5 Stres emosional, kontak bahan iritan (detergen, bahan
pelarut), faktor lingkungan (perubahan musim/suhu/ kelembapan) dapat
memperburuk gejala. 6
Guillet, dkk. (2007) meneliti berbagai faktor yang diduga menimbulkan

eksim dishidrotik. Dari 120 pasien eksim dishidrotik, didapatkan alergi kontak
(67,5%) terutama akibat kosmetik (lanolin alcohol, cocamidopropyl betaine, lauryl
sulfate, thimerosal, propylene glycol, dan octyl gallate), produk higiene (sabun,
shower gel, sampo, krim cukur), ataupun bahan metal; reaksi internal
terhadap obat, makanan, atau hapten nikel (6,7%); mikosis (10,8%); dan
idiopatik (15,0%).6
Terdapat beberapa hipotesis patogenesis, hipotesis paling awal
menyebutkan bahwa vesikel-vesikel dermatitis dishidrotik disebabkan oleh

disfungsi kelenjar keringat.3 Namun, ternyata pada pemeriksaan histologi


saluran kelenjar keringat tidak abnormal. Walaupun demikian, hiperhidrosis
(keringat berlebihan) didapatkan pada hampir sepertiga penderita dermatitis

dishidrosis.5 Pompholyx banyak dijumpai pada ras Asia, dikaitkan dengan faktor
genetik. Manifestasi klinis mendadak muncul vesikel- vesikel yang gatal. Gatal
dapat mendahului erupsi vesikel. Tidak ada eritema, namun ada sensasi
panas/tajam mendahului serangan. Vesikel dapat berkelompok lalu membentuk
bula besar. Gejala dapat mereda spontan atau berdeskuamasi dalam 2-3 minggu.
Erupsi umumnya simetris, 80% mengenai telapak tangan dan bagian lateral jari-
jari, hanya 10% yang mengenai telapak kaki. Rekurensi sering terjadi, dapat

bervariasi dari minggu, bulan, hingga tahun.1,5

Hal yang paling mendasari mendiagnosis pasien ni eksim dishidrotik karena memiliki ciri
khas kelainan ini yaitu vesikel “tapioca- like” yang gatal dengan onset tiba-tiba;

pada keadaan lanjut dapat ditemukan fisura dan likenifikasi.2 Klinis bervariasi
mulai dari ringan hingga berat yang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari dan

mempengaruhi kualitas hidup. Infeksi sekunder ditandai adanya pustul dan


tidak jarang, limfangitis. Sering menggaruk lesi dan terapi yang tidak tepat dapat
menyebabkan lesi sekunder yang meluas ke volar lengan, dorsal telapak/jari-jari,
dan kuku (penebalan dan perubahan warna).6
Terapi eksim dishidrotik tidak sederhana dan sering relaps. Faktor-
faktor pencetus perlu dihindari. Tujuan terapi meliputi: (1) menekan
pembentukan blister dan inflamasi, (2) meredakan keluhan gatal, (3) mencegah/
mengobati infeksi. Penilaian beratnya pompholyx menggunakan dyshidrotic

eczema area and severity index (DASI) berdasarkan jumlah vesikel/cm2, eritema,
deskuamasi, gatal, dan perluasan. DASI dapat digunakan untuk memantau

terapi.4
Diagnosis banding untuk pasien eksim dishidrotik yaitu dermatitis kontak
alergik peradangan gatal kemerahan pada kulit yang muncul akibat kontak
langsung dengan zat tertentu dan mengiritasi kulit, atau merupakan reaksi alergi
terhadap zat tertentu. Ruam yang muncul akibat peradangan ini tidak menular atau
berbahaya, tapi bisa menyebabkan rasa tidak nyaman bagi penderita. skabies
merupakan kondisi yang menyebabkan rasa gatal pada kulit akibat terdapatnya
tungau yang menggali ke dalam kulit. Tungau ini disebut Sarcoptes scabiei. Gatal
yang timbul pada skabies merupakan reaksi alergi dari tubuh terhadap tungau,
telur, dan kotorannya. Kontak fisik yang dekat dan lebih jarang serta  berbagai
pakaian atau alas tidur dengan individu yang terinfeksi dapat menyebabkan
penularan tungau.
DAFTAR PUSTAKA

1. Burns T, Breathnach S, Cox N, Griffiths C. Eczema. Rook’s textbook of

dermatology. 8th Ed. USA: Wiley Blackwel; 2010.


2. Wolff K, Johnson RA, Suurmond D. Eczema/dermatitis Fitzpatrick’s color atlas

and synopsis of clinical dermatology. 5th Ed. USA: The McGraw-Hill Companies;
20017.
3. Weller R, Hunter J, Dahl M. Eczema and dermatitis. Clinical dermatology. 4th Ed.
USA: Blackwell Publishing; 2008.
4. Adis Data Information. Pompholyx, a common palmoplantar skin disorder,
usually requires a combination of topical and systemic therapy. Drugs Ther
Perspect. 2011;27:4.
5. Wollina U. Pompholyx: A review of clinical features, differential diagnosis, and
management. Am J Clin Dermatol. 2010;11(5):305-14.
6. Kedrowski DA, Warshaw EM. Hand dermatitis: A review of clinical features,
diagnosis, and management. Dermatology Nursing 2008;20:1.

Anda mungkin juga menyukai