Anda di halaman 1dari 5

Trikomoniasis Meningkatkan Risiko Terinfeksi HIV-1

1Fadila Farah Diba dan 2Yudha Nurdian

1
Mahasiswa, Fakultas Kedokteran, Universitas Jember, Indonesia
2
Fakultas Kedokteran, Universitas Jember, Indonesia
Email: fadilafarahdiba@gmail.com; 162010101043@students.unej.ac.id

Abstrak
Trikomoniasis merupakan penyakit menular seksual yang paling banyak ditemui
di dunia. Penyakit ini disebabkan oleh Trichomonas vaginalis yang menular
melalui hubungan seksual. Berdasarkan WHO , lebih dari 248 juta kasus baru
terinfeksi T. vaginalis setiap tahun dan sekitar 8% perempuan terkena T.
vaginalis di seluruh dunia. Tempat hidup parasit ini pada perempuan di vagina
dan uretra, sedangkan pada laki-laki di uretra, vesika seminalis, dan prostat. Bila
pH dan fisiologi vagina memungkinkan untuk hidup, T.vaginalis akan
berkembangbiak dengan cepat dan menimbulkan degenerasi dan deskuamasi sel
epitel vagina yang dapat menyebabkan fluor albus atau keputihan (leucorrhoea).
Pengobatan baku trikomoniasis dengan menggunakan metronidazol oral.
Diketahui bahwa trikomoniasis juga meningkatkan risiko terinfeksi HIV. Pada
penelitian yang dilakukan McClelland dkk. yang mengumpulkan data selama 11
tahun, melibatkan 1.335 perempuan pekerja seks (PS) yang awalnya HIV-negatif,
dipantau selama rata-rata 1,5 tahun, dan setiap bulannya diskrining untuk HIV dan
infeksi vagina. Hasil yang diperoleh antara lain di antara 1.335 perempuan yang
awalnya HIV-negatif, 806 didiagnosis dengan infeksi T. vaginalis yang baru,
dengan tingkat kejadian 23,6 per 100 orang tahun; 265 perempuan mengalami
serokonversi HIV, dengan tingkat kejadian 7,7 per 100 orang tahun.

Latar belakang
Trikomoniasis adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh
Trichomonas vaginalis. T. vaginalis adalah parasit anaerobik bergerak dengan
flagela yang pertama kali dilaporkan pada tahun 1836 oleh Donne (Donne, 1836)
yang menemukannya pada sekret vagina wanita yang mengalami keputihan.
Parasit ini dapat ditemukan secara kosmopolit, termasuk di Indonesia. Berbentuk
buah pir atau ovoid dengan panjang 10–30 μm dan lebar 5–10 μm dan mempunyai
membrane bergelombang (undulating membrane) yang menempel pada kosta
yang terletak di separuh badan bagian anterior dan berfungsi untuk bergerak.
Parasit ini mempunyai 4 flagela anterior, yang juga berfungsi untuk pergerakan,
dan 1 flagela menempel pada undulating membrane.

Infeksi dimulai dari hubungan seksual dengan orang yang mengandung T.


vaginalis. Tempat hidup parasit ini pada perempuan di vagina dan uretra,
sedangkan pada laki-laki di uretra, vesika seminalis, dan prostat. Bila pH dan
fisiologi vagina memungkinkan untuk hidup, T.vaginalis akan berkembangbiak
dengan cepat dan menimbulkan degenerasi dan deskuamasi sel epitel vagina yang
dapat menyebabkan fluor albus atau keputihan (leucorrhoea).

Pada perempuan sering ada tanda-tanda colpitis macularis (strawberry


cervix) yang khas pada trikomoniasis dan eritema pada vagina dan vulva. Pada
pemeriksaan in speculo, tampak kelainan berupa vaginitis, dinding vagina dan
porsio tampak merah meradang, dan tampak pula perdarahan kecil (petechiae)
pada infeksi berat. McClelland et al. (2007) menyatakan bahwa trikomoniasis
terkait dengan peningkatan sebanyak 1,52 kali lipat terhadap risiko penularan HIV
setelah disesuaikan terhadap faktor yang berpotensi mengacaukan, misalnya
penggunaan kondom, kontrasepsi, jumlah pasangan seks, dan infeksi kelamin
lainnya.

Metode
Penulisan ini merupakan kajian literatur jurnal internasional dan nasional.
Penelusuran menggunakan mesin pencari NCBI dan Research gate dengan kata
kunci “Trichomoniasis”, “Trichomoniasis and HIV”, “HIV”. Jurnal yang
digunakan ialah jurnal yang terakreditasi.

Pembahasan
Pada saat ini terdapat tipe HIV yaitu HIV-1 dan HIV-2. Keduanya dapat
menyebabkan AIDS yang secara klinis tidak dapat dibedakan. HIV-1 merupakan
virus yang utama dan umumnya apabila seseorang terserang HIV tanpa ditentukan
virusnya, HIV tersebut adalah HIV-1. HIV-1 lebih mudah disebarkan dibanding
dengan HIV-2.
Pada penelitian yang dilakukan McClelland dkk. yang mengumpulkan
data selama 11 tahun, melibatkan 1.335 perempuan pekerja seks (PS) yang
awalnya HIV-negatif, dipantau selama rata-rata 1,5 tahun, dan setiap bulannya
diskrining untuk HIV dan infeksi vagina. Hasil yang diperoleh antara lain di
antara 1.335 perempuan yang awalnya HIV-negatif, 806 didiagnosis dengan
infeksi T. vaginalis yang baru, dengan tingkat kejadian 23,6 per 100 orang tahun;
265 perempuan mengalami serokonversi HIV, dengan tingkat kejadian 7,7 per
100 orang tahun. Penelitian ini menggunakan analisis univariate and multivariate
Cox proportional hazards. Didapatkan bahwa total dari jeda waktu efek dari
infeksi T. vaginalis untuk mempengaruhi penularan HIV-1 sekitar 60 hari.

Beberapa kemungkinan yang dapat membuktikan tentang hubungan


antara trikomoniasis dan meningkatnya risiko infeksi HIV-1 adalah antara lain
yang pertama, infeksi T. vaginalis dapat menyebabkan respon peradangan dengan
merangsang pengeluaran CD4 dan makrofag di vagina dan mukosa serviks. Sel
CD4 adalah jenis sel darah putih atau limfosit yang penting untuk sistem
kekebalan tubuh. Sel CD4 adalah sel-T yang mempunyai protein CD4 pada
permukaannya. Protein itu bekerja sebagai reseptor untuk HIV. Waktu sel CD4
menggandakan diri (bereplikasi) untuk melawan infeksi apapun, sel tersebut juga
membuat tiruan HIV sehingga jumlah sel CD4 semakin menurun dan diikuti oleh
pertahanan tubuh yang juga menurun. Kedua, perdarahan bisa terjadi pada
trikomoniasis yang berpotensi untuk melemahkan pertahanan mekanis terhadap
infeksi HIV-1. Ketiga, T. vaginalis dapat mengurangi sekresi leukosit protease
inhibitor yang dapat memblok penempelan sel HIV-1. Dengan itu trikomoniasis
dapat meningkatkan risiko infeksi HIV-1 dengan meningkatkan kerentanan
terhadap persistensi flora vagina abnormal.

Kesimpulan
Trikomoniasis adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh
Trichomonas vaginalis. Penyakit ini dapat menimbulkan banyak komplikasi
antara lain rentan terinfeksi HIV-1. Para peneliti berpendapat bahwa trikomoniasis
mungkin memudahkan penularan HIV melalui peradangan vagina (di mana sel
yang rentan terhadap infeksi HIV berkumpul dalam vagina), perdarahan mukosal,
atau jamur vagina berlebihan; dengan tambahan, parasit tersebut dapat
menghambat enzim pencegah HIV terkait pada sel. Beberapa penelitian telah
menghasilkan data kuantitatif mengenai terbuktinya trikomoniasis yang
meningkatkan risiko terinfeksi HIV-1.

Daftar pustaka
Sstaf pengajar. 2008. Parasitologi Kedokteran. Edisi 4. Jakarta: Badan Penerbit
FKUI. hal. 138-142.
RS McClelland, L Sangare, WM Hassan, and others. Infection with Trichomonas
vaginalis Increases the Risk of HIV-1 Acquisition. Journal of Infectious
Diseases 195(5): 698-702. March 1, 2007.
Wahyuni, Sitti. 2015. Parasit Pada Organ Urogenitalila dan Parasit yang
Mengganggu Kehamilan. https://med.unhas.ac.id/
Highleyman, liz. 2007. IMS mempercepat penularan infeksi HIV dan
pengembangan penyakit. https://hivandhepatitis.com/
Chang, P.-C., Hsu, Y.-C., Hsieh M.-L., Huang , S.-T., Huang, H.-C., and Chen,
Y. 2016. A Pilot Study On Trichomonas vaginalis in Women with
Recurrent Urinary Tract Infections. Biomedical Journal, 39: 289-294.
doi: 10.1016/j.bj.2015.11.005
Duarte, M., Seixas, A., de Carvalho, M. P., Tasca, T., and Macedo, A. J. 2016.
Amaurocine: Anti-Trichomonas vaginalis Protein Produced by the
Basidiomycete Amauroderma camerarium. Experimental Parasitology,
161: 6-11. doi: 10.1016/j.exppara.2015.12.012
Gaydos, C. A., Hobbs, M., Marrazzo, J., Schwebke, J., Coleman, J. S., Masek, B.,
Dize, L., Jang, D., Li, J.,and Chernesky, M. 2016. Rapid Diagnosis of
Trichomonas vaginalis by Testing Vaginal Swabs in an Isothermal
Helicase-Dependent AmpliVue Assay. Sexually Transmitted Diseases,
43(6): 369-373. doi: 10.1097/OLQ.0000000000000447
Schwebke, J. R. 2015. Trichomonas vaginalis. In: Bennett, J. E., Dolin, R., and
Blaser, M. J. (Eds.). Mandell, Douglas, and Bennett’s Principles and
Practice of Infectious Diseases, Eighth Ed., Vol. 1, Philadelpia: Elsevier.
p. 3161-3163.
Putri, R. dan Nurdian, Y. 2017. Trichomoniasis. http://www.researchgate.net/
Maulida, L. dan Nurdian, Y. 2017. Preterm Labour as the Complication of
Trichomoniasis. http://www.researchgate.net/
Nurdian, Y. 2018. Buku Ajar Pengantar Parasitologi Agromedis. Universitas
Jember: Fakultas Kedokteran.

Anda mungkin juga menyukai