Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Otitis media supuratif kronik (OMSK) atau dahulu disebut otitis media
perforata (OMP) merupakan infeksi kronik pada telinga tengah disertai
perforasi membran timpani dan pengeluaran sekret secara hilang timbul atau
menetap dari telinga tengah. Berdasarkan pernyataan diatas, OMSK biasanya
disertai dengan adanya ketulian yang umumnya berupa tuli konduktif. Oleh
sebab itu, OMSK sering disebut dengan istilah congek di kalangan
masyarakat Indonesia.1
Permukaan membran timpani dibagi berdasarkan 4 (empat) kuadran
yaitu postero superior, antero superior, postero inferior, dan antero inferior.
Luas permukaan perforasi membran timpani diklasifikasikan menjadi ukuran
kecil (< ¼ dari luas membran timpani), sedang ( ¼ - ½ dari luas membran
timpani), besar ( > ½ - ¾ dari luas membran timpani), dan subtotal (> ¾ dari
luas membran timpani).2
Data World Health Organization (WHO) memperkirakan ketulian
terjadi pada 6% populasi dunia sebanyak 62 juta orang usia kurang dari 15
tahun akan mengalami ketulian dan ketulian dapat dicegah sekitar 50%
kejadian. 3,4,5,6,7
Di Indonesia sekitar 4,2 – 9,2 % populasi mengalami ketulian.6,7
Penyebab terbanyak ketulian yaitu sumbatan serumen sebanyak 13,2 %,
lainnya disebabkan karena otitis media serosa sebanyak 0,3 %; perforasi
membran timpani yang kering 2,6 %; dan OMSK sebanyak 3,2 %.8
Menurut data penelitian pada penderita OMSK pada perforasi membran
timpani, menunjukkan hasil bahwa perforasi terbanyak pada perforasi sentral
yang terletak pada pars tensa membran timpani sebanyak 81,31% sedangkan
pada perforasi atik didapatkan persentase sebanyak 18,69%. Dari 198 sampel
yang perforasi sentral pada pars tensa menurut ukurannya, didapatkan 35
sampel mengalami perforasi kecil, 53 sampel adalah perforasi sedang, 40

http://repository.unimus.ac.id
sampel perforasi besar, 33 sampel termasuk perforasi subtotal dan atik
terdapat 37sampel. Berdasarkan ketulian yang dialami pada sampel penelitian
ini menunjukkan ketulian tertinggi dengan persentase 80,8% adalah tipe tuli
konduktif, 17,17% adalah tuli campuran, dan hanya 2,01% merupakan
penderita tuli sensorik. Penelitian ini menunjukkan bahwa ukuran dari
perforasi sangat efektif untuk menentukan derajat ketulian, pada ukuran
perforasi subtotal yang mengakibatkan penurunan pendengaran yang berat
bahkan sangat berat.4
Penelitian lainnya menunjukkan dari jumlah sampel yaitu 50
didapatkan hasil tertinggi pada 19 sampel penderita yaitu pada ukuran
perforasi subtotal, 13 sampel penderita pada perforasi sedang, 12 sampel
penderita didapatkan pada ukuran perforasi besar, dan sisanya yaitu 6 sampel
penderita pada ukuran kecil. Berdasarkan hubungan ukuran perforasi dengan
ketulian, menunjukkan kehilangan pendengaran tertinggi yaitu 43,8 dB yang
diamati pada kelompok ukuran perforasi subtotal, dimana 30,8 dB diamati
pada ukuran perforasi kecil. Penelitian ini mengkorelasikan tingkat ketulian
untuk berbagai ukuran perforasi yang menunjukkan bahwa ketulian
meningkat pada ukuran perforasi yang lebih luas. Sehingga ukuran perforasi
subtotal menyebabkan ketulian lebih berat dari ukuran perforasi kecil. Oleh
karena itu ketulian paling sedikit dipengaruhi dalam ukuran perforasi kecil
dan terus meningkat menjadi maksimal pada ukuran perforasi subtotal. Secara
klinis, dimungkinkan untuk memprediksi jumlah ketulian berdasarkan ukuran
perforasi membran timpani.2
Berdasarkan latar belakang di atas maka akan dilakukan penelitian
mengenai hubungan luas perforasi membran timpani terhadap derajat
ketulian tipe hantaran penderita otitis media supuratif kronik di RSUD Kota
Semarang.

http://repository.unimus.ac.id
1.2. Rumusan Masalah
Adakah korelasi luas perforasi membran timpani terhadap derajat
ketulian tipe hantaran pada penderita otitis media supuratif kronik di RSUD
Kota Semarang?

1.3. Tujuan Penelitian


1.3.1. Tujuan Umum
Mengkorelasikan luas perforasi membran timpani terhadap derajat
ketulian tipe hantaran pada penderita otitis media supuratif kronik di
RSUD Kota Semarang.
1.3.2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus penelitian ini adalah:
a. Mendeskripsikan luas perforasi membran timpani pada penderita
otitis media supuratif kronik di RSUD Kota Semarang.
b. Mendeskripsikan derajat ketulian tipe hantaran pada penderita otitis
media supuratif kronik di RSUD Kota Semarang.
c. Menganalisis korelasi luas perforasi membran timpani dengan
derajat ketulian tipe hantaran pada penderita otitis media supuratif
kronik di RSUD Kota Semarang.

http://repository.unimus.ac.id
1.4. Keaslian Penelitian

No Peneliti Judul Penelitian Desain Hasil Penelitian


Penelitian
1 Abu Sufian The effect of area Case control Ketulian konduktif adalah
Hassan and site of tympanic jenis yang paling umum
Ahmed membrane (79%). Letak perforasi yang
Elhaj, perforations on terbanyak pada perforasi
Mohammad hearing threshold sentral (90%) dengan
Bushara among sudanese kuadran posteroinferior 3%.
Abdalla, patients. Ukuran yang terbesar dari
Haydar perforasi membran timpani
Abubakar adalah subtotal (54%),
Abdalla. diikuti oleh perforasi sentral
besar (25%). Hilangnya
pendengaran terbesar
ditemukan di posteroinferior
dan antero-superior perforasi
kompartemen gendang
telinga.
2 Mohammed Pattern and degree Cross Pasien OMSK terbesar
Shaifiqul of hearing loss in sectional ditemukan pada tipe
Islam, chronic suppurative tubotimpani denga perforasi
Mohammed otitis media. pada pars tensa (81,31%).
Rafiqul Dari 151 pasien pada
Islam, perforasi pars tensa
Mohammad diantaranya 35 merupakan
Ashequr perforasi kecil, 53 perforasi
Rahman sedang, 40 perforasi besar
Bhuiyan, dan 33 merupakan perforasi
Mohammad subtotal. Hilangnya
Shazibur pendengaran terbesar
Rashid, Pran ditunjukkan pada pasien
Gopal Datta dengan ketulian tipe
konduktif (80,8%), tipe
campuran (17,17%), dan tipe
sensorineural (2,01%).

Berdasarkan keaslian penelitian diatas, penelitian ini memiliki


perbedaan jumlah sampel, tempat penelitian, teknik sampling, teknik
pengumpulan data, dan berbeda pada variabel terikat yaitu derajat ketulian
tipe hantaran pada penelitian ini.

http://repository.unimus.ac.id
1.5. Manfaat Penelitian
1. Manfaat dibidang kedokteran klinik
Terdeteksinya penyakit otitis media supuratif kronik secara dini
sehingga pengobatan lebih cepat dilakukan dan secara tepat, sehingga
tidak sampai terjadi komplikasi yang tidak diinginkan.
2. Manfaat dibidang kedokteran keluarga
Edukasi dan motivasi terhadap penderita dan keluarga penderita
mengenai pentingnya memeriksakan penyakit secara dini agar diagnosis
dapat ditegakkan secara dini.
3. Manfaat bagi masyarakat
Penelitian ini bermanfaat memberikan informasi kepada masyarakat
agar selalu menjaga atau merawat telinga sehingga tidak terjadi
peningkatan penderita otitis media supuratif kronik.

http://repository.unimus.ac.id

Anda mungkin juga menyukai