Anda di halaman 1dari 12

PHARMACY, Vol.08 No.

01 April 2011 ISSN 1693-3591

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK TERHADAP PASIEN ANAK PENDERITA DEMAM


TIFOID DI RUMAH SAKIT WIJAYAKUSUMA PURWOKERTO TAHUN 2009

Muhammad Abbas Rifa`i, Sudarso, Anjar M.K.

Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Purwokerto


Jl. Raya Dukuhwaluh Purwokerto 53182 PO. Box 202

ABSTRAK

Di Indonesia demam tifoid terdapat dalam keadaan endemik penyakit ini termasuk
penyakit menular. Di daerah endemik demam tifoid insidensi tertinggi didapatkan pada
anak-anak. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui karakteristik pada pasien anak
penderita demam tifoid yang meliputi umur dan jenis kelamin pasien di Rumah Sakit
Wijayakusuma Purwokerto dan mengetahui gambaran penggunaan antibiotik dan
kesesuaian penggunaan antibiotik pada pasien anak penderita demam tifoid yang
meliputi jenis antibiotik, ketepatan dosis antibiotik, cara pemberian antibiotik, dan lama
pemberian antibiotik di Rumah Sakit Wijayakusuma Purwokerto tahun 2009 yang
dibandingkan dengan Standar Pelayanan Medik dari Rumah Sakit Wijayakusuma
Purwokerto tahun 2009 dengan Standar Pelayanan Medik Perhimpunan Ahli Penyakit
Dalam Indonesia (PAPDI).
Penelitian ini bersifat deskriptif non analitik, dan pengumpulan data di lakukan secara
retrospektif dengan menggunakan alat kartu rekam medik pasien dan diperoleh 97
kasus untuk pasien anak demam tifoid.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa jumlah pasien kebanyakan anak-anak sebanyak
70 (72,16%) pasien, jenis kelamin kebanyakan laki-laki 53 (55%). Gambaran antibiotik
yang digunakan di Rumah Sakit Wijayakusuma Purwokerto Tahun 2009 penggunaan
jenis antibiotik terbanyak yang digunakan adalah sefotaxime sebanyak 61 pasien
(62,89%). Gambaran pemberian dosis amoksisilin rata-rata rentang antara 150-250mg,
ampisilin 200-350mg, kloramfenikol 250mg, tiamfenikol 30mg, cefotaxime 150-750mg,
gentamisin 16-40mg. Cara pemberian antibiotik kebanyakan parenteral 70 pasien
(72,17%). Dan lama pemberian banyak diresepkan 3-8 hari. jenis antibiotik (87,63%)
berdasarkan Standar pelayanan Medik Rumah Sakit Wijayakusuma telah sesuai dan
90,72% berdasarkan Standar Pelayanan Medik Perhimpunan Ahli Penyakit Dalam
Indonesia (PAPDI) juga sesuai, untuk ketepatan dosis 92,77% berdasarkan Standar
pelayanan Medik Rumah Sakit Wijayakusuma dan 74,22% berdasarkan Standar
Pelayanan Medik Perhimpunan Ahli Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) telah sesuai serta
untuk cara pemberian dan lama pemberian tidak dapat dianalisis kesesuaiannya.

Kata kunci: Antibiotika, Demam tifoid, Pasien anak Rawat Inap, RS Wijayakusuma

ABSTRACT

Typhoid fever is endemic diseases in Indonesia, including infectious diseases. In endemic


areas showed the highest incidence of typhoid fever children. Knowing the purpose of
this study is characteristic in children with typhoid fever patients, including age and sex
of patients in hospitals and Knowing image Wijayakusuma Purwokerto antibiotic and

13
PHARMACY, Vol.08 No. 01 April 2011 ISSN 1693-3591

suitability of the use of antibiotics in children with typhoid fever, including type of
antibiotic, the accuracy of the dose of antibiotics, mode of administration antibiotics,
and duration of using in Rumah Sakit Wijayakusuma Purwokerto Year 2009 are
comparable to the Standard of Medical Service of Rumah Sakitl Wijayakusuma
Purwokerto Year 2009 by Medical Standard Perhimpunan Ahli Penyakik Dalam
Indonesia (PAPDI).
This research is non-analytic, and data collection is done retrospectively by using patients
medical records and there where 97 cases of typhoid fever in pediatric patients.
The results of this study showed that the number of patients are mosly of the kids as
much as 70 (72.16%) patients, sex, mostly boy, 53 (55%). Preview antibiotic that is in use
at the Rumah Sakit Wijayakusuma Year 2009 the use of most types of antibiotics used
was cefotaxime of 61 patients (62.89%). Image amoxicillin dosage ranges on average
between 150-250mg, 200-350mg ampicillin, cloramphenicol 250mg, tiamfenikol 30mg,
cefotaxime 150-750mg, gentamisin 16-40mg. The way most parenteral antibiotics 70
patients (72.17%). And many in the prescribed duration of 3-8 days. 87,63% for the type
of antibiotics based on the Standar Pelayanan Medik (SPM) Rumah Sakit Wijayakusuma
is appropriate and 87.63% based on the Perhimpunan Ahli Penyakit Dalam Indonesia
(PAPDI) is appropriate, for the accurate dosage of 92.77% based on the Standar
Pelayanan Medik (SPM) Rumah Sakit Wijayakusuma and 74.22% based on the
Perhimpunan Ahli Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) conformed well to the old mode of
administration and delivery can not be analyzed.

Keywords: Antibiotics, typhoid fever, Pediatric, Patients In patient RS Wijayakusuma

PENDAHULUAN undang wabah dan wajib dilaporkan


namun data yang lengkap belum ada,
Tifus abdominalis (demam tifoid, enteric
sehingga gambaran epidemiologinya
fever) ialah penyakit infeksi akut yang
belum diketahui secara pasti (Noer dkk,
biasa terdapat pada saluran pencernaan
1999:435).
dengan gejala demam yang lebih dari
satu minggu, gangguan pada saluran Di daerah endemik demam tifoid,
pencernaan dan gangguan kesadaran insidensi tertinggi didapatkan pada anak-
(Juwono, 1985: 598). anak, orang dewasa sering mengalami
infeksi ringan yang sembuh sendiri dan
Di Indonesia demam tifoid terdapat
menjadi kebal, insidensi pada pasien
dalam keadaan endemik penyakit ini
yang berumur antara 12 sampai 30
termasuk penyakit menular yang
tahun adalah 70-80%, pasien yang
tercantum dalam undang- undang no 6
berumur antara 30 sampai 40 tahun
tahun 1062 tentang wabah. Walaupun
hanya 10-20%, dan di atas 40 tahun
demam tifoid tercantum dalam undang-
hanya 5-10% (Noer dkk, 1999:435).

14
PHARMACY, Vol.08 No. 01 April 2011 ISSN 1693-3591

Demam tifoid apabila tidak segera mengenai hubungan antara musim dan
ditangani atau diobati dapat peningkatan jumlah kasus demam tifoid.
menyebabkan timbulnya komplikasi
Kasus demam tifoid di Rumah Sakit
yaitu pendarahan atau perforasi
Wijayakusuma Purwokerto banyak
(perlubangan) usus dan pneumonia.
ditemukan melalui data rekam medis
Penggunaan antibiotik adalah pilihan
tahun 2009 yang menjalani rawat inap di
utama dalam pengobatan demam tifoid,
Rumah Sakit Wijayakusuma Purwokerto.
antibiotik merupakan obat yang
Berdasarkan data dari Rumah Sakit
berbahaya apabila disalah gunakan.
Wijaya Kusuma Purwokerto ditahun
Pemakaian antibiotik yang salah dapat
2009, 87% pasien yang menderita
menimbulkan sejumlah kerugian. Selain
demam tifoid adalah anak-anak dan
karena mahal dan meningkatnya efek
sisanya orang dewasa, penggunaan
samping, dapat terjadi resistensi
antibiotik juga dirasa belum efektif dan
antibiotik yang sangat mengganggu
maksimal. Terkait dengan permasalahan
apabila orang tersebut menderita infeksi
tersebut, perlu dilakukan evaluasi
berat di kemudian hari. Pemakaian
penggunaan antibiotik terhadap pasien
antibiotik berlebihan dapat
anak penderita demam tifoid di Rumah
menimbulkan banyak efek diagnosis
Sakit Wijayakusuma Purwokerto Tahun
yang tidak seharusnya, sehingga
2009.
penyakit pasien tidak tertangani dengan
baik. Antibiotik berlebihan juga dapat Dalam penelitian evaluasi penggunaan
mengganggu sistem imunitas. antibiotik terhadap pasien anak
Penggunaan antibiotik yang kurang tepat penderita demam tifoid di Rumah Sakit
dapat menyebabkan bakteri-bakteri Wijayakusuma Purwokerto Tahun 2009,
menjadi resisten terhadap antibiotik dan akan diteliti bagaimana cara pemilihan
juga dapat menyebabkan kontraindikasi dan penggunaan antibiotik yang sesuai
pada pasien (Anonim, 2009). untuk penyakit demam tifioid pada
pasien anak yang menjalani rawat inap di
Di kabupaten Banyumas demam tifoid
Rumah Sakit Wijayakusuma Purwokerto,
dapat ditemukan sepanjang tahun, tidak
dan juga kesesuaian terapi penggunaan
diketahui ada kesesuaian pemahaman
antibiotik telah sesuai dengan Standar
Pelayanan Medis PAPDI serta Standar

15
PHARMACY, Vol.08 No. 01 April 2011 ISSN 1693-3591

Pelayanan Medis yang ada di Rumah mempunyai kualitas dan karakteristik


Sakit Wijayakusuma Purwokerto. tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik
METODE PENELITIAN
kesimpulannya, sedangkan sampel
A. Jenis dan Rancangan Penelitian bagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi tersebut.
Dalam penelitian evaluasi penggunaan
antibiotik untuk demam tifoid pada anak Penelitian ini mengambil seluruh
di Rumah Sakit Wijaya Kusuma populasi menjadi sampel penelitian
Purwokerto dilakukan penelitian sehingga semua populasi menjadi
menggunakan metode retrospektif. subyek dalam penelitian ini. Populasi
Metode retrospektif yaitu penelitian dalam penelitian ini adalah semua
yang berusaha melihat belakang pasien anak (umur 0-12 tahun)
(backword looking), penelitian ini penderita demam tifoid di instalasi
menelusuri tindakan-tindakan yang rawat inap Rumah Sakit Wijayakusuma
dilakukan tenaga kesehatan Rumah Sakit Purwokerto tahun 2009 yang berjumlah
Wijayakusuma Purwokerto kepada 97 anak.
pasien demam tifoid pada anak di
D. Cara Kerja Penelitian
instalasi rawat inap, kemudian hasil dari
data penelusuran tersebut dianalisis Cara kerja penelitian yang dilakukan
secara deskriptif non analitik. meliputi tahap perijinan, tahap,
pengumpulan data, dan tahap analisis:
B. Waktu dan tempat penelitian
1. Tahap perijinan melakukan penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan
Maret sampai April 2010 dan Surat ijin penelitian diperlukan sebagai
menggunakan data 1 Januari – 31 prosedur resmi untuk melakukan
Desember tahun 2009 dan bertempat di penelitian di Rumah Sakit Wijayakusuma
Rumah Sakit Wijayakusuma Purwokerto. Purwokerto, Surat ijin penelitian
diajukan kepada pihak fakultas dan
C. Populasi dan Sampel Penelitian
ditanda tangani oleh Dekan Fakultas
Populasi adalah wilayah generalisasi Farmasi UMP. Surat ijin tersebut
yang terdiri atas: obyek subyek yang kemudian disampaikan kepada

16
PHARMACY, Vol.08 No. 01 April 2011 ISSN 1693-3591

Direktur Rumah Sakit Wijayakusuma standar pelayanan medik dari Rumah


Purwokerto, untuk mendapatkan Sakit Wijayakusuma Purwokerto tahun
ijin penelitian yang kemudian 2009 dan standar pelayanan medik dari
disampaikan ke bagian rekam, medik PAPDI.
sebagai prosedur resmi untuk melakukan
HASIL DAN PEMBAHASAN
penelitian di Rumah Sakit Wijayakusuma
Purwokerto. 1. Karateristik Pasien Anak Penderita
Demam Tifoid
2. Tahap pengumpulan data
a. Berdasarkan Umur
Data diambil dari rekam medik di
instalasi catatan medik Rumah Sakit Tifoid Berdasarkan Umur dapat dilihat
Wijayakusuma Purwokerto. Data yang dari tabel 1 berikut
diambil dari kartu rekam medik
Tabel 1.Jumlah pasien anak penderita
meliputi identitas pasien (jenis kelamin demam tifoid berdasarkan umur di Rumah
Sakit Wijayakusuma Purwokerto Tahun 2009
dan umur), hasil pemeriksaan
Jumlah
laboratorium, diagnosa penyakit, Umur Pasien Persentase
0-1 bulan
kesesuaian penggunaan antibiotik (jenis (neonatus) 0 0%
antibiotik, ketepatan dosis antibiotik, 1bln-2th (bayi) 27 27,84%
2-12th(anak anak) 70 72,16%
cara pemberian antibiotik, dan lama Total 97 100%
pemberian antibiotik) Dapat dilihat dari tabel 1 bahwa pasien
anak rawat inap demam tifoid yang
3. Tahap analisis data
paling banyak adalah kelompok usia
Data di analisis secara deskriptif non anak-anak, Karena hal tersebut

analitik. Teknik deskriptif non analitik di disebabkan oleh faktor lingkungan yang
gunakan untuk menganalisis data rekam kurang bersih dan daya tahan tubuh
medik, sehingga dapat diketahui anak-anak yang belum bekerja secara

karateristik pasien anak penderita maksimal. Demam tifoid dapat


demam tifoid serta dapat disebabkan karena penyediaan air
membandingkan penggunaan bersih, sanitasi lingkungan dan
antibiotik di Rumah Sakit kebersihan individu kurang baik,

Wijayakusuma Purwokerto dengan sehingga kuman penyebab demam tifoid

penggunaan antibiotik yang sesuai

17
PHARMACY, Vol.08 No. 01 April 2011 ISSN 1693-3591

mudah menginfeksi jaringan tubuh a. Gambaran Jenis Antibiotik


(Juwono, 1985: 435).
Gambaran penggunaan antibiotik di
b. Berdasarkan Jenis Kelamin Rumah Sakit Wijaya Kusuma Purwokerto
dapat di lihat dari tabel berikut
Untuk evaluasi pasien demam tifoid
berdasrkan demam tifoid dapat di lihat Tabel 3. Gambaran penggunaan antibiotik
berdasarkan jenis antibiotik di Rumah Sakit
pada tabel 2. Wijayakusuma Purwokerto Tahun 2009
Golongan Jenis Juml Persenta
Tabel 2.Evaluasi karateristik jumlah pasien antibiotik antibiotik ah se %
berdasarkan jenis kelamin di Rumah Sakit Penisilin Amoksisilin 18 18,56
Wijayakusuma Purwokerto Tahun 2009 3 3,09
Ampisilin
Jenis Jumlah
Persentase % Kloramfenik Kloramfeni
Kelamin Pasien 2 2,06
ol kol
laki-laki 53 54,63 Tiamfeniko
Perempuan 44 45,36 1 1,03
l
Total 97 100,00 Sefalospori
61 62,89
Jenis kelamin laki-laki pada pasien anak n Cefotaxime
Aminoglikos
demam tifoid sebanyak 53 pasien 9 9,28
ida Gentamisin
(54,63%) dan sisanya berjenis kelamin Ampisilin-
1 1,03
Kombinasi cefotaxime
perempuan yaitu sebanyak 44 pasien Ampisilin-
1 1,03
gentamisin
(45,36%). Dari evaluasi karateristik yang Cefotaxime
terkena penyakit demam tifoid jenis - 1 1,03
gentamisin
kelamin ini terlihat bahwa anak laki-laki Jumlah 97 100
lebih banyak menderita demam tifoid Dari tabel 3 dapat dilihat Di Rumah Sakit
dibandingkan dengan perempuan, Wijayakusuma Purwokerto Tahun 2009
karena anak laki-laki lebih sering untuk pasien demam tifoid banyak
melakukan aktivitas diluar rumah. Hal ini menggunakan antibiotik golongan
memungkinkan anak laki - laki sefalosporin golongan ke tiga yaitu
mendapatkan resiko lebih besar terkena cefataxime sebanyak 62,89%,
penyakit demam tifoid dibandingkan Sefalosporin termasuk golongan
dengan anak perempuan (Musnelina, betalaktam yang bekerja dengan cara
dkk. 2004). menghambat sintesis dinding sel
mikroba. Sefalosporin aktif terhadap
2. Gambaran terapi penggunaan
kuman Gram positif dan Gram negatif,
antibiotik di Rumah Sakit Wijayakusuma
tetapi spektrum antimikroba masing-
Purwokerto

18
PHARMACY, Vol.08 No. 01 April 2011 ISSN 1693-3591

masing derivat bervariasi. Farmakologi yang tidak sesuai, ini dapat dilihat secara
sefalosporin mirip dengan penisilin, individual pada masing-masing pasien
ekskresi terutama melalui ginjal dan atau secara epidemiologik dalam
dapat dihambat oleh probenesid populasi. Pemakaian obat yang
(Anonim, 2000). berlebihan baik dalam jenis (multiple
prescribing) maupun dosis (over
b. Gambaran Dosis Antibiotik
prescribing) jelas akan meningkatkan
Gambaran terapi ketepatan dosis risiko terjadinya efek samping.
penggunaan antibiotik pada anak-anak di Pemakaian antibiotika secara berlebihan
Rumah Sakit Wijayakusuma Purwokerto juga dikaitkan dengan meningkatnya
dapat dilihat dari tabel 4 berikut resistensi kuman terhadap antibiotik
yang bersangkutan dalam populasi
Tabel 4. Gambaran penggunaan antibiotik
berdasarkan ketepatan dosis di Rumah Sakit (Musnelina, dkk. 2004).
Wijayakusuma Purwokerto Tahun 2009
Dosis Di c. Gambaran Cara Pemberian
Golongan Jenis
Rekam
antibiotik antibiotik
Medik
Penisilin Amoksisilin 150-250mg Gambaran cara pemberian antibiotik
Ampisilin 200-350mg pada anak-anak di Rumah Sakit Wijaya
Kloramfenikol Kloramfenikol 250mg
Tiamfenikol 30mg Kusuma Purwokerto dapat di lihat dari
Sefalosporin Cefotaxime 150-750mg
Aminoglikosida Gentamisin 16-40mg tabel 5
Ampisilin- 200-350mg,
Kombinasi cefotaxime 150-750mg
Ampisilin- 200-350mg,
gentamisin 16-40mg
Cefotaxime- 150-750mg,
gentamisin 16-40mg

Dapat dilihat dari tabel 4 dari data rekam


medik obat amoksisilin rata-rata dosis
rentang antara 150-250mg, ampisilin
200-350mg, kloramfenikol 250mg,
tiamfenikol 30mg, cefotaxime 150-
750mg, gentamisin 16-40mg. Dampak
ketepatan pemberian obat antibiotik

19
PHARMACY, Vol.08 No. 01 April 2011 ISSN 1693-3591

Tabel 5. Gambaran penggunaan antibiotik berdasarkan cara pemberian di Rumah Sakit Wijaya
Kusuma Purwokerto Tahun 2009
Persentase pemberian
Golongan Cara pemberian
Jenis antibiotik %
antibiotik
Oral Parenteral Oral Parenteral
Penisilin Amoksisilin 15 3 15,46 3,09
Ampisilin 3 - 3,09 -
Kloramfenikol Kloramfenikol 2 - 2,06 -
Tiamfenikol 1 - 1,03 -
Sefalosporin Cefotaxime - 61 - 62,89
Aminoglikosida Gentamisin 3 6 3,09 6,19
Ampisilin-
Kombinasi - 1 - 1,03
cefotaxime
Ampisilin-
- 1 - 1,03
gentamisin
Cefotaxime-
- 1 - 1,03
gentamisin
Jumlah 24 73 24,74 75,26

Banyak obat antibiotik dari gambar 4 Gambaran terapi lama pemberian


diatas terlihat di Rumah Sakit antibiotik pada anak-anak di Rumah
Wijayakusuma Purwokerto Tahun 2009 Sakit Wijayakusuma Purwokerto dapat
cara pemberian secara parenteral dilihat dari tabel 6
(75,26%) lebih banyak dibandingkan
Tabel 6. Gambaran penggunaan antibiotik
dengan oral (24,74%), dikarenakan dari berdasarkan Lama pemberian di Rumah Sakit
Wijayakusuma Purwokerto Tahun 2009
sebagian besar obat ketersediaannya
Berdasarkan
Jumlah Persentase
parenteral. Serta mempunyai lama inap di
pasien %
rekam medik
keunggulan dari pemberian secara 3-4 hari 44 45,36
5-6 hari 47 48,45
parenteral yaitu
7-8 hari 6 6,18
Jumlah 97 100
1. Cepat dan tepat Dari gambar 5 terlihat di Rumah Sakit
2. Stabilitas obat lebih terjaga Wijayakusuma Purwokerto Tahun 2009
3. Tidak di absorbsi oleh usus di resepkan 3-8 hari. Lama pemberian
4. Sangat berguna dalam keadaan antibiotik yang tepat dapat
darurat untuk pasien tidak sadar memaksimalkan kerja obat antibiotik
(Tan & Raharja, 2007; 19). sehingga tepat indikasi dan tidak
d. Gambaran Lama Pemberian menyebabkan kontraindikasi (Anonim,
2010).

20
PHARMACY, Vol.08 No. 01 April 2011 ISSN 1693-3591

2. Evaluasi Antibiotik yang harus ditanggung sehubungan


a. Jenis Antibiotik dengan kegagalan terapi akan lebih
mahal (Anonim, 2010; (f)).
Untuk kesesuaian pemilihan antibiotika
dengan Standar Pelayanan Medik Rumah b. Ketepatan Dosis
Sakit (SPM RS) dan Standar Pelayanan
Dalam penelitian ini menggunakan
Medik PAPDI didapat kesesuaian jenis
pasien anak sedangkan dalam SPM tidak
antibiotik yang sesuai pedoman lebih
disebutkan untuk pasien anak, maka
besar (87,63%) dibanding dengan
perlu di lakukan perhitungan dosis anak
antibiotik yang tidak sesuai pedoman
terhadap dosis dewasa pada SPM.
(12,37%). Penggunaan antibiotik yang
Perlunya perhitungan dosis anak karena
sesuai lebih besar dibanding obat yang
untuk respon tubuh anak tehadap obat
tidak sesuai, dimana penggunaan
tertentu tidak sama dengan respon
antibiotik yang tidak sesuai dapat
tubuh orang dewasa, selain itu distribusi
menyebabkan kegagalan terapi bahkan
cairan tubuh pada anak-anak juga
dapat menimbulkan efek samping yang
berbeda dengan orang dewasa sehingga
tidak diinginkan (Anonim, 2010; (f)).
perlu adanya perhitungan dosis untuk
Kemudian untuk kesesuaian antibiotik di anak-anak yang sesuai. Untuk evaluasi
Rumah Sakit Wijayakusuma Purwokerto ketepatan dosis Dirumah Sakit
Tahun 2009 yang dibandingkan dengan Wijayakusuma Purwokerto Tahun 2009
Standar Pelayanan Medik PAPDI yang telah dibandingkan dengan SPM RS
diketahui kesesuaian antibiotik yang dan SPM PAPDI, dapat diketahui
sesuai pedoman lebih besar (90,72%) kesesuaian antibiotik yang sesuai
dibanding dengan antibiotik yang tidak pedoman lebih besar (92,77%) dibanding
sesuai pedoman (9,28%). Penggunaan dengan antibiotik yang tidak sesuai
antibiotik yang sesuai lebih besar pedoman (7,21%). Penggunaan
dibanding obat yang tidak sesuai, antibiotik yang sesuai lebih besar
penggunaan antibiotik yang tidak sesuai dibanding obat yang tidak sesuai,
dapat merugikan pasien dimana dapat dimana penggunaan dosis antibiotik
menimbulkan kegagalan terapi bahkan yang sesuai dapat memaksimalkan kerja
dapat menimbulkan efek samping yang obat, sehingga terapi yang di inginkan
tidak diinginkan sehingga Pembiayaan tercapai (Anonim. 2010).

21
PHARMACY, Vol.08 No. 01 April 2011 ISSN 1693-3591

Untuk kesesuaian cara pemberian kesesuaian yang dibandingkan dengan


antibiotik di Rumah Sakit Wijayakususma SPM PAPDI juga tidak dapat dianalisa.
Purwokerto Tahun 2009 yang
d. Lama Pemberian Antibiotik
dibandingkan dengan SPM PAPDI
didapat Sebagian data hampir sama, di Dalam lama pemberian antibiotik
ketahui kesesuaian antibiotik yang sesuai kebanyakan diresepkan sesuai dengan
pedoman lebih besar (74,22%) dibanding kondisi pasien,sedangkan dalam literatur
dengan antibiotik yang tidak sesuai SPM tercantum berapa lama pemberian
pedoman (25,77%). Penggunaan antibiotik tetapi hanya sebagian obat
antibiotik yang sesuai lebih besar saja yang tercantum dalam SPM, lama
dibanding obat yang tidak sesuai. pemberian antibiotik yang dipaparkan
Pemberian dosis antibiotik yang tidak dalam SPM Rumah Sakit Wijayakusuma
sesuai dapat membahayakan pasien Purwokerto hanya sebagian saja, hanya
serta dapat merugikan pasien berupa golongan penisilin yaitu amoksisilin dan
kegagalan terapi, efek psikologi pada ampisilin (14 hari) dan golongan
pasien, efek samping obat yang sefalosforin yaitu sefotaxim (14 hari),
merugikan (over dosis). Akibatnya infeksi sehingga untuk melihat kesesuaian
akan bertambah parah dan biaya yang terapi dari obat antibiotik yang lain tidak
dikeluarkan untuk penanggulangan akan dapat dianalisa. Sedangkan Evaluasi
bertambah mahal (Anonim. 2010). antibiotik berdasarkan lama pemberian
antibiotik di Rumah Sakit Wijayakusuma
c. Cara Pemberian Antibiotik
Purwokerto Tahun 2009 dengan SPM
Dari perbandingan data rekam medik PAPDI hanya golongan penisilin yaitu
yang dibandingkan dengan SPM Rumah amoksisilin dan ampisilin (14 hari) dan
Sakit Wijayakusuma Purwokerto hanya golongan kotrimoksazol (14 hari),
obat antibiotik cefotaxime yang terdapat sehingga sama seperti dari perbandingan
literatur cara pemberian yaitu secara dengan SPM Rumah Sakit Wijayakusuma
parenteral dan untuk obat-obat lainnya Purwokerto untuk melihat kesesuaian
tidak ada, sehingga untuk kesesuaiannya terapi dari obat antibiotik yang lain tidak
tidak dapat di analisa secara dapat dianalisa.
keseluruhan. begitu pula terhadap

22
PHARMACY, Vol.08 No. 01 April 2011 ISSN 1693-3591

DAFTAR PUSTAKA asp?IDNews=211/, diakses 21 juli


2010).
Agiel, N. 2010. Cara Pemberian Vs Profil
Anonim. 2010 (b). Perhimpunan Dokter
Farmakokinetik Obat.
Spesialis Penyakit Dalam
Purwokerto (on line).
Indonesia. Bamjarnegara (on
http://majalah-
line),
kesehatan/2010/02/pengaruh-
(http://www.papdi.net/beranda-
cara-pemberian-versus-
kategori-3-sejarah-papdi.html/,
absorbsi.html/ diakses 15
diakses 21 juli 2010).
agustus 2010.
Anonim. 2010 (c). Epidemiologi Demam
Anief, M. 2000. Farmasetika. Yogyakarta.
Tifoid. Purwokerto (on line),
Gadjah Mada University Press.
(http://askep-
Algustie, A.K, dkk. 2008. Antibiotik β- askeb.cz.cc/2010/03/demam-
Laktam. Purwokerto (on line), tifoid.html, diakses 23 Juni
(http://yosefw.wordpress.com/2 2010).
008/03/26/Antibiotik β-laktam/,
Anonim. 2010 (d). Demam Tifoid (Typhoid
diakses 23 juni 2010).
Fever) . Banjarnegara (on line),
Anonim. 2000. Infomatorium obat (http://yayanakhyar.wordpress.c
nasional indonesia 2000 (IONI). om/2008/04/25/demam-tifoid-
Jakarta: CV Agung Seto. thypoid-fever/, diakses 21 juli
2010).
Anonim. 2002. Standar Pelayanan medik
edisi 3 cetakan 2. Jakarta. Anonim. 2010 (e). Efek Samping Obat.
Pengurus Besar IDI. Yogyakarta : Farmakologi Klinik
Fakultas Kedokteran Universitas
Anonim. 2006. Obat obat penting untuk Gadjah Mada.
pelayanan kefarmasian. Edisi
revisi: Yogyakarta. Fakultas Anonim. 2010 (f). Masalah Penggunaan
Farmasi UGM. Obat di Institusi Pelayanan
Kesehatan. Yogyakarta :
Anonim. 2008. Tifus Abdominalis. Farmakologi Klinik Fakultas
Purwokerto (on line), Kedokteran Universitas Gadjah
(http://www.majalah- Mada.
farmacia.com/2008/05/24/ Tifus
Abdominalis /, diakses 23 juni Aziz, R (ED), 2005. Standar Pelayanan
2010). Medik Perhimpunana Ahli
Penyakit Dalam Indonesia
Anonim. 2009. Prinsip Pemberian (PAPDI). Jakarta: PAPDI.
Antibiotik Aman. Purwokerto (on
line), ISFI, 2008. ISO farmako terapi. Surabaya:
(http://hnz11.wordpress.com/20 PT Adimataraya Farmindo.
09/06/10/prinsip-antibiotik-
ISFI, 2009. ISO informasi spesialite obat
aman/, diakses 23 juni 2010).
indonesia. Surabaya: PT
Anonim. 2010 (a). Farmacia. Banjarnegara Adimataraya Farmindo.
(on line), (http://www.majalah-
farmacia.com/rubrik/one_news.

23
PHARMACY, Vol.08 No. 01 April 2011 ISSN 1693-3591

Istiantoro, Y.H dan Vincent, G.H.S. 2005. Judarwanto, W. 2008. Waspadai


Farmakologi dan Terapi. Edisi 4. Pemberian Antibiotika
Jakarta: FKUI Berlebihan Pada Anak.
Purwokerto (on line),
Katzung, B.G. 2001. Farmakologi Dasar http://www.wikimu.com/News/
dan Klinik (Terjemahan) Bagian DisplayNews.aspx?id=9873. Di
Farmakologi Fakultas akses 15 agustus 2010.
Kedokteran Universitas
Airlangga. Jakarta : Salemba Juwono. 1985. Ilmu kesehatan anak 2.
Medika Fakultas kedokteran universitas
indonesia. Jakarta.
Katzung, B.G.2004. Farmakologi Dasar dan
Klinik (Terjemahan) Bagian Santoso, Heri. 2009. Kajian Rasionalitas
Farmakologi Fakultas Penggunaan Antibiotik Pada
Kedokteran Universitas Kasus Demam Tifoid Yang
Airlangga.. Jakarta: Penerbit Dirawat Pada Bangsal Penyakit
Salemba Medika. Dalam Di Rsup Dr.Kariadi
Semarang Tahun 2008.
Mansjoer, A. 2000. Kapita Selekta Semarang: Fakultas kedokteran
kedokteran Edisi ke 3 Jilid 1. universitas diponegoro
Jakarta : Fakultas Kedokteran Semarang
Musnelina, L dkk. 2004. Pola pemberian Siregar, P.J.C. 2003. Farmasi Rumah Sakit:
antibiotika pengobatan demam Teori dan Penerapan. Jakarta;
tifoid Anak di rumah sakit Penerbit Buku Kedokteran EGC
fatmawati jakarta tahun 2001 –
2002. Jakarta: Universitas Tjay. T. H. dan R. K. 2007. obat-obat
Indonesia. penting, cetakan I, edisi IV.
Jakarta; penerbit PT gramedia.
Mycek, M.J dkk. 2001. Farmakologi Ulasan
Bergambar edisi 2. Jakarta. Wahyudi. 2009. Rumah Sakit Wijaya
Widya Medika. Kusuma Purwokerto. Purwokerto
(on line), (http://www. Rumah
Nawawi. J. H. 1995. Metode penelitian Sakit Wijayakusuma
bidang social Yogyakarta. Purwokerto.com/2009/11/03/,
Gadjah dan anna setiadi ranti. diakses 23 juni 2010).
Edisi kelima. Bandung; penerbit
ITB. Yulianingsih, W. 2008. Identifikasi drug
related problems Potensial kategori dosis
Ngastiah. 1997. Perawatan anak sakit.
Jakarta; Penerbit buku pada pasien pediatrik Di instalasi rawat
kedokteran EGC. jalan rumah sakit umum Daerah dr.
Moewardi surakarta Periode januari - juni
Noer, S dkk. 1999. Ilmu penyakit dalam
2007. Surakarta; Fakultas Farmasi
jilid 1 edisi ketiga. Jakarta; Balai
penerbit FKUI. Universitas Muhammadiyah Surakarta

Nurkhasan. 1998. Standar Pelayanan


Medis Edisi 3. Jakarta : Pengurus
Besar IDI.

24

Anda mungkin juga menyukai

  • Pembahasan
    Pembahasan
    Dokumen41 halaman
    Pembahasan
    emma ym
    Belum ada peringkat
  • PilarNegara
    PilarNegara
    Dokumen32 halaman
    PilarNegara
    Ferry Ferdiansyah
    Belum ada peringkat
  • PilarNegara
    PilarNegara
    Dokumen32 halaman
    PilarNegara
    Ferry Ferdiansyah
    Belum ada peringkat
  • PilarNegara
    PilarNegara
    Dokumen32 halaman
    PilarNegara
    Ferry Ferdiansyah
    Belum ada peringkat
  • PilarNegara
    PilarNegara
    Dokumen32 halaman
    PilarNegara
    Ferry Ferdiansyah
    Belum ada peringkat
  • Pembahasan
    Pembahasan
    Dokumen41 halaman
    Pembahasan
    emma ym
    Belum ada peringkat
  • Rangkuman Pancasila
    Rangkuman Pancasila
    Dokumen17 halaman
    Rangkuman Pancasila
    Diana Novitasari
    Belum ada peringkat
  • PilarNegara
    PilarNegara
    Dokumen32 halaman
    PilarNegara
    Ferry Ferdiansyah
    Belum ada peringkat
  • Rangkuman Pancasila
    Rangkuman Pancasila
    Dokumen17 halaman
    Rangkuman Pancasila
    Diana Novitasari
    Belum ada peringkat
  • Rangkuman Pancasila
    Rangkuman Pancasila
    Dokumen17 halaman
    Rangkuman Pancasila
    Diana Novitasari
    Belum ada peringkat
  • PilarNegara
    PilarNegara
    Dokumen32 halaman
    PilarNegara
    Ferry Ferdiansyah
    Belum ada peringkat
  • Latihansoalcpnsindonesia
    Latihansoalcpnsindonesia
    Dokumen5 halaman
    Latihansoalcpnsindonesia
    Dyra'sahabatBoriel K'mimitMrzdlzslalu DihatiTha'uckakasaiiangg
    Belum ada peringkat
  • Rangkuman Pancasila
    Rangkuman Pancasila
    Dokumen17 halaman
    Rangkuman Pancasila
    Diana Novitasari
    Belum ada peringkat
  • Cara Cepat Menyelesaikan Soal Pancasila
    Cara Cepat Menyelesaikan Soal Pancasila
    Dokumen7 halaman
    Cara Cepat Menyelesaikan Soal Pancasila
    DwiFitrianingsih
    Belum ada peringkat
  • Rangkuman Pancasila
    Rangkuman Pancasila
    Dokumen17 halaman
    Rangkuman Pancasila
    Diana Novitasari
    Belum ada peringkat
  • PilarNegara
    PilarNegara
    Dokumen32 halaman
    PilarNegara
    Ferry Ferdiansyah
    Belum ada peringkat
  • Rangkuman Pancasila
    Rangkuman Pancasila
    Dokumen17 halaman
    Rangkuman Pancasila
    Diana Novitasari
    Belum ada peringkat
  • Pembahasan
    Pembahasan
    Dokumen41 halaman
    Pembahasan
    emma ym
    Belum ada peringkat
  • FR TWK Ii
    FR TWK Ii
    Dokumen29 halaman
    FR TWK Ii
    Heny Okta Hardianti
    100% (4)
  • FR TWK Ii
    FR TWK Ii
    Dokumen29 halaman
    FR TWK Ii
    Heny Okta Hardianti
    100% (4)
  • 5 6086995898645086290
    5 6086995898645086290
    Dokumen17 halaman
    5 6086995898645086290
    Sony P Putra
    Belum ada peringkat
  • Latihansoalcpnsindonesia
    Latihansoalcpnsindonesia
    Dokumen5 halaman
    Latihansoalcpnsindonesia
    Dyra'sahabatBoriel K'mimitMrzdlzslalu DihatiTha'uckakasaiiangg
    Belum ada peringkat
  • PilarNegara
    PilarNegara
    Dokumen32 halaman
    PilarNegara
    Ferry Ferdiansyah
    Belum ada peringkat
  • FR TWK Ii
    FR TWK Ii
    Dokumen29 halaman
    FR TWK Ii
    Heny Okta Hardianti
    100% (4)
  • Bocoran Soal
    Bocoran Soal
    Dokumen32 halaman
    Bocoran Soal
    Ferry Ferdiansyah
    Belum ada peringkat
  • 5 6066697831664582699 PDF
    5 6066697831664582699 PDF
    Dokumen11 halaman
    5 6066697831664582699 PDF
    Ferry Ferdiansyah
    Belum ada peringkat
  • 5 6066697831664582699 PDF
    5 6066697831664582699 PDF
    Dokumen11 halaman
    5 6066697831664582699 PDF
    Ferry Ferdiansyah
    Belum ada peringkat
  • 5 6066697831664582699 PDF
    5 6066697831664582699 PDF
    Dokumen11 halaman
    5 6066697831664582699 PDF
    Ferry Ferdiansyah
    Belum ada peringkat
  • 5 6066697831664582699 PDF
    5 6066697831664582699 PDF
    Dokumen11 halaman
    5 6066697831664582699 PDF
    Ferry Ferdiansyah
    Belum ada peringkat
  • 5 6066697831664582699 PDF
    5 6066697831664582699 PDF
    Dokumen11 halaman
    5 6066697831664582699 PDF
    Ferry Ferdiansyah
    Belum ada peringkat