Anda di halaman 1dari 12

REFLEKSI KASUS MEI 2021

DERMATITIS DISHIDROTIK

Disusun Oleh :
Diana Anjelina Masarrang
N 111 19 027

Pembimbing Klinik :
dr. Diany Nurdin, Sp.KK M.kes

DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


PADA BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA PALU
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2021
STATUS PASIEN
BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN
RSUD UNDATA PALU

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. N
Umur : 38 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jl. Samudra II No. 8A Lere
Pekerjaan : PNS
Agama : Islam
Tanggal Pemeriksaan : 05 Mei 2021
Ruangan : Poli Kulit dan Kelamin RSUD Undata

II. ANAMNESIS
1) Keluhan Utama : Gatal pada jari-jari tangan
2) Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke poliklinik kulit dan kelamin RSUD Undata
dengan keluhan gatal yang dirasakan hilang timbul pada jari-jari
tangan, sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit, keluhan diraskan
memeberat setiap selesai mencuci piring dan pada malam hari.
Keluhan dirasakan berkurang ketika tidak mencuci piring dan ketika
dioles Topcort. Keluhan gatal juga disertai dengan adanya bintil-bintil
berisi cairan pada jari-jari tangan pasien. Rasa gatal timbul diawali
dengan rasa panas pada bagian jari-jari kemudian timbul bintil-bintil.
3) Riwayat Penyakit Dahulu : Sebelumnya pasien juga pernah merasakan
keluhan yang sama kurang lebih 5 bulan yang lalu, namun bintil-bintil
tidak hanya timbul di jari tapi juga di telapak tangan. Tidak ada
Riwayat alergi, asma (-)
4) Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak ada keluhan yang sama
dalam
keluarga, tidak ada Riwayat alergi di keluarga

III. PEMERIKSAAN FISIK

Status Generalis
1) Keadaan Umum : Sakit Ringan
2) Status Gizi : Baik
3) Kesadaran : Compos mentis GCS E4 M6 V5
Tanda-Tanda Vital
Tekanan Darah : 120/70 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Pernapasan : 20 x/menit
Suhu : 36,7°C

Status Dermatologis
Wujud Kelainan Kulit :
Kepala : Tidak terdapat ujud kelainan kulit
Wajah : Tidak terdapat ujud kelainan kulit
Leher : Tidak terdapat ujud kelainan kulit
Dada : Tidak terdapat ujud kelainan kulit
Perut : Tidak terdapat ujud kelainan kulit
Bokong : Tidak terdapat ujud kelainan kulit
Inguinal : Tidak terdapat ujud kelainan kulit
Genitalia : Tidak terdapat ujud kelainan kulit
Ekstremitas atas :
Digitalis :Terdapat vesikel berbentuk bulat daerah digitalis
manus Dextra et Sinistra
Ekstremitas bawah : Tidak terdapat ujud kelainan kulit
IV. DOKUMENTASI KASUS

Gambar 1. Terdapat vesikel berbentuk bulat daerah digitalis manus


Dextra et Sinistra

V. RESUME
Pasien datang ke poliklinik kulit dan kelamin RSUD Undata
dengan keluhan gatal yang dirasakan hilang timbul pada jari-jari tangan,
sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit, keluhan diraskan memeberat
setiap selesai mencuci piring dan pada malam hari. Keluhan dirasakan
berkurang ketika tidak mencuci piring dan ketika dioles Topcort. Keluhan
gatal juga disertai dengan adanya bintil-bintil berisi cairan pada jari-jari
tangan pasien. Rasa gatal timbul diawali dengan rasa panas pada bagian
jari-jari kemudian timbul bintil-bintil.
Sebelumnya pasien juga pernah merasakan keluhan yang sama
kurang lebih 5 bulan yang lalu, namun bintil-bintil tidak hanya timbul di
jari tapi juga di telapak tangan. Tidak ada Riwayat alergi, asma (-)
Pasien datang dengan keadaan umum sakit ringan, status gizi baik,
kesadaran compos mentis. Hasil pemeriksaan dermatologis didapatkan
tampak vesikel berbentuk bulat pada daerah Digitalis Dextra et Sinistra.
VI. DIAGNOSIS KERJA
Dermatitis dishidrotik (pompholyx)

VII. DIAGNOSIS BANDING


- Dermatitis Kontak Alergi
- Dermatitis Kontak Iritan
- Skabies

VIII. ANJURAN PEMERIKSAAN PENUNJANG


- Skin Patch Test
IX. PENATALAKSANAAN
Non-Medikamentosa
- Menghindari faktor pencetus
- Menggunakan sarung tangan karet ketika mencuci
Medikamentosa
a. Sistemik
Cetirizine tab 10 mg 1x1
b. Topikal
Desoxymethasone cream 2.5 mg
X. PROGNOSIS
1. Quo ad vitam : Ad Bonam
2. Quo ad functionam : Ad Bonam
3. Quo ad cosmetican : Ad Bonam
4. Quo ad sanationam : Dubia ad malam
PEMBAHASAN

Pasien datang ke poliklinik kulit dan kelamin RSUD Undata dengan


keluhan gatal yang dirasakan hilang timbul pada jari-jari tangan, sejak 2 minggu
sebelum masuk rumah sakit, keluhan diraskan memeberat setiap selesai mencuci
piring dan pada malam hari. Keluhan dirasakan berkurang ketika tidak mencuci
piring dan ketika dioles Topcort. Keluhan gatal juga disertai dengan adanya bintil-
bintil berisi cairan pada jari-jari tangan pasien. Rasa gatal timbul diawali dengan
rasa panas pada bagian jari-jari kemudian timbul bintil-bintil. Sebelumnya pasien
juga pernah merasakan keluhan yang sama kurang lebih 5 bulan yang lalu, namun
bintil-bintil tidak hanya timbul di jari tapi juga di telapak tangan. Tidak ada
Riwayat alergi, asma (-)
Pasien datang dengan keadaan umum sakit ringan, status gizi baik,
kesadaran compos mentis. Hasil pemeriksaan dermatologis didapatkan tampak
vesikel berbentuk bulat pada daerah Digitalis Dextra et Sinistra
Dermatitis dishidrotik adalah bentuk dermatitis tangan dan kaki yang
ditandai dengan akumulasi cairan berupa vesikel atau bula. Keadaan ini dapat
akut, kronik, atau rekuren di telapak tangan (palmar) dan telapak kaki (plantar),
berupa mendadak timbul vesikel-vesikel “tapioca-like” yang gatal selanjutnya
membentuk fisura dan likenifikasi.Sinonim penyakit ini meliputi dyshidrotic
eczema, pompholyx, vesicular palmar eczema1
Dermatitis dishidrotik merupakan manifestasi hand dennatitis yang paling
sedikit. Dalam satu studi di Swedia, pomfoliks merupakan 6% (51 dari 827) dari
kasus hand eczema. Sedangkan Burton JL pada tahun 1992 menemukan
pomfoliks pada ± 5-20% kasus hand eczema2. Kelainan ini terjadi sekitar 5-20%
dari seluruh kasus dermatitis pada tangan.1,6 Dapat dijumpai di hampir seluruh
dunia, lebih banyak pada ras Asia, lebih banyak pada wanita.6 Biasanya lebih
sering di iklim panas, selama musim semi dan musim panas. Penyakit ini dapat
terjadi pada semua usia, umumnya pada usia sebelum 40 tahun, jarang pada usia
di bawah 10 tahun.1
Penyebab dermatitis dishidrotik belum diketahui pasti. Kebanyakan

kasus idiopatik. Faktor yang mungkin mempengaruhi perkembangan eksim

dyshidrotic pada individu yang rentantermasuk atopik, alergen kontak, iritan

kontak,dermatofit infeksi, alergi terhadap logam (khususnya nikel dan

kobalt),hiperhidrosis.3Sekitar 50% pasien dermatitis dishidrotik memiliki riwayat

atopi; sering dikaitkan dengan alergi bahan nikel, infeksi jamur atau bakteri.

Kelainan ini dijumpai pula pada individu dengan HIV. Stres emosional, kontak

bahan iritan (detergen, bahan pelarut), faktor lingkungan (perubahan musim/suhu/

kelembapan) dapat memperburuk gejala. Guillet, dkk. (2007) meneliti berbagai

faktor yang diduga menimbulkan dermatitis dishidrotik. Dari 120 pasien

dermatitis dishidrotik, didapatkan alergi kontak (67,5%) terutama akibat kosmetik

(lanolin alcohol, cocamidopropyl betaine, lauryl sulfate, thimerosal, propylene

glycol, dan octyl gallate), produk higiene (sabun, shower gel, sampo, krim cukur),

ataupun bahan metal; reaksi internal terhadap obat, makanan, atau hapten nikel

(6,7%); mikosis (10,8%); dan idiopatik (15,0%).1

Terdapat beberapa hipotesis patogenesis, hipotesis paling awal

menyebutkan bahwa vesikel-vesikel dermatitis dishidrotik disebabkan oleh

disfungsi kelenjar keringat.3,6 Namun, ternyata pada pemeriksaan histologi

saluran kelenjar keringat tidak abnormal.6 Walaupun demikian, hiperhidrosis

(keringat berlebihan) didapatkan pada hampir sepertiga penderita dermatitis

dishidrosis Penelitian di Cina mengidentifikasi bahwa lokus gen pada kromosom

18q22.1–18q22.3 antara marker D18S465 dan D18S1362 dijumpai pada keluarga

dengan tipe pompholyx autosom dominan. Faktor eksogen seperti kontak terhadap
nikel/ balsem/kobalt, sensitif terhadap bahan metal, atau infeksi jamur/bakteri

dapat menjadi pemicu. Antigen-antigen tersebut dapat bertindak sebagai hapten

dengan afinitas spesifik terhadap protein di stratum lusidum daerah palmar dan

plantar. Selanjutnya dapat menginduksi hipersensitivitas tipe 1 dan 4, serta

mengaktivasi limfosit T. Pengikatan hapten pada reseptor jaringan akan

menginisiasi munculnya vesikel-vesikel di daerah palmar/planta1

Eksema vesikular palmoplantar dibagi dalam empat kategori, yaitu

pompholyx, chronic vesicobulous hand dermaatitis (sering disebut sebagai

dishidrotic hand dennatitis), chronic hyperkeratotic hand dennatitis, dan id

reactions. Beberapa penulis menyatukan empat kategori tersebut dan disebut

sebagai endogenous hand dennatitis supaya dapat dibedakan dengan dermatitis

yang secara jelas disebabkan oleh faktor-faktor eksogen, misalnya iritan atau

alergi kontak2.

Pomfoliks sering timbul secara mendadak dan berulang (intennitten

explosive outbreak) berupa deep seated vesicle pada bagian lateral jari-jari,

telapak tangan, dan kadang-kadang di telapak kaki. Biasanya simetris dan

didahului dengan perasaan tidak enak atau gatal. Setelah itu, beberapa vesikel

bergabung menjadi satu, mengering, dan selanjutnya mengalami deskuamasi.

Kelainan ini jarang terjadi pada usia pertengahan; tersering menyerang usia

dewasa dan dewasa muda. Sering terjadi di musim semi dan musim panas. Sering

dihubungkan dengan stres dan menunjukkan insidens yang tinggi dengan atopi

dan kontak dermatitis dibandingkan dengan kontrol. Pomfoliks dapat sembuh

sendiri dalam 2-3 minggu walaupun dapat kambuh Kembali2


Chronic vesicobullous hand dermatitis yang juga disebut sebagai

dishidrotic hand dermatitis menujukkan gambaran klinis khas berupa vesikel-

vesikel kecil (1-2 mm) berisi cairan jemih di bagian lateral jari-jari, telapak

tangan, dan telapak kaki. Merupakan bentuk yang lebih sering terjadi dan lebih

sulit diterapi karena perjalanan penyakitnya yang sering kambuh. Bila keadaan

menjadi lebih kronik, gambaran klinisnya berupa plak hiperkeratotik yang gatal

dan kadang-kadang disertai dengan fisur di bagian tengah atau sentral telapak

tangan. Eksema tipe keratotik ini umumnya terjadi pada pasien laki-laki dari usia

pertengahan sampai tua dan sangat refrakter terhadap pengobatan.2

Nomenklatur dan varian manifestasi klinis hand dermatitis termasuk

eksema vesikular palmoplantar (EVP) sering tumpang tindih, sehingga kategori

diagnostik menjadi tidak tepat. Diagnosis hand dermatitis vesikobullosa biasanya

berdasarkan manifestasi klinis dan kadang-kadang perlu ditunjang dengan

pemeriksaan histopatologi. Tes tempel dapat membantu membedakan penyakit ini

dari kelainan palmoplantar lainnya. Selain itu, dapat mendeteksi faktor

eksaserbasi, misalnya pajanan iritan atau alergi kontak. Penyakit palmoplantar

lain yang sulit dibedakan dengan EVP ialah atopic hand dermatitis, infeksi

terutama tinea, psoriasis dan psoriasiform hand dermatitis, pustular hand

dermatitis dan keratolysis exfoliativa.2


Terapi dermatitis dishidrotik tidak sederhana dan sering relaps. Faktor-
faktor pencetus perlu dihindari. Tujuan terapi meliputi: (1) menekan pembentukan
blister dan inflamasi, (2) meredakan keluhan gatal, (3) mencegah/ mengobati
infeksi. Penilaian beratnya pompholyx menggunakan dyshidrotic eczema area and
severity index (DASI) berdasarkan jumlah vesikel/cm2 , eritema, deskuamasi,
gatal, dan perluasan. DASI dapat digunakan untuk memantau terapi1
Modalitas terapi pompholyx: 1
1. Terapi topikal
- Kortikosteroid.
Veien, dkk. meneliti 120 pasien pompholyx kronik di tangan,
penggunaan krim mometasone furoate dapat mengontrol penyakit.
Penggunaan steroid topikal lebih baik dengan clobetasol propionate plester
hidrokoloid.
- Penghambat Kalsineurin.
Krim/salep tacrolimus memiliki efektivitas sama seperti salep
mometason furoate 0,1%. DASI berkurang lebih dari 50% setelah 2
minggu pemakaian salah satu terapi tersebut. Krim pimecrolimus 1% juga
memiliki efektivitas serupa.
- Bexarotene (retinoid X reseptor agonist).
Gel bexarotene 1% tunggal atau kombinasi dengan salep hidrokortison
1% ataupun mometasone 0,1% efektif; penggunaan minimal 2 kali sehari
menghasilkan perbaikan 50% area dermatitis pada penggunaan tunggal
dan 85% dengan kombinasi mometasone furoate topikal. Efek samping
rasa terbakar dan iritasi.
2. Terapi sistemik
- Kortikosteroid. Dosis awal 40-100 mg/hari tergantung keparahan penyakit,
diturunkan perlahan (5-10 mg/hari setelah 7-14 hari) setelah bula
melepuh.Triamnicolone acetonide intramuskular direkomendasikan
dengan dosis 40-80 mg. Penggunaan steroid sistemik jangka panjang tidak
dianjurkan karena efek sampingnya.
- Imunosupresan lain. Pada kasus pompholyx yang sukar disembuhkan
dapat diberikan terapi kombinasi steroid imunosupresan ataupun
imunosupresan lain secara monoterapi
- Retinoid. Alitretinoin (9-cis-retinoic acid) merupakan reninoid sistemik
yang dapat digunakan untuk pompholyx kronik tangan berat yang resisten
terhadap pengobatan
- Antihistamin. Digunakan untuk kontrol gatal, tetapi belum terbukti efektif
3. Botulinum Hiperhidrosis atau keringat berlebihan merupakan faktor yang
memperberat pompholyx. Botulinum toxin A (BTXA) menunjukkan aktivitas
anhidrotik poten yang tidak dimiliki oleh steroid topikal. Injeksi intrakutan
BTXA 100 U dapat mengurangi keluhan gatal, vesikel dan eritema, serta
keringat berlebih pada tangan. Efek samping nyeri saat injeksi. Dapat
dikombinasikan dengan steroid topical
4. Fototerapi dan fotokemoterapi Fototerapi lokal dengan narrow-band UVB
(300-320 nm) atau UVA-1 lebih superior dibandingkan broad-band UVB
(280-320 nm)
5. Radioterapi dengan Grenz ray ataupun Xray konvensional (300 rad) tunggal
atau kombinasi dengan kortikosteroid topikal dapat digunakan untuk
pompholyx tangan yang sulit sembuh dengan terapi konvensional
6. Tap water ionotophoresis
Cukup efektif mengontrol keringat berlebihan pada telapak tangan dan kaki;
lebih efektif dibandingkan penggunaan topikal steroid tunggal.Pada fase akut,
kaki dan tangan perlu dikompres terbuka, atau direndam larutan Burow
(aluminium acetate 1%), atau larutan potassium permanganat (dilusi 1 : 8000).
Bula besar dapat diaspirasi dengan syringe steril. Antibiotik sistemik
digunakan jika ada infeksi bakteri sekunder. Perendaman dihentikan bila
erupsi mereda, selanjutnya dapat diberikan krim zink atau calamine lotion.
Steroid topikal berguna pada fase subakut dan kronik, digunakan dengan
penutup selama 1-2 minggu. Injeksi intralesi triamnicolone 3 mg/ ml efektif
untuk area kecil. Terapi methotrexate dosis rendah ataupun radiasi efektif
pada kasus sulit
Komplikasi pompholyx berupa infeksi bakteri sekunder dapat
menyebabkan selulitis, limfangitis, limfadenitis, dan septikemia.1,2 Selain itu,
perubahan susunan dan bentuk kuku (garis melintang, penebalan, dan perubahan
warna) Remisi spontan dalam 2-3 minggu. Serangan sering berulang, interval
antar serangan dapat berminggu-minggu sampai berbulan-bulan 1
DAFTAR PUSTAKA

1. Purnamasari L. Dermatitis Dishidrotik.45(2)CKD-261: 2018 diakses 12


Mei 2021
2. Adhi, Djuanda. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Edisi 7 Bagian Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Fakultas kedokteran Universitas
Indonesia. 2017
3. Dhaliya R, Babu H. Ayurvedic visha hara (antitoxic) chikitsa in recurrent
dyshidrotic eczema skin disease: A case report 12(1) Journal of Ayurveda
and Integrative Medicine 2021 https://doi.org/10.1016/j.jaim.2020.06.010.
Diakses 12 mei 2021

Anda mungkin juga menyukai