Anda di halaman 1dari 18

REFLEKSI KASUS Mei 2021

URTIKARIA AKUT

Disusun Oleh:
TRI UTAMI WAHYUNINGSIH
N 111 19 048

Pembimbing Klinik:

dr. ASRAWATI SOFYAN, Sp.KK, M.Kes

BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2021
STATUS PASIEN
BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN
RSUD UNDATA PALU
I. IDENTITAS PASIEN
1) Nama Pasien : Tn. S
2) Umur : 41 Tahun
3) Jenis Kelamin : Laki-laki
4) Agama : Islam
5) Pekerjaan : Karyawan Swasta
6) Tanggal Pemeriksaan : 07 Mei 2021

II. ANAMNESIS
1) Keluhan utama : Gatal pada daerah lengan dan punggung
2) Riwayat penyakit sekarang : Seorang laki-laki datang ke Klinik
Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Undata Palu dengan keluhan
gatal yang dirasakan hilang timbul pada daerah lengan kanan dan
punggung sejak ± 1 hari SMRS. Awalnya gatal diikuti dengan
munculnya bentol-bentol pada daerah lengan dan punggung berwarna
kemerahan. Bentol-bentol kemerahan mulai berkurang tetapi pasien
tetap merasakan gatal. Pasien juga mengeluhkan kulitnya terasa kering.
Tidak ada rasa gatal saat berkeringat.
3) Riwayat penyakit dahulu: Pasien belum pernah mengalami keluhan
yang sama. Riwayat Asam Urat (+) tidak terkontrol, Riwayat CKD ± 1
Tahun, Pemasangan Cimino ± 10 bulan. Tidak ada Asma, tidak ada
Rhinitis Alergi, Tidak ada riwayat alergi makanan/obat-obatan.
4) Riwayat penyakit keluarga: Tidak ada keluhan yang sama dalam
keluarga. Asam Urat (+) tidak terkontrol

III. PEMERIKSAAN FISIK


Status Generalis
1) Keadaan umum : Sakit Ringan
2) Status Gizi : Baik
3) Kesadaran : Kompos Mentis

Tanda-tanda Vital
TD : 130/80 mmHg
Nadi : 80 kali/menit
Respirasi : 22 kali/menit
Suhu : 36,80 C

Status Dermatologis/Venereologis
Ujud Kelainan Kulit :
Kepala : Tidak terdapat Ujud Kelainan Kulit
Wajah : Tidak terdapat Ujud Kelainan Kulit
Leher : Tidak terdapat Ujud Kelainan Kulit
Dada : Tidak terdapat Ujud Kelainan Kulit
Punggung : Tampak makula eritematosa difus berbentuk tidak
teratur pada regio doral.
Perut : Tidak terdapat Ujud Kelainan Kulit
Bokong : Tidak terdapat Ujud Kelainan Kulit
Inguinal : Tidak terdapat Ujud Kelainan Kulit
Genitalia : Tidak terdapat Ujud Kelainan Kulit
Ekstremitas atas :
- Antebrachii : Tampak makula eritematosa difus berbentuk tidak teratur
pada regio antebrachii dextra
- Brachii : Tampak makula eritematosa difus berbentuk tidak teratur
pada regio brachii dextra
Ekstremitas bawah : Tidak terdapat Ujud Kelainan Kulit
IV. GAMBAR

Gambar 1. Tampak makula eritematosa difus berbentuk tidak teratur pada


regio doral.
Gambar 2. Tampak makula eritematosa difus berbentuk tidak teratur pada
regio antebrachii dan brachii dextra.

Gambar 3. Tampak makula eritematosa difus berbentuk tidak teratur pada


regio antebrachii dextra.

Gambar 4. Tampak makula eritematosa difus berbentuk tidak teratur pada


regio brachii dextra.
V. RESUME
Seorang laki-laki usia 41 tahun datang ke Klinik Kesehatan Kulit
dan Kelamin RSUD Undata Palu dengan keluhan pruritus yang dirasakan
hilang timbul pada regio antebrachii dan brachii dextra serta regio dorsal
sejak ± 1 hari SMRS. Awalnya pruritus diikuti dengan munculnya urtika
pada regio antebrachii dan brachii dextra serta regio dorsal. Urtika mulai
berkurang tetapi pasien tetap merasakan pruritus. Pasien juga mengeluhkan
kulitnya terasa kering. Terdapat riwayat Gout (+) tidak terkontrol, Riwayat
CKD ± 1 Tahun, Pemasangan Cimino ± 10 bulan.
Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum
sakit ringan, status gizi baik, kesadaran compos mentis. Hasil pemeriksaan
dermatologis didapatkan Tampak makula eritematosa difus berbentuk tidak
teratur pada regio doral. Tampak makula eritematosa difus berbentuk tidak
teratur pada regio antebrachii dextra. Tampak makula eritematosa difus
berbentuk tidak teratur pada regio brachii dextra.

VI. DIAGNOSIS KERJA


Urtikaria Akut

VII. DIAGNOSIS BANDING


Dermatitis Kontak Iritan
Pitriasis Rosea
Vaskulitis

VIII. ANJURAN PEMERIKSAAN PENUNJANG


Skin Prick Test
Pemeriksaan Darah (Eosinofil)

IX. PENATALAKSANAAN
Non-medikamentosa
1. Hindari/kurangi kontak dengan faktor pencetus
2. Hindari menggunakan pakaian ketat
3. Menjaga kebersihan kulit

Medikamentosa
1. Pengobatan Topikal
Desoximethaone 0,25% cream 15 gr
2. Pengobatan Sistemik
Cetirizine tab 10 mg 1x1

X. PROGNOSIS
Quo ad vitam : ad Bonam
Quo ad functionam : ad Bonam
Quo ad cosmetican : Dubia ad Bonam
Quo ad sanactionam : Dubia ad Bonam
PEMBAHASAN

Diagnosis pada kasus ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan


fisik. Dari anamnesis didapatkan Seorang laki-laki usia 41 tahun datang ke Klinik
Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Undata Palu dengan keluhan pruritus yang
dirasakan hilang timbul pada regio antebrachii dan brachii dextra serta regio
dorsal sejak ± 1 hari SMRS. Awalnya pruritus diikuti dengan munculnya urtika
pada regio antebrachii dan brachii dextra serta regio dorsal. Urtika mulai
berkurang tetapi pasien tetap merasakan pruritus. Pasien juga mengeluhkan
kulitnya terasa kering. Terdapat riwayat Gout (+) tidak terkontrol, Riwayat CKD
± 1 Tahun, Pemasangan Cimino ± 10 bulan.
Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum sakit
ringan, status gizi baik, kesadaran compos mentis. Hasil pemeriksaan
dermatologis didapatkan Tampak makula eritematosa difus berbentuk tidak teratur
pada regio doral. Tampak makula eritematosa difus berbentuk tidak teratur pada
regio antebrachii dextra. Tampak makula eritematosa difus berbentuk tidak teratur
pada regio brachii dextra.
Dari anamnesis serta pemeriksaan fisik didapatkan beberapa diagnosis
banding seperti Urtikaria, dermatitis kontak iritan, pitriasis rosea, Small-vessel
vasculitis (vaskulitis urtikarial). Kemudian ditentukan diagnosis kerja pada pasien
ini adalah Urtikaria akut.
Tabel 1. Diagnosis Banding
Urtikaria Dermatitis Kontak Iritan Pitriasis Rosea Vaskulitis
Gejala Klinis Gejala Klinis Gambaran Klinis Gambaran Klinis
Anamnesis - Terdapat riwayat pajanan dan Anamnesis Bergantung pada ukuran
- Gatal, rasa terbakar atau hubungan temporal dengan - Terutama timbul pada remaja Pembuluh darah yang diserang
tertusuk. bahan iritan. dan dewasa muda yang sehat, - Pembuluh darah kecil
- Tampak eritema dan edema - Tangan adalah lokasi tersering, kelompok usia 10-35 tahun. Kelaianan polimorf yang
setempat berbatas tegas, diikuti wajah, dan kaki. Lebih banyak dialami oleh utama  palpable purpura
kadang-kadang tampak bagian - Gejala subyektif berupa rasa perempuan. multiple, bila dipalpasi terasa
tengah tampak lebih pucat. gatal, terbakar/nyeri. - Gejala subjektif biasanya tidak papul papul, lesi juga dapat
- Bentuknya dapat papular - Sajian klinis bergantung pada ditemukan, tetapi dapat disertai berupa plaque urtika,
seperti pada urtikariaakibat jenis iritan dan pola pajanan. gatal ringan maupun sedang. angioderma, pustul, vesikel,
sengatan serangga, besarnya - Biasanya disertai kulit kering - Kelainan kulit diawali dengan ulkus, nekrosis, dan livido
dapat lentikuler, numular, atau gangguan sawar kulit. lesi primer yang diikuti lesi retikularis. Kadang terdapat
sampai plakat. Bila mengenai - Bila pajanan dihentikan maka sekunder. edema subkutan dibawah lesi.
jaringan yang lebih dalam lesi membaik. - Timbul lesi sekunder bervariasi Tempat predileksi di
sampai dermis dan jaringan - Seringkali berhubungan antara 2 hari sampai 2 bulan ekstremitas bawah.
submukosa atau subkutan, dengan pekerjaan/ lingkungan setelah lesi primer, tetapi Lama lesi antara 1-4 minggu.
juga beberapa alat dalam pekerjaan umumnya dalam waktu 2 Keluhannya dapat gatal atau
misalnya saluran cerna dan minggu. Kadang-kadang lesi rasa terbakar, kadang nyeri.
napas, disebut angioedema. primer dan sekunder timbul Pada waktu timbul dapat
secara bersamaan. disertai demam, malese,
- Dapat pula ditemukan demam artralgia, dan malgia.
Pemeriksaan Fisik yang tidak terlalu tinggi atau Pada vaskulitis urtikarial
Urtikaria ditandai secara khas lemah badan. berbeda dengan urtikaria yang
oleh timbulnya urtika dan atau Pemeriksaan Fisik cepat hilang, pada penyait ini
angioedema secara cepat. Urtika - Gambaran klinis diawali dengan lama urtikaria lebih dari 24
terdiri atas tiga gambaran klinis timbulnya lesi primer berupa jam. Rasa seperti terbakar atau
khas, yaitu: makula/plak sewarna nyeri.
(i) edema di bagian sentral kulit/merah muda/salmon- - Pembuluh darah sedang
dengan ukuran bervariasi, colored /hiperpigmentasi yang Vaskulitis yang termasuk
hampir selalu dikelilingi berbatas tegas, umumnya golongan ini diantaranya ialah
oleh eritema, berdiameter 2-4 cm dan eritema nodosum, poliarteritis
(ii) disertai oleh gatal atau berbentuk lonjong atau bulat. nodosa, vaskulitis reumatoid,
kadang sensasi seperti Bagian tengah lesi memiliki dan penyekit buerger.
terbakar, dan karakteristik skuama halus, dan
berakhir cepat, kulit kembali pada bagian dalam tepinya
ke kondisi normal biasanya terdapat skuama yang lebih jelas
dalam waktu 1-24 jam. membentuk gambaran skuama
kolaret.
- Lesi primer biasanya terletak di
bagian badan yang tertutup baju,
tetapi kadang-kadang ditemukan
di leher atau ekstremitas
proksimal seperti paha atas atau
lengan atas.
- Lesi primer jarang ditemukan di
wajah, penis atau kulit kepala
berambut.
- Erupsi simetris terutama pada
badan, leher, dan ekstremitas
proksimal.
- Lesi sekunder berupa
makula/plak merah muda,
multipel, berukuran lebih kecil
dari lesi primer berbentuk bulat
atau lonjong, yang mengikuti
Langer lines sehingga pada
punggung membentuk
gambaran christmas-tree
pattern.
- Dapat ditemukan pembesaran
kelenjar getah bening.
Pemeriksaan Lainnya Pemeriksaan Lainnya Pemeriksaan Lainnya Pemeriksaan Lainnya
Tes Demografi  Terapi AH Uji tempel bila tidak dapat Pemeriksaan histopatologi dapat Histopatologi
harus dihentikan setidaknya -3 dibedakan dengan dermatitis dilakukan pada kasus yang tidak Penyakit ini merupakan vaskulitis
hari dan terapi imuno supresi kontak alergi. Uji tempel dapat dapat biasanya tipe leukositoklastik
untuk 1 minggu. Langkah digunakan dengan ditegakkan berdasarkan gambaran berarti sel infiltratnya terdiri atas
diagnostik selanjutnya alergen standar, alergen seri klinis. neutrofil. Selain neutrofil, dapat
bergantung pada subtipe tertentu (misal seri kosmetik, seri pula eusinofil, limfosit, atau
urtikaria. sepatu, dll), histiosit. Pada fase akut dapat
Histopatologi  Gambaran serta alergen tambahan yang terbentuk nekrosis epidermal,
udem pada dermis atau tengah, berasal dari bahan yang dicurigai pustul, debris nuklear, dan
disertai dilatasi venula post (misalnya dari ekstravasasi eritrosit. Pembuluh
kapiler dan pembuluh limfatik potongan sepatu, bahan dari darah melebar kadang berbentuk
dermis atas. pabrik tempat bekerja). trombus dan pembengkakan
endotel dan penebalan fibrinoid.
Gambar Gambar Gambar Gambar

Gambar 1.2 DKI

Gambar 1.1 Urtikaria Akut Gambar 1.3 Pitiriasis Rosea Gambar 1.4 Vaskulitis
Tatalaksana pada kasus ini sudah tepat yaitu terapi sistemik diberi
Cetirizin 1 x 10 mg perhari sebagai antihistamin untuk mengurangi gatal. Pasien
juga mengeluhkan sensasi gatal sehingga diberikan terapi antihistamin H1
generasi dua yaitu cetirizine yang dapat menghambat efek histamin akibat reaksi
antigen-antibodi. Pemberian antihistamin H1 generasi dua memiliki efek sedatif
yang minimal. Pada kasus diberikan cetirizine dengan dosis 10 mg.4,5
Topikal diberikan Desoximethasone 0,25% cream 15 gram. Kortikosteroid
topikal dipakai untuk mengobati radang kulit yang bukan disebabkan oleh infeksi,
khususnya penyakit eksim, dermatitis kontak, gigitan serangga dan eksim skabies
bersama-sama dengan obat skabies. Kortikosteroid menekan berbagai komponen
reaksi pada saat digunakan saja; kortikosteroid sama sekali tidak menyembuhkan,
dan bila pengobatan dihentikan kondisi semula mungkin muncul kembali. Obat-
obat ini diindikasikan untuk menghilangkan gejala dan penekanan tanda-tanda
penyakit bila cara lain seperti pemberian emolien tidak efektif.
Hal terpenting dalam penatalaksanaan urtikaria adalah identifikasi dan
eliminasi penyebab dan atau faktor pencetus. Pasien juga dijelaskan tentang
pentingnya menghindari konsumsi alkohol, kelelahan fisik dan mental, tekanan
pada kulit misalnya pakaian yang ketat, dan suhu lingkungan yang sangat panas,
karena hal-hal tersebut akan memperberat gejala urtikaria. Asian consensus
guidelines yang diajukan oleh MDV pada tahun 2011 untuk pengelolaan urtikaria
kronis dengan menggunakan antihistamin H1 non-sedasi, yaitu:
- Antihistamin H1 non-sedasi (AH1-ns), bila gejala menetap setelah 2 minggu
- AH1-ns dengan dosis ditingkatkan sampai 4x, bila gejala menetap setelah 1-4
minggu
- AH1 sedasi atau AH1-ns golongan lain + anatagonis leukotrien, bila terjadi
eksaserbasi gejala, tambahkan kortikosteroid sistemik 3-7 hari
- Bila gejala menetap setelah 1-4 minggu, tambahkan siklosporin A, AH2,
dapson, omalizumab
- Eksaserbasi di atasi dengan kortikosteroid sistemik 3-7 hari
Terapi lini pertama untuk urtikaria adalah antihistamin H1 generasi baru
(non-sedasi) yang dikonsumsi secara teratur, bukan hanya digunakan ketika lesi
muncul. Pemberian antihistamin tersebut harus mempertimbangkan usia, status
kehamilan, status kesehatan dan respons individu. Bila gejala menetap setelah 2
minggu, diberikan terapi lini kedua, yaitu dosis AH1-ns dinaikkan, dapat
mencapai 4 kali dosis biasa, dengan mempertimbangkan ukuran tubuh pasien.
Bila gejala menetap setelah 1-4 minggu, dianjurkan penggunaan terapi lini ketiga,
yaitu mengubah jenis antihistamin menjadi AH1 sedasi atau AH1-ns golongan
lain, ditambah dengan antagonis leukotrien, misalnya zafirlukast atau
montelukast.
Dalam terapi lini ketiga ini, bila muncul eksaserbasi lesi, dapat diberikan
kortikosteroid sistemik (dosis 10-30 mg prednison) selama 3-7 hari. Bila gejala
menetap setelah 1-4 minggu, dianjurkan pemberian terapi lini keempat, yaitu
penambahan antihistamin H2 dan imunoterapi. lmunoterapi dapat berupa
siklosporin A, omalizumab, immunoglobulin intravena (IVIG), plasmaferesis,
takrolimus oral, metotreksat, hikroksiklorokuin dan dapson. Eksaserbasi lesi yang
terjadi selama terapi lini keempat, diatasi dengan pemberian kortikosteroud
sistemik (prednison 10-30 mg) selama 3-7 hari.
Dalam tatalaksana urtikaria, selain terapi sistemik, juga dianjurkan untuk
pemberian terapi topikal untuk mengurangi gatal, berupa bedak kocok atau losio
yang mengandung mentol 0.5-1% atau kalamin. Dalam praktek sehari-hari, terapi
lini pertama dan kedua dapat diberikan oleh dokter umum, dan apabila
penatalaksanaan tersebut tidak berhasil, sebaiknya pasien dirujuk untuk
penatalaksanaan lebih lanjut.
Pada urtikaria yang luas atau disertai dengan angioedema, perlu dilakukan
rawat inap dan selain pemberian antihistamin, juga diberikan kortikosteroid
sistemik (metilprednisolon dosis 40 – 200 mg) untuk waktu yang singkat. Bila
terdapat gejala syok anafilaksis, dilakukan protokol anafilaksis termasuk
pemberian epinefrin 1: 1000 sebanyak 0.3 ml intramuskular setiap 10-20 menit
sesuai kebutuhan.
Prognosis urtikaria akut baik, karena penyebabnya dapat diketahui dengan mudah,
untuk selanjutnya dihindari. Urtikaria kronis merupakan tantangan bagi dokter
maupun pasien, karena membutuhkan penanganan yang komprehensif untuk
mencari penyebab dan menentukan jenis pengobatannya. Walaupun umumnya
tidak mengancam jiwa, namun dampaknya terhadap kualitas hidup pasien sangat
besar. Urtikaria yang luas atau disertai dengan angioedema merupakan
kedaruratan dalam ilmu kesehatan kulit dan kelamin , sehingga membutuhkan
penanganan yang tepat untuk menurunkan mortalitas.
DAFTAR PUSTAKA

1. Harahap, M. 2013. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta : Hipokrates.


2. Djuanda, A. 2008. Dermatitis Eritroskuamosa Dalam Ilmu Penyakit Kulit
dan Kelamin Edisi ke-Lima. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai