URTIKARIA AKUT
Disusun Oleh:
TRI UTAMI WAHYUNINGSIH
N 111 19 048
Pembimbing Klinik:
II. ANAMNESIS
1) Keluhan utama : Gatal pada daerah lengan dan punggung
2) Riwayat penyakit sekarang : Seorang laki-laki datang ke Klinik
Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Undata Palu dengan keluhan
gatal yang dirasakan hilang timbul pada daerah lengan kanan dan
punggung sejak ± 1 hari SMRS. Awalnya gatal diikuti dengan
munculnya bentol-bentol pada daerah lengan dan punggung berwarna
kemerahan. Bentol-bentol kemerahan mulai berkurang tetapi pasien
tetap merasakan gatal. Pasien juga mengeluhkan kulitnya terasa kering.
Tidak ada rasa gatal saat berkeringat.
3) Riwayat penyakit dahulu: Pasien belum pernah mengalami keluhan
yang sama. Riwayat Asam Urat (+) tidak terkontrol, Riwayat CKD ± 1
Tahun, Pemasangan Cimino ± 10 bulan. Tidak ada Asma, tidak ada
Rhinitis Alergi, Tidak ada riwayat alergi makanan/obat-obatan.
4) Riwayat penyakit keluarga: Tidak ada keluhan yang sama dalam
keluarga. Asam Urat (+) tidak terkontrol
Tanda-tanda Vital
TD : 130/80 mmHg
Nadi : 80 kali/menit
Respirasi : 22 kali/menit
Suhu : 36,80 C
Status Dermatologis/Venereologis
Ujud Kelainan Kulit :
Kepala : Tidak terdapat Ujud Kelainan Kulit
Wajah : Tidak terdapat Ujud Kelainan Kulit
Leher : Tidak terdapat Ujud Kelainan Kulit
Dada : Tidak terdapat Ujud Kelainan Kulit
Punggung : Tampak makula eritematosa difus berbentuk tidak
teratur pada regio doral.
Perut : Tidak terdapat Ujud Kelainan Kulit
Bokong : Tidak terdapat Ujud Kelainan Kulit
Inguinal : Tidak terdapat Ujud Kelainan Kulit
Genitalia : Tidak terdapat Ujud Kelainan Kulit
Ekstremitas atas :
- Antebrachii : Tampak makula eritematosa difus berbentuk tidak teratur
pada regio antebrachii dextra
- Brachii : Tampak makula eritematosa difus berbentuk tidak teratur
pada regio brachii dextra
Ekstremitas bawah : Tidak terdapat Ujud Kelainan Kulit
IV. GAMBAR
IX. PENATALAKSANAAN
Non-medikamentosa
1. Hindari/kurangi kontak dengan faktor pencetus
2. Hindari menggunakan pakaian ketat
3. Menjaga kebersihan kulit
Medikamentosa
1. Pengobatan Topikal
Desoximethaone 0,25% cream 15 gr
2. Pengobatan Sistemik
Cetirizine tab 10 mg 1x1
X. PROGNOSIS
Quo ad vitam : ad Bonam
Quo ad functionam : ad Bonam
Quo ad cosmetican : Dubia ad Bonam
Quo ad sanactionam : Dubia ad Bonam
PEMBAHASAN
Gambar 1.1 Urtikaria Akut Gambar 1.3 Pitiriasis Rosea Gambar 1.4 Vaskulitis
Tatalaksana pada kasus ini sudah tepat yaitu terapi sistemik diberi
Cetirizin 1 x 10 mg perhari sebagai antihistamin untuk mengurangi gatal. Pasien
juga mengeluhkan sensasi gatal sehingga diberikan terapi antihistamin H1
generasi dua yaitu cetirizine yang dapat menghambat efek histamin akibat reaksi
antigen-antibodi. Pemberian antihistamin H1 generasi dua memiliki efek sedatif
yang minimal. Pada kasus diberikan cetirizine dengan dosis 10 mg.4,5
Topikal diberikan Desoximethasone 0,25% cream 15 gram. Kortikosteroid
topikal dipakai untuk mengobati radang kulit yang bukan disebabkan oleh infeksi,
khususnya penyakit eksim, dermatitis kontak, gigitan serangga dan eksim skabies
bersama-sama dengan obat skabies. Kortikosteroid menekan berbagai komponen
reaksi pada saat digunakan saja; kortikosteroid sama sekali tidak menyembuhkan,
dan bila pengobatan dihentikan kondisi semula mungkin muncul kembali. Obat-
obat ini diindikasikan untuk menghilangkan gejala dan penekanan tanda-tanda
penyakit bila cara lain seperti pemberian emolien tidak efektif.
Hal terpenting dalam penatalaksanaan urtikaria adalah identifikasi dan
eliminasi penyebab dan atau faktor pencetus. Pasien juga dijelaskan tentang
pentingnya menghindari konsumsi alkohol, kelelahan fisik dan mental, tekanan
pada kulit misalnya pakaian yang ketat, dan suhu lingkungan yang sangat panas,
karena hal-hal tersebut akan memperberat gejala urtikaria. Asian consensus
guidelines yang diajukan oleh MDV pada tahun 2011 untuk pengelolaan urtikaria
kronis dengan menggunakan antihistamin H1 non-sedasi, yaitu:
- Antihistamin H1 non-sedasi (AH1-ns), bila gejala menetap setelah 2 minggu
- AH1-ns dengan dosis ditingkatkan sampai 4x, bila gejala menetap setelah 1-4
minggu
- AH1 sedasi atau AH1-ns golongan lain + anatagonis leukotrien, bila terjadi
eksaserbasi gejala, tambahkan kortikosteroid sistemik 3-7 hari
- Bila gejala menetap setelah 1-4 minggu, tambahkan siklosporin A, AH2,
dapson, omalizumab
- Eksaserbasi di atasi dengan kortikosteroid sistemik 3-7 hari
Terapi lini pertama untuk urtikaria adalah antihistamin H1 generasi baru
(non-sedasi) yang dikonsumsi secara teratur, bukan hanya digunakan ketika lesi
muncul. Pemberian antihistamin tersebut harus mempertimbangkan usia, status
kehamilan, status kesehatan dan respons individu. Bila gejala menetap setelah 2
minggu, diberikan terapi lini kedua, yaitu dosis AH1-ns dinaikkan, dapat
mencapai 4 kali dosis biasa, dengan mempertimbangkan ukuran tubuh pasien.
Bila gejala menetap setelah 1-4 minggu, dianjurkan penggunaan terapi lini ketiga,
yaitu mengubah jenis antihistamin menjadi AH1 sedasi atau AH1-ns golongan
lain, ditambah dengan antagonis leukotrien, misalnya zafirlukast atau
montelukast.
Dalam terapi lini ketiga ini, bila muncul eksaserbasi lesi, dapat diberikan
kortikosteroid sistemik (dosis 10-30 mg prednison) selama 3-7 hari. Bila gejala
menetap setelah 1-4 minggu, dianjurkan pemberian terapi lini keempat, yaitu
penambahan antihistamin H2 dan imunoterapi. lmunoterapi dapat berupa
siklosporin A, omalizumab, immunoglobulin intravena (IVIG), plasmaferesis,
takrolimus oral, metotreksat, hikroksiklorokuin dan dapson. Eksaserbasi lesi yang
terjadi selama terapi lini keempat, diatasi dengan pemberian kortikosteroud
sistemik (prednison 10-30 mg) selama 3-7 hari.
Dalam tatalaksana urtikaria, selain terapi sistemik, juga dianjurkan untuk
pemberian terapi topikal untuk mengurangi gatal, berupa bedak kocok atau losio
yang mengandung mentol 0.5-1% atau kalamin. Dalam praktek sehari-hari, terapi
lini pertama dan kedua dapat diberikan oleh dokter umum, dan apabila
penatalaksanaan tersebut tidak berhasil, sebaiknya pasien dirujuk untuk
penatalaksanaan lebih lanjut.
Pada urtikaria yang luas atau disertai dengan angioedema, perlu dilakukan
rawat inap dan selain pemberian antihistamin, juga diberikan kortikosteroid
sistemik (metilprednisolon dosis 40 – 200 mg) untuk waktu yang singkat. Bila
terdapat gejala syok anafilaksis, dilakukan protokol anafilaksis termasuk
pemberian epinefrin 1: 1000 sebanyak 0.3 ml intramuskular setiap 10-20 menit
sesuai kebutuhan.
Prognosis urtikaria akut baik, karena penyebabnya dapat diketahui dengan mudah,
untuk selanjutnya dihindari. Urtikaria kronis merupakan tantangan bagi dokter
maupun pasien, karena membutuhkan penanganan yang komprehensif untuk
mencari penyebab dan menentukan jenis pengobatannya. Walaupun umumnya
tidak mengancam jiwa, namun dampaknya terhadap kualitas hidup pasien sangat
besar. Urtikaria yang luas atau disertai dengan angioedema merupakan
kedaruratan dalam ilmu kesehatan kulit dan kelamin , sehingga membutuhkan
penanganan yang tepat untuk menurunkan mortalitas.
DAFTAR PUSTAKA