Anda di halaman 1dari 19

REFERAT MEI 2021

PERANAN MOISTURIZER PADA DERMATITIS ATOPIK

Disusun Oleh:

Diana Anjelina Masarrang


N 111 19 027

PEMBIMBING KLINIK
dr. Diany Nurdin, Sp. KK, M.Kes

KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA PALU
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dermatitis atopik (DA) atau atopik eczema adalah peradangan kulit
berupa dermatitis yang kronis residif, disertai rasa gatal, dan mengenai bagian
tubuh tertentu terutama di wajah pada bayi (fase infantil) dan bagian fleksural
ekstremitas (pada fase anak). Penyakit ini sering disertai dengan riwayat atopi
pada pasien sendiri atau keluarganya (DA, rinitis alergi, dan atau asma
bronkial) disertai peningkatan IgE dalam serum. Dermatitis atopik kerap
terjadi pada bayi dan anak, sekitar 50% menghilang pada saat remaja, kadang
dapat menetap, atau bahkan baru mulai muncul saat dewasa1,2.
The International Study of Asthma and Allergies in Childhood
(ISAAC) mengemukakan bahwa prevalensi dermatitis atopik bervariasi antara
0,3% hingga 20,5% di 56 negara. Pada orang dewasa prevalensi DA sekitar 1-
3%, dengan perbandingan laki-laki dan perempuan 1,3:1. Prevalensi DA pada
anak-anak sebesar 10-20% di Amerika Serikat, Eropa Utara dan Barat, Afrika,
Jepang, Australia, serta negara-negara industri lainnya. Angka kejadian DA
cenderung meningkat 2-3 kali pada 30 tahun terakhir; pada anak-anak
prevalensinya 5-15% sedangkan pada dewasa 2-10 %. Di Amerika Serikat,
prevalensi DA pada dewasa 0,9%.2,3 Penelitian yang dilakukan Williams et
al. terhadap 463.801 anak-anak dari 56 negara mendapatkan prevalensi DA
bervariasi dari 0,6% sampai 20,5%2,3
Karena dermatitis atopic bersifat kronis dan sering kali kambuh, maka
pengobatan yang paling penting adalah strategi yang melibatkan pengobatan
dan pencegahan, serta memperbaiki fungsi barrier kulit dalam jangka panjang.
Diantara modalitas pengobatan yang tersedia, moisturizer adalah kebutuhan
dasar untuk pengoatan Dermatitis Atopik yang optimal terlepas dari tingkat
keparahan. Moisturizer akan menghidrasi kulit dan memperbaiki fungsi
barrier kulit. Pedoman manajemen dermatitis Atopik saat ini
merekomendasika penggunaan pelemab sebagai kunci dan Langkah dasar
dalam pengobatan Dermatitis Atopik bersamaan dengan menghindari factor
pemicu dan pengendalian gejala serta imflamasi4
1.2 Tujuan
Mengetahui bagaimana peranan moisturizer pada dermatitis atopic
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dermatitis Atopik


Dermatitis atopik (DA) adalah peradangan kulit berupa dermatitis yang
kronis residif, disertai rasa gatal, dan mengenai bagian tubuh tertentu terutama
di wajah pada bayi (fase infantil) dan bagian fleksural ekstremitas (pada fase
anak). Dermatitis atopik kerap terjadi pada bayi dan anak, sekitar 50%
menghilang pada saat remaja, kadang dapat menetap, atau bahkan baru mulai
muncul saat dewasa. lstilah "atop'/' telah diperkenalkan oleh Coca dan Cooke
pada tahun 1923, asal kata "atopos" (out of place) yang berarti berbeda; dan
yang dimaksud adalah penyakit kulit yang tidak biasa, baik lokasi kulit yang
terkena, maupun perjalanan penyakitnya5
Etiologi dan patogenenis Dermatitis atopik sampai saat ini masih
belum diketahui dengan pasti. Dermatitis atopic merupakan hasil interaksi
yang kompleks antara factor intrinsic dan ekstrinsik. Faktor intrinsic meliputi
suseptibilitas genetic, disreglasi system imun, dan disfungsi sawar kulit yang
merupakan factor predisposisi. Faktor pencetus Dermatitis atopik adalah
stress, berkeringat, iritan, infeksi/miroorganisme, xerosis, garukan,
aeroallergen, makanan dan iklim. Infeksi yang dapat mencetuskan Dematitis
Atopik adalah infeksi jamur, virus dan bakteri. Kulit kering merupakan gejala
klinis penting pada Dermatitis Atopik. Hal ini disebabkan adanya gangguan
pada sawar epidermal kulit sehingga terjadi peningatan Trans-epidermal
Water loss (TEWL), penurunan hidrasi stratum korneum, dan peningkatan
penetrasi substansi yang berasal dari luar sehingga memudahkan terjadi
penetrasi antigen ke kulit6

Disfungsi sawar kulit

Dermatitis atopik berhubungan dengan menurunnya fungsi sawar


epidermis melalui penurunan regulasi protein filagrin, penurunan jumlah
seramid, dan meningkatnya jumlah enzim proteolitik endogen. Studi genetik
menunjukkan pentingnya kromosom 1q21 yang mengandung kumpulan gen
yang dikenal sebagai kompleks diferensiasi epidermal (epidermal diff
erentiation complex). Mutasi gen filagrin yang berlokasi di kompleks
diferensiasi epidermal diketahui merupakan faktor predisposisi kuat DA.
Mutasi tersebut menyebabkan hilangnya atau menurunnya protein fi lagrin
yang penting untuk pembentukan dan hidrasi sawar kulit.9 Analisis
kandungan lipid kulit DA menunjukkan penurunan lipid, terutama seramid.
Jumlah seramid tipe 1 dan 3 turun bermakna dan nilai kolesterol lebih besar
secara bermakna dibandingkan subjek yang nonatopik. Kuantitas seramid tipe
3 berhubungan dengan gangguan kehilangan cairan transepidermal
(transepidermal water loss). Metabolit seramid, sfi ngosin, yang mempunyai
aktivitas antimikroba poten, menurun pada DA. Staphylococcus aureus, yang
menghasilkan seramidase, selanjutnya akan memperparah kerusakan fungsi
sawar.7

Stratum korneum menyusun sawar utama untuk difusi substansi


melewati kulit. Substansi itu terdiri dari korneosit dan lipid, terutama
ceramides, sterols dan asam lemak bebas. Ceramides terdapat di lapisan
tanduk pada epidermis dan berperan menahan air dan fungsi sawar stratum
korneum. Kulit kering merupakan gambaran pada Dermatitis Atopik dengan
meningkatnya transepidermal water loss, yang mencerminkan kerusakan
fungsi stratum korneum. Pada penderita atopi ekspresi sfingomielin deasilase
abnormal, yang akan menghidrolisis sfingosulfosforilkolin lebih dari
ceramides. Selain itu, flora bakterial kulit didapatkan dari kedua lesi dan non
lesi kulit dari pasien dengan Dermatitis Atopik mensekresi ceramidase, yang
memetabolisme ceramide menjadi sfingosin dan asam lemak dan menambah
menjadi defisiensi ceramide di stratum korneum8.
Perubahan kandungan lipid di stratum korneum merupakan penyebab
perubahan sawar kulit. Sawar kulit diperankan terutama oleh keratinosit di
epidermis yang saat proliferasinya menuju stratum korneum membentuk
keratin dan cornified envelope (CE)-associated protein. Pada proses
kornifikasi, membran plasma yang kaya akan fosfolipid akan menghilang,
diikuti dengan pembentukan selaput ganda yang mengandung ceramide8.
Kulit individu Dermatitis Atopik juga diketahui kekurangan ceramide
serta cathelicidins yang berperan dalam perlawanan terhadap Staphylococcus
aureus. Korneosit pada individu Dermatitis Atopik lebih kecil daripada
individu normal, sehingga jalur penetrasi menjadi lebih pendek. Perbedaan
juga terdapat pada kulit bayi, anak, serta dewasa. Pada individu usia 6-24
bulan, epidermis 20% lebih tipis dengan ukuran korneosit dan keratinosit lebih
kecil dibandingkan dewasa. Perkembangan fungsi barier kulit seiring
bertambahnya usia dikaitkan dengan prevalensi dan resolusi gejala DA9
Kadar ceramide pasien DA rendah dan inilah yang menyebabkan
gangguan sawar kulit. Disfungsi sawar kulit dipengaruhi oleh gaya hidup,
misalnya penggunaan sabun dan sampo berlebihan, deterjen yang tertinggal
pada pakaian, antigen lingkungan yang mampu berpenetrasi di kulit akibat
pengaruh pendingin ruangan (air conditioner), ventilasi yang buruk dan
perubahan tingkat higiene. Disfungsi sawar kulit akan merangsang
pengeluaran sitokin, misalnya yang berasal dari keratinosit. Pasien atopi
mengalami disfungsi sawar kulit, bahkan pada kulit yang terlihat “normal”,
dapat dianggap bahwa selalu terjadi kaskade sitokin akibat rangsangan pada
disfungsi sawar.8
Kerusakan sawar kulit menyebabkan produksi sitokin keratinosit
{IL-1 , IL-6, IL-8, tumor necrosis factor-a (TNF-a)} meningkat dan
selanjutnya merangsang molekul adhesi sel endotel kapiler dermis sehingga
terjadi regulasi limfosit dan leukosit. lshizaka dkk. tahun 1996 menyatakan
bahwa pada DA terdapat peningkatan kadar lgE yang menyebabkan reaksi
eritema di kulit. Terjadi stimulasi interleukin-4 (IL-4) terhadap sel T(CD4•)
dan IL-13 terhadap sel B untuk memproduksi lgE, sebaliknya interferon y
(IFNy) dapat mensupresi sel B. Jumlah dan potensi IL-4 lebih besar dari pada
IFNy. IL-5 berfungsi menginduksi proliferasi sel eosinofil yang merupakan
salah satu parameter DA5
Lesi akut DA ditandai dengan edema interselular (spongiosis) dan
sebukan infiltrat di epidermis yang terutama terdiri atas limfosit T. Sel
Langerhans (LC) dan makrofag (sebagai sel dendritik pemajan antigen/antigen
presenting cell) mengekspresikan molekul lgE. Di dermis sebukan sel radang
terdiri atas limfosit T dengan epitop CD3, CD4, dan CD45R, monosit-
makrofag, sedangkan sel eosinofil jarang terlihat, jumlah sel mas normal tetapi
aktif berdegranulasi.5
Lesi kronik DA ditandai hiperplasi epidermis, pemanjangan rete
ridges, sedikit spongiosis, dan hiperkeratosis. Terdapat peningkatan LC dan
jumlah lgE di epidermis, infiltrat di dermis lebih banyak mengandung sel
mononuklear/ makrofag, dan sel mas yang bergranulasi penuh, banyak sel
eosinofil, serta tidak ada neutrofil walaupun terdapat peningkatan kolonisasi
dan infeksi Staphylococcus aureus.5
Pada fase akut sel T-helper 2 (TH-2) melepaskan sitokin {IL4 dan IL
13) yang menginduksi pembentukan lgE dan ekspresi molekul adhesi sel
endotel, sedangkan IL-5 rnenginduksi dan memelihara sel eosinofil pada lesi
kronik DA.5
Pada fase kronik sitokin yang berperan adalah IL-12 dan IL-18 yang
dihasilkan oleh sel T helper-1 (TH-1 ), IL-11 , dan transforming growth
factors β-165
2.2 Moisturizer
Moisturizer adalah formulasi topical yang membantu menjaga hidrasi
kulit dengan mengurangi Transepidermal Water Loss (TEWL),
mempertahankan kadar air pada lapisan korneum antara 10-30%. Penelitian
mengenai moisturizer berkembang pada sekitar tahun 1950, ketika itu Blank
menunjukkan bahwa kulit kering disebabkan oleh kandungan air yang rendah.
Bila terjadi kerusakan sawar kulit maka kandungan air pada lapisan korneum
tersebut dikurangi. Tujuan pemakaian moisturizer adalah untuk
mempertahankan kadar air pada lapisan korneum sementara sampai kerusakan
sistem sawar kuit tersebut pulih Moisturizer membantu memperbaiki fungsi
barrier kulit dan lipid barrier. Untuk pasien dengan Dermatitis topik
pengaplikasian moisturizer dengan bahan hidrofilik dua kali sehari membantu
menjaga kelembaban kulit. Selain itu penggunaan moisturizer mengurangi
jumlah penggunaan kortikosteroid topical yang di gunakan pada bayi 8,10
Moisturizer akan meningkatkan kadar air pada stratum korneum yang
disebut skin capacitance (SC), dengan cara meningkatkan absorbs air perkutan
dan menurunkan TEWL. Peningkatan absorbsi perkutan dapat terjadi karena
adanya substansi yang dapat mengikat air (humektan) dan atau dengan
membentuk sawar lipid hidrofobik. Humektan adalah bahan yang mampu
menarik air ke dalam stratum korneum dan meningkatkan hidrasi, menjaga
kelenturan dan menghambat evaporasi dengan adanya sawar lipid yang tahan
terhadap air, maka evaporasi melalui permukaan kulit dapat dicegah. Keadaan
ini akan menyebabkan terjadinya akumulasi air pada stratum korneum yang
pada akhirnya meningkatkan skin capacitance dan menurunkan TEWL8
Moisturizer yang ideal memiliki empat fungsi yaitu memperbaiki
barrier kulit, menjaga integritas dan penampilan kulit, mengurangi
Transepidermal Water Loss (TEWL), mengembalikan fungsi barrier lipid,
menahan dan mendistribusikan Kembali air. Moisturizer umumnya
diklasifikasikan berdasarkan mekanismenya menjad oklusif, humektan dan
emolien11

Oklusif
Oklusif adalah senyawa berminyak yang dapat menghambat TWEL
dengan membentuk lapisan hidrofobik di lapisan permukaan dan superfisial
stratum korneum. Oklusif bekerja dengan cukup baik pada kulit lembab
karena air tidak dapat bercampur.11
Petrolatum adalah oklusif yang paling banyak di gunakan, dan
merupakan moisturizer yang paling efektif dilihat dari kemampuannya
mereduksi TEWL sebanyak 99%. Petrolatum juga dapat berdifusi menjadi
lipid antar sel dari stratum korneum dam membantu dalam pemulihan Barier,
namun demikian kelemahan utama dari petrolatum dan kebanyakan oklusif
adalah rasa berminyak 10
Lanolin dan mineral oil juga dapat dignakan namun kurang efektif.
Mineral oil (Paraffinum Liquidum) memberikan tektur yang lebih disukai
namun hanya dapat mengurangi TEWL sebesar 30 %. Lanolin tidak sering
digunakan karena potensi alergi, bau yag tidak sedap dan biaya.. Silikon,
termasuk dimethicone dan cyclomethione adalah oklusif sintetik baru yang
popular sebagai moisturizer berbahan bebas minyak, bersifat hipoalergenik,
non komedogenik, serta tidak berbau11
Selain oklusif tradisional, seperti yang disebutkan di atas, beberapa
moisturizer topikal mungkin mengandung lipid barier fisiologis, ceramide,
kolesterol dan asam lemak bebas. Tiga lipid utama ini, dalam dibandingkan
dengan oklusif eksogen, seharusnya meresap lebih dalam ke Stratum korneum
dan akhirnya menjadi bagian dari barier lipid Stratum korneum sehingga
mengembalikan keadaan normal keseimbangan barrier epidermis11

Humektan
Humektan adalah kelompok senyawa hidrofilik hidroksil yang mampu
menyerap dan menahan air. Humektan dapat menarik air dari dermis ke
epidermis dan menangkap air dari lingkungan luar bila kelembaban ambien
relative melebihi 70%. Moisturizer yang hanya mengandung humektan dapat
meningkatkan TEWL apabila diaplikasikan pada kulit dengan kerusakan
barrier, oleh karena itu formulasi moisturizer harus mengombinasikan oklusif
dan humektan untuk menarik air dan mencegah penguapan air ke luar
lingkungan gliserin merupakan humektan yang paling efektif10,11
Oleh karena humektan mempunyai kemampuan menyerap air maka
terjadi pembengkakan ringan pada lapisan korneum, perubahan ini akan
memberikan sensasi kulit yang halus dan tidak keriput. Humektan terdiri atas 7
1. Natural moisturizing factor (NMF), merupakan substansi larut dalam air,
bersifat higroskopis pada stratum korneum. Substansi ini berperan penting
dalam menahan air pada stratum korneum, contohnya:
a. Asam amino
b. Pirolidon
c. Urea
2. Polyol, terdiri dari sejumlah molekul hidroksil yang bersifat higroskopis,
bahannya antara lain:
a. Gliserin
b. Sorbitol
c. Propilen glikol
3. Molekul makro adalah bahan yang termasuk hidrofilik, memiliki bentuk
molekul yang besar sehingga tidak dapat berpenetrasi ke dalam stratum
korneum, tetpa dapat membentuk suatu lapisan permukaan yang
semipermeabel seperti
a. Asam hialuronat
b. Kondroitin sulfat
4. Liposom merupakan vesikel kecil yang berdiameter 50-500 nm yang
dikelilingi oleh satu atau beberapa membran biologikal. Bentuk liposom
yang khusus disebut niosom. Sekarang, fosfolipid digantikan dengan
bentuk sintetiknya yakni non-ionic amphiphilic lipids yang memiliki
afinitas tinggi terhadap stratum korneum dan meningkatkan kekuatan
hidrasi.

Gliserin merupakan humektan kuat dan mempunyai kemampuan


menyerap air hampir sama dengan NMF yang merupakan pengikat air alami
dalam korneosit. Suatu penelitian membandingkan gliserin dengan jenis
moisturizer lain pada 394 penderita kulit kering menunjukkan hasil yang lebih
baik pada penderita yang memiliki gliserin dibanding dengan yang memakai
moisturizer yang lain. Gliserin secara cepat dapat mengembalikan kulit kering
seperti normal dan mampu mempertahankan kondisi normal tersebut lebih
lama dibanding moisturizer lain7

Jenis humektan yang lain adalah urea yang merupakan komponen dari
NMF. Urea banyak dipakai sebagai krim tangan sejak tahun 1940-an. Selain
sebagai humektan urea juga memiliki kemampuan sebagai antipruritus, hal ini
menguntungkan untuk pemakaian pada DA. TEWL dapat menurunkan dengan
pemakaian krim urea 10%. Penetrasi urea dapat meningkat bila
dikombinasikan dengan hidrokortison. Pemakian moisturizer yang
mengandung urea dianjurkan hanya dipakai pada saat kulit dalam keadaan
lembab untuk menghindari iritasi. Pada kulit penderita DA terdapat
kekurangan kadar urea hingga 85% sehingga pemakaian urea pada DA
diharapkan dapat memperbaiki faktor tersebut.8

Humektan yang banyak dipakai lainnya adalah α-hydroxy acids


(AHAs) yang merupakan golongan asam organik dan dapat juga berfungsi
sebagai zat eksfoliatif. Beberapa zat yang termasuk kelompok AHAs adalah:
asam glikolat, asam laktat dan asam malat. Humektan golongan propylene
glycol merupakan cairan tidak berbau yang dapat berfungsi sebagai humektan
sekaligus bahan oklusif.8

Bahan humektan yang penting bagi pengobatan DA adalah asam laktat.


Seperti diketahui pada penderita DA terjadi penurunan kadar seramid yang
merupakan komponen lemak interseluler sehingga terjadi peningkatan TEWL,
sedangkan dari penelitian in vitro maupun in vivo diketahui bahwa pemberian
asam laktat tersebut membantu memperbaiki kondisi lapisan korneum pada
penderita DA8

Emolien

Emolien adalah senyawa yang dapat mengisi celah antar cluster dari
deskuamasi lapisan corneocyte. Emolien membantu memperbaiki kondisi
kulit dengan memberikan kehalusan, kelembutan dan kelenturan pada
permukaan kulit. Walaupun emolien tidak dapat mengurangi TEWL beberapa
emolien memiliki Oklusif atau humektan. Alkohol emolien seperti cetyl,
stearyl, octyl dodecanol, hexyl dodecanol dan oleyl alcohol, memberi tekstur
halus pada kulit. Emolien tipe ester, misalnya, oleyl oleate, octyl stearate,
isopropil miristat, stearil isononanoat, dan PEG-7 gliseril cocoate. Umumnya
emolien terdiri dari emulsi air dalam minyak dengan komponen minyak
sebesar 3-25%10,12
Tabel 1. Klasifikasi Moisturizer11

2.1 Peranan Moisturizer pada Dermatitis Atopik


Moisturizer merupakan terapi topikal lini pertama yang memberikan
perlindungan dengan membantu korneosit menahan air untuk mengurangi
evaporasi, menurunkan TEWL, dan mencegah masuknya iritan. Penggunaan
rutin moisturizer membantu mempertahankan fungsi barier kulit dengan
menjaga kelembapan, sehingga dapat mengontrol tanda dan gejala secara
subjektif ataupun objektif. Penggunaan moisturizer memperpanjang durasi
perbaikan klinis saat terapi lain dihentikan dan mencegah kekambuhan DA
apabila digunakan dalam terapi rumatan. Penggunaan moisturizer menurunkan
gejala dan tanda DA seperi gatal, eritema, fisura, dan likenifikasi juga
mengurangi inflamasi dan derajat keparahan DA. Secara umum, penggunaan
moisturizer akan memperbaiki kondisi kulit kering.9
Kejadian relaps lebih sedikit dan durasi remisi lebih panjang pada
pasien pengguna terapi rumatan moisturizer selama 180 hari pengamatan.
Simpson, dkk. menyatakan penggunaan moisturizer sejak lahir merupakan
strategi baru dalam pencegahan DA dan merupakan pendekatan yang aman
dan layak, meskipun masih memerlukan penelitian lebih lanjut. Tidak
didapatkan efek samping akibat penggunaan rutin moisturizer selama 1 tahun
pengamatan. Pengukuran barier kulit menunjukkan nilai yang sebanding
dengan kulit yang tampak normal. Moisturizer biasanya merupakan emulsi
minyak dalam air (oil in water) seperti lotion atau emulsi air dalam minyak
(water in oil) seperti krim 8,9
Pengobatan DA dengan menggunakan emolien dapat meningkatkan
kandungan air pada lapisan korneum. Emolien akan membentuk lapisan yang
berminyak pada lapisan korneum yang akan mencegah penguapan air
(TEWL). Air yang akan menguap akan terhalang oleh lapisan emolien
sehingga air tersebut akan mengisi celah-celah yang kosong diantara
korneosit, selain itu emolien tersebut juga akan meresap ke lapisan atas
lapisan korneum sehingga menyerupai fungsi lemak interseluler yang pada
DA kadarnya berkurang. Sebaiknya emolien diberikan setelah mandi, oleh
karena pada saat ini kadar air pada lapisan tersebut dapat mencegah
penguapan air yang kadarnya meningkat setelah mandi. Emolien paling
sedikit diberikan 2 kali sehari, bila diberikan ke seluruh tubuh biasanya pada
anak-anak membutuhkan kurang kebih 250-500 gram emolien per minggu8
Beberapa peneliti menganjurkan pengobatan emolien secara lengkap
yang terdiri dari emolien salep/krim, emolien bath oil, dan pemakaian sabun
emolien. Efektivitas pemakaian emolien dapat ditingkatkan dengan
menggunakan wet wrapping. Perbaikan keadaan kulit pada DA terlihat
setelah pemakaian emolien secara teratur dapat menurunkan gejala gatal dan
dapat mengurangi pemakaian kortikosteroid topikal. Evaluasi penggunaan
emolien dapat dilakukan diantaranya dengan pengamatan/perabaan kulit serta
penurunan keluhan gatal.8
Moisturizer dapat diformulasikan dalam berbagai sediaan seperti
losion, krim, salep, gel, ataupun produk mandi. Moisturizer ada yang dijual
bebas atau harus menggunakan resep (prescription emollient devices- PEDs).
PEDs merupakan generasi baru agen topikal yang dibuat sesuai target
spesifik defek barier kulit. Preparat ini memiliki komposisi menyerupai
kondisi asli. PEDs dikatakan dapat mengurangi tanda dan gejala DA seperti
gatal dan inflamasi, namun studi terkontrol masih terbatas 9
Pemilihan moisturizer harus mendapat perhatian. Komponen
utamanya biasanya tidak jauh berbeda dengan berbagai variasi kombinasi
komposisi sehingga menjadi sangat beragam. Moisturizer umumnya
mengandung komponen air yang memberikan efek lembap sementara.
Kandungan lain dalam moisturizer memberikan manfaat lebih banyak.
Pemilihan jenis dan sediaan moisturizer disesuaikan dengan ketebalan barier,
derajat keparahan, dan area yang terlibat. Umumnya, makin parah derajat
DA, direkomendasikan sediaan lebih pekat. Sediaan salep dan krim lebih
efektif dibandingkan losion. Untuk gatal, moisturizer mengandung agen
antipruritus dapat digunakan.9
Moisturizer bentuk salep memiliki kelebihan yaitu tidak mengandung
pengawet yang dapat menyebabkan sensasi menyengat jika diaplikasikan
pada bagian yang inflamasi, tetapi beberapa pasien merasa sediaan ini terlalu
berminyak. Losion memiliki kandungan air lebih tinggi yang dapat menguap
dan mungkin kurang ideal untuk xerosis berat. Krim harus diaplikasikan
beberapa kali per hari karena sifatnya yang cepat terserap ke dalam kulit.9
Pada DA anak dan dewasa, rekomendasi frekuensi penggunaan
moisturizer bervariasi, mulai dari minimal satu kali per hari hingga sesering
mungkin, baik dalam kondisi relaps maupun remisI. PEDs direkomendasikan
digunakan 2-3 kali per hari sesuai agen yang terkandung. Untuk area dengan
iritasi dan kekeringan berlebihan, dianjurkan menggunakan moisturizer lebih
sering atau menggunakan moisturizer dengan kemampuan hidrasi lebih baik.
Pada dewasa, untuk mencegah kulit kering dan iritasi, dianjurkan
menggunakan 500-600 gram moisturizer per minggu. Sementara pada anak
diberikan 250 gram per minggu. Primary Care Dermatology Society dan
British Association of Dermatologists menganjurkan kuantitas moisturizer
sebaiknya melampaui penggunaan steroid dengan perbandingan 10:1.
Moisturizer diaplikasikan di seluruh permukaan tubuh, tidak hanya pada
daerah lesi.9
Frekuensi mandi yang dianjurkan ialah 1-2 kali per hari.Setelah
mandi, kulit dikeringkan dengan ditepuk-tepuk menggunakan handuk
sehingga masih dalam kondisi sedikit basah, lalu moisturizer diaplikasikan.
Menurut penelitian yang dilakukan Chiang menunjukkan tidak ada perbedaan
bermakna status hidrasi antara penggunaan moisturizer segera atau ditunda
setelah mandi. Meskipun demikian, penggunaan segera setelah mandi
dianjurkan dengan alasan kenyamanan. Frekuensi penggunaan moisturizer
dapat melebihi frekuensi mandi9
Penelitian yang dilakukan Hon KL melaporkan aqueous cream
adalah jenis moisturizer yang paling sering digunakan, diikuti produk
mengandung petroleum. Aqueous cream diketahui mengandung sodium
lauryl sulfate (SLS) yang dapat mengiritasi, sehingga sulit ditoleransi pasien
serta pada penggunaan kronik mengurangi ketebalan Stratum Korneum dan
meningkatkan TEWL. Pengunaannya juga dikaitkan dengan peningkatan
deskuamasi dan aktivitas peradangan oleh protease.Produk yang dijual bebas
biasanya juga mengandung alergen lain, yang tersering ialah pewangi dan
tocopherol, yang dapat mencetuskan dermatitis, sehingga perlu berhati-hati
dalam memilih produk moisturizer.9
Penelitian Dahlan NH menunjukkan keefektifan moisturizer yang
mengandung hidroksi fosfatidilkolin (Physiogel®) dalam memperbaiki sawar
kulit (menurunkan TEWL) dan memperbaiki kekeringan kulit secara
bermakna dalam 3 minggu pemberian moisturizer pada anak-anak penderita
dermatitis atopik. Penelitian Chamlin memperlihatkan penurunan TEWL dan
peningkatan skin capacitance pada penderita DA yang hanya diberi krim
yang mengandung hidroksi fosfatidilkolin setelah 2 minggu pengolesan.8
Moisturizer akan meningkatkan kandungan air pada stratum korneum
yang disebut skin capacitance (SC) dan menurunkan TEWL, dengan cara
meningkatkan absorbsi air per kutan, hal ini dapat terjadi karena moisturizer
mengandung subtansi yang dapat mengikat air (humektan) dan atau dengan
terbentuknya sawar lipid hidrofobik. Dengan adanya sawar lipid yang tahan
terhadap air, maka evaporasi melalui permukaan kulit dapat dicegah.
Keadaan ini akan menyebabkan terjadinya akumulasi air pada stratum
korneum dan dengan demikian moisturizer akan meningkatkan skin
capacitance dan menurunkan TEWL .Untuk memperbaiki sawar kulit
diperlukan suatu proses aktif yang tergantung pada produksi lipid keratinosit.
Pemberian lipid secara eksternal melalui pengolesan moisturizer tidak dapat
menggantikan lipid keratinosit, tetapi dapat mengurangi efek kerusakan
sawar kulit. Moisturizer yang secara fisiologis menyerupai lipid, pada kulit
normal, lebih efektif dalam membantu memperbaiki kerusakan sawar kulit8
Moisturizer ideal ialah moisturizer yang aman, efektif, murah, dan
bebas bahan tambahan, pewangi, serta agen lain yang berpotensi
menimbulkan sensitisasi, non-komedogenik, non-iritatif, dan cocok
digabungkan dengan agen lain yang digunakan dalam terapi. Apapun jenis
moisturizer yang dipilih, pendapat pasien patut dipertimbangkan dengan
harapan meningkatkan kepatuhan pada penggunaan rutin9

BAB III
PENUTUP

Dermatitis atopik (DA) atau atopik eczema adalah peradangan kulit berupa
dermatitis yang kronis residif, disertai rasa gatal, dan mengenai bagian tubuh
tertentu terutama di wajah pada bayi (fase infantil) dan bagian fleksural
ekstremitas (pada fase anak).

Pada Dermatitis Atopik terjadi perubahan pada kulit khususnya pada


lapisan korneum yang merupakan sistem sawar kulit. Fungsi utama dari lapisan
korneum adalah untuk mencegah Transepidermal Water loss (TEWL) sehingga
kadar air kulit dipertahankan dalam keadaan normal. Perubahan struktur korneosit
dan lemak interseluler menyebabkan penigkatan TEWL sehingga kulit penderita
dermatitis atopik menjadi kering.

Pemberian moisturizer pada Dermatitis atopic bertujuan untuk


mengembalikan kadar air menjadi normal kembali. Moisturizer yang dipakai
dapat berbentuk bahan oklusif yang membentuk bahan oklusif yang membentuk
selubung pada permukaan kulit untuk mengurangi TEWL, berebntuk bahan
humektan yang bersifat mengikat air atau Emolien yang dapat mengisi celah antar
cluster dari deskuamasi lapisan corneocyte, membantu memperbaiki kondisi kulit
dengan memberikan kehalusan, kelembutan dan kelenturan pada permukaan kulit
atau kombinasi dari ketiga bahan tersebut. Penggunaan moisturizer pada
Dermattitis Atopik dapat meningkatkan sawar kulit, mengurangi TEWL dan dapat
mengurangi rasa gatal.

DAFTAR PUSTAKA
1. Abdi D. Dermatitis Atopik..II(1) [Wal’afiat Hospital Journal] 2020. (Diakses
8 Mei 2021)
2. Febriansyah J P E, Grace M K, Agus H. Profil Dermatitis Atopik di Poliklinik
Kulit dan Kelamin RSUP Prof. DR. R.D Kandou Manado Periode Januari
2010- Desember 2012. 7(3) [Jurnal Biomedik (JBM)] 2015 (Diakses 8 Mei
2021)
3. Evina B. Clinical Manifestations and Diagnistic Criteria of Atopic
Dermatitis.4(4) [J Majority] 2015. (Diakses 8 Mei 2021)
4. Giam YC, Hebert AA, Dizon MV, et al. A review on the role of moisturizers
for atopic dermatitis. Asia Pac Allergy. 2016;6(2):120-128.
doi:10.5415/apallergy.2016.6.2.120 (Diakses 8 Mei 2021)
5. Adhi, Djuanda. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Edisi 7 Bagian Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Fakultas kedokteran Universitas
Indonesia. 2017
6. Lestari Wahyu. Manifestasi Klinis dan Tatalaksana Dermatitis Atopik.1(1)
[J.Ked.N.Med]2018. (Diakses 8 Mei 2021)
7. Utami DNT, Disfungsi Sawar Epidermis dan Strategi Penanganan Dermatitis
Atopik. CDK-215 42 (4). 2014. (Diakses 8 Mei 2021)
8. Lubis RAS. Penggunaan Moisturizer Pada Dermatitis Atopik Anak. 1(2)
[Jurnal Implamenta Husada].2020.(Diakses 8 Mei 2021)
9. Martalova A AJ, Saraswati PDA. Peran dan Fungsi moisturizer pada
Tatalaksana Dermatitis Atopi.47(3).[CDK-284]2020 (Diakses 8 Mei 2021)
10. Sirikudta W, Kulthanan K, Varothai S, Nuchkull P (2013) Moisturizers for
Patients with Atopic Dermatitis: An Overview. J Allergy Ther 4: 143.
doi:10.4172/2155-6121.1000143 (Diakses 9 Mei 2021)
11. Varothai S, Nitayavardhana S, Kulthanan K. Moisturizers for patients with
atopic dermatitis. Asian Pac J Allergy Immunol. 2013 Jun;31(2):91-8. PMID:
23859407. (Diakses 9 mei 2021)
12. Butarbutar MET,Chaerunisaa AY. Peran Moisturizer dalam Mengatasi
Kondisi Kuli Kering.6(1)[Majalah Farmasetika]2021( diakses 9 Mei 2021)

Anda mungkin juga menyukai