Anda di halaman 1dari 8

Laporan Kasus

DISHIDROSIS ECZEMA

Oleh:

Wajyu Sandika Putra

NIM. 1930912310037

Pembimbing:

dr. Sani Widjaja, Sp.KK

BAGIAN/SMF ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNLAM/RSUD ULIN
BANJARMASIN
Agustus, 2020

LAPORAN KASUS
Dishidrosis Eczema

Wahyu Sandika Putra/1930912310037


SMF Kulit dan Kelamin
FK ULM/RSUD Ulin Banjarmasin
Pendahuluan
Dyshidrotic eczema merupakan dermatitis tipe vesikular pada jari, telapak tangan
dan kaki. Penyakit ini merupakan dermatosis yang dapat dalam keadaan akut, rekuren,
dan kronik, yang dikarakteristikan dengan adanya vesikel “tapioca-like” yang gatal
dengan onset tiba-tiba, dan pada keadaan lanjut dapat ditemukan fisura dan likenifikasi..1,

Kelainan ini terjadi sekitar 5-20% dari seluruh kasus dermatitis pada tangan.
Dapat dijumpai di hampir seluruh dunia, lebih banyak pada ras Asia, lebih banyak pada
wanita. Biasanya lebih sering di iklim panas, selama musim semi dan musim panas.
Penyakit ini dapat terjadi pada semua usia, umumnya pada usia sebelum 40 tahun, jarang
pada usia di bawah 10 tahun.2,3

Mekanisme mengenai terjadinya dyshidrotic eczema atau pomfoliks sendiri


masih belum jelas. Hipotesis paling awal mengemukakan bahwa lesi-lesi vesikel
yang timbul pada dyshidrotic eczema disebabkan oleh ekskresi keringat yang
berlebihan (excessive sweating). Namun sekarang hipotesis ini sudah tidak digunakan
lagi karena lesi-lesi vesikular yang timbul pada dermatitis dishidrosis tidak
berkaitan dengan saluran kelenjar keringat. Walaupun demikian, hiperhidrosis
(keringat berlebihan) merupakan salah satu tanda yang terlihat secara khas pada 40%
penderita dermatitis dishidrosis (istilah dishidrosis datang dari gejala berkeringat
banyak/salah berkeringat). Dyshidrotic eczema dikaitkan dengan riwayat atopi, dimana
sekitar 50 % penderita dyshidrotic eczema juga menderita dermatitis atopik.4

Faktor- faktor eksogen seperti: (1) kontak terhadap nikel, balsam, kobalt, (2)
sensitivitas terhadap besi yang teringesti, (3) infeksi oleh dermatofita dan (4) infeksi
bakteri juga dapat memicu dermatitis dishidrosis. Antigen-antigen ini dapat bertidak
sebagai hapten dengan afinitas spesifik terhadap protein di stratum lusidum daerah palmar
dan plantar. Ingesti ion metal seperti kobalt akan menginduksi hipersensitivitas tipe 1
dan 4, serta mengaktivasi limfosit T melalui jalur independen antigen leukosit.
Pengikatan hapten tersebut terhadap reseptor jaringan dapat menginisiasi munculnya
vesikel-vesikel di daerah palmar/plantar. 4

Diagnosa dyshidrotic eczema ditegakkan berdasarkan anamnesis dan gambaran


ruam, dimana penyakit ini terjadi selama beberapa minggu dengan gejala adanya rasa
gatal pada vesikel baru dan rasa nyeri pada fisura dan lesi sekunder akibat infeksi.
Gambaran ruam pada onset awal adalah vesikel berukuran kecil (1 mm), tampak seperti
“tapioca-like” dengan susunan clusters. Bulla kadang-kadang dapat dijumpai. Pada onset
lanjut, dijumpai papul, likenifikasi, fisura yang nyeri, dan erosi akibat pecahnya vesikel.
Lesi sekunder akibat infeksi dikarakteristikkan dengan pustul, krusta, selulitis,
limfangitis, dan limfadenopati yang sangat nyeri. Distribusi dari ruam adalah 80 % pada
tangan dan kaki, dimana tempat predileksi dimulai dari bagian lateral jari-jari, telapak
tangan, telapak kaki dan pada keadaan lanjut pada bagian dorsal jari-jari.1

Dalam mendiagnosis dyshidrotic eczema, pemeriksaan pertama adalah untuk


menilai kaki untuk mengeluarkan kemungkinan diagnosis dermatofit.Kedua, pemeriksaan
kalium hidroksida (KOH) di tangan harus mengeklusi diagnosis tinea manum. Dan tes
patch digunakan untuk mengeluarkan kemungkinan diagnosis dermatitis kontak atau
reaksi sistemik untuk kontak allergen, selain itu dyshidrotic eczema juga dapat di
diagnosis banding sebagai scabies. Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang spesifik
untuk dyshidrotic eczema, walaupun kadar IgE meningkat pada pasien dengan riwayat
atopi.5

Terapi dyshidrotic eczema tidak sederhana dan sering relaps. Faktor-faktor pencetus
perlu dihindari. Tujuan terapi meliputi: (1) menekan pembentukan blister dan inflamasi,
(2) meredakan keluhan gatal, (3) mencegah/mengobati infeksi. Penilaian beratnya
pompholyx menggunakan dyshidrotic eczema area and severity index (DASI)
berdasarkan jumlah vesikel/cm2, eritema, deskuamasi, gatal, dan perluasan. DASI dapat
digunakan untuk memantau terapi.6,7
Tujuan penulisan laporan kasus ini ialah melaporkan suatu dishidrosis eczema
dengan gambaran klinis papula disertai vesikel.

KASUS
Seorang wanita berumur 40 tahun, bangsa Indonesia, suku Banjar, alamat jalan
P.Hidayatullah Sultan Adam , Banjarmasin Utara, datang berobat ke poliklinik Penyakit
Kulit dan Kelamin RSUD Ulin Banjarmasin pada tanggal 24 Agustus 2020, dengan
keluhan utama bintil gatal pada jari tangan.

(I) ANAMNESIS

Pasien datang dengan keluhan bintil gatal di jari tangan kanan dan kiri sejak 2 bulan
sebelum masuk rumah sakit. keluhan pasien hilang timbul. Keluhan awalnya di jari
tangan berupa bintil dan berubah berisi air serta bersisik, kemudian menyebar sampai
ketelapak tangan kanan dan kiri. Pasien mempunyai riwayat alergi makan ikan laut dan
ada riwayat kontak dengan pupuk tanaman. Di rumah pasien juga terdapat orang yang
sedang sakit gatal di seluruh tubuhnya. Pasien belum pernah pergi memeriksakan diri ke
fasilitas kesehatan.

(II) PEMERIKSAAN FISIK

STATUS PRESEN

Keadaan Umum : Baik RR : 20x/menit


Kesadaran : Compos Mentis Suhu : 36,7oC
Tekanan Darah : 120/80 mmHg SpO2 : 98% (tanpa suplementasi O2)
HR : 88x/menit

STATUS GENERALIS
Kepala : normosefali, alopesia (-), rambut hitam, lurus
Mata : konjunctiva anemis (-), sklera ikterik (-), nystagmus (-)
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar limfe
Thorax : Jantung dalam batas normal, bising jatung (-), paru dalam batas normal,
vesicular, ronki (-), wheezing (-).
Abdomen : datar, spider nevi (-), benjolan (-), timpani, bising usus 6x/m, nyeri tekan (-),
hepar dan lien tidak teraba

Ekstremitas: hangat + + - - edema

+ + - -

STATUS DERMATO-VENEROLOGIK
Inspeksi dan Palpasi

1) gambaran Umum :
Warna Kulit : Sawo Matang
Turgor kulit : cepat kembali
Suhu : 36,5oC

2) Gambaran khusus
Regio manus sinistra dextra
UKK I : papula, vesikula.
UKK II : skuama, krusta
(III) DIAGNOSIS BANDING
1. Dishidrosis eczema
2. Scabies
3. Tinea manus

(IV) DIAGNOSIS SEMENTARA


Dishidrosis eczema

(V) PEMERIKSAAN LAB/ USULAN PEMERIKSAAN


1. Pemeriksaan KOH 10%
2. Skin Patch Test

(VI) DIAGNOSIS KERJA


Dishidrosis eczema

(VII) PENGOBATAN
1. Clobetasol propionate 0.05% cream, 2x1 pada pagi sehabis mandi dan sore hari,
dioles tipis
2. Loratadin 10 mg 10 tablet, 1x1 malam.

(VIII) PROGNOSIS
1. Ad Vitam : ad bonam
2. Ad Sanationam : dubia ad bonam
3. Ad Kosmetikum : dubia ad bonam

(IX) ANJURAN/SARAN
1. Hindari faktor risiko
2. Jaga kebersihan diri dan lingkungan di sekitar rumah
3. gunakan air hangat jika akan mencuci tangan dan mandi.
4. gunakan sarung tangan berbahan dasar katun yang dapat menyerap keringat
5. Minum obat dan penggunaan cream sesuai anjuran.
6. Kembali control setelah 2 minggu pemberian terapi.

PEMBICARAAN
Diagnosis Dishidrosis eczema pada pasien ditegakkan berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan fisik. Berdasarkan anamnesis penderita ialah wanita berumur 40 tahun dan
memiliki riwayat alergi makan ikan laut. Hal ini sesuai dengan kepustakaan bahwa
dishidrosis eczema lebih sering terjadi pada umur 10-40 tahun. Dan faktor rikiso seperti
adanya riwayat alergi. 2,3

Berdasarkan pemeriksaan fisik pada pasien terdapat lesi berupa papula, vesikula
disertai skuama dan krusta di dearah jari dan telapak tangan kanan dan kiri. Hal ini sesuai
dengan kepustakaan yang menyebutkatkan gejala khas dari dishidrosis eczema berupa
papula, vesikula disertai skuama dan krusta. Berdasarkan teori untuk daerah prediliksi
adalah telapak tangan, lateral jari, telapak kaki disertai rasa gatal.1,

Diagnosis banding pada kasus ini dapat disingkirkan yaitu scabies, dimana pada
scabies biasanya tidak didapatkan keluhan gatal hilang timbul , sedangkan pada kasus ini
pasien mengeluhkan gatal hilang timbul selanjutnya juga tidak ditemukan 2 dari 4 cardinal
sign positif, yang dimana langkah tersebut dapat dijadikan acuan untuk meneggakan
scabies. Selain itu prediliksi pada kasus ini tidak sesuai dengan prediliksi pada kasus
scabies.8
Diagnosis banding pada kasus ini dapat disingkirkan yaitu tinea manus, dimana pada
tinea manus biasanya terdapat central healing. Sedangkan pada kasus ini berupa papula,
vesikula disertai skuama dan krusta.5

Penatalaksanaan pada pasien ini secara umum adalah menjaga kebersihan diri,
menggunakan pakaian yang menyerap keringat. Penatalaksanaan khusus pada pasien ini
diberikan secara topikal dan sistemik. Pengobatan secara topikal diberikan Clobetasol
propionate 0.05% cream, 2x1 pada pagi sehabis mandi dan sore hari. Pada pengobatan
secara sistemik pasien dapat diberikan loratadin 10 mg 1x1 yang merupakan antihistamin
yang berguna untuk mengontrol rasa gatal .9

Secara keseluruhan prognosis dari pomfoliks adalah baik. Pomfoliks merupakan


penyakit yang sering kambuh tetapi dapat terjadi remisi spontan dalam 2-3 minggu dengan
interval serangan bisa terjadi dalam minggu atau bulan. Pada beberapa orang pomfoliks
dapat menjadi kronik.1

RINGKASAN

Telah dilaporkan sebuah kasus Dishidrosis eczema dengan gambaran klinis lesi
berupa papula, vesikula disertai skuama dan krusta di dearah jari dan telapak tangan
kanan dan kiri, pada seorang wanita umur 40 tahun.

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan klinis. Pengobatan


pada penderita diberikan Clobetasol propionate 0.05% cream dua kali sehari pada pagi
dan sore hari sebagai terapi topikal, dan diberikan terapi oral loratadin 10 mg satu kali
sehari selama 1 minggu.

Prognosis pada penderita ini baik.

Dibacakan tanggal : 26 Agustus 2020

Mengetahui :

DAFTAR PUSTAKA
1. Fitzpatrick TB, Johnson RA, Wolff K, Suurmond D. Color atlas and synopsis of
Clinical Dermatology. New York. United States of America: Mc Graw-Hill
Medical Publishing Division; 2008.
2. Burns T, Breathnach S, Cox N, Griffiths C. Eczema. Rook’s textbook of
dermatology. 8th Ed. USA: Wiley Blackwel; 2010.
3. Kedrowski DA, Warshaw EM. Hand dermatitis: A review of clinical features,
diagnosis, and management. Dermatology Nursing 2008;20:1.
4. Amini, Sadegh dan Dirk. Dyshidrotic Eczema. Diunduh dari:
http://emedicine.medscape.com/article/122527-overview. Updated terakhir
tanggal 24 Agustus 2020
5. HD Pusponegoro E. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. 7th ed. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Indonesia; 2015.p.151-152.
6. Wollina U. Pompholyx: A review of clinical features, differential diagnosis, and
management. Am J Clin Dermatol. 2010;11(5):305-14.
7. Lakshmi C, Srinivas CR Hand eczema: An update. Indian Journal of
Dermatology, Venereology, and Leprology 2012;78:5.
8. Ikatan Dokter Indonesia. Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Primer. 2nd ed. Jakarta: Ikatan Dokter Indonesia; 2017.
9. Adis Data Information. Pompholyx, a common palmoplantar skin disorder,
usually requires a combination of topical and systemic therapy. Drugs Ther
Perspect. 2011;27:4

Anda mungkin juga menyukai