Oleh:
Anthony Hermawan, S. Ked
1930912310013
Pembimbing:
dr. Rina Yuniarti, Sp. PD
Laporan Kasus
Oleh:
Anthony Hermawan, S.Ked
1930912310013
Pembimbing:
dr. Rina Yuniarti, Sp. PD
.……………………….
dr. Rina Yuniarti, Sp. PD
.………………………
dr. Rina Yuniarti, Sp. PD
ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL............................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN..................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN.............................................................. 1
BAB 3 PEMBAHASAN................................................................ 16
BAB 4 PENUTUP.......................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA............................................................................. 26
iii
1
BAB 1
PENDAHULUAN
Chronic Kidney Disease (CKD) adalah kerusakan ginjal yang terjadi selama
lebih dari 3 bulan, berdasarkan kelainan patologis atau petanda kerusakan ginjal
serta penurunan fungsi ginjal dapat berasal dari genetik, perilaku, lingkungan
jumlah penduduk usia lanjut dan kejadian penyakit diabetes melitus serta
tertentu. Hasil systematic review dan metaanalysis yang dilakukan oleh Hill et al,
2016, mendapatkan prevalensi global CKD sebesar 13,4%. Menurut hasil Global
Burden of Disease tahun 2010, CKD merupakan penyebab kematian peringkat ke-
27 di dunia tahun 1990 dan meningkat menjadi urutan ke-18 pada tahun 2010. 2
Prevalensi di Indonesia pada pasien usia lima belas tahun keatas di Indonesia yang
didata berdasarkan jumlah kasus yang didiagnosis dokter adalah sebesar 0,2%.
tajam pada kelompok umur 25-44 tahun (0,3%), diikuti umur 45-54 tahun (0,4%),
umur 55-74 tahun (0,5%), dan tertinggi pada kelompok umur ≥ 75 tahun (0,6%).
kejadian kardiovaskuler dan kematian pada CKD. Pada CKD umumnya anemia
2
mulai timbul pada stadium 3 dan hampir selalu ditemukan pada stadium 5, namun
pada beberapa pasien anemia telah timbul lebih awal dimana penurunan Laju
Filtrasi Glomerulus (LFG) masih relatif ringan.4 Penelitian National Health and
CKD stadium 1 dan 2 adalah kurang dari 10%, pada stadium 3 adalah 50% , pada
stadium 4 mencapai 60% dan 70% pasien CKD stadium 5 mengalami anemia
mengalami anemia.5 Penyebab utama anemia pada CKD adalah defisiensi relatif
hormon eritropoietin, namun banyak faktor lain yang berkontribusi pada anemia
renal yaitu yaitu penurunan usia eritrosit karena toksisitas uremik, kehilangan
darah melalui saluran cerna, defisiensi besi, defisiensi folat, hiperparatiroid berat,
Diabetes mellitus (DM) adalah salah satu penyakit degeneratif dengan sifat
kronis. Diabetes mellitus yang dalam perjalanannya akan terus meningkat baik
prevalensinya maupun keadaan penyakit itu mulai dari tingkat awal atau yang
merupakan salah satu masalah kesehatan yang besar. Data dari studi global
menunjukkan bahwa jumlah penderita DM tahun 2011 mencapai 366 juta orang.
Diabetes melitus telah menjadi penyebab dari 4,6 juta kematian. Selain itu,
pengeluaran biaya kesehatan untuk DM telah mencapai 465 miliar USD. Jika
tidak ada tindakan yang di lakukan, jumlah ini di perkirakan akan meningkat
BAB 2
LAPORAN KASUS
2.1 ANAMNESIS
Pasien atas nama Tn. S, usia 44 tahun masuk rumah sakit pada tanggal 19
November 2020 dengan keluhan utama berupa badan lemas disertai kelopak mata
bawah pucat. Pasien mengeluhkan badan lemas sejak 3 hari SMRS. Pasien juga
mengeluhkan sesak saat bernafas sejak 3 hari yang lalu. Keluhan ini muncul
sesak saat beraktivitas dan membaik saat pasien beristirahat. Pasien juga
merupakan pasien penyakit ginjal, dengan cuci darah rutin yang dijadwalkan
setiap hari senin sampai kamis. Pasien mengaku rutin melakukan cuci darah sejak
2 bulan yang lalu. Pada saat cuci darah pasien biasa ditarik sebanyak 3 kg setiap
cuci darah. Pasien juga rutin mendapatkan suntikan saat melakukan cuci darah
untuk meningkatkan kadar darah merah. Cuci darah dilakukan melalui paha atas.
Pasien buang air kecil dengan volume kurang lebih 250 cc per harinya. Pasien
tidak mengeluhkan nyeri ataupun ada darah saat berkemih. Pasien menyangkal
riwayat perdarahan. Tidak ada batuk, demam dan nyeri dada yang dirasakan
pasien. Pasien memiliki riwayat penyakit darah tinggi, dan riwayat penyakit
kencing manis sejak 5 tahun yang lalu. Pasien meminum obat katopril untuk
penyakit darah tingginya dan metformin untuk penyakit kencing manis. Riwayat
Keadaan umum tampak sakit ringan, berat badan 75 kg, tinggi badan 170
cm, IMT 26.0 yang berarti termasuk obesitas tingkat 1. Kesadaran compos mentis
frekuensi napas 24 kali/menit, suhu aksila 36,7oC, saturasi oksigen 98% dengan
didapatkan hasil 5+5 cm H2O. Pemeriksaan dada inspeksi didapatkan simetris kiri
dan kanan, irama nafas regular, tidak ada terdapat luka dan bekas operasi. Pada
palpasi tidak ada nyeri tekan, fremitus vocal normal simetris kiri dan kanan, ictus
cordis teraba di linea midclavicula ics v. pada perkusi didapatkan suara sonor di
seluruh lapang paru, batas paru hepar berada di ics v, batas kanan jantung berada
di ics v linea parasternal dekstra, batas kiri jantung berada di ics v linea
midclavicula sinistra, batas atas jantung berada di ics iii linea parasternal sinistra.
Pada auskultasi didapatkan suara nafas dasar vesikuler dengan suara rhonki pada
bagian bawah paru. Pada palpasi jantung dtidak ditemukan ictus cordis dan pada
auskultasi didapatkan suara jantung S1 dan S2 tunggal, tidak ada murmur. Pada
inspeksi pemeriksaan perut didapatkan bentuk perut datar, tidak ada bekas luka,
tidak terdapat pembesaran organ. Pada auskultasi didapatkan bising usus kurang
lebih 12x/menit, tidak terdapat bruit, pada palpasi tidak didapatkan nyeri tekan,
dan tidak ada pembesaran organ, dan pada auskultasi didapatkan perkusi seluruh
ekstremitas akral teraba hangat, Capillary Refill Time (CRT) normal kurang dari 2
hemoglobin 6.4 g/dL, leukosit 5.6 ribu/uL, eritrosit 2.39 juta/uL, hematokrit 19.9
%, trombosit 128 rb/ul, RDW-CV 15.2 %, MCV 83.3 Fl, MCH 26.8 Pg, MCHC
32.2 %
Irama sinus bradikardi, 55x/menit, Axis normoaxis, T inversi pada v1, low
voltage
Pasien atas nama Tn. S, usia 44 tahun masuk rumah sakit pada tanggal 19
November 2020 dengan keluhan utama berupa badan lemas disertai konjungtiva
pucat. Pasien mengeluhkan badan lemas sejak 3 hari SMRS. Pasien juga
mengeluhkan sesak saat bernafas sejak 3 hari yang lalu. Sesak dirasakan terus
menerus, sesak dirasakan saat beraktivitas dan membaik saat istirahat. Pasien juga
merupakan pasien penyakit CKD, dengan HD rutin yang dijadwalkan setiap hari
senin sampai kamis. Pasien mengaku rutin melakukan HD sejak 2 bulan yang lalu.
dengan suara rhonki pada bagian bawah paru. Pada pemeriksaan ekstremitas akral
teraba hangat. Pulsasi a. dorsalis pedis, a. poplitea, dan a. femoralis masih teraba.
128.000/ul; RDW-CV 15.2%; MCH 26.8 pg; dan MCHC 32.2%. Pada
2. Inj. Insulin
jika HbA1c ≥
7.5%
3. Anemia - 1. Transfusi PRC 1. Cek Darah 1. Edukasi
renal Hb >8 Rutin tentang
2. Terapi EPO 2. TTV pengaruh
jika pada terapi penyakit
konservatif terhadap
tidak mencapai kondisi
Hb target, dan lemahnya
harus sudah tubuh yang
9
disingkirkan dialami.
penyebab lain
dari anemia.
3. As. Folat
1x5mg
19 November 2020
Subjective Objective Assesment Planning
1. Badan Lemas 1. GCS 456 1. CKD St V on 1. HD
2. Sesak 2. TD 170/100 HD 2. Heparin
3. HR 75 2. Hipertensi standard
4. RR 20 3. DM tipe 2 3. Transfusi PRC
5. T 36,5 4. Heart Failure 2 kolf
6. Konj. Pucat
(+/+)
7. Hb 6
20 November 2020
Subjective Objective Assesment Planning
1. Lemas 1. GCS 456 1. CKD St V on 1. Transfusi PRC
2. Sesak 2. TD 180/100 HD 1 kolf
3. HR 76 2. Anemia Renal 2. Amlodipine
4. RR 20 3. Hipertensi 1x10mg
5. T 36,5 stage 2 3. Candesartan
6. Spo2 98% on 4. DM tipe 2 1x16mg
room air normoglikemik 4. Clonidin 0,15
7. Konj. Pucat 5. HF st C FC III mg 3x1
10
BAB 3
PEMBAHASAN
Pasien atas nama Tn. S, usia 44 tahun dengan keluhan utama berupa badan
lemas dengan konjungtiva pucat. Pasien mengeluhkan badan lemas sejak 3 hari
SMRS. Pasien juga mengeluhkan sesak saat bernafas sejak 3 hari yang lalu.
Keluhan ini muncul secara tiba-tiba, dan dirasakan secara terus-menerus. Keluhan
membaik saat pasien beristirahat. Pasien juga merupakan pasien penyakit CKD,
dengan HD rutin yang dijadwalkan setiap hari senin sampai kamis. Pasien
mengaku rutin melakukan HD sejak 2 bulan yang lalu. Pasien memiliki riwayat
penyakit darah tinggi, dan riwayat diabetes mellitus sejak 5 tahun yang lalu. Pada
Pemeriksaan JVP didapatkan hasil 5+5 cm H2O, batas paru hepar berada di ics v,
batas kanan jantung berada di ics v linea parasternal dekstra, batas kiri jantung
berada di ics 5 linea midclavicula sinistra, batas atas jantung berada di ics iii linea
parasternal sinistra, pada auskultasi didapatkan suara rhonki pada bagian bawah
paru, akral teraba hangat, terdapat pitting edem pada kedua ekstremitas inferior.
Pada pemeriksaan darah didapatkan anemia (Hb 6.4 g/dl), Eritrosit 2.470.000/uL,
meningkat akibat insulin yang tidak cukup untuk mengikat yang menyebabkan
darah akan membuat filtrasi glomerulus melebihi batas normal (hiperfiltrasi). Saat
12
terjadi hiperfiltrasi maka terjadi kematian sel ginjal dan menyebabkan beban ke
sel ginjal yang masih berfungsi dengan baik. Nefron ginjal yang masih hidup atau
filtrasi dan rearbsorbsi zat terlarut dari nefron tersisa. Namun proses ini tidak akan
nefron yang tersisa dan akan berakhir dengan penurunan progresif fungsi nefron
dan kerusakan pada DNA, lipid & protein, sehingga pada akhirnya akan
(nefron) yang masih berfungsi dengan baik. Hal ini akan menyebabkan
bertambahnya beban pada nefron yang masih berfungsi baik dan secara bertahap
bersifat progresif. Hal ini berarti bahwa pada saat tertentu fungsi ginjal akan terus
menurun sampai pada tahap akhir (the point of no return). Progresivitas penyakit
ini akan terus berlanjut meskipun lesi yang mengawali proses terjadinya
kerusakan ginjal tersebut dihilangkan. Penyakit CKD ini pun biasanya disertai
nafas, penyakit saluran cerna, kelainan di tulang dan otot, serta anemia. Kerusakan
struktur dan fungsi ginjal bisa disertai dengan penurunan LFG. Penurunan laju
fitrasi glomerulus ini berhubungan dengan gambaran klinik yang akan ditemukan
pada pasien. Salah satunya adalah penurunan kadar hemoglobin atau hematokrit di
Glomerular Filtration Rate (GFR) dan ada atau tidaknya bukti renal injury. Pasien
dan tinggi badan pasien. Untuk menghitung nilai GFR menggunakan rumus :10
pemeriksaan darah Hb pasien dibawah normal yaitu 6.4 g/dl. Hasil tersebut sesuai
dengan keluhan pasien, dimana badan lemas dapat juga disebabkan oleh anemia.
Penyebab anemia pada CKD ada sebelas, salah satunya yaitu akibat adanya
11
defisiensi produksi eritropoietin (EPO). Anemia pada pasien dengan CKD
defisiensi zat besi, inflamasi akut maupun kronik, inhibisi pada sumsum tulang
15
dan pendeknya masa hidup eritrosit. Selain itu, kondisi komorbid seperti
terjadi pada sel di area interstitial peritubular ginjal, selain hati dan otak. Sel-sel
dimana jumlah sel darah merah mengalami penurunan, sehingga hemoglobin yang
Pasien juga mengeluhkan sesak napas. Sesak napas yang dirasakan oleh
pasien bisa diakibatkan dari CKD. Hal ini didukung adanya kerusakan pada unit
dan air terjadi hipervolemia kemudian ventrikel kiri gagal memompa darah ke
perifer (Hipertrofi ventrikel kiri) selain itu dapat terjadi edema paru atau efusi
pleura kemudian timbul sesak nafas. Pada penyakit ginjal tahap akhir urin tidak
resiko gagal jantung kongestif. Penderita dapat menjadi sesak nafas, akibat
16
lainnya mengenai sesak napas yang bisa terjadi, selain itu dapat mempertegas
adanya hubungan yang erat antara gagal ginjal kronis dengan gagal jantung
kongestif.14
inferior. Pada penyakit CKD, terjadi penurunan fungsi ginjal dimana ginjal
berfungsi untuk mengekresikan cairan. Akibat dari penurunan fungsi ginjal akan
mengakibatkan retensi cairan dalam tubuh dengan gejala edema terutama pada
tangan, kaki, asites, bahkan edema paru. Pasien yang telah mengalami penurunan
fungsi ginjal terutama tahap akhir mengalami keadaan dimana ginjal tidak mampu
tidak mampu dikeluarkan oleh ginjal akibat kerusakan bagian ginjal yaitu tubulus
yang berfungsi melakukan reasbsorpsi dan ekskresi cairan dan elektrolit, yang
penimbunan cairan dan elektrolit terutama natrium dan kalium.15 Selain itu,
BAB IV
PENUTUP
Penyakit Dalam Pria RSUD Ulin Banjarmasin sejak tanggal 19 November 2020
dengan diagnosis CKD Stage 5, anemia renal, diabetes melitus tipe 2, dan HF
DAFTAR PUSTAKA