Laporan Kasus
Oleh :
NIM. 1910912310065
Pembimbing
Bilateral
Oleh
Ummu Hasri Ainun, S. Ked
Pembimbing
.……………………….
dr. Oldi Dedya, Sp.PD
.………………………
dr. Oldi Dedya, Sp.PD
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN.............................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................... 1
BAB IV PEMBAHASAN.................................................................... 46
BAB V PENUTUP................................................................................ 50
DAFTAR PUSTAKA........................................................................... 52
iii
1
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
selama lebih dari 2000 tahun. Hingga saat ini sepsis masih menjadi masalah besar
bagi dunia kesehatan. Sepsis dan syok sepsis menjadi penyebab mortalitas dan
pasien dengan sepsis meninggal karena gagal jantung akut sedangkan kebanyakan
pasien lain dengan sepsis meninggal karena disfungsi dan gagal organ multipel.
Gagal nafas merupakan penyebab terbanyak dari dampak sepsis serta syok septik.
(DIC), ensefalopati dan delirium, hipotensi serta syok juga merupakan akibat
lanjut dari sepsis. Gagal organ multipel/ multiple organ dysfunction syndrome
berkisar antara 27- 100%, tergantung dari jumlah dan tingkat keparahan organ
yang terkena.2 Pada 20% sampai 30% dari semua pasien yang mengalami sepsis,
fokus infeksi awal ada di saluran urogenital. Salah satu penyebab infeksinya
penyakit obstruktif pada saluran kemih seperti batu, anomali, stenosis, atau
tumor.3
Gangguan ginjal akut atau acute kidney injury (AKI) pada pasien sepsis
yang dirawat di ruang intensif biasanya berada dalam kondisi klinis yang lebih
kritis. Mereka mempunyai risiko kematian yang tinggi, hari perawatan yang lebih
lama dengan biaya yang jauh lebih besar, terutama bila disertai MODS. Kematian
pasien AKI dengan sepsis (septik-AKI) terjadinya bisa sampai 70% bila dibanding
dengan pasien AKI tanpa sepsis (45%).4 Penanganan awal yang efektif pada
Pada laporan kasus ini akan dibahas pasien an Tn. SH usia 69 tahun yang
kasus ini adalah bagaimana pendekatan klinis pada kasus syok septik dan AKD?
Tujuan dari penulisan laporan kasus ini adalah untuk mengetahu gambaran
klinis pada kasus syok septik dan AKD agar dapat menjadi tambahan wawasan
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sepsis
a. Definisi
metabolisme seluler.
definisi sepsis dapat ditegakkan apabila terdapat 2 atau lebih kriteria SIRS
infeksi.6
Namun saat ini, kriteria tersebut dinilai kurang tepat untuk mendefinisikan
Sepsis and Septic Shock (Sepsis-3) tahun 2016, kriteria sepsis harus mencakup
tiga elemen sepsis, yaitu infeksi, respons tubuh, dan disfungsi organ. Sepsis
adalah disfungsi organ yang mengancam jiwa yang disebabkan oleh disregulasi
respons tubuh terhadap infeksi. Disfungsi organ sendiri dinilai dengan skor SOFA
pasien yang dicurigai sepsis, dapat digunakan kriteria qSOFA (quick SOFA)
3
4
untuk mempertahankan mean arterial pressure (MAP) 65 mmHg dan serum laktat
>2 mmol/L (18 mg/dL) meskipun dengan resusitasi cairan yang adekuat.7
b. Etiologi
Patogen Predisposisi
Bakteri Gram Negatif DM, Limfoproliferatif, prosedur invasive,
neutropenia, sepsis berhubungan kateter
Bakteri Gram Positif Sepsis berhubungan kateter, neutropenia,
luka bakar, gangguan limfoproliferatif
Jamur Neutropenia, antibiotic spektrum luas
c. Derajat Sepsis
- Hipertermia/hipotermia (>38.3°C/<35.6°C)
anuri.
5. Syok septik
Syok septik adalah subset dari sepsis berat, yang didefinisikan sebagai
d. Faktor Risiko
1. Usia
Pada usia muda dapat memberikan respon inflamasi yang lebih baik
kematian terkait sepsis di segala usia, tetapi risiko relatif mereka terbesar dalam
kelompok umur 35 sampai 44 tahun dan 45 sampai 54 tahun. Pola yang sama
kulit putih, orang Asia lebih cenderung mengalami kematian yang berhubungan
dengan sepsis di masa kecil dan remaja, dan kurang mungkin selama masa dewasa
dan tua usia. Ras Hispanik sekitar 20% lebih mungkin dibandingkan kulit putih
2. Jenis kelamin
6
Laki-laki 27% lebih mungkin untuk mengalami kematian terkait sepsis. Namun,
risiko untuk pria Asia itu dua kali lebih besar, sedangkan untuk laki-laki Amerika
3. Ras
Tingkat mortalitas terkait sepsis tertinggi di antara orang kulit hitam dan
whites were used as the referent group. AI/AN = American Indian/Alaska Native.
4. Penyakit komorbid
(gagal ginjal kronis, diabetes mellitus, HIV, penyalahgunaan alkohol) lebih umum
pada pasien sepsis non kulit putih, dan komorbiditas kumulatif dikaitkan dengan
5. Genetik
peningkatan risiko untuk pengembangan sepsis dan, lebih jauh lagi, mungkin
bahwa tes genetik dapat membantu untuk identifikasi pasien dengan respon yang
6. Terapi kortikosteroid
terhadap berbagai jenis infeksi. Risiko infeksi berhubungan dengan dosis steroid
dan durasi terapi. Meskipun bakteri piogenik merupakan patogen yang paling
intraseluler seperti Listeria, jamur, virus herpes, dan parasit tertentu. Gejala klinis
yang dihasilkan dari sebuah respon host sistemik terhadap infeksi mengakibatkan
sepsis.
7. Kemoterapi
antara sel-sel kanker dan jenis sel lain yang tumbuh cepat, seperti sel-sel darah,
sel-sel kulit. Orang yang menerima kemoterapi 17 beresiko untuk terkena infeksi
ketika jumlah sel darah putih mereka rendah. Sel darah putih adalah pertahanan
utama tubuh terhadap infeksi. Kondisi ini, yang disebut neutropenia, adalah
umum setelah menerima kemoterapi. Untuk pasien dengan kondisi ini, setiap
infeksi dapat menjadi serius dengan cepat. sepsis merupakan penyebab utama
8. Obesitas
dengan sepsis akut. Menurut penelitian Henry Wang, Russell Griffin, et al.
didapatkan hasil bahwa obesitas pada tahap stabil kesehatan secara independen
terkait dengan kejadian sepsis di masa depan. Lingkar pinggang adalah prediktor
risiko sepsis di masa depan yang lebih baik daripada BMI. Namun pada penelitian
sepsis rawat inap dalam studi kohort, tapi sifat protektif ini berhubungan dengan
e. Patofisiologi
ini sepsis tidak hanya dipandang sebagai respon inflamasi yang kacau tetapi juga
monosit, makrofag, dan neutrofil, sehingga sel – sel tadi menjadi teraktivasi.
dimana dalam klinis akan ditandai dengan timbulnya gejala – gejala SIRS. Sitokin
NO yang berlebih ini terjadi vasodilatasi dan kebocoran plasma kapiler, sel – sel
yang terkait hipoksia yang bila berlangsung lama terjadi disfungsi organ, biasanya
hal ini sering terjadi bila syok septik yang ditangani dengan baik. Selain respon
9
platelet mudah adhesi ke lokasi jejas. Rusaknya endotel yang berlebihan ini akan
fibrin, juga memiliki efek inflamasi pada sel endotel, makrofag, dan monosit
sehingga terjadi pelepasan TF, TNF – α yang lebih banyak lagi . Selain itu
f. Diagnosis 3,6
mikrobiologi etiologi infeksi seperti kultur darah positif atau apus gram dari buffy
coat serum atau lesi petekia menunjukkan mikroorganisme. Spesimen darah, urin,
dan cairan serebrospinal sebagaimana eksudat lain, abses dan lesi kulit yang
10
organisme.
11
Kriteria qSOFA
tromboplastin parsial, kadar fibrinogen serta D-dimer, analisis gas darah, profil
ginjal dan hati, serta kalsium ion harus dilakukan. Anak yang menderita harus
intensif serta kontinu diukur tekanan vena sentral, tekanan darah, dan cardiac
output.
g. Diagnosis
1. Inisiasi Resusitasi
mmol/L
2. Jika terjadi hipotensi arterial yang persisten walaupun sudah resusitasi cairan
atau laktat ≥4 mmol/L: Ukur central venous pressure (CVP) Ukur saturasi
3. Ulangi pemeriksaan laktat Target yang ingin dicapai selama 6 jam pertama
antibiotik intravena dalam 1 jam setelah diagnosis syok septik. Untuk infeksi berat
Kombinasi betalaktam dengan makrolid dapat diberikan pada pasien syok septik
lebih dari 3-5 hari. Total durasi antibiotik sesuai kultur 7-10 hari.
16
tertentu seperti pasien dengan risiko rendah takiaritmia dan bradikardia. Fenilefrin
MAP. Dopamin dosis rendah tidak digunakan untuk proteksi ginjal.10 Sebagai
inotropik dapat digunakan dobutamin dosis sampai dengan 20 mcg/kg/ menit atau
menetap.
4. Nutrisi
Kecukupan nutrisi: kalori, asam amino, asam lemak, vitamin, dan mineral perlu
sedini mungkin.
5. Kortikosteroid
a. Definisi
Acute Kidney Disease (AKD) didefinisikan sebagai Acute Kidney Injuy (AKI)
stage 1 atau lebih yang masih timbul sampai lebih dari 7 hari hingga kurang dari 3
AKI adalah penurunan cepat (dalam jam hingga 6 minggu) laju filtrasi
keseimbangan cairan dan elektrolit. Acute Dialysis Quality Initia- tive (ADQI)
yang beranggotakan para nefrolog dan intensivis di Amerika pada tahun 2002
sepakat mengganti istilah ARF menjadi AKI. Penggantian istilah renal menjadi
i. Faktor Risiko
untuk mencegah terjadinya AKI. Hal ini terutama berguna di rumah sakit, dimana
bisa dilakukan penilaian faktor resiko terlebih dahulu sebelum adanya paparan
Tabel 3. Faktor resiko AKI : Paparan dan susceptibilitas pada AKI nonspesifik
untuk mencegah AKI, bahkan disarankan untuk selalu menilai resiko AKI sebagai
Monitor tetap dilaksanakan pada pasien dengan resiko tinggi hingga resiko pasien
hilang
19
j. Klasifikasi10,11
(ADQI)
k. Patofisiologi
Ada tiga patofisiologi utama dari penyebab acute kidney injury (AKI) :
Pada hipoperfusi ginjal yang berat (tekanan arteri rata-rata < 70 mmHg) serta
kontraksi mesangial dan penigkatan reabsorbsi natrium dan air. Keadaan ini
disebut prerenal atau gagal ginjal akut fungsional dimana belum terjadi kerusakan
macam obat seperti ACEI, NSAID terutama pada pasien – pasien berusia di atas
60 tahun dengan kadar serum kreatinin 2 mg/dL sehingga dapat terjadi GGA pre-
renal. Proses ini lebih mudah terjadi pada kondisi hiponatremi, hipotensi,
penggunaan diuretic, sirosis hati dan gagal jantung. Perlu diingat bahwa pada
pasien usia lanjut dapat timbul keadaan – keadaan yang merupakan resiko GGA
terhadap tikus yaitu gagal ginjal ginjal akut prerenal akan terjadi 24 jam setelah
Gagal ginjal akut intra renal merupakan komplikasi dari beberapa penyakit
2. Glomerulus ginjal
4. Interstitial ginjal
Gagal ginjal akut intra renal yang sering terjadi adalah nekrosi tubular akut
disebabkan oleh keadaan iskemia dan nefrotoksin. Pada gagal ginjal renal terjadi
pada NTA terjadi kelainan vascular dan tubular. Pada kelainan vaskuler terjadi: •
sel endotel vaskular ginjal, yang mengakibatkan peningkatan A-II dan ET-1 serta
penurunan prostaglandin dan ketersediaan nitric oxide yang berasal dari endotelial
perlekatan sel radang terutama sel netrofil. Keadaan ini akan menyebabkan
GFR.
3.Sepsis-associated AKI
Penurunan LFG pada sepsis dapat terjadi pada keadaan tidak terjadi hipotensi,
walaupun kebanyakan kasus sepsis yang berat terjadi kolaps hemodinamik yang
22
secara jelas dengan AKI pada sepsis dengan manifestasi adanya debris tubular dan
cast pada urin. 14 Efek hemodinamik pada sepsis dapat menurunkan LFG karena
yang memicu sintesis NO pada pembuluh darah. Jadi terjadi vasodilatasi arteriol
eferen yang banyak pada sepsis awal atau vasokontriksi renal pada sepsis yang
serta adesi dan migrasi leukosit yang dapat merusak sel tubular renal.
Gagal ginjal post-renal, GGA post-renal merupakan 10% dari keseluruhan GGA.
intrarenal terjadi karena deposisi kristal (urat, oksalat, sulfonamide) dan protein
oleh obstruksi intrinsic (tumor, batu, nekrosis papilla) dan ekstrinsik ( keganasan
pada pelvis dan retroperitoneal, fibrosis) serta pada kandung kemih (batu, tumor,
hipertrofi/ keganasan prostate) dan uretra (striktura). GGA postrenal terjadi bila
obstruksi akut terjadi pada uretra, buli – buli dan ureter bilateral, atau obstruksi
Pada fase awal dari obstruksi total ureter yang akut terjadi peningkatan aliran
darah ginjal dan peningkatan tekanan pelvis ginjal dimana hal ini disebabkan oleh
prostaglandin-E2. Pada fase ke-2, setelah 1,5-2 jam, terjadi penurunan aliran
darah ginjal dibawah normal akibat pengaruh tromboxane-A2 dan A-II. Tekanan
23
pelvis ginjal tetap meningkat tetapi setelah 5 jam mulai menetap. Fase ke-3 atau
fase kronik, ditandai oleh aliran ginjal yang makin menurun dan penurunan
tekanan pelvis ginjal ke normal dalam beberapa minggu. Aliran darah ginjal
setelah 24 jam adalah 50% dari normal dan setelah 2 minggu tinggal 20% dari
normal. Pada fase ini mulai terjadi pengeluaran mediator inflamasi dan faktor -
l. Diagnosis
1. Pendekatan Diagnosis
Pada pasien yang memenuhi kriteria diagnosis AKI sesuai dengan yang
tersebut memang merupakan AKI atau merupakan suatu keadaan akut pada
PGK. Beberapa patokan umum yang dapat membedakan kedua keadaan ini
antara lain riwayat etiologi PGK, riwayat etiologi penyebab AKI, pemeriksaan
klinis (anemia, neuropati pada PGK) dan perjalanan penyakit (pemulihan pada
AKI) dan ukuran ginjal. Patokan tersebut tidak sepenuhnya dapat dipakai.
Misalnya, ginjal umumnya berukuran kecil pada PGK, namun dapat pula
2. Pemeriksaan Klinis
renal dan post-renal. Dalam menegakkan diagnosis gagal ginjal akut diperiksa:
kencing batu.
2. Membedakan gagal ginjal akut dengan kronis misalnya anemia dan ukuran
yaitu kadar ureum, kreatinin atau laju filtrasi glomerulus. Pada pasien rawat
selalu diperiksa asupan dan keluaran cairan, berat badan untuk memperkirakan
adanya kehilangan atau kelebihan cairan tubuh. Pada GGA berat dengan
berkurangnya fungsi ginjal ekskresi air dan garam berkurang sehingga dapat
menimbulkan edema, bahkan sampai terjadi kelebihan air yang berat atau
edema paru. Ekskresi asam yang berkurang juga dapat menimbulkan asidosis
a. Kadar kreatinin serum. Pada GGA faal ginjal dinilai dengan memeriksa
berulang kali kadar serum kreatinin. Kadar serum kreatinin tidak dapat
mengukur secara tepat LFG karena tergantung dari produksi (otot), distribusi
b. Volume urin. Anuria akut atau oliguria berat merupakan indicator yang
spesifik untuk gagal ginjal akut, yang dapat terjadi sebelum perubahan nilai-
nilai biokimia darah. Walaupun demikian, volume urin pada GGA bisa
mendiagnosis GGA. Petanda biologis ini adalah zat-zat yang dikeluarkan oleh
tubulus ginjal yang rusak, seperti interleukin 18, enzim tubular, N-acetyl-B-
3. Pemeriksaan Penunjang
glomerulus, tubulus, infeksi saluran kemih, atau uropati kristal. Pada AKI
prerenal, sedimen yang didapatkan aselular dan mengandung cast hialin yang
atau penyakit prostat. AKI renal akan menunjukkan berbagai cast yang dapat
granular cast, cast yang mengandung epitel tubulus yang dapat ditemukan
pada nefritisinterstitial.
Hasil pemeriksaan biokimiawi darah (kadar Na, Cr, urea plasma) dan urin
(osmolalitas urin, kadar Na, Cr, urea urin) secara umum dapat
m. Tata laksana
Bila terdapat kekurangan cairan pada pasien dengan risiko atau sudah
kristaloid isotonik seperti cairan salin normal dan ringer laktat. Pengobatan
dengan diuretik tidak disarankan untuk mencegah gagal ginjal akut, kecuali bila
mengeluarkan cairan pada saat ginjal masih berespon dengan obat ini. Respon
ginjal terhadap furosemid dapat dikatakan sebagai tanda prognosis yang baik.
[14]
gelombang T tinggi) dapat diberikan 5-10 unit insulin dengan dextrose agar
membran sel dan menurunkan risiko aritmia. Hiperkalemia juga dapat diatasi
Gagal ginjal akut juga dapat menyebabkan asidosis yang perlu dikoreksi
Pasien harus merestriksi asupan kalori dan protein. Total energi yang
1.0 – 1.5 gr/kgBB/hari pada gagal ginjal akut dengan atau memerlukan
dialisis
28
Pasien juga harus membatasi asupan garam dan cairan. Pada pasien yang
Hemodialisis
Terapi pengganti ginjal seperti cuci darah pada gagal ginjal akut dilakukan
secara segera (cito) apabila terdapat kondisi gagal ginjal akut yang mengancam
nyawa, seperti:
alkohol
BAB III
LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien
Nama : Tn. SH
Umur : 69 tahun
Agama : Islam
Suku : Banjar
Pekerjaan : Freelance
RMK : 0414523
B. Anamnesis
hanyar berbaring. Pasien sebelumnya dirawat inap karena penurunan fungsi ginjal
sehingga pasien dipulangakn. Pasien mengalami tidak bisa buang air kecil sejak 2
hari sebelum masuk rumah sakit. Sebelumnya pasien mengeluh BAK cenderung
sulit dan tidak tuntas sejak 2 bulan terakhir, pasien BAK di pampers sehari bisa
sebelum masuk rumah sakit. Pasien kesulitan menelan sejak terkena stroke 10
tahun yang lalu sehingga sulit makan maupun minum. Tidak ada kejang, tidak ada
muntah, pasien mengaku ada merasa mual. Pasien menderita hipertensi sejak 10
baru ini
C. Pemeriksaan Fisik
1. Status generalis
2. Tanda vital
3. Kulit
Palpasi : Nodul (-), atrofi (-), sclerosis (-), turgor skin (+)
5. Telinga
6. Hidung
8. Mata
9. Toraks
penurunan.
10. Jantung
11. Abdomen
Inspeksi : abdomen datar, supel (+), striae (-), hernia (-), distensi (-)
- - -
- - -
- - -
Liver span 8 cm , hepatomegaly (-), splenomegaly (-), lien
tidak teraba
Perkusi :
T T T
T T T
T T T
12. Punggung
13. Ekstremitas
(-/-)
+ + - -
Tidak terdapat nyeri, tidak terdapat luka, priuritus (-), terdapat ulkus
15. Neurologi
16. Bicara
D. Pemeriksaan Penunjang
ELEKTROLIT
Natrium 128 136-145 Meq/L
Kalium 7.0 3.5-5.1 Meq/L
Clorida 112 98-107 Meq/L
HATI DAN PANKREAS
SGOT 55 5-34 U/l
SGPT 11 0 – 55 U/l
DIABETES
HEMATOLOGI
HEMOSTASIS
INR 1.10 -
GAS DARAH
pH 7.179 7.350-7.450
pH 7.297 7.350-7.450
ELEKTROLIT
Natrium 131 136-145 Meq/L
Kalium 5.6 3.5-5.1 Meq/L
Clorida 110 98-107 Meq/L
39
Negatif Negatif
Bilirubin
2+ Negatif
Darah Samar
Negatif Negatif
Nitrit
0.1 0.1-1.0
Urobilinogen
3+ Negatif
Lekosit
SEDIMEN URIN
>100 0-3 /LPB
Lekosit
Eritrosit 5-10 0-2 /LPB
1+ 1+
Epithel
Negatif Negatif
Kristal
Negatif Negatif
Silinder
3+ Negatif
Bakteri
Negatif Negatif
Lain-lain
HEMOSTASIS
INR 5.33 -
GINJAL
Ureum 88 0 – 50 mg/dl
SGPT 24 0 – 55 U/l
GINJAL
Ureum 72 0 – 50 mg/dl
HEMATOLOGI
INR 6.38 -
GINJAL
Ureum 62 0 – 50 mg/dl
HEMOSTASIS
INR 1.01 -
GINJAL
Ureum 49 0 – 50 mg/dl
Kesimpulan :
44
-Frekuensi = 68 reguler
-Irama = Sinus
- Axis Frontal = Normoaksis
-Gel P = normal
- Gel QRS = normal
- Gel Q = Terdapat Q patologis di sadapan III AVF
- Segmen ST = Normal
- Gel T = normal
Kesimpulan : OMI Inferior
E. Diagnosis Kerja
Daftar Masalah
Berdasarkan data-data diatas, didapatkan daftar masalah
DAFTAR MASALAH
No Masalah Data Pendukung
48
S: penurunan kesadaran 1
hari sebelum masuk rumah
sakit.
O:
GCS : E3V4M5
Syok condition dt
1 TD : 90/60 mmHg
sepsis
RR: 23 x/menit
HB: 11.4
Leukosit : 12.5 ribu/uL
Ureum : 381 mg/dl
Kreatinin : 9.67 mg/dl
S: Penurunan kesadaran sejak
Penurunan kesadaran 1 hari sebelum masuk rumah
1. Septik sakit, mual, tidak nafsu
ensefalopati makan
2
2. Uremic O: Leukosit : 12.5 ribu/uL
ensefalopati Ureum : 381 mg/dl
Kreatinin : 9.67 mg/dl
Rencana Awal
No Masalah Rencana Rencana Rencana Rencana edukasi
diagnosis terapi monitoring
1. Syok Condition Kultur -IVFD NS Evaluasi TTV Edukasi pasien dan
dt sepsis darah 1000cc Cek keluarga tentang
-inj keseimbanga penyakit
cefotaxime n cairan pasien,komplikasi,target
2x1g tatalaksana.
-drip NE jika
MAP <65
dullness
Extremitas: +/- +/+ +/+ +/+
Akral hangat
Edema
Motorik: 4/4 4/4 4/4 4/4
Ekstremitas
superior D/S
Ekstremitas
inferior D/S 4/4 4/4 4/4 4/4
Assessment
1. Syok
1. Syok 1. Syok
1. Syok condition condition dt
condition dt condition dt
dt sepsis sepsis
sepsis sepsis
2. Penurunan 2. Penurunan
2. Penurunan 2. Penurunan
kesadaran kesadaran
kesadaran kesadaran
2.1 ensefalopati 2.1
2.1 ensefalopati 2.1 ensefalopati
sepsis ensefalopati
sepsis sepsis
2.2 uremic sepsis
2.2 uremic 2.2 uremic
ensefalopati 2.2 uremic
ensefalopati ensefalopati
3. aku stage III dd ensefalopati
3. aku stage III 3. aku stage III
acute 3. aku stage III
dd acute dd acute
superimposed on dd acute
superimposed on superimposed
CKD superimposed
CKD on CKD
4. hiponatremi on CKD
4. hiponatremi 4. hiponatremi
5.hiperkalemi 4. hiponatremi
5.hiperkalemi 5.hiperkalemi
5.hiperkalemi
Planning
Kultur darah Konsul urologi Sitologi urin Sitologi urin
HD Cito untuk Daftar USG USG urologi
pertimbangan HD urologi Lacak K/S
O2 NRM 10 lpm lanjutan Cek kimia darah, k/s urin
Post loading NS Cek Ureum ginjal, cek DR, PT,
1000cc kreatinin elektrolit APTT, INR
Inj Omeprazol Lacak K/S
1x1g Diet Renal 1800 darah, K/S urin Diet renal
Inj cefotaxime kkal/hari 1800 kkal/hari
2x1g IVFD NaCl Diet renal 1800 IVFD NaCl
52
1000cc/24 jam
kkal/hari
Drip Ne Inf Renxamin 1000cc/24 jam
IVFD NaCl
Koreksi 200cc/24jam Inf Renxamin
1000 cc/24 jam
Hiperkalemia 3 Inj cefoperazone 1 botol/hari
Inf Renxamin 1
siklus 1gr/12jam Inj
botol/hari
Ca Gluconas Inj Moxifloxacin Cefoperazone
Inj
10cc 1x400mg 1gr/12 jam
Cefoperazone
Insulin 10% + Inj Omeprazole Inj
1gr/12 jam
D40% 20tpm 1x 40mg Omeprazole
Inj Omeprazole
PO Kalitake 3x5g 1x 40mg
1x 40mg
PO Nabic Vit K 3x10mg
Vit K 3x10mg
3x500mg
BAB IV
PEMBAHASAN.
Pasien Tn. SH, 69 tahun pada anamnesis didapatkan pasien datang ke IGD
dengan keluhan penurunan kesadaran sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit.
Penurunan kesadaran dirasakan perlahan. Pasien awalya tidak nafsu makan dan
hanya berbaring di tempat tidur. Pasien mengalami tidak bisa buang air kecil sejak
2 hari sebelum masuk rumah sakit. Sebelumnya pasien mengeluhkan sulit untuk
BAK dan merasa tidak tuntas sejak 2 bulan terkahir. Pasien BAK di pampers dan
sehari bisa mencapai 5-6 pampers. Pasien mengeluhkan demam yang dirasakan 2
hari sebelum masuk rumah sakit. Tidak ada muntah, tidak ada kejang, pasien
mengaku merasa mual. Pasien kesulitan menelan sejak terkena stroke 10 tahun
yang lalu sehingga sulit makan maupun minum. Pasien sebelumnya dirawat inap
53
lemas, pemeriksaan kulit, kepala, leher, mata, telinga, dalam batas normal.
fremitus vokal menurun, perkusi redup diseluruh lapang paru, auskultasi terdapat
ronki basah pada basal paru. Pemeriksaan abdomen terdapat shifting dulllness
November 2020 didapatkan Ureum 381 mg/dl, kreatinin 9.67 mg/dl, natrium 128
mEq/L, kalium 7.0 mEq/L, Klorida 112 mEq/L, SGOT 55 U/I, HB 11.4g/dl,
leukosit 12.5 ribu/uL, hematokrit 33.9 vol%, RDW-CV16.9%, MCV 78.7fl, MCH
urinaria dan tidak ditemukan adanya batu, kista, atau ektasis. Tidak ada
dan tidak tampak ada batu/kista/ektasis. Prostat tampak membesar dengan volume
54 cc.
consensus definition for sepsis and septic shock tahun 2016, kriteria sepsis harus
mencakup tiga elemen sepsis yaitu infeksi, respons tubuh, dan disfungsi organ.
failure assessment) sedangkan untuk skrining pasien yang dicurigai sepsis dapat
54
menggunakan kriteria qSOFA (quick SOFA). Pada pasien ini untuk screening
menggunakan skor qSOFA didapatkan hasil 3 poin, sedangkan untuk skor SOFA
didapatkan 6 poin yang mana berarti pada pasien ini prediksi mortalitasnya
sebesar 33.3%.
Pada pasien ini mengalami syok karena tekanan darah pasien adalah 80/40
mmHg. Syok septik merupakan keadaan dimana terjadi penurunan tekanan darah
(sistolik kurang dari 90 mmHg atau penurunan tekanan darah sitolik lebih dari
resusitasi secara adekuat atau perlu vasopressor untuk mempertahankan darah dan
perfusi organ.
Pada pasien ini terjadi penurunan kesadaran yang dapat disebabkan oleh
ensefalopati. Ensefalopati merupaka kondisi disfungsi otak yang global dan dapat
Ensefalopati uremik dapat diseabkan oleh gagal ginjal aku ataupun kronis. Urea
berasal dari hasil katabolsme protein. Bila terjadi AKI atau CKD, kadar urea akan
meningkat dengan cepat karena ginjal tidak mampu membuang limbah dan cairan
berlebih. Akibatnya, penumpukan urea dalam darah pun terjadi atau disebut
ensefalopati.
Pemantau terhadap tekanan arteri rata-rata atau Mean Arterial Pressure (MAP)
Hipovolemia pada sepsis perlu segera diatasi dengan pemberian cairan baik
kecukupannya agar tidak kurang ataupun berlebih. Secara klinis respon terhadap
ferkuensi jantung, kecukupan isi nadi, perabaan kulit dan ekstremitas, produksi
hipotensi. Terapi vasopresor diberikan mulai dosis rendah secara titrasi untuk
BAB V
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Awalnya penderita tidak nafsu makan dan pasien hanyar berbaring. Pasien
dipulangakn. Pasien mengalami tidak bisa buang air kecil sejak 2 hari sebelum
masuk rumah sakit. Sebelumnya pasien mengeluh BAK cenderung sulit dan tidak
tuntas sejak 2 bulan terakhir, pasien BAK di pampers sehari bisa mencapai 5-6
rumah sakit. Pasien kesulitan menelan sejak terkena stroke 10 tahun yang lalu
57
sehingga sulit makan maupun minum. Tidak ada kejang, tidak ada muntah, pasien
mengaku ada merasa mual. Pasien menderita hipertensi sejak 10 tahun yang lalu
dengan memberikan IVFD NS 1000cc. apabila tekanan darah tidak kunjung naik