PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari sepsis ?
2. Apa etiologi dari sepsis ?
3. Bagaimana manifestasi klinis dari sepsis ?
4. Apa saja komplikasi dari sepsis ?
5. 7. Bagaimana penatalaksanaan dan pencegahan dari sepsis ?
6. 8. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien sepsis ?
1
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui definisi dari sepsis?
b. Untuk mengetahui apa saja klasifikasi dari sepsis?
c. Untuk mengetahui etiologi dari sepsis?
d. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari sepsis?
e. Untuk mengetahui apa saja komplikasi dari sepsis?
f. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan dan pencegahan dari
sepsis?
g. Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada pasien sepsis?
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Sepsis ialah sindrom yang di karakteristikan karena gejala-gejala klinis &
gejala-gejala-gejala-gejala infeksi yang parah yang bisa berkembang ke arah
septisemia & syok septik. (Doenges,2000)
Sepsis adalah suatu keadaan ketika mikroorganisme menginvasi tubuh dan
menyebabkan respon inflamasi sitemik. Respon yang ditimbulkan sering
menyebabkan penurunan perfusi organ dan disfungsi organ. Jika disertai dengan
hipotensi maka dinamakan Syok sepsis. ( Linda D.U, 2006)
Sepsis adalah mikrooganisme patogen atau toksinnya didalam darah.
(Dorland, 2010).
B. Etiologi
Sepsis biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri (meskipun sepsis dapat
disebabkan oleh virus, atau semakin sering, disebabkan oleh jamur).
Mikroorganisme kausal yang paling sering ditemukan pada orang dewasa adalah
Escherichia coli, Staphylococcus aureus, dan Streptococcus pneumonia. Spesies
Enterococcus, Klebsiella, dan Pseudomonas juga sering ditemukan. Umumnya,
sepsis merupakan suatu interaksi yang kompleks antara efek toksik langsung dari
mikroorganisme penyebab infeksi dan gangguan respons inflamasi normal dari
host terhadap infeksi. Kultur darah positif pada 20-40% kasus sepsis dan pada 40-
70% kasus syok septik. Dari kasus-kasus dengan kultur darah yang positif,
terdapat hingga 70% isolat yang ditumbuhi oleh satu spesies bakteri gram positif
atau gram negatif saja; sisanya ditumbuhi fungus atau mikroorganisme campuran
lainnya. Kultur lain seperti sputum, urin, cairan serebrospinal, atau cairan pleura
dapat mengungkapkan etiologi spesifik, tetapi daerah infeksi lokal yang memicu
proses tersebut mungkin tidak dapat diakses oleh kultur.
Insidensi sepsis yang lebih tinggi disebabkan oleh bertambah tuanya
populasi dunia, pasien-pasien yang menderita penyakit kronis dapat bertahan
hidup lebih lama, terdapat frekuensi sepsis yang relatif tinggi di antara pasien-
3
pasien AIDS, terapi medis (misalnya dengan glukokortikoid atau antibiotika),
prosedur invasif (misalnya pemasangan kateter), dan ventilasi mekanis.
Sepsis dapat dipicu oleh infeksi di bagian manapun dari tubuh. Daerah
infeksi yang paling sering menyebabkan sepsis adalah paru-paru, saluran kemih,
perut, dan panggul. Jenis infeksi yang sering dihubungkan dengan sepsis yaitu:
1. Infeksi paru-paru (pneumonia)
2. Flu (influenza)
3. Appendiksitis
4. Infeksi lapisan saluran pencernaan (peritonitis)
5. Infeksi kandung kemih, uretra, atau ginjal (infeksi traktus urinarius)
6. Infeksi kulit, seperti selulitis, sering disebabkan ketika infus atau kateter
telah dimasukkan ke dalam tubuh melalui kulit
7. Infeksi pasca operasi
Infeksi sistem saraf, seperti meningitis atau encephalitis. Sekitar pada satu
dari lima kasus, infeksi dan sumber sepsis tidak dapat terdeteksi.
C. Patofisiologi
Patogenesis syok septik belum sepenuhnya dipahami. Stimulus inflamasi
(misalnya toksin bakteri) memicu produksi mediator proinflamasi, termasuk
tumor necrosis factor (TNF) dan interleukin (IL)-1. Sitokin ini menyebabkan
adhesi sel neutrofil-endotel, mengaktifkan mekanisme pembekuan, dan
menghasilkan mikrotrombi. Mereka juga melepaskan banyak mediator lain,
termasuk leukotrien, lipoksigenase, histamin, bradikinin, serotonin, dan IL-2.
Mereka ditentang oleh mediator anti-inflamasi, seperti IL-4 dan IL-10, sehingga
menghasilkan mekanisme umpan balik negatif.
Awalnya, arteri dan arteriol melebar, menurunkan resistensi arteri perifer;
curah jantung biasanya meningkat. Tahap ini disebut sebagai kejutan hangat.
Kemudian, curah jantung dapat menurun, tekanan darah turun (dengan atau tanpa
peningkatan resistensi perifer), dan gambaran khas hipoperfusi muncul.
Bahkan pada tahap peningkatan curah jantung, mediator vasoaktif
menyebabkan aliran darah melewati pembuluh darah kapiler (cacat distributif).
Aliran kapiler yang buruk akibat shunting ini, bersamaan dengan penyumbatan
4
kapiler oleh mikrotrombus, menurunkan pengiriman oksigen dan mengganggu
pembuangan karbon dioksida dan produk limbah. Penurunan perfusi
menyebabkan disfungsi dan terkadang kegagalan pada satu atau lebih organ,
termasuk ginjal, paru-paru, hati, otak, dan jantung.
Koagulopati dapat terjadi karena koagulasi intravaskular dengan konsumsi
faktor pembekuan utama, reaksi fibrinolisis yang berlebihan, dan lebih sering
kombinasi keduanya.
D. Manifestasi Klinis
1. Umum : Demam, menggigil, lelah, malaise dan gelisah
2. Saluran cerna : distensi abdomen ,anoreksia , muntah dan diare.
3. Saluran nafasan : apsnea ,dipsnea, sianosis .
4. System kardiovaskuler : pucat,hipotensi bradikardi.
5. Hematologi : ikterus, pucat.
E. Komplikasi
1. Meningitis
2. Hipoglikemi
3. Aasidosis
4. Gagal ginjal
5. Disfungsi miokard
6. Perdarahan intra cranial
7. Icterus
8. Gagal hati
9. Disfungsi system saraf pusat
10. Kematian
11. Sindrom distress pernapasan dewasa (ARDS)
F. Pemeriksaan Penunjang
Pengobatan terbaru syok sepsis mencakup mengidentifikasi dan
mengeliminasi penyebab infeksi yaitu dengan cara pemeriksaan- pemeriksaan
yang antara lain:
5
1. Kultur (luka, sputum, urin, darah) yaitu untuk mengidentifikasi organisme
penyebab sepsis. Sensitifitas menentukan pilihan obat yang paling
efektif.
2. SDP : Ht Mungkin meningkat pada status hipovolemik karena
hemokonsentrasi. Leucopenia(penurunan SDB) terjadi sebalumnya,
diikuti oleh pengulangan leukositosis (1500-30000)d4engan peningkatan
pita (berpindah kekiri) yang mengindikasikan produksi SDP tak matur
dalam jumlah besar.
3. Elektrolit serum: Berbagai ketidakseimbangan mungkin terjadi dan
menyebabkan asidosis, perpindahan cairan dan perubahan fungsi ginjal.
4. Trombosit : penurunan kadar dapat terjadi karena agegrasi trombosit .
5. PT/PTT : mungkin memanjang mengindikasikan koagulopati yang
diasosiasikan dengan hati/sirkulasi toksin/ status syok.
6. Laktat serum : Meningkat dalam asidosis metabolik, disfungsi hati, syok .
7. Glukosa Serum : hiperglikenmio yang terjadi menunjukkan
glikoneogenesis dan glikonolisis di dalam hati sebagai respon dari puasa/
perubahan seluler dalam metabolisme .
8. BUN/Kreatinin : peningkatan kadar diasosiasikan dengan dehidrasi,
ketidakseimbangan atau kegagalan ginjal, dan disfungsi atau kegagalan
hati.
9. GDA : Alkalosis respiratosi dan hipoksemia dapat terjadi sebelumnya.
Dalam tahap lanjut hipoksemia, asidosis respiratorik dan asidosis
metabolik terjadi karena kegagalan mekanisme kompensasi .
10. EKG : dapat menunjukkan segmen ST dan gelombang T dan distritmia
menyerupai infarkmiokard
G. Pencegahan
1. Hindarkan trauma pada permukaan mukosa yang biasanya dihuni bakteri
Gram-negatif.
2. Berikan semprotan ( spray) polimiksin pada faring posterior untuk
mencegah pneumonia Gram– negatif ,nasokomial.
6
3. Lingkungan yang protektif pasien beresiko kurang berhasil
karena sebagian besar infeksi berasal dari dalam ( endogen )
2.7 Konsep Asuhan Keperawatan
1.PENGKAJIAN
a. Identitas Klien
1. Riwayat Penyakit
a) Keluhan utama
b) Riwayat penyakit sekarang
c) Riwayat penyakit dahulu
d) Riwayat penyakit keluarga
b. Pemeriksaan menggunakan pendekatan ABCDE.
a) Airway
Yakinkan kepatenan jalan napas
Berikan alat bantu napas jika perlu
Jika terjadi penurunan fungsi pernafasan segera kontak ahli
anastesi dan bawa segera mungkin ke ICU
b) Breathing
Kaji jumlah pernapasan lebih dari 24 kali per menit merupakan
gejala yang signifikan
Kaji saturasi oksigen
Periksa gas darah arteri untuk mengkaji status oksigenasi dan
kemungkinan asidosis
Berikan 100% oksigen melalui non re-breath mask.
Auskultasi dada, untuk mengetahui adanya infeksi di dada
Periksa foto thorak
c) Circulation
7
Periksa waktu pengisian kapiler
Pasang infuse dengan menggunakan canul yang besar
Berikan cairan koloid-gelofusin atau haemaccel
Pasang kateter
Lakukan pemeriksaan darah lengkap
Siapkan untuk pemeriksaan kultur
Catat temperature, kemungkinan pasien pyreksia atau
temperature kurang dari 36°C
Siapan pemeriksaan urin dan sputum
Berikan antibiotic spectrum luas sesuai kebijakan setempat.
d) Disability
e) Exposure
2. Diagnosa Keperawatan
8
5. Isap lendir atau bersihkan jalan napas secara hati-hati.
6. Amati gas darah yang ada atau pantau tingkat analisis gas darah
sesuai kebutuhan.
b. Potensi terhadap infeksi (progresi dari sepsis ke syok sepsis)
sehubungan dengan perkembangan infeksi opportunistik.
1. Berikan isolasi/pantau pengunjung sesuai indikasi
2. Cuci tangan sebelum atau sesudah aktifitas walaupun mnggunakan
sarung tangan
3. Batasi pnggunaan alat/prosedur invasif jika memungkinkan.
4. Gunakan teknik steril
5. Monitor suhu/peningkatan suhu secara teratur
6. Amati adanya menggigil
7. Pantau TTV klien
8. Kolaborasi dengan team medis dalam pemberian antibiotic
c. Resiko tinggi terjadinya perubahan suhu : hyprthermi/hypothermi
sehubungan dengan peningkatan tingkat metabolisme tubuh.
Vasokontriksi/vasodilatasi pembuluh darah.
1. Pantau suhu klien (derajat dan pola) perhatikan
menggigil/diaforeses
2. Panatau suhu lingkungan/ pengaturan suhu lingkungan
3. Beri kompres (dingin, hangat) bila terjadi peningkatan/penurunan
suhu
4. Catat peningkatan/penurunan suhu tubuh
5. Kolaborasi dengan team medis dalam pemeriksaan laboratiorium
(leukosit meningkat)
9
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
1. Identitas pasien:
Nama : Ny S
Umur : 39 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Kawin
Agama : Islam
Pekerjaan : IRT
Alamat : Ds Jabon –Mojokerto
Tgl MRS : 01-03-2019
Tgl Pengkajian : 01-03-2019
Diagnosa Medis : Sepsis
2. Identitas Penaggung Jawab
Nama : Tn H
Umur : 36 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status Perkawinan : Kawin
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
10
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Ds Jabon –Mojokerto
Hubungan dengan pasien : Suami
3. Keluhan utama
Keluarga klien mengatakan pasien kejang-kejang dan menggigil
4. Riwayat Kesehatan Sekarang
Rujukan dari puskesmas Medika Indah dengan P3A3H0, dengan
post SC dan enklamsia. Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien terus
kejang-kejang dan menggigil, tekanan darah tinggi, suhu naik turun
sehingga pasien dirujuk ke RSUP Mataram oleh dokter dan mendapatkan
perawatan di ruang melati, pasein tampak pucat, terpasang ventilator 3
Lt/menit tersambung dengan kanul trakeal, tampak pada kanul trakeal ada
sumbatan secret, tampak ada luka dekubitus, tampak pada luka basa
dengan secret yang keluar.
7. Riwayat Bio-Psiko-Sosial-Spiritual
a. Riwayat Biologis
1) Pola pernafasan
a) Sebelum sakit : Keluarga pasien mengatakan pasien bias
bernafas dengan baik tanpa ada hambatan
b) Saat sakit : Keluarga pasien mengatakan pasien mengalami
gangguan dalam pernafasan atau pasien agak sesak disertai
batuk berdahak dengan penumpukan secret
11
2) Pola nutrisi
a) Sebelum sakit : Keluarga pasien mengatakan pasien bias makan
3x sehari dengan pola makan nasi, lauk, lengkap dengan
sayuran dengan porsi yang disediakan dengan habis, nafsu
makan baik, banyak minum 6-7 gelas per hari
b) Saat sakit : Keluarga pasien mengatakan tidak mendapatkan
nasi dan lauk melainkan hanya minum susu saja setiap 4 jam
sekali
3) Pola eliminasi
a) Sebelum sakit : Keluarga pasien mengatakan pasien BAB 1x
sehari pada pagi hari tanpa ada gangguan, dengan
konsistensinya lunak, warna dan bau khas feses, BAK lancer
dengan frekuensi 4-5x sehari dengan warna dan bau khas urin
b) Saat sakit : Keluarga pasien mengatakan klien BAB melalui
pampers dan tampak pasein BAK melalui selang kateter
4) Pola istirahat-tidur
a) Sebelum sakit : Keluarga pasien mengatakan pasien istirahat
dengan baik, tidur siang sekitar 2-3 jam dan .tidur malam 7-8
jam
b) Saat sakit : Keluarga pasien mengatakan istirahat-tidur
terganggu karena terkadang batuk dan sesak nya kambuh.
Frekuensi 2-3 jam per hari
5) Pola aktivitas
a) Sebelum sakit : Keluarga pasien mengatakan pasien tidak
mengalami gangguan dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari
b) Saat sakit : Keluarga pasien mengatakan pasien mengalami
gangguan dalam beraktivitas, pasien tampak lemah dan
sebagian aktivitas pasien dibantu oleh keluarga
6) Personal Hygiene
a) Sebelum sakit : Keluarga pasien mengatakan pasien bias mandi
2-3 kali sehari dengan menggunakan sabun, keramas 1-2 kali
12
seminggu, menggosok gigi sebelum mandi dan mengganti
pakaian setiap selesai mandi atau dalam keadaan kotor
b) Saat sakit : Keluarga pasien mengatakan pasien mandi hanya di
seka saja oleh perawat.
8. Riwayat Psikologis
a. Sebelum sakit : Keluarga pasien mengatakan tidak pernah cemas
terhadap kondisi pasien
b. Saat sakit : Keluarga pasien mengatakan cemas terhadap kondisi
pasien dan tampak bertanya kepada dokter atau perawat tentang
kondisi pasien
9. Riwayat Sosial
a. Sebelum sakit : Keluarga pasien mengatakan pasien selalu berinteraksi
dengan masyarakat dan keluarganya
b. Saat sakit : Keluarga pasien mengatakan selama sakit pasien tidak
pernah berkomunikasi dengan orang disekitar
10. Riwayat Spiritual
a. Sebelum sakit : Keluarga pasien mengatakan pasien melaksanakan
ibadah sholat 5 waktu seperti biasa
b. Saat sakit : Keluarga pasien mengatakan dalam melaksanakan ibadah
sehari-hari pasien dibimbing oleh suami
11. Pemeriksaan fisik :
a. Keadaan umum : Pasien tampak lemah
b. Kesadarn : Apatis, GCS : E : 3, V : 1, M : 3
c. TTV : TD : 130/90 mmHg, N : 107x/menit, S : 380c, RR : 17x /menit
d. Pemeriksaan Head to Toes
1) Kepala
Inspeksi: Simetris, pertumbuhan rambut rata, tidak ada ketombe
dan tidak ada lesi
Palpasi : Tidak teraba benjolan dan tidak terdapat nyeri tekan
2) Mata
Inspeksi : Simetris, konjungtiva pucat, pergerakan bola mata bagus
13
Palpasi : Tidak teraba adanya nyeri tekan
3) Telinga
Inspeksi : Simetris, tidak ada lesi dan secret
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
4) Hidung
Inspeksi : Tampak terpasang NGT dan tidak terdapat lesi
5) Mulut
Inspeksi : Mukosa bibir tampak kering, gigi tampak kotor dan
lengkap, tampak keluar air liur
6) Leher
Inspeksi : Tampak ada luka bekas operasi pada trakeostomi tampak
terbuka
Palpasi : Tidak ada massa, terdapat nyeri tekan
7) Thorac dan Jantung
Inspeksi : Bentuk simetris, terdapat tarikan dinding dada
Palpasi : Tidak teraba adanya nyeri tekan
Auskultasi : Bunyi paru ronchi dan terdengar suara wheezing,
bunyi jantung S1 S2 tunggal
8) Abdomen
Inspeksi : Tidak ada lesi atau bengkak, terlihat adanya bintik-bintik
kemerahan dan terdapat bekas luka SC
Palpasi : Tidak teraba adanya massa, terdapat nyeri tekan
9) Kulit
Inspeksi : Tampak pucat, terlihat adanya bintik-bintik kemerahan
Palpasi : Turgor kulit tidak elastic dan kembali lambat 3-4 detik
10) Ekstremitas atas
Inspeksi : Terpasang infus di tangan kanan, kekuatan otot lemah,
kedua tangan tampak simetrsi
Palpasi : Tidak teraba adanya massa
14
11) Ektremitas bawah
Inspeksi : Kedua kaki tampak simetris, kekuatan otot lemah, tidak
ada odeme atau lesi
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
15
Ureum 56 mg/dl 6,26
Kreatin 4,1 mg% P : 0,6 – 1,1, L :
0,9 – 1,3
B. Analisa Data
16
RR : 17x/menit
C. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan
produksi sekret
2. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur infasif ditandai
dengan tampak ada luka bekas operasi
D. Intervensi
17
4. Melakukan tindakan suction bila
KH :
ada sekresi tertahan
a. Menunjukkan pembersihan
5. Kolaborasi dengan dokter dalam
jalan nafas yang efektif
pemberian cairan infuse
b. Menunjukkan status
angioplasma dan ventilator
pernafasan yang di buktikan
oleh indikator gangguan
sebagai berikut :
1) Kemudahan bernafas
2) Pergerakan sputum keluar
dari jalan nafas
3) Suara nafas jernih
4) Irama frekuensi
pernafasan dalam rentan
normal
1. Mencuci tangan sebelum dan
2 Tujuan :
sesudah melakukan tindakan
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan
keperawatan selama 1x24 jam
2. Melakukan pergantian posisi
pasien bebas dari tanda dan
sesering mungkin
gejala infeksi
3. Menggunakan teknik steril
KH :
pada waktu penggantian
a. Menunjukkan kemampuan
balutan
untuk mencegah timbulnya
4. Kolaborasi dengan dokter
infeksi
dalam pemberian antibiotik
b. Jumlah leukosit dalam
batas normal
c. Menunjukkan perilaku
hidup sehat
18
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sepsis didefinisikan sebagai respons tubuh terhadap penyakit infeksi
ditandai dengan disfungsi organ yang mengancam nyawa. Sepsis dapat mengenai
berbagai kelompok usia. Pada dewasa, sepsis umunya terdapat pada orang yang
mengalami imunocompomise, yang disebabkan karena adanya penyakit kronik
maupun infeksi lainnya
B. Saran
Dengan menyusun makalah ini, kami harap mampu meningkatkan
pemahaman serta menanggapi apa yang telah penulis susun untuk kemajuan
penulisan selanjutnya dan dalam bermanfaat dalam asuhan keperawatan dalam
kasus sepsis.
19
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Ediai 8.
Jakarta : EGC.
20
Staf pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. 1985. Ilmu Kesehatan. Jakarta : Info
Medika Jakarta.
Suwondo A. 2014. Kegagalan Multi organ dalam Siti.S., Alwi, I., Sudoyo.,
Marcellus, S., Bambang, S., Syam AF. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid
III Ed VII. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK
UI. 4099-4129
Surasmi, Asrining. 2003. Perawatan Bayi Resiko Tinggi. Penerbit Buku
Kedokteran EGC: Jakarta
21