Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sepsis didefinisikan sebagai respons tubuh terhadap penyakit infeksi


ditandai dengan disfungsi organ yang mengancam nyawa dan merupakan masalah
kesehatan di dunia saat ini. Sepsis dimasukkan kedalam kategori penyakit darurat
karena ada gangguan dalam pemasukkan oksigen dan nutrisi ke jaringan sehingga
dibutuhkan penanganan kegawat daruratan segera. Hal tersebut yang menjadikan
sepsis sebagai penyebab tersering perawatan pasien di unit perawatan intensif
(ICU). Di Amerika insidensi sepsis berkisar 66-132 per seratus ribu populasi.
Sepsis berat hampir 25% dirawat di ruangan ICU, umunya diakibatkan karena
usia lanjut, imunocompomise, dan penyakit berat yang mendasarinya. Sepsis
merupakan penyebab kematian kedua di ICU pada non-coronary disease.

Sepsis dapat mengenai berbagai kelompok usia. Pada dewasa, sepsis


umunya terdapat pada orang yang mengalami imunocompomise, yang disebabkan
karena adanya penyakit kronik maupun infeksi lainnya. Mortalitas sepsis di
negara yang sudah berkembang menurun hingga 9%, namun tingkat mortalitas
pada negara yang sedang berkembang, seperti Indonesia, masih tinggi yaitu 50-
70% dan apabila berlanjut pada syok sepsis dan disfungsi organ multiple angka
kematiannya dapat mencapai 80%

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari sepsis ?
2. Apa etiologi dari sepsis ?
3. Bagaimana manifestasi klinis dari sepsis ?
4. Apa saja komplikasi dari sepsis ?
5. 7. Bagaimana penatalaksanaan dan pencegahan dari sepsis ?
6. 8. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien sepsis ?

1
C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahaui konsep dan asuhan keperawatan pada pasien


dengan kasus sepsis.

2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui definisi dari sepsis?
b. Untuk mengetahui apa saja klasifikasi dari sepsis?
c. Untuk mengetahui etiologi dari sepsis?
d. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari sepsis?
e. Untuk mengetahui apa saja komplikasi dari sepsis?
f. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan dan pencegahan dari
sepsis?
g. Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada pasien sepsis?

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Sepsis ialah sindrom yang di karakteristikan karena gejala-gejala klinis &
gejala-gejala-gejala-gejala infeksi yang parah yang bisa berkembang ke arah
septisemia & syok septik. (Doenges,2000)
Sepsis adalah suatu keadaan ketika mikroorganisme menginvasi tubuh dan
menyebabkan respon inflamasi sitemik. Respon yang ditimbulkan sering
menyebabkan penurunan perfusi organ dan disfungsi organ. Jika disertai dengan
hipotensi maka dinamakan Syok sepsis. ( Linda D.U, 2006)
Sepsis adalah mikrooganisme patogen atau toksinnya didalam darah.
(Dorland, 2010).

B. Etiologi
Sepsis biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri (meskipun sepsis dapat
disebabkan oleh virus, atau semakin sering, disebabkan oleh jamur).
Mikroorganisme kausal yang paling sering ditemukan pada orang dewasa adalah
Escherichia coli, Staphylococcus aureus, dan Streptococcus pneumonia. Spesies
Enterococcus, Klebsiella, dan Pseudomonas juga sering ditemukan. Umumnya,
sepsis merupakan suatu interaksi yang kompleks antara efek toksik langsung dari
mikroorganisme penyebab infeksi dan gangguan respons inflamasi normal dari
host terhadap infeksi. Kultur darah positif pada 20-40% kasus sepsis dan pada 40-
70% kasus syok septik. Dari kasus-kasus dengan kultur darah yang positif,
terdapat hingga 70% isolat yang ditumbuhi oleh satu spesies bakteri gram positif
atau gram negatif saja; sisanya ditumbuhi fungus atau mikroorganisme campuran
lainnya. Kultur lain seperti sputum, urin, cairan serebrospinal, atau cairan pleura
dapat mengungkapkan etiologi spesifik, tetapi daerah infeksi lokal yang memicu
proses tersebut mungkin tidak dapat diakses oleh kultur.
Insidensi sepsis yang lebih tinggi disebabkan oleh bertambah tuanya
populasi dunia, pasien-pasien yang menderita penyakit kronis dapat bertahan
hidup lebih lama, terdapat frekuensi sepsis yang relatif tinggi di antara pasien-

3
pasien AIDS, terapi medis (misalnya dengan glukokortikoid atau antibiotika),
prosedur invasif (misalnya pemasangan kateter), dan ventilasi mekanis.
Sepsis dapat dipicu oleh infeksi di bagian manapun dari tubuh. Daerah
infeksi yang paling sering menyebabkan sepsis adalah paru-paru, saluran kemih,
perut, dan panggul. Jenis infeksi yang sering dihubungkan dengan sepsis yaitu:
1. Infeksi paru-paru (pneumonia)
2. Flu (influenza)
3. Appendiksitis
4. Infeksi lapisan saluran pencernaan (peritonitis)
5. Infeksi kandung kemih, uretra, atau ginjal (infeksi traktus urinarius)
6. Infeksi kulit, seperti selulitis, sering disebabkan ketika infus atau kateter
telah dimasukkan ke dalam tubuh melalui kulit
7. Infeksi pasca operasi
Infeksi sistem saraf, seperti meningitis atau encephalitis. Sekitar pada satu
dari lima kasus, infeksi dan sumber sepsis tidak dapat terdeteksi.
C. Patofisiologi
Patogenesis syok septik belum sepenuhnya dipahami. Stimulus inflamasi
(misalnya toksin bakteri) memicu produksi mediator proinflamasi, termasuk
tumor necrosis factor (TNF) dan interleukin (IL)-1. Sitokin ini menyebabkan
adhesi sel neutrofil-endotel, mengaktifkan mekanisme pembekuan, dan
menghasilkan mikrotrombi. Mereka juga melepaskan banyak mediator lain,
termasuk leukotrien, lipoksigenase, histamin, bradikinin, serotonin, dan IL-2.
Mereka ditentang oleh mediator anti-inflamasi, seperti IL-4 dan IL-10, sehingga
menghasilkan mekanisme umpan balik negatif.
Awalnya, arteri dan arteriol melebar, menurunkan resistensi arteri perifer;
curah jantung biasanya meningkat. Tahap ini disebut sebagai kejutan hangat.
Kemudian, curah jantung dapat menurun, tekanan darah turun (dengan atau tanpa
peningkatan resistensi perifer), dan gambaran khas hipoperfusi muncul.
Bahkan pada tahap peningkatan curah jantung, mediator vasoaktif
menyebabkan aliran darah melewati pembuluh darah kapiler (cacat distributif).
Aliran kapiler yang buruk akibat shunting ini, bersamaan dengan penyumbatan

4
kapiler oleh mikrotrombus, menurunkan pengiriman oksigen dan mengganggu
pembuangan karbon dioksida dan produk limbah. Penurunan perfusi
menyebabkan disfungsi dan terkadang kegagalan pada satu atau lebih organ,
termasuk ginjal, paru-paru, hati, otak, dan jantung.
Koagulopati dapat terjadi karena koagulasi intravaskular dengan konsumsi
faktor pembekuan utama, reaksi fibrinolisis yang berlebihan, dan lebih sering
kombinasi keduanya.

D. Manifestasi Klinis
1. Umum : Demam, menggigil, lelah, malaise dan gelisah
2. Saluran cerna : distensi abdomen ,anoreksia , muntah dan diare.
3. Saluran nafasan : apsnea ,dipsnea, sianosis .
4. System kardiovaskuler : pucat,hipotensi bradikardi.
5. Hematologi : ikterus, pucat.

E. Komplikasi
1. Meningitis
2. Hipoglikemi
3. Aasidosis
4. Gagal ginjal
5. Disfungsi miokard
6. Perdarahan intra cranial
7. Icterus
8. Gagal hati
9. Disfungsi system saraf pusat
10. Kematian
11. Sindrom distress pernapasan dewasa (ARDS)

F. Pemeriksaan Penunjang
Pengobatan terbaru syok sepsis mencakup mengidentifikasi dan
mengeliminasi penyebab infeksi yaitu dengan cara pemeriksaan- pemeriksaan
yang antara lain:

5
1. Kultur (luka, sputum, urin, darah) yaitu untuk mengidentifikasi organisme
penyebab sepsis. Sensitifitas menentukan pilihan obat yang paling
efektif.
2. SDP : Ht Mungkin meningkat pada status hipovolemik karena
hemokonsentrasi. Leucopenia(penurunan SDB) terjadi sebalumnya,
diikuti oleh pengulangan leukositosis (1500-30000)d4engan peningkatan
pita (berpindah kekiri) yang mengindikasikan produksi SDP tak matur
dalam jumlah besar.
3. Elektrolit serum: Berbagai ketidakseimbangan mungkin terjadi dan
menyebabkan asidosis, perpindahan cairan dan perubahan fungsi ginjal.
4. Trombosit : penurunan kadar dapat terjadi karena agegrasi trombosit .
5. PT/PTT : mungkin memanjang mengindikasikan koagulopati yang
diasosiasikan dengan hati/sirkulasi toksin/ status syok.
6. Laktat serum : Meningkat dalam asidosis metabolik, disfungsi hati, syok .
7. Glukosa Serum : hiperglikenmio yang terjadi menunjukkan
glikoneogenesis dan glikonolisis di dalam hati sebagai respon dari puasa/
perubahan seluler dalam metabolisme .
8. BUN/Kreatinin : peningkatan kadar diasosiasikan dengan dehidrasi,
ketidakseimbangan atau kegagalan ginjal, dan disfungsi atau kegagalan
hati.
9. GDA : Alkalosis respiratosi dan hipoksemia dapat terjadi sebelumnya.
Dalam tahap lanjut hipoksemia, asidosis respiratorik dan asidosis
metabolik terjadi karena kegagalan mekanisme kompensasi .
10. EKG : dapat menunjukkan segmen ST dan gelombang T dan distritmia
menyerupai infarkmiokard

G. Pencegahan
1. Hindarkan trauma pada permukaan mukosa yang biasanya dihuni bakteri
Gram-negatif.
2. Berikan semprotan ( spray) polimiksin pada faring posterior untuk
mencegah pneumonia Gram– negatif ,nasokomial.

6
3. Lingkungan yang protektif pasien beresiko kurang berhasil
karena sebagian besar infeksi berasal dari dalam ( endogen )
2.7 Konsep Asuhan Keperawatan

1.PENGKAJIAN

a. Identitas Klien
1. Riwayat Penyakit
a) Keluhan utama
b) Riwayat penyakit sekarang
c) Riwayat penyakit dahulu
d) Riwayat penyakit keluarga
b. Pemeriksaan menggunakan pendekatan ABCDE.
a) Airway
 Yakinkan kepatenan jalan napas
 Berikan alat bantu napas jika perlu
 Jika terjadi penurunan fungsi pernafasan segera kontak ahli
anastesi dan bawa segera mungkin ke ICU
b) Breathing
 Kaji jumlah pernapasan lebih dari 24 kali per menit merupakan
gejala yang signifikan
 Kaji saturasi oksigen
 Periksa gas darah arteri untuk mengkaji status oksigenasi dan
kemungkinan asidosis
 Berikan 100% oksigen melalui non re-breath mask.
 Auskultasi dada, untuk mengetahui adanya infeksi di dada
 Periksa foto thorak

c) Circulation

 Kaji denyut jantung, >100 kali per menit merupakan tanda


signifikan
 Monitoring tekanan darah, tekanan darah<>

7
 Periksa waktu pengisian kapiler
 Pasang infuse dengan menggunakan canul yang besar
 Berikan cairan koloid-gelofusin atau haemaccel
 Pasang kateter
 Lakukan pemeriksaan darah lengkap
 Siapkan untuk pemeriksaan kultur
 Catat temperature, kemungkinan pasien pyreksia atau
temperature kurang dari 36°C
 Siapan pemeriksaan urin dan sputum
 Berikan antibiotic spectrum luas sesuai kebijakan setempat.

d) Disability

Bingung merupakan salah satu tanda pertama pada pasien


sepsis padahal sebelumnya tidak ada masalah (sehat dan baik). Kaji
tingkat kesadaran dengan menggunakan AVPU.

e) Exposure

Jika sumber infeksi tidak diketahui, cari adanya cidera, luka


dan tempat suntikan dan tempat sumber infeksi lainnya.

2. Diagnosa Keperawatan

a. Gangguan pola pernapasan yang berhubungan dengan apnea


Intervensi kperawatan :
1. Kaji perubahan pernapasan meiputi takipnea, pernapasan cuping
hidung, gunting, sianosis, ronki kasar, periode apnea yang lbih dari
10 detik.
2. Pantau denyut jantung secara elektronik untuk mngetahui
takikardia atau bradikardia dan perubahan tekanan darah.
3. Sediakan oksigen lembap dan hangat dengan kadar T1O2 yang
rendah untuk menjaga pengeuaran energi dan panas.
4. Sediakan alat bantu pernapasan atau ventilasi mekanik.

8
5. Isap lendir atau bersihkan jalan napas secara hati-hati.
6. Amati gas darah yang ada atau pantau tingkat analisis gas darah
sesuai kebutuhan.
b. Potensi terhadap infeksi (progresi dari sepsis ke syok sepsis)
sehubungan dengan perkembangan infeksi opportunistik.
1. Berikan isolasi/pantau pengunjung sesuai indikasi
2. Cuci tangan sebelum atau sesudah aktifitas walaupun mnggunakan
sarung tangan
3. Batasi pnggunaan alat/prosedur invasif jika memungkinkan.
4. Gunakan teknik steril
5. Monitor suhu/peningkatan suhu secara teratur
6. Amati adanya menggigil
7. Pantau TTV klien
8. Kolaborasi dengan team medis dalam pemberian antibiotic
c. Resiko tinggi terjadinya perubahan suhu : hyprthermi/hypothermi
sehubungan dengan peningkatan tingkat metabolisme tubuh.
Vasokontriksi/vasodilatasi pembuluh darah.
1. Pantau suhu klien (derajat dan pola) perhatikan
menggigil/diaforeses
2. Panatau suhu lingkungan/ pengaturan suhu lingkungan
3. Beri kompres (dingin, hangat) bila terjadi peningkatan/penurunan
suhu
4. Catat peningkatan/penurunan suhu tubuh
5. Kolaborasi dengan team medis dalam pemeriksaan laboratiorium
(leukosit meningkat)

9
BAB III
TINJAUAN KASUS

Ny S adalah pasien rujukan dari puskesmas Medika Indah dengan


P3A3H0, dengan post SC dan enklamsia. Keluarga pasien mengatakan bahwa
pasien terus kejang-kejang dan menggigil, tekanan darah tinggi, suhu naik turun
sehingga pasien dirujuk ke RSUP Mataram oleh dokter dan mendapatkan
perawatan di ruang melati, pasein tampak pucat, terpasang ventilator 3 Lt/menit
tersambung dengan kanul trakeal, tampak pada kanul trakeal ada sumbatan secret,
tampak ada luka dekubitus, tampak pada luka basa dengan secret yang keluar.
Pasien tampak lemah dengan tanda-tanda vital TD : 130/90 mmHg, Nadi :
107x/menit, Suhu : 380c, RR : 17x/menit, GCS : E :3, V:1, M:3

A. Pengkajian
1. Identitas pasien:
Nama : Ny S
Umur : 39 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Kawin
Agama : Islam
Pekerjaan : IRT
Alamat : Ds Jabon –Mojokerto
Tgl MRS : 01-03-2019
Tgl Pengkajian : 01-03-2019
Diagnosa Medis : Sepsis
2. Identitas Penaggung Jawab
Nama : Tn H
Umur : 36 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status Perkawinan : Kawin
Agama : Islam
Pendidikan : SMA

10
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Ds Jabon –Mojokerto
Hubungan dengan pasien : Suami
3. Keluhan utama
Keluarga klien mengatakan pasien kejang-kejang dan menggigil
4. Riwayat Kesehatan Sekarang
Rujukan dari puskesmas Medika Indah dengan P3A3H0, dengan
post SC dan enklamsia. Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien terus
kejang-kejang dan menggigil, tekanan darah tinggi, suhu naik turun
sehingga pasien dirujuk ke RSUP Mataram oleh dokter dan mendapatkan
perawatan di ruang melati, pasein tampak pucat, terpasang ventilator 3
Lt/menit tersambung dengan kanul trakeal, tampak pada kanul trakeal ada
sumbatan secret, tampak ada luka dekubitus, tampak pada luka basa
dengan secret yang keluar.

5. Riwayat Kesehatan Dahulu

Pasien mempunyai riwayat SC dua tahun yang lalu, dan penyakit


yang diderita sekarang tidak pernah dialami sebelumnya
6. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga pasien mengatakan keluarganya tidak pernah mengalami
penyakit seperti yang diderita pasien sekarang.

7. Riwayat Bio-Psiko-Sosial-Spiritual
a. Riwayat Biologis
1) Pola pernafasan
a) Sebelum sakit : Keluarga pasien mengatakan pasien bias
bernafas dengan baik tanpa ada hambatan
b) Saat sakit : Keluarga pasien mengatakan pasien mengalami
gangguan dalam pernafasan atau pasien agak sesak disertai
batuk berdahak dengan penumpukan secret

11
2) Pola nutrisi
a) Sebelum sakit : Keluarga pasien mengatakan pasien bias makan
3x sehari dengan pola makan nasi, lauk, lengkap dengan
sayuran dengan porsi yang disediakan dengan habis, nafsu
makan baik, banyak minum 6-7 gelas per hari
b) Saat sakit : Keluarga pasien mengatakan tidak mendapatkan
nasi dan lauk melainkan hanya minum susu saja setiap 4 jam
sekali
3) Pola eliminasi
a) Sebelum sakit : Keluarga pasien mengatakan pasien BAB 1x
sehari pada pagi hari tanpa ada gangguan, dengan
konsistensinya lunak, warna dan bau khas feses, BAK lancer
dengan frekuensi 4-5x sehari dengan warna dan bau khas urin
b) Saat sakit : Keluarga pasien mengatakan klien BAB melalui
pampers dan tampak pasein BAK melalui selang kateter
4) Pola istirahat-tidur
a) Sebelum sakit : Keluarga pasien mengatakan pasien istirahat
dengan baik, tidur siang sekitar 2-3 jam dan .tidur malam 7-8
jam
b) Saat sakit : Keluarga pasien mengatakan istirahat-tidur
terganggu karena terkadang batuk dan sesak nya kambuh.
Frekuensi 2-3 jam per hari
5) Pola aktivitas
a) Sebelum sakit : Keluarga pasien mengatakan pasien tidak
mengalami gangguan dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari
b) Saat sakit : Keluarga pasien mengatakan pasien mengalami
gangguan dalam beraktivitas, pasien tampak lemah dan
sebagian aktivitas pasien dibantu oleh keluarga
6) Personal Hygiene
a) Sebelum sakit : Keluarga pasien mengatakan pasien bias mandi
2-3 kali sehari dengan menggunakan sabun, keramas 1-2 kali

12
seminggu, menggosok gigi sebelum mandi dan mengganti
pakaian setiap selesai mandi atau dalam keadaan kotor
b) Saat sakit : Keluarga pasien mengatakan pasien mandi hanya di
seka saja oleh perawat.
8. Riwayat Psikologis
a. Sebelum sakit : Keluarga pasien mengatakan tidak pernah cemas
terhadap kondisi pasien
b. Saat sakit : Keluarga pasien mengatakan cemas terhadap kondisi
pasien dan tampak bertanya kepada dokter atau perawat tentang
kondisi pasien
9. Riwayat Sosial
a. Sebelum sakit : Keluarga pasien mengatakan pasien selalu berinteraksi
dengan masyarakat dan keluarganya
b. Saat sakit : Keluarga pasien mengatakan selama sakit pasien tidak
pernah berkomunikasi dengan orang disekitar
10. Riwayat Spiritual
a. Sebelum sakit : Keluarga pasien mengatakan pasien melaksanakan
ibadah sholat 5 waktu seperti biasa
b. Saat sakit : Keluarga pasien mengatakan dalam melaksanakan ibadah
sehari-hari pasien dibimbing oleh suami
11. Pemeriksaan fisik :
a. Keadaan umum : Pasien tampak lemah
b. Kesadarn : Apatis, GCS : E : 3, V : 1, M : 3
c. TTV : TD : 130/90 mmHg, N : 107x/menit, S : 380c, RR : 17x /menit
d. Pemeriksaan Head to Toes
1) Kepala
Inspeksi: Simetris, pertumbuhan rambut rata, tidak ada ketombe
dan tidak ada lesi
Palpasi : Tidak teraba benjolan dan tidak terdapat nyeri tekan
2) Mata
Inspeksi : Simetris, konjungtiva pucat, pergerakan bola mata bagus

13
Palpasi : Tidak teraba adanya nyeri tekan
3) Telinga
Inspeksi : Simetris, tidak ada lesi dan secret
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
4) Hidung
Inspeksi : Tampak terpasang NGT dan tidak terdapat lesi
5) Mulut
Inspeksi : Mukosa bibir tampak kering, gigi tampak kotor dan
lengkap, tampak keluar air liur
6) Leher
Inspeksi : Tampak ada luka bekas operasi pada trakeostomi tampak
terbuka
Palpasi : Tidak ada massa, terdapat nyeri tekan
7) Thorac dan Jantung
Inspeksi : Bentuk simetris, terdapat tarikan dinding dada
Palpasi : Tidak teraba adanya nyeri tekan
Auskultasi : Bunyi paru ronchi dan terdengar suara wheezing,
bunyi jantung S1 S2 tunggal
8) Abdomen
Inspeksi : Tidak ada lesi atau bengkak, terlihat adanya bintik-bintik
kemerahan dan terdapat bekas luka SC
Palpasi : Tidak teraba adanya massa, terdapat nyeri tekan
9) Kulit
Inspeksi : Tampak pucat, terlihat adanya bintik-bintik kemerahan
Palpasi : Turgor kulit tidak elastic dan kembali lambat 3-4 detik
10) Ekstremitas atas
Inspeksi : Terpasang infus di tangan kanan, kekuatan otot lemah,
kedua tangan tampak simetrsi
Palpasi : Tidak teraba adanya massa

14
11) Ektremitas bawah
Inspeksi : Kedua kaki tampak simetris, kekuatan otot lemah, tidak
ada odeme atau lesi
Palpasi : tidak ada nyeri tekan

12. Pemeriksaan Penunjang

Jenis Pemeriksaan Hasil Normal

WBC 8,69 /ul 4,0 – 11,0


NEUT 5,25% 50-70
LYMPH 2,17% 25-33
MONO 7,38% 3-8
EO 4,49% 0-1
BASO 0,88% 0-1
RBC 3,5 M/ul P : 4,0 – 5,0, L :
4,5 – 5,5
HGB 9,05 g/dl P : 11,5 – 16,5, L
: 13,0 – 16,5
HCT 51,3% P : 37,0 – 45,0. L
: 40,0 – 50,0
MCV 89,1 fI 82,0 – 92,0
MCH 25,8 Pg 27,0 – 31,0
MCHC 28,9 g/dl 32,0 – 37,0
RDW-CV 17,7% 35 – 47
PLT 372/ul 150 – 400
MPV 11,6 fl 7,2 – 11,1
PDW 20,1 fl 9,0 – 13,0
Glukosa Sewaktu 140 mg <160
SGOT/AST 30 mg/dl <40
SGPT 34 mg/dl <41
Albumin 4,4 g/dl 3,5 – 5,0

15
Ureum 56 mg/dl 6,26
Kreatin 4,1 mg% P : 0,6 – 1,1, L :
0,9 – 1,3

B. Analisa Data

No Analisa Data Etilogi Masalah

1 DS : Perubahan ambilan Ketidakefektifan


- Keluarga pasien mengatakan penyerapan O2 bersihan jalan
pasien mengalami gangguan terganggu nafas
dalam bernafas
DO :
-Tampak ada tindakan suction Suplai O2
-Pasien tampak sulit bernafas terganggu
-Tampak terpasang ventilator
dan tersambung dengan kanul
trakeal Sesak
Pemeriksaan Fisik (Thorax)
-Inspeksi : Bentuk simetris
terdapat tarikan dinding dada Ketidakefektifan
-Palpasi : Terdapat nyeri tekan bersihan jalan nafas
-Perkusi : Terdengan suara
tambahan
-Auskultasi : Bunyi ronchi dan
wheezing
-Tampak pada kanul trakeal ada
sumbatan sekret
TTV :
TD : 130/90 mmHg
N : 107x/menit
S : 380c

16
RR : 17x/menit

2 DS : Terhambatnya Resiko tinggi


DO : fungsi mitokondria infeksi
- Tampak ada luka bekas
operasi SC
- Tampak ada luka bekas Kerja sel menurun
opereasi trakeostomi
- Luka trakeostomi tampak
terbuka dengan kanul trakeal Penurunan respon
- Suhu : 380c imun
- Tampak pada luka basah
dengan sekret yang keluar
- Tampak ada luka dekubitus Resiko tinggi
infeksi

C. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan
produksi sekret
2. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur infasif ditandai
dengan tampak ada luka bekas operasi

D. Intervensi

No Dx Tujuan dan KH Tindakan Keperawatan


1. Mengkaji fungsi pernafasan:
1 Tujuan :
Auskultasi bunyi nafas, TTV
Setelah dilakukan tindakan
2. Memberikan posisi yang nyaman
keperawatan selama 1x24 jam
bagi pasien (Semifowler)
pasien menunjukkan fungsi
3. Memberikan pakaian longgar serta
pernafasan normal
menyerap keringat

17
4. Melakukan tindakan suction bila
KH :
ada sekresi tertahan
a. Menunjukkan pembersihan
5. Kolaborasi dengan dokter dalam
jalan nafas yang efektif
pemberian cairan infuse
b. Menunjukkan status
angioplasma dan ventilator
pernafasan yang di buktikan
oleh indikator gangguan
sebagai berikut :
1) Kemudahan bernafas
2) Pergerakan sputum keluar
dari jalan nafas
3) Suara nafas jernih
4) Irama frekuensi
pernafasan dalam rentan
normal
1. Mencuci tangan sebelum dan
2 Tujuan :
sesudah melakukan tindakan
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan
keperawatan selama 1x24 jam
2. Melakukan pergantian posisi
pasien bebas dari tanda dan
sesering mungkin
gejala infeksi
3. Menggunakan teknik steril
KH :
pada waktu penggantian
a. Menunjukkan kemampuan
balutan
untuk mencegah timbulnya
4. Kolaborasi dengan dokter
infeksi
dalam pemberian antibiotik
b. Jumlah leukosit dalam
batas normal
c. Menunjukkan perilaku
hidup sehat

18
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sepsis didefinisikan sebagai respons tubuh terhadap penyakit infeksi
ditandai dengan disfungsi organ yang mengancam nyawa. Sepsis dapat mengenai
berbagai kelompok usia. Pada dewasa, sepsis umunya terdapat pada orang yang
mengalami imunocompomise, yang disebabkan karena adanya penyakit kronik
maupun infeksi lainnya

B. Saran
Dengan menyusun makalah ini, kami harap mampu meningkatkan
pemahaman serta menanggapi apa yang telah penulis susun untuk kemajuan
penulisan selanjutnya dan dalam bermanfaat dalam asuhan keperawatan dalam
kasus sepsis.

19
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Ediai 8.
Jakarta : EGC.

Doenges, Marilyn E.dkk. 2000. Rencana Perawatan. Jakarta : EGC.


Datta, Parul. 2007. Pediatric Nursing. JAYPEE:New Delhi
Maryunani, Anik. 2009. Asuhan Kegawatdaruratan & Penyulit Pada Neonatus.
Penerbit Buku Kesehatan: Jakarta
McMillan, Julia A. 2006. Oski’s Pediatrics Principles & Practice. Lippincott
Williams & Wilkins: USA
Mansjoer, Arif dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 2.
Jakarta : Media Aesculapius FK UI.
Muttaqin, Arif. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Dgn Gangguan Sistem
Pernapasan : Salemba
Setyohadi ,Bambang dkk.(2006), Buku ajar penyakit dalam .Jakarta . Fakultas
Kedokteran UI.

20
Staf pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. 1985. Ilmu Kesehatan. Jakarta : Info
Medika Jakarta.
Suwondo A. 2014. Kegagalan Multi organ dalam Siti.S., Alwi, I., Sudoyo.,
Marcellus, S., Bambang, S., Syam AF. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid
III Ed VII. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK
UI. 4099-4129
Surasmi, Asrining. 2003. Perawatan Bayi Resiko Tinggi. Penerbit Buku
Kedokteran EGC: Jakarta

21

Anda mungkin juga menyukai