SEPSIS
Disusun oleh :
Anita Febriana
P272200161 150
DIV KEPERAWATAN
SURAKARTA
2019
SEPSIS
A. PENGERTIAN
Sepsis adalah suatu kondisi dimana terjadi reaksi peradangan sistemik
(inflammatory sytemic rection) yang dapat disebabkan oleh invansi bakteri, virus, jamur
atau parasit. Selain itu, sepsis dapat juga disebabkan oleh adanya kuman-kuman yang
berproliferasi dalam darah dan osteomyelitis yang menahun. Efek yang sangat berbahaya
dari sepsis adalah terjadinya kerusakan organ dan dalam fase lanjut akan melibatkan lebih
dari satu organ.
Sepsis neonatorum adalah infeksi berat yang diderita neonatus dengan gejala
sistemik dan terdapat bakteri dalam darah. Perjalanan penyakit sepsis neonatorum dapat
berlangsung cepat sehingga seringkali tidak terpantau, tanpa pengobatan yang memadai
bayi dapat meninggal dalam 24 sampai 48jam.(perawatan bayi beriko tinggi, penerbit buku
kedoktoran, jakarta : EGC)
Sepsis neonatorum adalah infeksi bakteri pada aliran darah pada bayi selama empat
minggu pertama kehidupan. Insiden sepsis bervariasi yaitu antara 1 dalam 500 atau 1
dalam 600 kelahiran hidup.
B. ETIOLOGI
Bakteri gram negative yang sering menyebabkan sepsis adalah E. Coli, Klebsiella
Sp. Pseudomonas Sp, Bakteriodes Sp, dan Proteus Sp. Bakteri gram negative mengandung
liposakarida pada dinding selnya yang disebut endotoksin. Apabila dilepaskan dan masuk
ke dalam aliran darah, endotoksin dapat menyebabkan bergabagi perubahan biokimia yang
merugikan dan mengaktivasi imun dan mediator biologis lainnya yang menunjang
timbulnya shock sepsis.
C. MANIFESTASI
Tanda dan gejala umum dari sepsis adalah:
a. Demam atau hypothermia
b. Berkeringat
c. Anoreksia
d. Mual dan muntah
e. Kelemahan
f. Penurunan produksi urin
g. Gelisah dan perubahan status mental
Pada pasien sepsis kemungkinan ditemukan:
a. Perubahan sirkulasi
b. Penurunan perfusi perifer
c. Tachycardia
d. Tachypnea
e. Pyresia atau temperature <36°C
f. Hypotensi
g. Hipoksemia
h. Leukositosis/leukopenia
D. PATHWAY
E. PATOFISIOLOGI
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Kultur (luka, sputum, urine, darah) untuk mengindentifikasi organisme penyebab
sepsis. Sensitivitas menentukan pilihan obat-obatan yang paling efektif. Ujung jalur
kateter intravaskuler mungkin diperlukan untuk memindahkan dan memelihara jika
tidak diketahui cara memasukannya.
b. SDP : Ht mungkin meningkat pada status hipovolemik karena hemokonsentrasi.
Leukopenia (penurunan SDP) terjadi sebelumnya, dikuti oleh pengulangan
leukositosis (15.000 – 30.000) dengan peningkatan pita (berpiondah ke kiri) yang
mempublikasikan produksi SDP tak matur dalam jumlah besar.
c. Elektrolit serum ; berbagai ketidak seimbangan mungkin terjadi dan menyebabkan
asidosis, perpindahan cairan, dan perubahan fungsi ginjal.
d. Pemeriksaan pembekuan : Trombosit terjadi penurunan (trombositopenia) dapat terjadi
karena agregasi trombosit. PT/PTT mungkin memanjang mengindentifikasikan
koagulopati yang diasosiasikan dengan iskemia hati atau sirkulasi toksin atau status
syok.
e. Laktat serum meningkat dalam asidosis metabolic,disfungsi hati, syok.
f. Glukosa serum terjadi hiperglikemia yang terjadi menunjukan glukoneogenesis dan
glikogenolisis di dalam hati sebagai respon dari perubahan selulaer dalam
metabolisme.
g. BUN/Kr terjadi peningkatan kadar disasosiasikan dengan dehidrasi ,
ketidakseimbangan / gagalan hati.
h. GDA terjadi alkalosis respiratori dan hipoksemia dapat terjadi sebelumnya dalam tahap
lanjut hioksemia, asidosis respiratorik dan asidosis metabolic terjadi karena kegagalan
mekanisme kompensasi.
i. Urinalisis adanya SDP / bakteri penyebab infeksi. Seringkali muncul protein dan SDM.
j. Sinar X film abdominal dan dada bagian bawah yang mengindentifikasikan udara bebas
didalam abdomen dapat menunjukan infeksi karena perforasi abdomen / organ pelvis.
k. EKG dapat menunjukan perubahan segmen ST dan gelombang T dan disritmia yang
menyerupai infark miokard.
H. PENATALAKSANAAN
Menurut Opal (2012), penatalaksanaan pada pasien sepsis dapat dibagi menjadi :
1. Nonfarmakologi Mempertahankan oksigenasi ke jaringan dengan saturasi >70%
dengan melakukan ventilasi mekanik dan drainase infeksi fokal.
2. Sepsis Akut Menjaga tekanan darah dengan memberikan resusitasi cairan IV dan
vasopressor yang bertujuan pencapaian kembali tekanan darah >65 mmHg,
menurunkan serum laktat dan mengobati sumber infeksi.
a. Hidrasi IV, kristaloid sama efektifnya dengan koloid sebagai resusitasi cairan
b. Terapi dengan vasopresor (mis., dopamin, norepinefrin, vasopressin) bila rata-rata
tekanan darah 70 sampai 75 mm Hg tidak dapat dipertahankan oleh hidrasi saja.
Penelitian baru-baru ini membandingkan vasopresin dosis rendah dengan
norepinefrin menunjukkan bahwa vasopresin dosis rendah tidak mengurangi angka
kematian dibandingkan dengan norepinefrin antara pasien dengan syok sepsis.
c. Memperbaiki keadaan asidosis dengan memperbaiki perfusi jaringan dilakukan
ventilasi mekanik ,bukan dengan memberikan bikarbonat.
d. Antibiotik diberikan menurut sumber infeksi yang paling sering sebagai
rekomendasi antibotik awal pasien sepsis. Sebaiknya diberikan antibiotik spektrum
luas dari bakteri gram positif dan gram negative.cakupan yang luas bakteri gram
positif dan gram negative (atau jamur jika terindikasi secara klinis).
e. Pengobatan biologi Drotrecogin alfa (Xigris), suatu bentuk rekayasa genetika
aktifasi protein C, telah disetujui untuk digunakan di pasien dengan sepsis berat
dengan multiorgan disfungsi (atau APACHE II skor >24); bila dikombinasikan
dengan terapi konvensional, dapat menurunkan angka mortalitas. Universitas
Sumatera Utara
3. Sepsis kronis Terapi antibiotik berdasarkan hasil kultur dan umumnya terapi
dilanjutkan minimal selama 2 minggu.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Identitas
1. Identitas pasien berupa nama, tanggal lahir, umur (kurang dari 1 tahun atau lebih dari
65 tahun), jenis kelamin (perempuan memiliki angka kejadian lebih besar
dibandingkan dengan laki-laki), status, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, nomor
RM, diagnosa medis.
2. Identitas penanggung jawab berupa nama, tanggal lahir, jenis kelamin, status, agama,
pendidikan, pekerjaan, alamat, hubungan dengan pasien.
3. Catatan medis.
Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
Keadaan umum pada pasien sepsis didapatkan pasien mengalami demam akibat dari
proses infeksi yang terjadi. Namun, pada pasien bayi dan orang tua gambaran yang
lebih menonjol adalah hipotermia dibandingakan dengan hipertermia.
b. Pengkajian B1-B6
1. Breathing
Pasien dalam fase awal sepsis mengalami takipneu. Sekitar ¼ dari pasien
mengalami sindrom gangguan pernafasan akut (ARDS) dengan infiltrat paru
bilateral, hipoksemia dan kapiler paru tekanan <18mmHg.
2. Blood
Pada hasil laboratorium pasien sepsis biasanya ditemukan hasil leukosit tinggi
(leukositosis) akan tetapi tidak jarang juga ditemukan dengan hasil leukosit
rendah. Pada kasus sepsis pasien mengalami gelisah yang dapat menyebabkan
takikardia
3. Brain
Pada pasien sepsis mengalami disfungsi organ sehingga menyebabkan perubahan
pada status mental kemudian menjadi penyebab perubahan pada tingkat
kesadaran.
4. Bladder
Penurunan produksi urin (≤0,5ml/kgBB/jam) dikarenakan terjadi peningkatan
laktat plasma
5. Bowel
Pada pasien sepsis mengalami distensi abdomen, anoreksia, mual dan muntah
6. Bone
Pada pasien sepsis mengalami kemerahan, pembengkakan, lelah, malaise
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan pertukaran gas b.d Perubahan membran alveolus-kapiler
2. Resiko infeksi b.d Penyakit Kronis
3. Resiko syok b.d Sepsis
4. Perfusi Perifer Tidak Efektif b.d Penurunan aliran arteri dan atau vena
5. Hipertermia b.d Proses penyakit
6. Gangguan eliminasi urine b.d iritasi kandung kemih
7. Hipovolemia b.d kehilangan cairan aktif
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Gangguan Pertukaran Gas berhubungan dengan Perubahan membran alveolus-kapiler
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan
pertukaran gas kembali efektif
Kriteria hasil :
a. TTV dalam batas normal
b. Tidak muncul sianosis
c. Pasien tidak mengeluh sesak nafas
Intervensi : Terapi Oksigen
a. Monitor aliran oksigen secara periodic dan pastikan fraksi yang diberikan cukup
b. Monitor tanda-tanda hupoventilasi
c. Pertahankan kepatenan jalan napas
d. Bersihkan secret pada mulut, hidung dan trakea
e. Ajarkan pasien dan keluarga cara menggunakan oksigen di rumah
f. Kolaborasi penentuan dosis oksigen
Rasional :
a. Untuk mengetahui kondisi pasien
b. Untuk mengefektifkan pertukaran gas pasien
c. Untuk mempercepat proses penyembuhan
Carpenito, Lynda Juall. 2013. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8. Jakarta : EGC.
Mansjoer, Arif dkk. 2015. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 2. Jakarta : Media
Aesculapius FK UI.
Suwondo, Victoria Natasha, dkk. 2015. Karakteristik Dasar Pasien Sepsis Yang Meninggal
Di ICU RSUP Dr. Kariadi Semarang Periode 1Januari-31 Desember 2014.Media
Medika Muda, volume 4
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta
Selatan: DPP PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta
Selatan: DPP PPNI