“SEPSIS ENCEPHALOPHATY”
OLEH:
190070300111048
Kelompok 2B
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2020
Sepsis Encephalophaty
A. DEFINISI
Sepsis adalah suatu respon sistemik terhadap infeksi. Pada sepsis gejala klinis yang
terdapat pada SIRS diikuti oleh adanya bukti infeksi. Terminologi sepsis masih
membingungkan karena penggunaan yang tidak tepat dan berbagai macam definisi
yang menyebabkan kebingungan pada literatur medis. saat ini telah dibuat standardisasi
terminologi infeksi, bakteriemia, sepsis, dan septik syok sebagai usaha untuk
meningkatkan kemampuan untuk mendiagnosis, mengobati, danmembuat formulasi
untuk prognosa dari infeksi ini. Dalam terminologi yangbaru, sepsis mewakili subgrup
dalam “Systemic Inflamatory Response Syndrome” (SIRS) (Gordon MC 1997, Wheeler
AP 2004).
Sepsis adalah respon inflamasi sistemik yang disebabkan oleh berbagai macam
organisme yang infeksius; bakteri gram negatif, bakteri gram positif, fungi, parasit, dan
virus. Tidak semua individu yang mengalami infeksi menjadi sepsis, dan terdapat suatu
rangkaian dari beratnya infeksi dari proses yang terlokalisisir menjadi bakteriemia
sampai ke sepsis dan menjadi septik syok (Norwitz,2010).
Ensefalopati adalah suatu keadaan disfungsi otak yang ditimbulkan oleh berbagai faktor
penyebab antara lain gangguan vaskuler, metabolic, toksik, iskemia, hipoksia, dan lain-
lain, serta dapat disebabkan penyakit yang berat dan berkelajutan atau suatu infeksi.
Definisi berikut ini dibuat pada konsensus konfrensi dari Members of the American
College of Chest Physician/Society of Critical Care Medicine Consensus Confrence
Committee. American College of Chest Physician/Society of Critical Care Medicine
Consensus Confrence untuk berbagai macam manifestasi infeksi.
1. Infeksi: Fenomena mikroba dengan karakteristik adanya respon inflamasi karena
adanya mikroorganisme atau invasi dari jaringan host yang steril oleh organisme
ini.
2. Bakteriemia: Terdapatnya bakteri yang viabel pada darah.
3. Sepsis (simpel): Respon sistemik terhadap infeksi dengan manifestasi dua atau
lebih dari keadaan berikut ini:
Septik syok temperatur lebih dari 38°C atau kurang dari 36°C
Peningkatan denyut jantung lebih dari 90 kali per menit;
Takipnu, pernafasan lebih dari 20 kali per menit atau PaCO 2 kurang dari 32
mmHg.
Perubahan hitung lekosit, yaitu lekosit lebih dari 12.000/mm 3 atau kurang dari
4000/mm3, atau terdapatnya lebih dari 10% netrofil imatur.
4. Sepsis (berat): Sepsis yang disertai dengan disfungsi organ, hipoperfusi, atau
hipotensi. Hipoperfusi dan abnormalitas perfusi dapat termasuk, tetapi tidak
terbatas pada laktat asidosis, oliguria, atau perubahan status mental akut.
5. Multiple organ dysfunction syndrome (MODS) keadaan dimana ditemukan disfungsi
dari beberapa organ.
B. ETIOLOGI
Sepsis dapat disebabkan oleh infeksi bakteri gram negatif 70% (pseudomonas auriginosa,
klebsiella, enterobakter, echoli, proteus). Infeksi bakteri gram positif 20-40% (Stafilokokus
aureus, Stretokokus pneumokokus), infeksi jamur dan virus 2-3% (dengue hemorrhagic
fever, herpes viruses), protozoa (Malaria falciparum). Sedangkan pada kultur yang sering
ditemukan adalah pseudomonas, disusul oleh stapilokokus dan pneumokokus. Shock sepsis
yang terjadi karena infeksi gram negatif adalah 40% dari kasus, sedangkan gram positif
adalah 5-15% dari kasus (Root, 1991).
Penyebab terbesar sepsis adalah bakteri gram (-) yang memproduksi endotoksin
glikoprotein kompleks sedangkan bakteri gram (+) memproduksi eksotoksin yang
merupakan komponen utama membran terluar dari bakteri menghasilkan berbagai produk
yang dapat menstimulasi sel imun. Sel tersebut akan terpacu untuk melepaskan mediator
inflamasi. Produk yang berperan penting terhadap sepsis adalah lipopolisakarida (LPS).
LPS merangsang peradangan jaringan, demam dan syok pada penderita yang terinfeksi.
Struktur lipid A dalam LPS bertanggung jawab terhadap reaksi dalam tubuh penderita. LPS
endotoksin gram (-) dinyatakan sebagai penyebab sepsis terbanyak, dia dapat langsung
mengaktifkan sistme imun selular dan humoral, yang dapat menimbulkan perkembangan
gejala septikemia. LPS sendiri tidak mempunyai sifat toksik tetapi merangsang pengeluaran
mediator inflamasi yang bertanggung jawab terhadap sepsis. Makrofag mengeluarkan
polipeptida, yang disebut faktor nekrosis tumor (Tumor necrosis factor/TNF) dan interleukin
1 (IL-1), IL-6 dan IL-8 yang merupakan mediator kunci dan sering meningkat sangat tinggi
pada penderita immunocompromise (IC) yang mengalami sepsis.
Kultur darah positif pada 20-40% kasus sepsis dan pada 40-70% kasus syok septik. Dari
kasus-kasus dengan kultur darah yang positif, terdapat hingga 70% isolat yang ditumbuhi
oleh satu spesies bakteri gram positif atau gram negatif saja; sisanya ditumbuhi fungus atau
mikroorganisme campuran lainnya. Sepsis dapat dipicu oleh infeksi di bagian manapun dari
tubuh. Daerah infeksi yang paling sering menyebabkan sepsis adalah paru-paru, saluran
kemih, perut, dan panggul. Jenis infeksi yang sering dihubungkan dengan sepsis yaitu:
C. FAKTOR RISIKO
Faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya sepsis menurut beberapa
penelitian adalah sebagai berikut:
1. Umur
- Pasien yang berusia kurang dari 1 tahun dan lebih dari 65 tahun
2. Pemasangan alat invasive
- Venous catheter
- Arterial lines
- Pulmonary artery catheters
- Endotracheal tube
- Tracheostomy tubes
- Intracranial monitoring catheters
- Urinary catheter
3. Prosedur invasive
- Cystoscopic
- Pembedahan
4. Medikasi/Therapeutic Regimens
- Terapi radiasi
- Corticosteroids
- Oncologic chemotherapy
- Immunosuppressive drugs
- Extensive antibiotic use
5. Underlying Conditions
- Poor state of health
- Malnutrition
- Chronic Alcoholism
- Pregnancy
- Diabetes Melitus
- Cancer
- Major organ disease – cardiac, hepatic, or renal dysfunction
D. MANIFESTASI KLINIS
1. Manifestasi Kardiovaskular
a. Perubahan sirkulasi
Karakteristik hemodinamik utama dari syok septic adalah rendahnya tahanan
vaskular sitemik (TVS) ,sebagian besar karena vasodilatasi yang terjadi
Sekunder terhadap efek-efek berbagai mediator (prostaglandin, kinin, histamine
dan endorphin). Mediator-mediator yang sama tersebut juga dapat
menyebabkan meningkatnya permeabelitas kapiler, mengakibatkan
berkurangnya volume intravascular menembus membrane yang bocor, dengan
demikian mengurangi volume sirkulasi yang efektif. Dalam berespon terhadap
penurunan TVS dan volume yang bersirkulasi, curah jantung (CJ), biasanya
tinggi tetapi tidak mencukupi untuk mempertahankan perfusi jaringan dan organ.
Aliran darah yang tidak mencukupi sebagian dimanifestasikan oleh terjadinya
asidemia laktat.
Dalam hubungannya dengan vasodilatasi dan TVS yang rendah, terjadi
maldistribusi aliran darah. Mediator-mediator vasoaktif yang dilepaskan oleh
sistemik menyebabkan vasodilatasi tertentu dan vasokonstriksi dari jaringan
vascular tertentu, mengarah pada aliran yang tidak mencukupi ke beberapa
jaringan sedangkan jaringan lainnya menerima aliran yang berlebihan. Selain itu
terjadi respon inflamasi massif pada jaringan, mengakibatkan sumbatan kapiler
karena adanya agregasi leukosit dan penimbunan fibrin, dan berakibat
kerusakan organ dan endotel yang tidak dapat pulih.
b. Perubahan miokardial
Kinerja miokardial mengalami gangguan, dalam bentuk penurunan fraksi ejeksi
ventricular dan juga gangguan kontraktilitas. Factor depresan miokardial, yang
berasal dari jaringan pankreatik iskemik, adalah salah satu penyebabnya.
Terganggunya fungsi jantung juga diakibatkan oleh keadaan metabolic abnormal
yang diakibatkan oleh syok, yaitu adanya asidosis laktat, yang menurunkan
responsivitas terhadap katekolamin.
Dua bentuk pola disfungsi jantung yang berbeda terdapat pada syok septic.
Bentuk pertama dicirikan dengan curah jantung yang tinggi dan TVS yang
rendah, kondisi ini disebut dengan syok hiperdinamik. Bentuk kedua ditandai
dengan curah jantung yang rendah dan peningkatan TVS disebut sebagai syok
hipodinamik.
Gambar 2. Cardiovascular changes associated with septic shock and the effects of fluid
resuscitation.
A. Fungsi normal kardiovaskular, B. respon kardiovaskular pada syok septic, C. kompensasi
resusitasi cairan. (Sumber: Dellinger RP: Cardiovascular management of septic shock. Crit Care Med
2003;31: 946-955.)
2. Manifestasi Hematologi
Bakteri dan toksinnya menyebabkan aktivasi komplemen. Karena sepsis melibatkan
respon inflamasi global, aktivasi komplemen dapat menunjang respon-respon yang
akhirnya menjadi keadaan yang lebih buruk ketimbang melindungi.
Komplemen menyebabkan sel-sel mast melepaskan histamine. Histamine
merangsang vasodilatasi dan meningkatnya permeabelitas kapiler. Proses ini
selanjutnya menyebabkan perubahan sirkulasi dalam volume serta timbulnya edema
interstisial.
Abnormalitas platelet juga terjadi pada syok septic karena endotoksin secara tidak
langsung menyebabkan agregasi platelet dan selanjutnya pelepasan lebih banyak
bahan-bahan vasoaktif (serotonin, tromboksan A). platelet teragregasi yang
bersirkulasi telah diidentifikasi pada mikrovaskular, menyebabkan sumbatan aliran
darah dan melemahnya metabolism selular. Selain itu endotoksin juga mengaktivasi
system koagulasi, dan selanjutnya dengan menipisnya factor-faktor penggumpalan,
koagulapati berpotensi untuk menjadi koagulasi intravaskular disemanata.
3. Manifestasi Metabolik
Gangguan metabolic yang luas terlihat pada syok septic. Tubuh menunjukkan
ketidakmampuan progresif untuk menggunakan glukosa, protein, dan lemak sebagai
sumber energy. Hiperglikemia sering dijumpai pada pada awal syok karena
peningkatan glukoneogenesis dan resisten insulin, yang menghalangi ambilan glukosa
ke dalam sel. Dalam berkembangnya syok, terjadi hipoglikemia karena persedian
glikogen menipis dan suplai protein dan lemak perifer tidak mencukupi untuk
memenuhi kebutuhan metabolic tubuh.
Pemecahan protein terjadi pada syok septic, ditunjukkan oleh tingginya eksresi
nitrogen urine. Protein otot dipecah menjadi asam-asam amino, yang sebagian
digunakan untuk oksidasi dsan sebagian lain dibawa ke hepar untuk digunakan pada
proses glukoneogenesis. Pada syok tahap akhir, hepar tidak mampu menggunakan
asam-asam amino karena disfungsi metaboliknya, dan selanjutnya asam amino
tersebut terakumulasi dalam darah.
Dengan keadaan syok berkembang terus, jaringan adipose dipecah untuk
menyediakan lipid bagi hepar untuk memproduksi energi, metabolism lipid
menghasilkan keton,yang kemudian digunakan pada siklus kreb (metabolism
oksidatif), dengan demikian menyebabkan pembentukan laktat.
Pengaruh dari pada kekacauan metabolik ini menyebabkan sel menjadi kekurangan
energi. Deficit energi menyebabkan timbulnya kegagalan banyak organ Pada
keadaan multiple organ failure terjadi koagulasi, respiratory distress syndrome, payah
ginjal akut, disfungsi hepatobiller, dan disfungsi susunan saraf pusat seperti terlihat
pada tabel 3 (Dobb, 1991).
Pada penelitian para ahli didapatkan bahwa tambah banyak disfungsi organ
akanmeningkatkan angka mortalitas akibat sepsis. Pada susunan saraf pusat karena
terganggunya permeabelitas kapiler menyebabkan terjadinya odem otak peninggian
tekanan intrakranial akan menyebabkan terjadinya destruksi seluler atau nekrosis
jaringan otak (Plum, 1983). Tetapi defisit neurologik fokal dapat terjadi
akibatmeningkatnya aggregasi platelet dan eritrosit sehingga menyumbat aliran darah
serebral. Sedangkan DIC dapat mengakibatkan terjadinya perdarahan intra serebral.
Tabel 3. Kriteria Diagnosis Severe sepsis/Syok septik
Variable Umum
HR > 90x/mnt
Takipnea
Variabel inflamasi
WBC >12000,<4000 mm
Variabel heodinamik
SVO2 > 70 %
CRT> 2 detik
Pa O2/FiO2 <300
Platelet <100000mm
4. Manifestasi Pulmonal
Endotoxin mempengaruhi paaru-paru baik langsung maupun tidak langsung. Respon
pulmonal awal adalah bronkokonstriksi, mengakibatkan hipertensi pulmonal dan
peningkatan kerja pernapasan. Neutrofil teraktifasi dan menginviltrasi jaringan pulmonal dan
vaskulatur, menyebabkan akumulasi air ekstravaskular paru-paru (edema pulmonal).
Neutrofil yang teraktivasi menghasilkan bahan-bahan lain yang mengubah integritas sel-sel
parenkim pulmonal, mengakibatkan peningkatan permeabelitas. Dengan terkumpulnya
cairan di interstisium, komplians paru berkurang, terjadinya gangguan pertukaran gas dan
terjadi hipoksemia.
E. PATOFISIOLOGI
(terlampir)
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
h. GDA terjadi alkalosis respiratori dan hipoksemia dapat terjadi sebelumnya dalam
tahap lanjut hioksemia, asidosis respiratorik dan asidosis metabolic terjadi karena
kegagalan mekanisme kompensasi.
i. Urinalisis adanya SDP / bakteri penyebab infeksi. Seringkali muncul protein dan
SDM.
j. Sinar X film abdominal dan dada bagian bawah yang mengindentifikasikan udara
bebas didalam abdomen dapat menunjukan infeksi karena perforasi abdomen /
organ pelvis.
Pseudomonas Gentamisin
- Klindamisin: 4 x 0,5 g/hari
Kloramfenikol/klindamis
Bacteroides iv
in
Penatalaksanaan hipotensi dan syok septik merupakan tindakan resusitasi yang perlu
dilakukan sesegera mungkin. Resusitasi dilakukan secara intensif dalam 6 jam pertama,
dimulai sejak pasien tiba di unit gawat darurat. Tindakan mencakup airway: a) breathing; b)
circulation; c) oksigenasi, terapi cairan, vasopresor/inotropik, dan transfusi bila diperlukan.
Pemantauan dengan kateter vena sentral sebaiknya dilakukan untuk mencapai tekanan
vena sentral (CVP) 8-12 mmHg, tekanan arteri rata-rata (MAP)>65 mmHg dan produksi urin
>0,5 ml/kgBB/jam.
1. Oksigenasi
Hipoksemia dan hipoksia pada sepsis dapat terjadi sebagai akibat disfungsi atau
kegagalan sistem respirasi karena gangguan ventilasi maupun perfusi. Transpor
oksigen ke jaringan juga dapat terganggu akibat keadaan hipovolemik dan
disfungsi miokard menyebabkan penurunan curah jantung. Kadar hemoglobin
yang rendah akibat perdarahan menyebabkan daya angkut oleh eritrosit
menurun. Transpor oksigen ke jaringan dipengaruhi juga oleh gangguan perfusi
akibat disfungsi vaskuler, mikrotrombus dan gangguan penggunaan oksigen oleh
jaringan yang mengalami iskemia.
Oksigenasi bertujuan mengatasi hipoksia dengan upaya meningkatkan saturasi
oksigen di darah, meningkatkan transpor oksigen dan memperbaiki utilisasi
oksigen di jaringan.
2. Terapi cairan
Hipovolemia pada sepsis perlu segera diatasi dengan pemberian cairan baik
kristaloid maupun koloid. Volume cairan yang diberikan perlu dimonitor
kecukupannya agar tidak kurang ataupun berlebih. Secara klinis respon terhadap
pemberian cairan dapat terlihat dari peningkatan tekanan darah, penurunan
ferkuensi jantung, kecukupan isi nadi, perabaan kulit dan ekstremitas, produksi
urin, dan membaiknya penurunan kesadaran. Perlu diperhatikan tanda kelebihan
cairan berupa peningkatan tekanan vena jugular, ronki, gallop S3, dan
penurunan saturasi oksigen.
Pada keadaan serum albumin yang rendah (< 2 g/dl) disertai tekanan hidrostatik
melebihi tekanan onkotik plasma, koreksi albumin perlu diberikan. Transfusi
eritrosit (PRC) perlu diberikan pada keadaan perdarahan aktif, atau bila kadar Hb
rendah pada keadaan tertentu misalnya iskemia miokardial dan renjatan septik.
Kadar Hb yang akan dicapai pada sepsis dipertahankan pada 8-10 g/dl.
3. Vasopresor dan inotropik
Vasopresor sebaiknya diberikan setelah keadaan hipovolemik teratasi dengan
pemberian cairan secara adekuat, tetapi pasien masih mengalami hipotensi.
Terapi vasopresor diberikan mulai dosis rendah secara titrasi untuk mencapai
MAP 60 mmHg, atau tekanan sistolik 90 mmHg. Untuk vasopresor dapat
digunakan dopamin dengan dosis >8 mcg/kg/menit, norepinefrin 0,03-1,5
mcg/kg/menit, fenileferin 0,5-8 mcg/kg/menit atau epinefrin 0,1-0,5 mcg/kg/menit.
Inotropik yang dapat digunakan adalah dobutamin dosis 2-28 mcg/kg/menit,
dopamin 3-8 mc/kg/menit, epinefrin 0,1-0,5 mcg/kg/menit atau inhibitor
fosfodiesterase (amrinon dan milrinon).
4. Bikarbonat
Secara empirik, bikarbonat dapat diberikan bila pH <7,2 atau serum bikarbonat
<9 meq/l, dengan disertai upaya untuk memperbaiki keadaan hemodinamik.
5. Disfungsi renal
Sebagai terapi pengganti gagal ginjal akut dapat dilakukan hemodialisis maupun
hemofiltrasi kontinu (continuous hemofiltration). Pada hemodialisis digunakan
gradien tekanan osmotik dalam filtrasi substansi plasma, sedangkan pada
hemofiltrasi digunakan gradien tekanan hidrostatik. Hemofiltrasi dilakukan
kontinu selama perawatan, sedangkan bila kondisi telah stabil dapat dilakukan
hemodialisis.
6. Nutrisi
Pada sepsis kecukupan nutrisi berupa kalori, protein, asam lemak, cairan,
vitamin dan mineral perlu diberikan sedini mungkin, diutamakan pemberian
secara enteral dan bila tidak memungkinkan beru diberikan secara parenteral.
7. Kortikosteroid
Saat ini terapi kortikosteroid diberikan hanya pada indikasi insufisiensi adrenal,
dan diberikan secara empirik bila terdapat dugaan keadaan tersebut.
Hidrokortison dengan dosis 50mg bolus intravena 4 kali selama 7 hari pada
pasien renjatan septik menunjukkan penurunan mortalitas dibanding kontrol
(Chen dan Pohan, 2007)
H. ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian Pendekatan ABCDE
Airway
Kaji jumlah pernasan lebih dari 24 kali per menit merupakan gejala yang signifikan
Kaji saturasi oksigen
Periksa gas darah arteri untuk mengkaji status oksigenasi dan kemungkinan asidosis
Berikan 100% oksigen melalui non re-breath mask
Auskulasi dada, untuk mengetahui adanya infeksi di dada
Periksa foto thorak
Circulation
Kaji denyut jantung, >100 kali per menit merupakan tanda signifikan
Monitoring tekanan darah, tekanan darah <>
Periksa waktu pengisian kapiler
Pasang infuse dengan menggunakan canul yang besar
Berikan cairan koloid – gelofusin atau haemaccel
Pasang kateter
Lakukan pemeriksaan darah lengkap
Siapkan untuk pemeriksaan kultur
Catat temperature, kemungkinan pasien pyreksia atau temperature kurang dari 36oc
Siapkan pemeriksaan urin dan sputum
Berikan antibiotic spectrum luas sesuai kebijakan setempat.
Disability
Bingung merupakan salah satu tanda pertama pada pasien sepsis padahal sebelumnya
tidak ada masalah (sehat dan baik). Kaji tingkat kesadaran dengan menggunakan AVPU.
Exposure
Jika sumber infeksi tidak diketahui, cari adanya cidera, luka dan tempat suntikan dan tempat
sumber infeksi lainnya.
Sepsis yang berat didefinisikan sebagai sepsis yang menyebabkan kegagalan fungsi organ.
Jika sudah menyembabkan ancaman terhadap kehidupan maka pasien harus dibawa ke
ICU, adapun indikasinya sebagai berikut:
Diagnosa Perencanaan
No Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil
(NANDA) Intervensi (NIC)
(NOC)
1 Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan
NIC: Airway Management
pola nafas keperawatan
selama Posisikan pasien untuk
berhubungan ………..pasien memaksimalkan ventilasi
dengan penurunan menunjukkan keefektifan
Pasang mayo bila perlu
ekspansi paru, pola nafas, dibuktikan
Lakukan fisioterapi dada
asites. dengan kriteria hasil: jika perlu
- Mendemonstrasikan Keluarkan sekret dengan
batuk efektif dan suara batuk atau suction
nafas yang bersih, tidak
Auskultasi suara nafas,
ada sianosis dan dyspneu catat adanya suara tambahan
(mampu mengeluarkan
Berikan bronkodilator, jika
sputum, mampu bernafas diperlukan
dg mudah, tidakada
Berikan pelembab udara
pursed lips)
Kassa basah NaCl Lembab
- Menunjukkan jalan nafas
Atur intake untuk cairan
yang paten (klien tidak
mengoptimalkan keseimbangan.
merasa tercekik, irama
nafas,
frekuensi Monitor respirasi dan status
pernafasan O2
dalam
rentang normal, tidak ada Bersihkan mulut,
suara nafas abnormal) hidung dan secret trakea
- Tanda Tanda vital dalam Pertahankan jalan
rentang normal (tekanan nafas yang paten
darah, nadi, pernafasan) Observasi adanya
tanda tanda hipoventilasi
Monitor adanya
kecemasan pasien terhadap
oksigenasi
Monitor vital sign
Informasikan pada
pasien dan keluarga tentang
tehnik relaksasi untuk
memperbaiki pola nafas.
Ajarkan bagaimana
batuk efektif
Monitor pola nafas
2 Penurunan curah Setelah dilakukan asuhan NIC:
jantung selama………penurunan Evaluasi adanya nyeri dada
berhubungan kardiak output klien teratasi Catat adanya disritmia
dengan perubahan dengan kriteria hasil: jantung
afterload dan Tan Catat adanya tanda dan
preload da Vital dalam rentang gejala penurunan cardiac putput
normal (Tekanan darah, Monitor status pernafasan
Nadi, respirasi) yang menandakan gagal
Dap jantung
at mentoleransi aktivitas, Monitor balance cairan
tidak ada kelelahan Monitor respon pasien
Tid terhadap efek pengobatan
ak ada edema paru, antiaritmia
perifer, dan tidak ada Atur periode latihan dan
asites istirahat untuk menghindari
Tid kelelahan
ak ada penurunan Monitor toleransi aktivitas
kesadaran pasien
AG Monitor adanya dyspneu,
D dalam batas normal fatigue, tekipneu dan ortopneu
Tid Anjurkan untuk
ak ada distensi vena menurunkan stress
leher Monitor TD, nadi, suhu, dan
War RR
na kulit normal Monitor VS saat pasien
berbaring, duduk, atau berdiri
Auskultasi TD pada kedua
lengan dan bandingkan
Monitor TD, nadi, RR,
sebelum, selama, dan setelah
aktivitas
Monitor jumlah, bunyi dan
irama jantung
Monitor frekuensi dan irama
pernapasan
Monitor pola pernapasan
abnormal
Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
Monitor sianosis perifer
Monitor adanya cushing
triad (tekanan nadi yang
melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign
Jelaskan pada pasien
tujuan dari pemberian oksigen
Sediakan informasi untuk
mengurangi stress
Kelola pemberian obat anti
aritmia, inotropik, nitrogliserin
dan vasodilator untuk
mempertahankan kontraktilitas
jantung
Kelola pemberian
antikoagulan untuk mencegah
trombus perifer
Minimalkan stress
lingkungan
Penyebab (Mikroorganisme)
Masuk ke dalam tubuh melalui pembuluh darah
Viremia/bakterimia
Mengenai otak
Terjadi inflamasi
Di encephalon
mengenai CNS fungsi substansia alba, korteks serebri
berkurang
PTIK
kesadaran menurun
Gangguan nyeri
kepala
Gangguan cairan
dan elektrolit Gangguan perfusi
jaringan cerebral
Transmisi impuls berkurang
Akumulasi sekret
kejang
kelemahan neurologis
Gangguan mobilisasi
DAFTAR PUSTAKA
Dolan’s,1996, Critical care nursing clinical management through the nursing process, Davis
Company, USA.
Hudak galo, 1996, keperawatan Kritis pendekatan holistik edisi IV, EGC, Jakarta.
Linda D, Kathleen, M Stacy, Mary E.L, 2006, Critical care nursing diagnosis and
management, Mosby, USA.
Monahan, Sand, Neighbors, 2007. Phipps Medical surgical nursing, Mosby, St Louis.
Persatuan Dokter spesialis penyakit dalam Indonesia.2006, Buku ajar ilmu penyakit dalam,
PDSPDI. Jakarta.
JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
A. IdentitasKlien
Nama : Ny. L................................. No. RM : 1143xxx
Usia : 72 tahun Tgl. Masuk : 09 Maret 2020
Jeniskelamin : Perempuan....................... Tgl. Pengkajian : 16 Maret 2020
Alamat : Gadingrejoso.................... Sumber informasi : Keluarga pasien
No. telepon : -........................................ Nama keluarga dekat
Status pernikahan :Janda................................ yang bisa di hubungi : Ny. Y
Agama : Islam................................. Status : Anak
Suku : Jawa................................. Alamat : Lawang
Pendidikan : SD.................................... No. telepon :-
Pekerjaan : Tidak Bekerja .................. Pendidikan : SD
Lama berkerja : -........................................ Pekerjaan : IRT..................................
B. Status kesehatanSaatIni
1. Keluhan utama : Klien mengalami penurunan kesadaran
2. Lama keluhan : 1 Hari sebelum MRS
3. Kualitas keluhan : Klien tidak sadar
4. Faktor pencetus : Riwayat Diabetes Melitus 13 tahun yang lalu...........................................
5. Faktor pemberat : Sepsis......................................................................................................
6. Upaya yg. telah dilakukan :Membawa ke RS terdekat dan kemudian dirujuk ke RSSA
7. Diagnosa medis :
a. Septik Encephalopaty.....................................................................Tanggal 09 Maret 2020
b. Ulkus Dekubitus Grade II................................................................Tanggal 09 Maret 2020
c. Diabetic Foot Pedis D Wagner I......................................................Tanggal 09 Maret 2020
d. Hiperkalemia...................................................................................Tanggal 09 Maret 2020
5. Obat-obatan yg digunakan:
Jenis Lamanya Dosis
Tidak ada............................................. Tidak ada.............................. Tidak ada.................................
E. Riwayat Keluarga
Keluarga mengatakan tidak ada yang memiliki riwayat penyakit seperti klien dan tidak ada
yang memiliki penyakit kronis lainnya seperti jantung, ginjal, hipertensi dan diabetes melitus.
Genogram
Keterangan:
= Laki-laki
= Perempuan
Keterangan: X= Meninggal
= Laki-laki
= Pasien
= Perempuan
= Tinggal serumah
X = Meninggal
= garis pernikahan
Tn. K Ny. L (72th)
= Pasien = garis keturunan
= Tinggal serumah
Tn. U (50th)
= garis pernikahan
Ny. Y (45th) Tn. Q (48th)
Ny. E (49th)
= garis keturunan
F. Riwayat Lingkungan
Jenis Rumah Pekerjaan
Kebersihan Bersih, disapu 2kali sehari dan dipel .......................................................
Bahaya kecelakaan Minimal, jauh dari bahaya kecelakaan ....................................................
.......................................................
Polusi Minimal, jauh dari pabrik................ .......................................................
Ventilasi Baik, jendela dibuka setiap hari...... .......................................................
Pencahayaan Baik, jendela dibuka setiap pagi..... .......................................................
.................................... .................................................... ..........................................................
G. PolaAktifitas-Latihan
Rumah RumahSakit
Makan/minum 0.............................. 3...........................
Mandi 0.............................. 3...........................
Berpakaian/berdandan 0.............................. 3...........................
Toileting 0.............................. 4...........................
Mobilitas di tempat tidur 0.............................. 4
Berpindah 0.............................. 4...........................
Berjalan 0.............................. 4...........................
Naik tangga 0.............................. 4...........................
Pemberian Skor: 0 = mandiri, 1 = alat bantu, 2 = dibantu orang lain, 3 = dibantu orang lain lebih dari 1 orang, 4
= tidakmampu
I. Pola Eliminasi
Rumah RumahSakit
BAK:
- Frekuensi/pola 5-6kali.............................. Volume 1800cc/24jam..................
- Konsistensi Cair.................................. Cair .............................................
- Warna & bau Kuning jernih, bau khas.... Kuning jernih, bau khas................
- Kesulitan Tidak ada......................... Tidak ada.....................................
- Upaya mengatasi Tidak ada ........................ Tidak ada.....................................
BAB:
- Frekuensi/pola 1 kali/hari..................................... 1kali/hari...................................
- Konsistensi Lembek....................................... Cair...........................................
- Warna&bau Khas feses.................................. Khas feses................................
- Kesulitan Tidak ada.................................... Tidak ada..................................
- Upaya mengatasi Tidak ada.................................... Tidak ada..................................
J. Pola Tidur-Istirahat
Rumah RumahSakit
Tidur siang:Lamanya 1jam...................................... Klien tidak sadar.........................
- Jam …s/d… 14.00-15.00.......................... Klien tidak sadar........................
- Kenyamanan stlh.tidur Tidak terjaki.......................... Tidak terkaji...............................
Tidur malam: Lamanya 5jam...................................... Klien tidak sadar.........................
- Jam …s/d… 23.00-04.00.......................... Klien tidak sadar........................
- Kenyamanan stlh. tidur Tidak terkaji.......................... Tidak terkaji...............................
- Kebiasaan sblm. tidur Tidak ada.............................. Tidak terkaji...............................
- Kesulitan Tidak terkaji.......................... Tidak terkaji...............................
- Upaya mengatasi Tidak terkaji.......................... Tidak terkaji...............................
M. Konsep Diri
1. Gambaran diri: Tidak terkaji
2. Ideal diri: Tidak Terkaji
3. Harga diri: Tidak Terkaji
4. Peran: Tidak terkaji
5. Identitas diri : Tidak terkaji
O. Pola Komunikasi
1. Bicara: ( ) Normal ( )Bahasa utama: Jawa
( ) Tidak jelas ( ) Bahasa daerah: Jawa
( ) Bicara berputar-putar ( ) Rentang perhatian:............................
( ) Mampu mengerti pembicaraan orang lain( ) Afek:..................................................
() Klien tidak bisa diajak berkomunikasi
2. Tempat tinggal: () Bersama
( ) Kos/asrama
( ) Bersama orang lain, yaitu:...........................................................................
3. Kehidupan keluarga
a. Adat istiadat yg dianut: Jawa
b. Pantangan & agama yg dianut: Tidak ada
c. Penghasilan keluarga: ( ) < Rp. 250.000 ( ) Rp. 1 juta – 1.5 juta
( ) Rp. 250.000 – 500.000 ( )Rp. 1.5 juta – 2 juta
( ) Rp. 500.000 – 1 juta ( ) > 2 juta
P. Pola Seksualitas
1. Masalah dalam hubungan seksual selama sakit: Tidak Terkaji
2. Upaya yang dilakukan pasangan:
( ) perhatian ( ) sentuhan () Tidak terkaji
R. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum: Klien tampak tidak sadar, lemah, GCS 111
Kesadaran: Koma
Tanda-tanda vital: - Tekanandarah : 140/90mmHg - Suhu :36,5oC
- Nadi :96x/menit RR :26 x/menit
Tinggibadan: .....................................cm BeratBadan:.........................kg
LLA : 33,5cm ......................................... TL: 40cm
2. Kepala & Leher
a. Kepala:
- Inspeksi : Bentuk kepala bulat, tidak ada massa, rambut berwarna hitam dengan
beberapa rambut berwarna putih (beruban)
- Palpasi : Tidak teraba adanya massa dan oedema
b. Mata:
- Inspeksi : Mata kanan dan kiri simetris, pupil mata berespon terhadap cahaya,
konjungtiva anemis, dan sklera anikterik
c. Hidung:
- Terpasang NGT, terpasang O2 NRBM 10 lpm, terdapat secret di hidung
berwarna putih jernih
d. Mulut & tenggorokan:
- Inspeksi : Mukosa bibir lembab, tidak ada perdarahan, terdapat pernapasan
mulut
e. Telinga:
- Inspeksi : Bentuk telinga simetris, tidak ada luka, tidak ada serumen
- Palpasi : Tidak teraba massa
f. Leher:
- Inspeksi : Tidak ada pembesaran JVP, tidak ada kekakuan
- Palpasi : Tidak teraba adanya massa
3. Thorak & Dada:
Jantung
- Inspeksi: Terpasang CVP di dada dextra atas, tidak ada benjolan, tidak ada luka,
tidak terlihat pulsasi ictus kordis
- Palpasi: Pulsasi ictus kordis teraba di ICS 5 midclavicula sinistra
- Perkusi: Dullness
- Auskultasi: S1 dan S2 normal, tunggal, regular lup dup
Paru
- Inspeksi: Dada kanan dan kiri simetris, tidak ada luka dan kemerahan pada
dada, terpasang CVP pada dada dextra bagian atas, tidak ada perdarahan, tidak
tampak penggunaan retraksi dinding dada
- Palpasi: Tidak teraba massa
- Perkusi: Terdengar bunyi sonor
- Auskultasi: Rhonci disemua lapang paru +/+
+/+
+/+
6. Abdomen
Inspeksi: Perut tampak rounded, umbilikus ditengah, tidak ada luka, tidak ada
memar, kulit putih normal bersih
Palpasi: Tidak ada pembesaran, tidak ada asites
Perkusi: Terdengar timpani
Auskultasi: Bising usus 12x/menit
7. Genetalia & Anus
Inspeksi: Tidak ada luka, tidak ada kemerahan
Palpasi: Tidak ada massa, tidak ada edema
8. Ekstermitas
Atas: Warna kulit putih, terpasang gelang identitas di tangan kiri, kekuatan otot
kanan 0 dan kiri 0, akral hangat, CRT <2 detik, edema +/+
Bawah: Warna kulit putih, kekuatan otot kanan 0 dan kiri 0, terdapat luka pada
tumit kanan, akral hangat, CRT <2 detik, edema +/+
9. Sistem Neorologi
GCS = 111 (Koma)
10. Kulit & Kuku
Neutrofil 90,3 % 51 – 67 ↑
Limfosit 5,5 % 25 – 33 ↓
3,5 % 2–5
Monosit
0,11 103/µL
Eosinophil absolut
0,15 103/µL
Basophil absolut
31,46 103/µL
Neutrophil absolut
1,93 103/µL
Limfosit absolut
1,21 103/µL
Monosit absolut
3,10 % 0,16 – 1 ↑
Immature granulosit (%) 3
1,07 10 /µL
Immature granulosit
ELEKTROLIT
Natrium (Na) 144 mmol/L 136 – 145
Kalium (K) 5.50 mmol/L 3,5 – 5,0 ↑
Klorida (Cl) 120 mmol/L 98 – 106 ↑
Tanggal 15 Maret 2020 Jam 05.20 WIB
ELEKTROLIT
Natrium (Na) 142 mmol/L 136 – 145
Kalium (K) 6,62 mmol/L 3,5 – 5,0 ↑
Klorida (Cl) 119 mmol/L 98 – 106 ↑
Tanggal 15 Maret 2020 Jam 08.58 WIB
FAAL GINJAL
Ureum 163,00 mg/dL 16,6 – 48,5 ↑
Kreatinin 2,71 mg/dL <1,2 ↑
Tanggal 15 Maret 2020 Jam 20.06 WIB
ELEKTROLIT
Natrium (Na) 144 mmol/L 136 – 145
Kalium (K) 6,66 mmol/L 3,5 – 5,0 ↑
Klorida (Cl) 117 mmol/L 98 – 106 ↑
Tanggal 16 Maret 2020 jam 05.24 WIB
ELEKTROLIT
Natrium (Na) 143 mmol/L 136 – 145
Kalium (K) 6,96 mmol/L 3,5 – 5,0 ↑
Klorida (Cl) 120 mmol/L 98 – 106 ↑
FAAL GINJAL
Ureum 154,20 mg/dL 16,6 – 48,5 ↑
Kreatinin 1,96 mg/dL <1,2 ↑
KIMIA KLINIK
Glukosa Darah Puasa 246 mg/dL <140 ↑
Tanggal 16 Maret 2020 Jam 09.18
KIMIA KLINIK
Glukosa Darah 2 jam PP 121 mg/dL <140
Tanggal 16 Maret 2020 Jam 11.58 WIB
ELEKTROLIT
Natrium (Na) 142 mmol/L 136 – 145
Kalium (K) 5,75 mmol/L 3,5 – 5,0 ↑
Klorida (Cl) 121 mmol/L 98 – 106 ↑
T. Terapi
- O2 NRBM 10 lpm
- Diet cair DM 6 x 200cc via NGT
- IV Meropenem 3 x 1 gram
- IV Fluconazole 1 x 200mg
- IV Paracetamol 1 gram k/p
- SC Levemir 0 – 10 iu
- SC Novorapid 6 x 2 iu
- IVFD NS 0,45% 100cc/jam selama 17 jam
- IVFD NS 0.9% 1000cc/24 jam
- Nebul Combivent/8 jam
- P.o Kalitek 2 x 1 5 gram
- IV Furosemid 28 mg
Tanggal 16 Maret 2020 Koreksi Hiperkalemia
- IV Ca Gluconas 10
- IVFD D40% 2 flash
- IV Insulin Novorapid 10 iu
W.Perencanaan Pulang
Tujuan pulang: Ke rumah
Transportasi pulang: Mobil
Dukungan keluarga: Dukungan dari anak dan cucu
Antisipasi bantuan biaya setelah pulang: Menggunakan BPJS kesehatan
Antisipasi masalah perawatan diri setalah pulang: Menjaga makanan dan minuman
yang dikonsumsi agar tidak memperberat penyakit DM dan luka DM
Pengobatan: Rutin konsumsi obat untuk DM
Rawat jalan ke: Poli Penyakit Dalam
Hal-hal yang perlu diperhatikan di rumah: Menjaga kesehatan, semangat untuk
sembuh
ANALISA DATA
Ruang : 26 IPD
lapang paru ↓
+|+ ↓
- SpO2 98%
- Hasil pemeriksaan
mikrobiologi klinik tanggal
14/03/2020 didapatkan hasil
kultur sputum terdapat
bakteri Acinetobacter
baumannii MDR
2. DS: DM sejak 13 tahun yang lalu Kerusakan Integritas
- Keluarga ↓ Jaringan
mengatakan terdapat luka Defisiensi insulin
pada kaki kanan (tumit) ± 1 ↓
minggu sebelum MRS di Glukagon meningkat
RSSA dan terdapat luka ↓
juga dibagian punggung Glukoneogenesis
- Keluarga ↓
mengatakan klien memiliki Lemak
penyakit DM sejak 13 tahun ↓
yang lalu, namun tidak rutin Ketogenesis
minum obat ↓
Ketonemia
DO: Asidosis (KAD)
- Terdapat luka pada ↓
kaki kanan (tumit berwarna Penurunan kesadaran
merah, tidak ada pus (penumpukan zat
- Hasil pemeriksaan ↓
- Klien membutuhkan ↓
Diagnosa 2
Diagnosa Keperawatan : Kerusakan Integritas Jaringan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam, kerusakan integritas jaringan
dapat teratasi agar luka dapat terawat dengan baik
Kriteria Hasil : Sesuai indicator NOC
NOC: Integritas jaringan: kulit dan membran mukosa
No Indikator 1 2 3 4 5
.
1. Lesi pada kulit berat cukup sedan ringan tidak
berat g ada
2. Nekrosis
3. Suhu kulit >38, 37,8- 37,2- 36,6- 36-
3 38,3 37,7 37,1 36,5
Keterangan
Sepsis:
1. 75% s. d 100% jaringan luka tertutup
2. > 50 % dan <75% luka tertutup
3. 25 % permukaan luka tertutup
4. < 25 % permukaan luka tertutup
5. Tidak ada jaringan nekrotik
Diagnosa 3
Diagnosa Keperawatan : Risiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 7 jam diharapkan kadar
glukosa darah dalam batas normal
Kriteria Hasil : Sesuai indicator NOC
NOC: Kadar Glukosa Darah
No Indikator 1 2 3 4 5
.
1. Glukosa Darah Sewaktu
2. Glukosa Darah Puasa
JUDUL JURNAL:
TAHUN TERBIT:
1. 2016
2. 2015
3. 2012
PEMBAHASAN:
1. Dari LP yang dibuat dan pengkajian yang dilalukan adakah keterkaitan, apa saja dan
mengapa?
Sepsis adalah respon inflamasi sistemik yang disebabkan oleh berbagai macam
organisme yang infeksius; bakteri gram negatif, bakteri gram positif, fungi, parasit, dan
virus. Ensefalopati adalah penurunan status mental atau tingkat kesadaran sebagai
akibat proses penyakit diluar otak.
Ada keterkaitan antara LP dan pengkajian yang dikarenakan oleh:
Sepsis: Leukosit meningkat (34,86 103/µL), neutrophil meningkat (90,3% ) yang
dikarenakan oleh infeksi bakteri Acinetobacter Baumanii (Hasil pemeriksaan mikrobiologi
klinik terdapat bakteri pada darah dan sputum yaitu Acinetobacter baumannii)
Ensefalopati: klien mengalami penurunan kesadaran ± 6 hari, terdapat luka pada kaki
kanan bagian tumit ± 1 minggu dan luka pada punggung, dalam kondisi koma, GCS 111,
edema ekstremitas atas +/+ dan ektremitas bawah +/+.
TERAPI INDIKASI
O2 NRBM 10 lpm Mencegah hipoksia pada pasien dengan
penurunan kesadaran
Memberikan makanan dalam bentuk cair
yang dapat memenuhi kebutuhan cairan
tubuh yang mudah diserap dan hanya
Diet cair DM 6 x 200cc via NGT sedikit meninggalkan sisa (residu) dan
mengontrol kadar gula darah (kontrol
metabolic) pada pasien dengan
penurunan kesadaran
IV Meropenem 3 x 1 gram Meropenem diindikasikan sebagai terapi
empiris, sebelum mikroorganisme
penyebab infeksi teridentifikasi dan juga
untuk penyakit yang disebabkan oleh
oleh satu bakteri atau lebih baik pada
orang dewasa maupun anak anak.
Meropenem disetujui di USA untuk di
gunakan dalam terapi complicated
intraabdominal infection, complicated skin
and skin structure infection dan meningitis
yang disebabkan oleh
bakteri(baldwin,2008)
Antibiotik yang diberikan pada pasien
dengan infeksi gram positif dan gram
negatif, aerobik dan anaerobik.
Obat yang digunakan untuk mengobati
infeksi jamur. Bagian tubuh yang bisa
terinfeksi oleh jamur ini meliputi vagina,
Fluconazole 1 x 200mg mulut, tenggorokan, kerongkongan,
rongga perut, paru, saluran kemih, dan
aliran darah. Obat ini termasuk golongan
triazole generasi pertama.
sebagai antipiretik dan analgesic.
Paracetamol bekerja dengan cara
mengurangi produksi zat penyebab
IV Paracetamol 1 gram k/p peradangan, yaitu prostaglandin. Dengan
penurunan kadar prostaglandin di dalam
tubuh, tanda peradangan seperti demam
dan nyeri akan berkurang.
insulin buatan yang digunakan untuk
membantu kontrol gula darah pada
SC Levemir 0 – 10 iu
pasien diabetes, baik diabetes tipe satu
maupun tipe dua.
Digunakan untuk mengurangi tingkat gula
darah tinggi pada orang dewasa, remaja
SC Novorapid 6 x 2 iu
dan anak-anak yang berusia 10 tahun ke
atas dengan diabetes mellitus.
Untuk menghidrasi dan dapat digunakan
untuk menilai statusginjal, karena lebih
banyak air diberikan daripada garam. Hal
ini juga dapatdigunakan dalam
IVFD NS 0,45% 100cc/jam selama 17 jam pengobatan diabetes hiperosmolar di
mana penggunaan dextrosetidak
disarankan dan adanya kebutuhan untuk
sejumlah besar cairan tanpa kelebihanion
natrium
IVFD NS 0.9% 1000cc/24 jam Cairan kristaloid yang mengandung
natrium dan clorida. Cairan infus ini
digunakan untuk menggantikan cairan
tubuh yang hilang, mengoreksi
ketidakseimbangan elektrolit, dan
menjaga tubuh agar tetap terhidrasi
dengan baik.
digunakan untuk mengatasi penyakit
saluran pernapasan, seperti PPOK atau
asma. Obat ini juga diindikasikan untuk
perawatan penyumbatan hidung, radang
Nebul Combivent/8 jam selaput lendir dan bronkospasme.
Memiliki cara kerja dengan membuka
saluran udara ke paru-paru serta
melakukan relaksasi atau mengendurkan
otot-otot pada saluran napas.
digunakan ketika jumlah kalium dalam
darah sangat tinggi (hiperkalemia)
P.o Kalitek 2 x 1 5 gram
sebagai akibat dari gagal ginjal akut dan
kronik.
untuk mengurangi cairan berlebih dalam
tubuh (edema) yang disebabkan oleh
IV Furosemid 28 mg
kondisi seperti gagal jantung, penyakit
hati, dan ginjal.
IV Ca Gluconas 10 digunakan untuk mencegah atau
mengatasi defisiensi kalsium.
diberikan untuk terapi hipokalsemi dan
hiperkalemi. Kalsium glukonas
biladiberikan secara IV (intra vena) harus
diberikan secra pelan. Pemberian secara
cepat akan mengakibatkan vasodilatasi
pembuluh darah, penurunan tekanan
darah, bradikardi dan aritmia jantung,
bahkan dapat menimbulkan cardiac
arrest. Oleh karenanya pemberian per IV
baik secarabolus maupun continuous
perlu monitoring tekanan darah dan nadi.
Reaksi ini disebabkan penurunan kalium
secara derastis dalam waktu yang cepat.
Penurunan kalium akan mengakibatkan
penurunan kontraktilitas sel otot-otot,
termasuk sel otot jantung.Sehingga
mengakibatkan penurunan nadi dan
vasodilatasi pembuluh darah.
cairan infus yang berisi larutan dextrose
yang dapat digunakan untuk memenuhi
kebutuhan glukosa dalam tubuh ketika
IVFD D40% 2 flash pasien tidak dapat meminum cairan yang
cukup atau dibutuhkan tambahan dari luar
demi menjaga keseimbangan cairan dan
elektrolit.
untuk mengurangi tingkat gula darah
tinggi pada orang dewasa, remaja dan
IV Insulin Novorapid 10 iu
anak-anak yang berusia 10 tahun ke atas
dengan diabetes mellitus.
4. Apa yang dapat saudara aplikasikan ke renpra pasien dari hasil jurnal yang saudara
baca?
Jurnal 1
memberikan oksigen aliran tinggi; O2NRBM 10 lpm
mengambil kultur darah sebelum pemberian antibiotik tetapi tidak menunda
pengobatan; (hasil: acetobacter baumanii)
memberikan antibiotik intravena empiris (pemberian meropenem)
mulai resusitasi cairan intravena dengan kristaloid; (IVFD 45%, 0,9%)
memulai pemantauan keluaran urin baik melalui kateter atau grafik
Jurnal 2
Bundle care mencakup lima langkah inti: penilaian risiko, penilaian kulit, permukaan
yang menyokong, nutrisi dan reposisi. Masing-masing elemen ini penting dalam
merawat ulkus dekubitus. Sesuai dengan intervensi NIC pada diagnose 2
Jurnal 3