Anda di halaman 1dari 33

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK S DENGAN PENYAKIT JANTUNG BAWAAN

PATENT DUCTUS ARTERIOSUS (PDA)

DI RUMAH SAKIT MURNI TEGUH MEMORIAL HOSPITAL MEDAN

TAHUN 2022

KELOMPOK 5 :

Roman Lorisma Manalu A.Md.Kep

Eni Loeriani Br Karo, A.Md.Kep

Ns. Ni Wayan Manik Ardita Sari, S.Kep

Pelatihan Keperawatan Kardiovaskular Tingkat Dasar Murni Teguh Memorial Hospital

2022
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit jantung bukan hanya monopoli orang dewasa, melainkan juga di alami anakanak.
 Sejak masa dalam rahim, manusia rentan terhadap kelainan jantung bawaan yang terjadi pa
da masa organ tubuh vital tersebut.
Pusat  Jantung Nasional Harapan Kita menyebutkan dari  1.000 bayi yang lahir hidup di ber
bagai daerah di Tanah Air, enam hingga sembila di antaranya mengindap kelainan jantung b
awaan. Dengan demikian, tiap tahun sedikitnya 40.000 bayi hidup dengan jantung bocor. M
ayoritas bayi yang lahir dengan penyakit jantung bawaan (PJB) itu meninggal sebelum berus
ia satu tahun. Sementara bayi yang bisa diselamatkan melalui pembedahan hanya 800 hingg
a 900 kasus pertahun, sebagian besar dilakukan di Pusat jantung Harapan Kita. Berbeda den
gan angka kasus penyakit jantung reumatik yang cenderung menurun namun dalam beberap
a tahun terakhir, jumlah kasus kelainan jantung bawaan justru tidak menurun.Terjadinya kel
ainan jantung bawaan masih belum jelas namun dipengaruhi oleh beberapa faktor, termasuk 
genetik. Ada  beberapa faktor yang dapat menimbulkan gangguan jantung  yang  dapat meni
mbulkan gangguan jantung yang terjadi pada masa kehamilan tiga bulan pertama, antara lai
n paparan sinar rontgen, trauma fisik dan psikis, serta minum jamu atau pil kontrasepsi.
Kelainan jantung bawaan juga dapat terjadi  jika ibu dan janin berusia di atas 40 tahun, men
derita penyakit kencing manis, campak dan hipertensi (darah tinggi) serta jika ayah dan ibu 
merokok saat janin berusia 3 bulan dalam rahim.
Patent Ductus Arteriosus (PDA) adalah kegagalan menutupnya ductus arteriosus (arteri
yang menghubungkan aorta dan arteri pulmonal) yang terjadi pada minggu pertama
kehidupan, yang menyebabkan mengalirnya darah dari aorta yang bertekanan tinggi ke
arteri pulmonal yang bertekanan rendah. Penyakit jantung bawaan yang kompleks terutama
ditemukan pada bayi dan anak. Apabila tidak di operasi, kebanyakan akan meninggal waktu
bayi. Apabila penyakit jantung bawaan ditemukan pada orang dewasa, hal ini menunjukkan
bahwa pasien tersebut mampu melalui seleksi alam, atau telah mengalami tindakan operasi
dini pada usia muda. Penyebab terjadinya penyakit jantung bawaan belum dapat diketahui
secara pasti, tetapi ada beberapa faktor yang diduga mempunyai pengaruh pada peningkatan
angka kejadian penyakit jantung bawaan. Adapun gejala paten ductus arteriosus pada bayi
Kadang-kadang terdapat tanda-tanda gagal jantung, Machinery mur-mur persisten (sistolik,
kemudian menetap, paling nyata terdengar di tepi sternum kiri atas

1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi PatenT Ductus Arteriosus ?
2. Apa penyebab Paten Ductus Arteriosus?
3. Bagaimana manifestasi klinik pada Paten Ductus Arteriosus?
4. Bagaimana pathways pada Paten Ductus Arteriosus?
5. Bagaimana pemeriksaaan penunjang dan penatalaksanaan pada Paten Ductus
Arteriosus?
6. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada kasus Paten Ductus Arteriosus?
1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui definisi dari Paten Ductus Arteriosus (PDA)


2. Untuk mengetahui penyebab dari Paten Ductus Arteriosus (PDA)
3. Untuk mengetahui manifestasi klinik dari Paten Ductus Arteriosus (PDA)
4. Untuk mengetahui pathways dari Ductus Paten Arteriosus (PDA)
5. Untuk mengetahui pemeriksaaan penunjang dan penatalaksanaan pada Paten Ductus
Arteriosus
6. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan pada kasus Paten Ductus Arteriosus
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. PatenT Ductus Arteriosus (PDA)

1. Pengertian

Patent Ductus Arteriosus (PDA) adalah tetap terbukanya duktus arteriosus


setelah lahir, yang menyebabkan dialirkannya darah secara langsung dari aorta
(tekanan lebih tinggi) ke dalam arteri pulmoner (tekanan lebih rendah). (Betz &
Sowden, 2002 ; 375)

Duktus Arteriosus adalah saluran yang berasal dari arkus aorta ke VI pada
janin yang menghubungkan arteri pulmonalis dengan aorta desendens. Pada bayi
normal duktus tersebut menutup secara fungsional 10 – 15 jam setelah lahir dan
secara anatomis menjadi ligamentum arteriosum pada usia 2 – 3 minggu. Bila
tidak menutup disebut Duktus Arteriosus Persisten (Patent Ductus Arteriosus :
PDA). (Buku ajar Kardiologi FKUI, 2001 ; 227)

Paten duktus arteriosus adalah kegagalan penutupan duktus arteriosus


(pembuluh arteri yang menghubungkan aorta dengan arteri pulmonalis) pada bayi
berusia beberapa minggu pertama. (Wong, 2009).
2. Etiologi
Penyebab terjadinya penyakit jantung bawaan belum dapat diketahui
secara pasti, tetapi ada beberapa faktor yang diduga mempunyai pengaruh pada
peningkatan angka kejadian penyakit jantung bawaan :

a. Faktor prenatal diantaranya :


1) Ibu menderita penyakit infeksi : Rubella.
2) Ibu alkoholisme.
3) Umur ibu lebih dari 40 tahun.
4) Ibu menderita penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang memerlukan insulin.
5) Ibu meminum obat-obatan penenang atau jamu
b. Faktor geneti diantaranya :
1) Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan.
2) Ayah / Ibu menderita penyakit jantung bawaan.
3) Kelainan kromosom seperti Sindrom Down.
4) Lahir dengan kelainan bawaan yang lain.

3. Manifestasi Klinis
a. Gawat nafas disertai tanda-tanda gagal jantung pada bayi khususnya yang
lahir premature. Gangguan pernafasan ini di sebabkan oleh pemintasan aliran
darah dalam jumlah sangat besar ke dalam paru-paru melalui duktus
arteriosus yang terbuka (paten) dan peningkatan beban kerja pada jantung
sebelah kiri.
b. Bising Gipson (machinery mur- mur yang klasik), bising yang terus menerus
terdengar disepanjang systole dan diastole pada anak yang lebih besar dan
dewasa akibat pemintasan aliran darah dari aorta ke dalam arteri pulmonaris
pada saat systole dan diastole. (bising ini terdengar paling jelas pada daerah
basis kordis, yaitu pada ruang sela iga kedua kiri di bawah klavikula kiri. Bising
tersebut dapat mengaburkan bunyi S2 namun bising ini pada shunt kanan ke
kiri mungkin tidak ada).
c. Vibrasi (thrill) yang teraba saat meragukan palpasi pada tepi kiri sternum;
gejala ini disebabkan oleh pemintasan aliran darah dari aorta pulmonaris.
d. Implus ventrikel kiri yang nyata akibat hipertrofi ventrikel kiri denyut nadi
perifer yang memantul (nadi corigan) akibat keadaan aliran yang tinggi.
e. Tekanan nadi yang melebar akibat kenaikan tekanan sistolik dan terutama
akibat penurunan tekanan diastolik pada saat darah memintas melalui PDA
dan dengan demikian mengurangi tahapan tepi.
f. Motorik yang lambat akibat gagal jantung.
g. Kegagalan tumbuh kembang akibat gagal jantung.
h. Keletihan dan dispenea pada saat melakukan kegiatan yang dapat terjadi
pada dewasa yang mengalami PDA yang tidak terdeteksi

4. Patofisiologi
Normalnya, duktus arteriosus menutup pada saat kadar postragladin yang
dihasilkan plasenta menurun dan kadar oksigen meningkat. Proses penutupan ini
harus segera di mulai ketika bayi menarik nafas yang pertama tetapi bias saja
memerlukan waktu 3 bulan pada beberapa anak.
Pada PDA, resistensi relative pada pembuluh darah pulmoner serta sistemik
dan ukuran duktus menentukan jumlah darah mengalami pemintasan aliran atau
shunt dari kanan ke kiri karena peningkatan dalam aorta, darah bersih akan
mengalami shun dari aorta melalui duktus arteriosus ke dalam arteri pulmonaris.
Darah akan kembali ke dalam jantung kiri dan dipompa sekali lagi ke dalam aorta.
Atrium kiri dan ventrikel kiri harus menampung aliran balik vena aliran
pulmonaris sehingga terjadi kenaikan tekanan pengisian dan beban kerja jantung
kiri. Keadaan akan mengadakan hipertrofi ventrikel kiri dan mungkin pula gagal
jantung. Pada stadium akhir PDA yang tidak dikoreksi shun kiri ke kanan yang
akan menimbulkan hipertensi arteri pulmonaris yang kronis dan kemudian
menjadi resisten serta tidak responsive terhadap terapi. Hal ini menyebabkan
pembalikan shunt sehingga darah kotor ini memasuki sirkulasi sistemik dan
menimbulkan sianosis.
a. Mekanisme Sirkulasi Darah Janin
Dalam sistem peredaran darah janin tidak hanya melibatkan pembuluh darah
saja tetapi juga melibatkan organ tubuh janin di antaranya sebagai berikut :
1) Plasenta
Tempat terjadinya pertukaran darah bersih dengan yang kotor.
2) Umbilikalis
Mengalirkan darah dari plasenta ke janin dan dari janin ke plasenta.
3) Hati
Terdapatnya percabangan antara vena porta dengan duktus venosus
arantii.
4) Jantung
Terdapatnya foramen ovale yang langsung menyalurkan darah dari atr ium
dekstra ke atrium sinistra.
5) Paru-paru
Terdapatnya duktus arteriosus bothalli.

Mekanisme sirkulasi darah janin

Peredaran darah janin digambarkan langsung sebagai berikut :


Mula- mula darah yang kaya akan oksigen dan nutrisi yang berasal dari
plasenta masuk ke janin melalui vena umbilikus yang bercabang dua
setelah memasuki dinding perut yaitu :
a) Cabang yang kecil bersatu dengan vena aorta, darahnya beredar
dalam hati dan kemudian diangkut melalui vena hepatika ke vena
cava inferior.
b) Cabang satunya lagi duktus venosus arantii yang langsung masuk ke
dalam vena cava inferior. Darah dari vena cava inferior masuk ke
atrium kanan dan sebagian besar darah dari atrium kanan akan
dialirkan ke atrium kiri melalui foramen ovale. Sebagian kecil darah
dari atrium kanan masuk ke ventrikel kanan bersama-sama dengan
darah yang berasal dari vena cava superior
c) Darah dari ventrikel kanan ini dipompakan ke paru-paru melalui arteri
pulmonalis, karena adanya tahanan dari paru-paru yang belum
mengembang maka darah yang terdapat pada arteri pulmonalis
sebagian akan dialirkan ke aorta melalui duktus arteriosus bothalli
dan sebagian kecil akan menuju paru-paru dan selanjutnya ke atrium
sinistra melaui vena pulmonalis.
Sementara itu darah yang terdapat pada atrium kiri kemudian
dialirkan ke ventrikel kiri dan diteruskan ke seluruh tubuh melaui
aorta guna memberikan oksigen dan nutrisi bagi tubuh bawah. Cabang
aorta bagian bawah ini menjadi 2 (dua) arteri hipograstika interna
yang mempunyai cabang arteri umbilikalis. Darah yang miskin nutrisi
dan banyak karbondioksida serta sisa metabolisme akan dikembalikan
ke plasenta melalui arteri umbilikalis ke plasenta melalui arteri
umbilikalis untuk diteruskan ke ibu.
b. Mekanisme Sirkulasi Darah Pada Bayi Baru Lahir
Setelah janin dilahirkan, bayi menghisap udara dan menangis kuat, hal
ini akan paru-parunya berkembang, tekanan dalam paru-paru mengecil dan
darah akan terisap ke dalam paru-paru, dengan demikian duktus arteosus botali
tidak berfungsi dan karena tekanan dalam atrium sinistra meningkat maka
foramen ovale akan tertutup dan menjadi tidak berfungsi lagi. Ketika tali pusat
dipotong dan diikat, arteri umbilikalis dan duktus venosus arantii akan
mengalami obiliterasi, dengan demikian setelah bayi lahir maka kebutuhan
oksigen dipenuhi oleh udara yang dihisap ke paru-paru dan kebutuhan nutrisi
dipenuhi oleh makanan yang dicerna dengan sistem pencernaansendiri.
Perubahan sirkulasi pasca lahir :
1) Tahanan vascular paru menurun dan tahanan sistemik meningkat sehingga
aliran darah ke paru meningkat.
Ketika bayi menangis untuk pertama kalinya akan mengakibatkan
paru-paru berkembang, hal itu akan mengakibatkan tahanan vaskular paru
berkurang dengan cepat tapi tidak segera diikuti penurunan tekanan arteri
pulmonalis. Penurunan tekanan arteri pulmonalis disebabkan perubahan
pada dinding arteiol paru.
2) Tahanan sistemik meningkat
Tekanan darah sistemik tdk segera meningkat tapi berangsur-angsur
bahkan bisa terjadi penurunan tekanan darah dulu dalam 24 jam pertama.
Pengaruh hipoksi di sini tidak bermakna.
3) Penutupan Duktus arteosus
Penutupan anatomis dimulai segera setelah lahir tapi penutupan
sempurna . sebagian besar bayi baru terjadi setelah beberapa bulan, .pada
sebagian kecil sampai umur satu tahun. Secara fungsional DA kiri dan
kanan masih dilewati darah sampai beberapa jam bahkan
beberapa hari. Pada hipoksia, pirau kanan ke kiri bertambah. DA
persisten sering terjadi pada keadaan yang menyebabkan hipoksia seperti
sindrom gangguan pernafasan, prematuritas dan bayi lahir di dataran
tinggi.
4) Penutupan Foramen ovale
Tidak menutup secara fungsinal pada jam-jam pertama setelah lahir. Pirau
kanan ke kiri masih dapat terjadi pada 50% bayi yang menangis sampai
usia 8 hari paska lahir. Meski foramen ovale masih paten sampai usia
sampai usia 5 tahun (50%) dan masih tetap terbuka pada umur lebih dari
25 tahun (25%) tetapi FO tidak berfungsi lagi setelah satu minggu.
Bila FO menutup sebelum janin lahir akan menyebabkan kardiomegali in
utero yang bisa menyebabkan gagal jantung kanan.
5) Penutupan Duktus venosus
Bila semua perubahan fisiologis berlangsung normal maka sirkulasi ekstra
uterin yang terjadi akan berlangsung normal yaitu darah dari paru menuju
ke atrium kiri lalu ke ventrikel kiri selanjutnya menuj u aorta ke seluruh
tubuh kemudian darah dari perifer melalui vena kava superior dan inferior
menuju atrium kanan, ventrikel kanan dan melalui arteri pulmonalis
masuk lagi ke dalam paru.
Patologi???

5. Pemeriksaan Diagnostik

c. Ekhokardiografi
Rasio atrium kiri terhadap pangkal aorta lebih dari 1,3:1 pada bayi cukup
bulan atau lebih tinggi dari 1,0 pada bayi praterm (disebabkan oleh
peningkatan volume atrium kiri sebagai akibat dari pirau kiri ke kanan).
d. Pemeriksaan dengan Doppler berwarna
e. EKG
Bervariasi sesuai tingkat keparahan, PDA kecil tida ada abnormalitas,
hipertrofi ventrikel kiri pada PDA yang lebih besar.
f. Kateterisasi jantung
Akan mengungkapkan tekanan normal atau meningkatkan dalam
ventrikel kanana dan arteri pulmonalis. Adanya darah yang telah di
oksigenisasi dalam arteri pulmonalis memastikan adanya pintasan kiri ke
kanan, seperti juga dengan kurva hidrogen dan pengenceran indikator. Contoh-
contoh darah yang diambil dari ke dua vena cava, atrium kanan dan ventrikel
kanan memperlihatkan kandungan oksigen yang sebanding. Dengan
insufisiensi katup pulmonal mungkin dijumpai peningkatan kandungan
oksigen dalam darah ventrikel kanan. Kateter tersebut akan melewati duktus
dan masuk ke dalam aorta desendens. Penyuntikan bahan kontras ke dalam
aorta asenden memperlihatkan opasitas arteri pulmonalis berasal dari aorta dan
dapat mengenali duktus.
g. Pemeriksaan roengenografis
Pada umumnaya untuk memperlihatkan arteri pulmonalis yang menonjol
dan peningkatan tanda-tanda pembuluh darah paru. Besar jantung tergantung
pada derajat pintasan kiri ke kanan, jantung dapat tetap normal atau
mengalami pembesaran sedang hingga hebat. Ruangan-ruangan yang terlibat
adalah atrium dan ventrikel kiri. Tonjolan aorta tampak normal atau menonjol
dan berdenyut dengan kuat. Secara jarang dijumpai adanya perkapuran
didalam dinding duktus tersebut.

6. Penatalaksanaan
a. Pembedahan untuk ligasi duktus jika penatalaksanaan medis tidak bias
mengendalikan gagal jantung (bayi dengan PDA Asimpetomatik tidak
memerlukan penanganan segera. Apabila gejala ringan, ligasi PDA dengan
pembedahan biasanya baru dilakukan setelah usia 1 tahun)
b. Pemberian indometasin (inhibitor prostaglandin) untuk menimbulkan spasme
ductus dan penutupan pada bayi premature
c. Terapi profilaksis dengan anti biotic untuk melindungi bayi dari endokaditis
infeksiosa
d. Penangganan gagal jantung melalui pembatasan cairan, pemeberian diuretic
dan digoksin.
e. Terapi lain termasuk kateterisasi jantung, untuk menaruh sumbat atau
umbrella(benda seperti payung) dalam ductus arteriosus yang akan
menghentikan pemintasan.

7. Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Gangguan


Paten Ductus Arteriosus
a. Pengkajian
1) Anamnesa
a) Identitas ( Data Biografi)

PDA sering ditemukan pada neonatus, tapi secara fungsional


menutup pada 24 jam pertama setelah kelahiran. Sedangkan secara
anatomic menutup dalam 4 minggu pertama. PDA ( Patent Ductus
Arteriosus) lebih sering insidens pada bayi perempuan 2 x lebih
banyak dari bayi laki- laki. Sedangkan pada bayi prematur
diperkirakan sebesar 15 %. PDA juga bisa diturunkan secara genetik
dari orang tua yang menderita jantung bawaan atau juga bisa karena
kelainan kromosom.

b) Keluhan Utama
Pasien dengan PDA biasanya merasa lelah, sesak napas.
c) Riwayat penyakit sekarang

Pada pasien PDA, biasanya akan diawali dengan tanda-tanda


respiratory distress, dispnea, tacipnea, hipertropi ventrikel kiri, retraksi
dada dan hiposekmia.

d) Riwayat penyakit terdahulu

Perlu ditanyakan apakah pasien lahir prematur atau ibu


menderita infeksi dari rubella.

e) Riwayat penyakit keluarga

Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita


penyakit PDA karena PDA juga bisa diturunkan secara genetik dari
orang tua yang menderita penyakit jantung bawaan atau juga bisa
karena kelainan kromosom.

f) Riwayat Psikososial

Meliputi tugas perasaan anak terhadap penyakitnya, bagaimana


perilaku anak terhadap tindakan yang dilakukan terhadap dirinya,
perkembangan anak, koping yang digunakan, kebiasaan anak, respon
keluarga terhadap penyakit anak, koping keluarga dan penyesuaian
keluarga terhadap stress.

b. Pemeriksaan Fisik
1) Pernafasan B1 (Breath)
Nafas cepat, sesak nafas ,bunyi tambahan ( marchinery murmur ),adanyan
otot bantu nafas saat inspirasi, retraksi.
2) Kardiovaskuler B2 ( Blood)
Jantung membesar, hipertropi ventrikel kiri, peningkatan tekanan darah
sistolik, edema tungkai, clubbing finger, sianosis.
3) Persyarafan B3 ( Brain)
Otot muka tegang, gelisah, menangis, penurunan kesadaran.
4) Perkemihan B4 (Bladder)
Produksi urin menurun
(oliguria).
5) Pencernaan B5 (Bowel)
Nafsu makan menurun (anoreksia), porsi makan tidak habis.
6) Muskuloskeletal/integument B6 (Bone)
Kemampuan pergerakan sendi terbatas,
kelelahan.

c. Diagnosa Keperawatan
1) Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan
volume sekuncup
2) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ventilasi-perfusi
3) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplei dan kebutuhan oksigen

d. Intervensi Keperawatan
DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI
KEPERAWATAN HASIL KEPERAWATAN
(Nursing Outcome) (Nursing Interventions
Classication)

INDIKATOR IR ER
1. Tekanan darah
dalam batas
yang
diharapkan
2. RR dalam
batas yang
diharapkan
3. Tidak terdapat
angina
4. Kelemahan
ekstermitas
tidak ada
Penurunan curah Setelah dilakukan tindakan Cardiac Care
jantung berhubungan keperawatan selama......x 24 jam, 1. Evaluasi adanya
diharapakan curah jantung nyeri dada.
dengan perubahan
normal.
volume sekuncup. 2. Catat adanya tanda dan
Kriteria hasil:
Cardiac Pump Effectiveness gejala penurunan cardiac
output.
3. Monitor / melihat
monitor untuk melihat
adanya perubahan
tekanan darah.
4. Atur periode latihan
dan istirahat untuk
menghindari kelelahan.
5. Monitor / melihat
toleransi aktifitas pasien.
Keterangan : 6. Monitor / melihat adanya
1. Keluhan ekstrim
2. Keluhan berat dypsnea, patigue,
3. Keluhan sedang takipnea dan ortopnea
4. Keluhan ringan
5. Tidak ada keluhan

Gangguan pertukaranSetelah dilakukan tindakan Airway Management


1. posisikan pasien untuk
gas berhubungan keperawatan selama......x 24 jam,
diharapakan gangguan pertukaran memaksimalkan ventilasi
dengan
gas dapat teratasi.
2. pemasangan alat
Kriteria hasil:
respiratory status : ventilation jalan nafas buatan
3. lakukan fisioterapi dada
INDIKATOR IR ER
1. Peningkatan 4. keluarkan sekret
ventilasi dan dengan batuk atau
oksigenasi yang suction
adekuat 5. Auskultasi suara
2. Kebersihan nafas, catat adanya
paru-paru suara tambahan
3. Mendemonstras
ikan batuk
efektif dan
suara nafas
yang bersih

Keterangan :
1. Keluhan ekstrim
2. Keluhan berat
3. Keluhan sedang
4. Keluhan ringan
5. Tidak ada keluhan

Intoleransi aktivitas
Setelah dilakukan tindakan Activity Therapy
1. Kolaborasikan dengan
berhubungan dengan keperawatan selama......x 24 jam,
diharapakan intoleransi aktivitas tenaga rehabilitasi medik
ketidakseimbangan dapat teratasi
dalam merencanakan
antara suplei dan
kebutuhan oksigen Kriteria hasil: program terapi yang tepat
Activity Tolerance 2. Bantu klien untuk
INDIKATOR IR ER
1. Mampu mengidentivikasi aktivitas
melakukaan yang mampu dilakukan
aktivitas 3. Bantu untuk
sehari-hari
2. TTD normal mendapatkan alat
3. Level bantuan aktivitas
kelemahan 4. Bantu klien untuk
Keterangan : membuat jadwal
1. Keluhan ekstrim
latihan diwaktu luang
2. Keluhan berat
3. Keluhan sedang
4. Keluhan ringan
5. Tidak ada keluhan
BAB III
TINJAUAN KASUS

1. Demografi
Tanggal Pengkajian : 12 Oktober 2022
Nama : An. S M
Tanggal lahir : 23 November 2008 (12 tahun 11 bulan)
Jenis kelamin : Perempuan
Pendidikan : SMP
Agama : Kristen Prostetan
Golongan Darah : O/+
Alamat : Jl. Abadi Lingk. VI, Pasir Bidang, Sarudik Kab.
Tapanuli Tengah
2. Riwayat Keluarga
Pasien anak ke 5 dari 5 saudara
Nama ayah : Tn. T Nama Ibu : Ny. T
Umur : 57 thn Umur : 51 thn
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Golongan Darah : O/+ Golongan Darah : A/+
Agama : Kristen Protestan Agama : Kristen Protestan
Suku : Batak Suku : Batak

3. Riwayat kehamilan dan Persalinan


Pre Natal Care :
- Umur ibu saat mengandung 38 thn
- Gravida ke-5
- Gangguan trimester pertama : riwayat perdarahan (-), riwayat sakit
selama hamil (-), riwayat minum obat warung dan jamu (-)
- Kontrol teratur di puskesmas
Persalinan
- Lahir dibantu oleh : Dokter
- Tipe persalinan : Normal
- Lahir : cukup bulan
- BBL : 2700 gram
- PB : 4,6 cm
- Apgar Score : menangis kuat, warna kulit pink, nafas spontan
4. Keluhan utama saat ini
Mudah lelah saat beraktivitas, sering batuk dan pilek.
5. Riwayat Immunisasi
BCG ; lengkap, DPT lengkap, Polio : lengkap, Campak ; lengkap,
6. Riwayat Kesehatan sebelumnya
Pasien mengatakan beberapa bulan belakangan mudah kelelahan
saat beraktivitas, sesak nafas, sering batuk pilek, berat badan sulit naik.
Saat pertama kali memeriksaan diri ke dokter, ibu pasien mengatakan saat
itu dokter mengatakan ada yang aneh dengan suara jantung anaknya, lalu
dianjurkan untuk ke RS untuk pemeriksaan lebih lanjut. Saat pemeriksaan
pada bulan Mei 2022 di RS, ditemukan hasil pemeriksaan echo adalah
moderate to large PDA.
7. Riwayat penyakit yang menyertai
- RRTI (-)
- Serangan kejang spell (-)
- Feeding Difficulty (-)
- Gagal tumbuh kembang (-)
- Alergi (-)
- Down Syndrom (-)
8. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada riwayat penyakit jantung di keluarganya yang menyertai.
9. Riwayat Personal dan Sosial
- Pertumbuhan dan Perkembangan : keluarga mengatakan tidak ada
gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada anaknya
- Komunikasi : normal
- Aktivitas sehari-hari : mandiri
- Sumber dana : orang tua
10. Kebiasaan
- Minum : minum air putih 6 gelas/hari
- Makan : makan 3 kali/hari, porsi sedikit
- Tidur : 8-10 jam/hari
- Buang Air Besar : 1-2 kali sehari, tidak ada keluhan
- Buang Air Kecil: 3-4 kali sehari
-
11. Pemeriksaan Fisik
a. Penampilan Umum
- Kesadaran Baik (Compos Mentis)
- TB/BB : 140 cm/ 38 kg
- Status Nutrisi : kurang
- Tanda-Tanda Vital : TD 103/74 mmHg
Nadi 74 kali/menit
RR 22 kali /menit
Suhu 36.0ºC
SpO2 99%
- Sianotik (-)
b. Kepala dan Leher
- Muka : ekspresi wajah cemas
- Kepala : normal
- Mata : konjunctiva normal, sklera normal
- Hidung : bentuknya simetris, infeksi (-), epistaksis (-), slem (+) Pilek (+)
- Bibir : pink, normal
- Gigi/Mulut : normal, gusi normal
- Leher : distensi vena jugularis (-)

c. Thoraks
- Pergerakan dada simetris
- Bentuk dada : normal
- Bentuk punggung : normal
- Kelainan dada yang lain : tidak ada
- Thrill (-)
- Menggunakan otot tambahan : tidak ada
d. Abdomen
- Pulsasi abdomen : normal
- Asites : tidak ada
- Hepatomegali : tidak
- Umbilical : normal
- Bising usus : normal

e. Ekstremitas
- Warna : normal
- Clubbing : tidak
- Capillary Refill : normal < 3 detik
f. Kulit
-Warna : normal
- Kelembaban : lembab
- Suhu : 36.00 C
- Turgor : elastis
- Edema : tidak ada.
- Lesi : tidak ada
- Petekhea : tidak ada
- Mongoloid spot : ya
g. Auskultasi
- Paru : vesikuler (+), ronkhi +/+, wheezing -/-
- Jantung : SI normal, S2 normal, bising continoisu grade III/6, gallop (-)
12. Pemeriksaan Diagnostik
a. Foto thorax tanggal 10 Oktober 2022
Foto thorak supine
Foto asimetris
Cor tidak membesar.
Sinuses dan diafragma normal.
- Pulmo:
Hili normal.
Corakan bronkovaskuler normal.
Tidak tampak infiltrate
Kesimpulan: Cor dan pulmo dalam batas normal
b. ECHO tanggal 23 Mei 2022
Situs solitus, AV-VA concordance
Normal pulmonary vein drainages
Intact IAS
Intact IVS
Dilated LA-LV
Normal AV and semilunar valve
Moderate to large PDA (ukuran 5-6mm) L-R shunt
Left aortic arch, No CoA
Good contractility
No PE
Kesimpulan : Moderate to large PDA

c. Laboratorium
- Tanggal 10 Oktober 2022
PEMERIKSAAN HASIL NILAI NORMAL SATUAN
HEMATOLOGI
Hemoglobin (HB) 12.1 11.5-14.0 g/dl
Leukosit 7.76 4.00-10.50 10^3/µL
Eritrosit 4.58 4.10-5.30 10^3/µL
Thrombosit 308 150-450 10^3/µL
Hematokrit 36.8 35.0-45.0 %
MPV 8.8 6.0-9.5 fL
RDW 16.2 11.5-14.0 %
Nilai-nilai MC
MCV 80.3 78.0-95.0 fL
MCH 26.5 26.0-32.0 pg
MCHC 33.0 30.0-35.0 g/dL
Hitung jenis
Eosinofil 9.1 1.0-3.0 %
Basofil 0.2 0.0-0.1 %
Neutrofil 31.9 50.0-70.0 %
Limfosit 51.5 20.0-40.0 %
Monosit 7.4 2.0-8.0 %
COAGULATION
Masa Prothrombin
Masa Prothrombin/PT 14.7 11.7-.15.1 detik
INR 1.04 2.0-2.5
(prophylaxis of
dvt)
Control 14.3 2.0-3.0 detik
Masa Trombin (Treatment of
Masa Trombn 16.3 DVT/PE) detik
Control 15.0 3.0-4.5(Recurrent detik
APTT DVT/PE)
APTT 31.7 detik
Control 28.5 12.5-17.0 detik
KIMIA
RENAL FUNCTION 13.6-17.7
Urea 21 15.6-24.2 mg/dl
Creatinine 0.60 mg/dl
ELECTROLYTES 28.6-42.2
Natrium 142 28.0-39.0 mmol/l
Kalium 4.50 mmol/l
Chloride 108 mmol/l
IMUNO-SEROLOGI 13-43
HEPATITIS – SEROMAKER 0.90-1.30
Hbs Ag Rapid Negative
Anti HCV Rapid Negative 135-147
IMUNOSEROLOGY 3.5-5.50
VIRO check HIV ½ Non-Reactive 94-111
HIV Fokus -
HIV Vikia -
Kesimpulan Hasil Test Non-Reactive Negative
Negative

Non-Reactive
Non-Reactive
Non-Reactive

13. DIAGNOSA MEDIS


PATENT DUCTUS ARTERIOSUS
14. TERAPI MEDIS
 IVFD 2:1  40 gtt/i mikro
 inj cefazolin 1 gr/12 jam/iv  stop
 inj paracetamol 400 mg/8 jam/iv  paracetamol 3 x 500 mg
 furosemid 2 x 15 mg
 captopril 2 x 6.25
15. Analisa Data

Data Subyektif Dan Obyektif Masalah Etiologi


Keperawatan

Pre Operasi

DS:

- Pasien mengatakan merasa takut Ansietas krisis


karena ini merupakan operasi pertama
situasional
pasien

DO :

- Pasien tampak tegang


- Pasien tampak takut
- TD:100/60 mmHg , RR : 30x.mnt, HR :
110x/mnt

Intra Operasi

DS : -

DO :

- Proses pembedahan 60 menit Resiko Suhu Ruangan


- Suhu ruangan 24,2°C Hipotermi Rendah
- Akral teraba dingin

DS:-

DO:
Prosedur
- Dilakukan general anestesi Pembedahan
Resiko
- Terdapat penggunaan instrument tajam
Cedera/infeksi
(mata pisau, jarum), elektrosurgery

Post Operasi (di ruang pulih sadar)

DS : Pasien mengeluh nyeri post op Resiko infeksi Tindakan


DO : percutaneous

- Tampak perban luka post PDA

1. Daftar Diagnosa Keperawatan

Pre Operasi

a Ansietas berhubungan dengan krisis situasional


Intra Operasi

a Resiko hipotermia dibuktikan dengan suhu lingkungan rendah


b Resiko infeksi dibuktikan dengan luka operasi
Post Operasi

a Resiko perdarahan dibuktikan dengan procedure post tindakan


2. Implementasi dan Evaluasi
Tabel 4.13 Implementasi dan Evaluasi
DIAGNOSA
NO KEPERAWATA TUJUAN IMPLEMENTASI EVALUASI
N
PRE Tgl : 05/10/2022 Tgl : 05/10/2022
OPERATIF Setelah dilakukan Reduksi Ansietas pkl.08.25 WIB
1
Ansietas b.d asuhan keperawatan 01.0 Menemani pasien untuk S:
krisis situasional diharapkan masalah mengurangi kecemasan - Pasien mengatakan rasa takut berkurang
ansietas dapat teratasi 08.01 Memahami situasi yang - Pasien mengatakan rasa khawatir berkurang
dengan kriteria hasil : membuat ansietas O:
1. Tegang 08.01 Melakukan komunikasi - Pasien tampak tenang
berkurang terapeutik - Pasien mampu melakukan teknik napas dalam
2. Gelisah 08.01 Melatih teknik relaksasi - TD: 100/60 mmHg
berkurang napas dalam A:
08.01 Melakukan pendekatan yang Ansietas
tenang dan meyakinkan P:
Pantau kondisi pasien

NO DIAGNOSA TUJUAN IMPLEMENTASI EVALUASI


KEPERAWATA
N
INTRA Tgl : 05/10/2022 Tgl : 05/10/2022 pkl. 10.20 WIB
1. OPERATIF Setelah dilakukan asuhan keperawatan 01.0 Memberikan perawatan S: -
Resiko infeksi d.d diharapkan resiko cedera tidak terjadi dengan pada aera tindakan O:
prosedur PDA kriteria hasil: operasi - Perawatan pada area kulit
Kejadian infeksi tidak terjadi 10.01 Melakukan cuci tangan - Cuci tangan sebelum,dan
(hand hygine) sebelum sesudah kontak dengan
dan sesudah melakukan pasien dan lingkungan
tindakan, kontak dengan - Pertahankan teknik aseptic
pasien dan lingkungan - Batasi jumlah pengunjung
pasien
10.01 Mempertahankan teknik A:
aseptic pada saat tindakan Resiko infeksi tidak terjadi
10.01 Membatasi jumlah P: Intervensi dihentikan
orang yang berada di Pasien diantar ke ruang
ruang tindakan pemulihan
Tgl : 05/10/2022 Tgl : 05/10/2022 pkl. 15.35
2. Resiko Setelah dilakukan asuhan keperawatan Manajemen Hipotermia S:-
hipotermia d.d diharapkan hipotermia dapat membaik dengan 15.1 Monitoring suhu tubuh O:
suhu lingkungan kriteria hasil: 15.1 Monitoring tanda dan - S: 35,8 OC
rendah - Hipotermia tidak terjadi gejala akibat hipotermia - Akral teraba dingin
- Suhu tubuh membaik (menggigil) - Suhu ruangan: 24,2 OC
- Suhu kulit membaik - Identifikasi penyebab
hipotermia (suhu ruangan A:
24 OC ) Resiko Hipotermia

P:
Manajemen Hipotermia
Pantau kondisi pasien
N DIAGNOSA TUJUAN IMPLEMENTASI EVALUASI
O KEPERAWATAN
Post Operatif Tgl : 05/10/2022 Tgl : 05/10/2022 pkl. 11.50

Resiko perdarahan Setelah dilakukan Manajemen resiko perdarahan S:-


1
dibuktikan dengan procedure asuhan keperawatan 11.1 Monitoring tanda dan O:
post tindakan gejala perdarahan akibat
diharapkan - Tidak ada tanda perdarahan
post operasi
hipotermia dapat 11.1 Mempertahankan bed rest - Pasien bedrest 6 jam
membaik dengan selama 6 jam
kriteria hasil: 11.1 Menganjurkan orang tua A:
- Tidak ada tanda- pasien untuk melapor Resiko perdarahan
tanda perdarahan petugas/perawat jika
terjadi perdarahan P:
Manajemen resiko perdarahan
Pasien dipindahkan ke Rawat
Inap 6 west

Anda mungkin juga menyukai