TAHUN 2022
KELOMPOK 5 :
2022
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit jantung bukan hanya monopoli orang dewasa, melainkan juga di alami anakanak.
Sejak masa dalam rahim, manusia rentan terhadap kelainan jantung bawaan yang terjadi pa
da masa organ tubuh vital tersebut.
Pusat Jantung Nasional Harapan Kita menyebutkan dari 1.000 bayi yang lahir hidup di ber
bagai daerah di Tanah Air, enam hingga sembila di antaranya mengindap kelainan jantung b
awaan. Dengan demikian, tiap tahun sedikitnya 40.000 bayi hidup dengan jantung bocor. M
ayoritas bayi yang lahir dengan penyakit jantung bawaan (PJB) itu meninggal sebelum berus
ia satu tahun. Sementara bayi yang bisa diselamatkan melalui pembedahan hanya 800 hingg
a 900 kasus pertahun, sebagian besar dilakukan di Pusat jantung Harapan Kita. Berbeda den
gan angka kasus penyakit jantung reumatik yang cenderung menurun namun dalam beberap
a tahun terakhir, jumlah kasus kelainan jantung bawaan justru tidak menurun.Terjadinya kel
ainan jantung bawaan masih belum jelas namun dipengaruhi oleh beberapa faktor, termasuk
genetik. Ada beberapa faktor yang dapat menimbulkan gangguan jantung yang dapat meni
mbulkan gangguan jantung yang terjadi pada masa kehamilan tiga bulan pertama, antara lai
n paparan sinar rontgen, trauma fisik dan psikis, serta minum jamu atau pil kontrasepsi.
Kelainan jantung bawaan juga dapat terjadi jika ibu dan janin berusia di atas 40 tahun, men
derita penyakit kencing manis, campak dan hipertensi (darah tinggi) serta jika ayah dan ibu
merokok saat janin berusia 3 bulan dalam rahim.
Patent Ductus Arteriosus (PDA) adalah kegagalan menutupnya ductus arteriosus (arteri
yang menghubungkan aorta dan arteri pulmonal) yang terjadi pada minggu pertama
kehidupan, yang menyebabkan mengalirnya darah dari aorta yang bertekanan tinggi ke
arteri pulmonal yang bertekanan rendah. Penyakit jantung bawaan yang kompleks terutama
ditemukan pada bayi dan anak. Apabila tidak di operasi, kebanyakan akan meninggal waktu
bayi. Apabila penyakit jantung bawaan ditemukan pada orang dewasa, hal ini menunjukkan
bahwa pasien tersebut mampu melalui seleksi alam, atau telah mengalami tindakan operasi
dini pada usia muda. Penyebab terjadinya penyakit jantung bawaan belum dapat diketahui
secara pasti, tetapi ada beberapa faktor yang diduga mempunyai pengaruh pada peningkatan
angka kejadian penyakit jantung bawaan. Adapun gejala paten ductus arteriosus pada bayi
Kadang-kadang terdapat tanda-tanda gagal jantung, Machinery mur-mur persisten (sistolik,
kemudian menetap, paling nyata terdengar di tepi sternum kiri atas
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi PatenT Ductus Arteriosus ?
2. Apa penyebab Paten Ductus Arteriosus?
3. Bagaimana manifestasi klinik pada Paten Ductus Arteriosus?
4. Bagaimana pathways pada Paten Ductus Arteriosus?
5. Bagaimana pemeriksaaan penunjang dan penatalaksanaan pada Paten Ductus
Arteriosus?
6. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada kasus Paten Ductus Arteriosus?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Pengertian
Duktus Arteriosus adalah saluran yang berasal dari arkus aorta ke VI pada
janin yang menghubungkan arteri pulmonalis dengan aorta desendens. Pada bayi
normal duktus tersebut menutup secara fungsional 10 – 15 jam setelah lahir dan
secara anatomis menjadi ligamentum arteriosum pada usia 2 – 3 minggu. Bila
tidak menutup disebut Duktus Arteriosus Persisten (Patent Ductus Arteriosus :
PDA). (Buku ajar Kardiologi FKUI, 2001 ; 227)
3. Manifestasi Klinis
a. Gawat nafas disertai tanda-tanda gagal jantung pada bayi khususnya yang
lahir premature. Gangguan pernafasan ini di sebabkan oleh pemintasan aliran
darah dalam jumlah sangat besar ke dalam paru-paru melalui duktus
arteriosus yang terbuka (paten) dan peningkatan beban kerja pada jantung
sebelah kiri.
b. Bising Gipson (machinery mur- mur yang klasik), bising yang terus menerus
terdengar disepanjang systole dan diastole pada anak yang lebih besar dan
dewasa akibat pemintasan aliran darah dari aorta ke dalam arteri pulmonaris
pada saat systole dan diastole. (bising ini terdengar paling jelas pada daerah
basis kordis, yaitu pada ruang sela iga kedua kiri di bawah klavikula kiri. Bising
tersebut dapat mengaburkan bunyi S2 namun bising ini pada shunt kanan ke
kiri mungkin tidak ada).
c. Vibrasi (thrill) yang teraba saat meragukan palpasi pada tepi kiri sternum;
gejala ini disebabkan oleh pemintasan aliran darah dari aorta pulmonaris.
d. Implus ventrikel kiri yang nyata akibat hipertrofi ventrikel kiri denyut nadi
perifer yang memantul (nadi corigan) akibat keadaan aliran yang tinggi.
e. Tekanan nadi yang melebar akibat kenaikan tekanan sistolik dan terutama
akibat penurunan tekanan diastolik pada saat darah memintas melalui PDA
dan dengan demikian mengurangi tahapan tepi.
f. Motorik yang lambat akibat gagal jantung.
g. Kegagalan tumbuh kembang akibat gagal jantung.
h. Keletihan dan dispenea pada saat melakukan kegiatan yang dapat terjadi
pada dewasa yang mengalami PDA yang tidak terdeteksi
4. Patofisiologi
Normalnya, duktus arteriosus menutup pada saat kadar postragladin yang
dihasilkan plasenta menurun dan kadar oksigen meningkat. Proses penutupan ini
harus segera di mulai ketika bayi menarik nafas yang pertama tetapi bias saja
memerlukan waktu 3 bulan pada beberapa anak.
Pada PDA, resistensi relative pada pembuluh darah pulmoner serta sistemik
dan ukuran duktus menentukan jumlah darah mengalami pemintasan aliran atau
shunt dari kanan ke kiri karena peningkatan dalam aorta, darah bersih akan
mengalami shun dari aorta melalui duktus arteriosus ke dalam arteri pulmonaris.
Darah akan kembali ke dalam jantung kiri dan dipompa sekali lagi ke dalam aorta.
Atrium kiri dan ventrikel kiri harus menampung aliran balik vena aliran
pulmonaris sehingga terjadi kenaikan tekanan pengisian dan beban kerja jantung
kiri. Keadaan akan mengadakan hipertrofi ventrikel kiri dan mungkin pula gagal
jantung. Pada stadium akhir PDA yang tidak dikoreksi shun kiri ke kanan yang
akan menimbulkan hipertensi arteri pulmonaris yang kronis dan kemudian
menjadi resisten serta tidak responsive terhadap terapi. Hal ini menyebabkan
pembalikan shunt sehingga darah kotor ini memasuki sirkulasi sistemik dan
menimbulkan sianosis.
a. Mekanisme Sirkulasi Darah Janin
Dalam sistem peredaran darah janin tidak hanya melibatkan pembuluh darah
saja tetapi juga melibatkan organ tubuh janin di antaranya sebagai berikut :
1) Plasenta
Tempat terjadinya pertukaran darah bersih dengan yang kotor.
2) Umbilikalis
Mengalirkan darah dari plasenta ke janin dan dari janin ke plasenta.
3) Hati
Terdapatnya percabangan antara vena porta dengan duktus venosus
arantii.
4) Jantung
Terdapatnya foramen ovale yang langsung menyalurkan darah dari atr ium
dekstra ke atrium sinistra.
5) Paru-paru
Terdapatnya duktus arteriosus bothalli.
5. Pemeriksaan Diagnostik
c. Ekhokardiografi
Rasio atrium kiri terhadap pangkal aorta lebih dari 1,3:1 pada bayi cukup
bulan atau lebih tinggi dari 1,0 pada bayi praterm (disebabkan oleh
peningkatan volume atrium kiri sebagai akibat dari pirau kiri ke kanan).
d. Pemeriksaan dengan Doppler berwarna
e. EKG
Bervariasi sesuai tingkat keparahan, PDA kecil tida ada abnormalitas,
hipertrofi ventrikel kiri pada PDA yang lebih besar.
f. Kateterisasi jantung
Akan mengungkapkan tekanan normal atau meningkatkan dalam
ventrikel kanana dan arteri pulmonalis. Adanya darah yang telah di
oksigenisasi dalam arteri pulmonalis memastikan adanya pintasan kiri ke
kanan, seperti juga dengan kurva hidrogen dan pengenceran indikator. Contoh-
contoh darah yang diambil dari ke dua vena cava, atrium kanan dan ventrikel
kanan memperlihatkan kandungan oksigen yang sebanding. Dengan
insufisiensi katup pulmonal mungkin dijumpai peningkatan kandungan
oksigen dalam darah ventrikel kanan. Kateter tersebut akan melewati duktus
dan masuk ke dalam aorta desendens. Penyuntikan bahan kontras ke dalam
aorta asenden memperlihatkan opasitas arteri pulmonalis berasal dari aorta dan
dapat mengenali duktus.
g. Pemeriksaan roengenografis
Pada umumnaya untuk memperlihatkan arteri pulmonalis yang menonjol
dan peningkatan tanda-tanda pembuluh darah paru. Besar jantung tergantung
pada derajat pintasan kiri ke kanan, jantung dapat tetap normal atau
mengalami pembesaran sedang hingga hebat. Ruangan-ruangan yang terlibat
adalah atrium dan ventrikel kiri. Tonjolan aorta tampak normal atau menonjol
dan berdenyut dengan kuat. Secara jarang dijumpai adanya perkapuran
didalam dinding duktus tersebut.
6. Penatalaksanaan
a. Pembedahan untuk ligasi duktus jika penatalaksanaan medis tidak bias
mengendalikan gagal jantung (bayi dengan PDA Asimpetomatik tidak
memerlukan penanganan segera. Apabila gejala ringan, ligasi PDA dengan
pembedahan biasanya baru dilakukan setelah usia 1 tahun)
b. Pemberian indometasin (inhibitor prostaglandin) untuk menimbulkan spasme
ductus dan penutupan pada bayi premature
c. Terapi profilaksis dengan anti biotic untuk melindungi bayi dari endokaditis
infeksiosa
d. Penangganan gagal jantung melalui pembatasan cairan, pemeberian diuretic
dan digoksin.
e. Terapi lain termasuk kateterisasi jantung, untuk menaruh sumbat atau
umbrella(benda seperti payung) dalam ductus arteriosus yang akan
menghentikan pemintasan.
b) Keluhan Utama
Pasien dengan PDA biasanya merasa lelah, sesak napas.
c) Riwayat penyakit sekarang
f) Riwayat Psikososial
b. Pemeriksaan Fisik
1) Pernafasan B1 (Breath)
Nafas cepat, sesak nafas ,bunyi tambahan ( marchinery murmur ),adanyan
otot bantu nafas saat inspirasi, retraksi.
2) Kardiovaskuler B2 ( Blood)
Jantung membesar, hipertropi ventrikel kiri, peningkatan tekanan darah
sistolik, edema tungkai, clubbing finger, sianosis.
3) Persyarafan B3 ( Brain)
Otot muka tegang, gelisah, menangis, penurunan kesadaran.
4) Perkemihan B4 (Bladder)
Produksi urin menurun
(oliguria).
5) Pencernaan B5 (Bowel)
Nafsu makan menurun (anoreksia), porsi makan tidak habis.
6) Muskuloskeletal/integument B6 (Bone)
Kemampuan pergerakan sendi terbatas,
kelelahan.
c. Diagnosa Keperawatan
1) Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan
volume sekuncup
2) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ventilasi-perfusi
3) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplei dan kebutuhan oksigen
d. Intervensi Keperawatan
DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI
KEPERAWATAN HASIL KEPERAWATAN
(Nursing Outcome) (Nursing Interventions
Classication)
INDIKATOR IR ER
1. Tekanan darah
dalam batas
yang
diharapkan
2. RR dalam
batas yang
diharapkan
3. Tidak terdapat
angina
4. Kelemahan
ekstermitas
tidak ada
Penurunan curah Setelah dilakukan tindakan Cardiac Care
jantung berhubungan keperawatan selama......x 24 jam, 1. Evaluasi adanya
diharapakan curah jantung nyeri dada.
dengan perubahan
normal.
volume sekuncup. 2. Catat adanya tanda dan
Kriteria hasil:
Cardiac Pump Effectiveness gejala penurunan cardiac
output.
3. Monitor / melihat
monitor untuk melihat
adanya perubahan
tekanan darah.
4. Atur periode latihan
dan istirahat untuk
menghindari kelelahan.
5. Monitor / melihat
toleransi aktifitas pasien.
Keterangan : 6. Monitor / melihat adanya
1. Keluhan ekstrim
2. Keluhan berat dypsnea, patigue,
3. Keluhan sedang takipnea dan ortopnea
4. Keluhan ringan
5. Tidak ada keluhan
Keterangan :
1. Keluhan ekstrim
2. Keluhan berat
3. Keluhan sedang
4. Keluhan ringan
5. Tidak ada keluhan
Intoleransi aktivitas
Setelah dilakukan tindakan Activity Therapy
1. Kolaborasikan dengan
berhubungan dengan keperawatan selama......x 24 jam,
diharapakan intoleransi aktivitas tenaga rehabilitasi medik
ketidakseimbangan dapat teratasi
dalam merencanakan
antara suplei dan
kebutuhan oksigen Kriteria hasil: program terapi yang tepat
Activity Tolerance 2. Bantu klien untuk
INDIKATOR IR ER
1. Mampu mengidentivikasi aktivitas
melakukaan yang mampu dilakukan
aktivitas 3. Bantu untuk
sehari-hari
2. TTD normal mendapatkan alat
3. Level bantuan aktivitas
kelemahan 4. Bantu klien untuk
Keterangan : membuat jadwal
1. Keluhan ekstrim
latihan diwaktu luang
2. Keluhan berat
3. Keluhan sedang
4. Keluhan ringan
5. Tidak ada keluhan
BAB III
TINJAUAN KASUS
1. Demografi
Tanggal Pengkajian : 12 Oktober 2022
Nama : An. S M
Tanggal lahir : 23 November 2008 (12 tahun 11 bulan)
Jenis kelamin : Perempuan
Pendidikan : SMP
Agama : Kristen Prostetan
Golongan Darah : O/+
Alamat : Jl. Abadi Lingk. VI, Pasir Bidang, Sarudik Kab.
Tapanuli Tengah
2. Riwayat Keluarga
Pasien anak ke 5 dari 5 saudara
Nama ayah : Tn. T Nama Ibu : Ny. T
Umur : 57 thn Umur : 51 thn
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Golongan Darah : O/+ Golongan Darah : A/+
Agama : Kristen Protestan Agama : Kristen Protestan
Suku : Batak Suku : Batak
c. Thoraks
- Pergerakan dada simetris
- Bentuk dada : normal
- Bentuk punggung : normal
- Kelainan dada yang lain : tidak ada
- Thrill (-)
- Menggunakan otot tambahan : tidak ada
d. Abdomen
- Pulsasi abdomen : normal
- Asites : tidak ada
- Hepatomegali : tidak
- Umbilical : normal
- Bising usus : normal
e. Ekstremitas
- Warna : normal
- Clubbing : tidak
- Capillary Refill : normal < 3 detik
f. Kulit
-Warna : normal
- Kelembaban : lembab
- Suhu : 36.00 C
- Turgor : elastis
- Edema : tidak ada.
- Lesi : tidak ada
- Petekhea : tidak ada
- Mongoloid spot : ya
g. Auskultasi
- Paru : vesikuler (+), ronkhi +/+, wheezing -/-
- Jantung : SI normal, S2 normal, bising continoisu grade III/6, gallop (-)
12. Pemeriksaan Diagnostik
a. Foto thorax tanggal 10 Oktober 2022
Foto thorak supine
Foto asimetris
Cor tidak membesar.
Sinuses dan diafragma normal.
- Pulmo:
Hili normal.
Corakan bronkovaskuler normal.
Tidak tampak infiltrate
Kesimpulan: Cor dan pulmo dalam batas normal
b. ECHO tanggal 23 Mei 2022
Situs solitus, AV-VA concordance
Normal pulmonary vein drainages
Intact IAS
Intact IVS
Dilated LA-LV
Normal AV and semilunar valve
Moderate to large PDA (ukuran 5-6mm) L-R shunt
Left aortic arch, No CoA
Good contractility
No PE
Kesimpulan : Moderate to large PDA
c. Laboratorium
- Tanggal 10 Oktober 2022
PEMERIKSAAN HASIL NILAI NORMAL SATUAN
HEMATOLOGI
Hemoglobin (HB) 12.1 11.5-14.0 g/dl
Leukosit 7.76 4.00-10.50 10^3/µL
Eritrosit 4.58 4.10-5.30 10^3/µL
Thrombosit 308 150-450 10^3/µL
Hematokrit 36.8 35.0-45.0 %
MPV 8.8 6.0-9.5 fL
RDW 16.2 11.5-14.0 %
Nilai-nilai MC
MCV 80.3 78.0-95.0 fL
MCH 26.5 26.0-32.0 pg
MCHC 33.0 30.0-35.0 g/dL
Hitung jenis
Eosinofil 9.1 1.0-3.0 %
Basofil 0.2 0.0-0.1 %
Neutrofil 31.9 50.0-70.0 %
Limfosit 51.5 20.0-40.0 %
Monosit 7.4 2.0-8.0 %
COAGULATION
Masa Prothrombin
Masa Prothrombin/PT 14.7 11.7-.15.1 detik
INR 1.04 2.0-2.5
(prophylaxis of
dvt)
Control 14.3 2.0-3.0 detik
Masa Trombin (Treatment of
Masa Trombn 16.3 DVT/PE) detik
Control 15.0 3.0-4.5(Recurrent detik
APTT DVT/PE)
APTT 31.7 detik
Control 28.5 12.5-17.0 detik
KIMIA
RENAL FUNCTION 13.6-17.7
Urea 21 15.6-24.2 mg/dl
Creatinine 0.60 mg/dl
ELECTROLYTES 28.6-42.2
Natrium 142 28.0-39.0 mmol/l
Kalium 4.50 mmol/l
Chloride 108 mmol/l
IMUNO-SEROLOGI 13-43
HEPATITIS – SEROMAKER 0.90-1.30
Hbs Ag Rapid Negative
Anti HCV Rapid Negative 135-147
IMUNOSEROLOGY 3.5-5.50
VIRO check HIV ½ Non-Reactive 94-111
HIV Fokus -
HIV Vikia -
Kesimpulan Hasil Test Non-Reactive Negative
Negative
Non-Reactive
Non-Reactive
Non-Reactive
Pre Operasi
DS:
DO :
Intra Operasi
DS : -
DO :
DS:-
DO:
Prosedur
- Dilakukan general anestesi Pembedahan
Resiko
- Terdapat penggunaan instrument tajam
Cedera/infeksi
(mata pisau, jarum), elektrosurgery
Pre Operasi
P:
Manajemen Hipotermia
Pantau kondisi pasien
N DIAGNOSA TUJUAN IMPLEMENTASI EVALUASI
O KEPERAWATAN
Post Operatif Tgl : 05/10/2022 Tgl : 05/10/2022 pkl. 11.50