Anda di halaman 1dari 17

Laporan Pendahuluan Dan Askep Teori

Penyakit Jantung Bawaan

Kelompok 1 :

Vanessa Wungkana 18061060


Asfaraini Lessy 18061108
Olivia Tular 18061054
Christina Lukas 18061055
Gracella Pinangkaan 18061016
Ni Nyoman Myatryastuti 18061001
Dwiputri Katiman 18061043
Karunia Roring 18061041
Maria Kandow 18061028
Anisa Assa 18061063
Agustina Risye Sairlela 18061016
Yosefa Millenium Nona 18061030
Helinda Parengkuan 18061059
Maria M.L Lengkong 18061119
Enjelita Panganton 18061092

UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO

2021
A. Pengertian Penyakit Jantung Bawaan (PJB)

Penyakit jantung bawaan (PJB) atau dikenal dengan nama Penyakit Jantung Kongenital
adalah penyakit dengan kelainan pada struktur jantung atau fungsi sirkulasi jantung yang
dibawa dari lahir yang terjadi akibat adanya gangguan atau kegagalan perkembangan
struktur jantung pada fase awal perkembangan janin (Mulyadi, 2006).
Penyakit Jantung Kongenital (Congenital Heart Disease, CHD) adalah kelainan pada
struktur jantung yang terdapat sejak lahir. Penyakit ini disebabkan oleh gangguan pada
perkembangan jantung yang terjadi saat usia gestasi 3-8 minggu (Roebiono, 2008).

B. Etiologi

Penyakit jantung bawaan terjadi karena adanya gangguan pada proses pembentukan dan
perkembangan jantung sejak bayi di dalam kandungan.

Jantung manusia terbagi menjadi 4 ruang, 2 atrium (serambi) dan 2 ventrikel (bilik),
masing-masing di sisi kanan dan kiri. Atrium kanan berfungsi menerima darah kotor dari
seluruh tubuh. Darah yang masuk ke atrium kanan akan dipompa ke ventrikel kanan,
kemudian ke paru-paru.
Setelah mengikat oksigen di paru-paru, darah kembali ke jantung lewat atrium kiri.
Selanjutnya, darah yang kaya oksigen tersebut masuk ke ventrikel kiri, untuk kemudian
dipompa ke seluruh tubuh melalui aorta.

Pada penderita penyakit jantung bawaan, siklus dan aliran darah ini akan terganggu. Hal
ini bisa disebabkan oleh gangguan pada katup, ruang jantung, septum (dinding penyekat
antar ruang jantung), atau pembuluh darah dari dan ke jantung. Gangguan aliran darah ini
akan menimbulkan keluhan dan gejala pada penderitanya

C. Patofisiologi Penyakit Jantung Bawaan

Patofisiologi penyakit jantung bawaan berhubungan dengan proses perkembangan


jantung sejak masa embrio. Penyakit jantung bawaan sianotik terjadi bila terdapat
hubungan pirau sehingga darah mengalir dari bilik jantung kanan ke kiri. Sebaliknya,
pada penyakit jantung bawaan asianotik, hubungan pirau terjadi dari kiri ke kanan.

1). Embriologi Jantung


Perkembangan embriologi kardiovaskular dimulai dengan migrasi sel-sel progenitor
jantung di epiblast. Sel-sel progenitor ini akan berkembang menjadi mioblas jantung.
Pada bagian dalam lapisan splanknikus yang sama dari mesoderm, terdapat "pulau darah"
yang akan mengalami vaskulogenesis untuk membentuk struktur vaskular.
Penggabungan pulau darah akan membentuk area yang dikenal sebagai bidang
kardiogenik. Bidang kardiogenik awalnya berbentuk tapal kuda dan dikelilingi oleh
mioblas jantung lalu akan berkembang menjadi ventrikel primitif. Bidang kardiogenik
kemudian mengalami rotasi sefalokaudal dan membentuk tabung jantung primitif yang
bersambung dengan struktur vaskular.

2). Pembentukan Septum Primum

Sekitar hari ke-22, tabung jantung akan memanjang dan mengubah konfigurasinya untuk
membentuk sebuah lingkaran selama lima hari hingga selesai pada hari ke-28. Septum
jantung biasanya terbentuk antara hari ke-27 dan ke-37 melalui fusi massa jaringan.
Massa jaringan ini dikenal sebagai bantalan endokardium dan berkontribusi pada
pembentukan septum atrium/ventrikel, saluran dan katup AV, serta saluran aorta/paru.
Pada akhir minggu perkembangan ke-4, terbentuk septum primum yang berbentuk sabit.
Karena septum primum dan bantalan endokardium tidak sepenuhnya menyatu pada
awalnya, maka masih terdapat lubang yang disebut ostium primum.

3) Pembentukan Septum Secundum

Bantalan endokardium akhirnya akan menyatu dengan septum primum. Apoptosis


fisiologis menyebabkan perforasi di septum primum yang akhirnya bergabung
membentuk struktur ostium secundum. Ostium secundum memungkinkan darah bergerak
dari atrium primitif kanan ke atrium primitif kiri yang memungkinkan ekspansi atrium
kanan dan membentuk lipatan baru di atrium kanan yang disebut septum secundum.
Septum secundum tidak sepenuhnya memisahkan atrium kanan dan kiri sehingga
menyisakan sebuah lubang yang disebut foramen ovale. Foramen ovale merupakan salah
satu dari dua struktur janin yang bertanggung jawab untuk mengarahkan aliran darah dari
paru-paru yang sedang berkembang (struktur lainnya adalah duktus arteriosus). Septum
primum kemudian akan mengalami obliterasi.
Setelah lahir, peningkatan tekanan oksigen akibat napas pertama menyebabkan
peningkatan aliran darah ke paru-paru sehingga meningkatkan tekanan atrial kiri. Hal ini
memungkinkan darah menutup katup foramen ovale melawan septum secundum.
D. Klasifikasi Penyakit Jantung Bawaan

Penyakit jantung bawaan dapat dibagi atas dua golongan besar yaitu :

1). Penyakit Jantung Bawaan Non Sianotik

Penyakit Jantung Bawaan Asianotik adalah kelainan struktur dan fungsi jantung yang
dibawa lahir yang tidak ditandai dengan sianosis; misalnya lubang di sekat jantung
sehingga terjadi pirau dari kiri ke kanan, kelainan salah satu katup jantung dan
penyempitan alur keluar ventrikel atau pembuluh darah besar tanpa adanya lubang di
sekat jantung. Masing-masing mempunyai spektrum presentasi klinis yang bervariasi dari
ringan sampai berat tergantung pada jenis dan beratnya kelainan serta tahanan vaskuler
paru (Roebiono,2003).

- Defek Septum Atrium (Atrial Septal Defect-ASD)

Adalah Defek pada sekat yang memisahkan atrium kiri dan kanan. Pada DSA, presentasi
klinisnya agak berbeda karena defek berada di septum atrium dan aliran dari kiri ke
kanan yang terjadi selain menyebabkan aliran ke paru yang berlebihan juga
menyebabkan beban volume pada jantun kanan.

- Defek Septum Ventrikuler (Ventricular Septal Defect-VSD)

Adalah Kelainan jantung berupa lubang pada sekat antar bilik jantung, menyebabkan
kebocoran aliran darah pada bilik kiri dan kanan jantung. Hal ini mengakibatkan
sebagian darah kaya oksigen kembali ke paru-paru, sehingga menghalangi darah rendah
oksigen memasuki paru-paru . DSV merupakan malformasi jantung yang paling sering,
meliputi 25% PJB. Gejala utama dari kelainan ini adalah gangguan pertumbuhan, sulit
ketika menyusu, nafas pendek dan mudah lelah.

- Duktus Arteriosus Paten (Patent Ductus Arteriosus-PDA)

Patent Ductus Arteriousus (PDA) atau duktus arteriosus persisten adalah duktus
arteriosus yang tetap membuka setelah bayi lahir. Kelainan ini banyak terjadi pada bayi-
bayi yang lahir premature . Duktus Arteriosus Persisten (DAP) disebabkan oleh duktus
arteriosus yang tetap terbuka setelah bayi lahir. Jika duktus tetap terbuka setelah
penurunan resistensi vaskular paru, maka darah aorta dapat bercampur ke darah arteri
pulmonalis.
- Stenosis Pulmoner (Pulmonary Stenosis- SP)

Adalah Pada stenosis pulmonalis (SP) terjadi obstruksi aliran keluar ventrikel kanan atau
arteri pulmonalis dan cabang-cabangnya. Status gizi penderita dengan stenosis pulmonal
umumnya baik dengan pertambahan berat badan yang memuaskan. Bayi dan anak
dengan stenosis ringan umumnya asimptomatik dan tidak sianosis sedangkan neonatus
dengan stenosis berat atau kritis akan terlihat takipneu dan sianosis.

- Koarktasio Aorta (Coarctatio Aorta- CA)

Koarktasio Aorta (KA) adalah penyempitan terlokalisasi pada aorta yang umumnya
terjadi pada daerah duktus arteriosus. Tanda yang klasik pada kelainan ini adalah tidak
terabanya nadi femoralis serta dorsalis pedis sedangkan nadi brakialis teraba normal.1,2
Koarktasio aorta pada anak besar seringkali asimtomatik. Sebagian besar pasien
mengeluh sakit kepala nyeri di tungkai kaki atau terjadi epistaksis.

2). Penyakit Jantung Bawaan Sianotik

Pada PJB sianotik didapatkan kelainan struktur dan fungsi jantung sedemikian rupa
sehingga sebagian atau seluruh darah balik vena sistemik yang mengandung darah rendah
oksigen kembali beredar ke sirkulasi sistemik. Adapun Macam- Macam Penyakit Jantung
Bawaan Sianotik Yaitu :
a. Tetralogi Fallot
Merupakan PJB sianotik yang paling banyak ditemukan, kurang lebih 10% dari seluruh PJB.
Salah satu manifestasi yang penting pada Tetralogi Fallot adalah terjadinya serangan sianotik
(cyanotic spells) yang ditandai oleh timbulnya sesak napas mendadak, nafas cepat dan
dalam, sianosis bertambah, lemas, bahkan dapat disertai dengan kejang.

b. Transposisi Pembuluh Darah Besar (Transposition Of The Great Arteries-


TGAs)
Merupakan Suatu penyakit atau kelainan jantung bawaan yang dimana Atresia dapat
mengenai katup pulmonal, a.pulmonalis, atau infundibulum, sehingga seluruh curah
ventrikel kanan dialirkan ke dalam aorta.

E. Komplikasi
Ada beberapa komplikasi yang dapat muncul akibat penyakit jantung bawaan, antara
lain:

 Aritmia atau detak jantung tidak teratur.


 Gagal jantung.
 Infeksi pada jantung (endokarditis).
 Hipertensi pulmonal .
 Infeksi saluran pernapasan, seperti pneumonia.
 Penggumpalan darah dan stroke.
 Mengalami gangguan belajar.

F. Prognosis penyakit jantung bawaan


Prognosis dan komplikasi penyakit jantung bawaan tergantung pada keparahan
defek yang ada dan usia saat penyakit pertama kali dideteksi. Semakin awal deteksi
dilakukan, semakin cepat pasien bisa diberikan tata laksana korektif dan semakin baik
prognosisnya.

Angka ketahanan hidup 1 tahun (1-year survival rate) pada bayi baru lahir dengan
penyakit jantung bawaan yang berat dan kritis adalah 75,2%. Sementara itu, bayi baru lahir
dengan penyakit jantung bawaan yang tidak kritis memiliki angka ketahanan hidup 1 tahun
mencapai 97,1%.
Sekitar 95,4% pasien penyakit jantung bawaan yang tidak kritis dapat mencapai usia dewasa
atau di atas 18 tahun, sedangkan pasien dengan penyakit jantung bawaan yang kritis hanya
mencapai angka 68,8%. Pasien dewasa dengan penyakit jantung bawaan yang menjalani tes
latihan kardiopulmonal yang baik memiliki angka harapan hidup yang lebih tinggi. Tes
latihan kardiopulmonal dapat dijadikan prediktor untuk prognosis penyakit jantung bawaan.
Pasien dengan puncak konsumsi oksigen yang rendah memiliki mortalitas yang lebih tinggi.

G. Penatalaksanaan Prehospital dan Intrahospital Penyakit jantung bawaan

 Prehospital

Penggunaan obat-obatan dapat diberikan dokter kepada pasien untuk meringankan


beban kerja jantung atau membuatnya bekerja lebih efisien. Obat-obatan tersebut
meliputi :

 ACE inhibitor, untuk merelaksasi pembuluh darah.


 Beta blocker, untuk memperlambat detak jantung dan melebarkan
pembuluh darah.
 Diuretik, untuk menurunkan volume darah dalam tubuh.
 Indomethachin, untuk membantu menutup bukaan di pembuluh
darah.

 Prostaglandin, untuk membantu menutupnya saluran aorta dan arteri


pulmonalis.

 Intrahospital

 Pemasangan (implan) perangkat pada jantung

pemasangan alat pacu jantung dan ICD (implantable cardioverter-


defribillator) dapat digunakan untuk memantau dan mengontrol detak
jantung pasien. Metode ini bisa mencegah komplikasi akibat kelainan
pada jantung.

 Kateterisasi jantung

Kateterisasi dilakukan untuk memperbaiki kelainan jantung tanpa


perlu melakukan operasi. Pada prosedur ini, kateter (selang tipis dan
lentur) dimasukkan melalui pembuluh darah di tungkai pasien menuju
jantung dengan bantuan teknologi pemindaian gambar (Rontgen, CT
scan).

 Operasi jantung

Langkah ini dilakukan bila kateterisasi tidak berhasil. Operasi


dilakukan untuk menambal atau menjahit lubang di jantung,
memperbaiki atau mengganti katub jantung, atau melebarkan
pembuluh darah. CABG (coronary artery bypass grafting) adalah
salah satu contoh prosedur bedah jantung.

 Transplantasi jantung

Jika kelainan jantung tidak bisa diperbaiki, maka transplantasi jantung


dapat menjadi pilihan penanganan terakhir. Transplantasi jantung
dilakukan dengan mengganti jantung yang bermasalah dengan jantung
yang sehat dari pendonor.

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
Pengkajian menurut Wiwik dan Sulistyo (2008) antara lain :
1) Identitas Pasien Pada klien penderita Penyakit Jantung Bawan (PJB)
diantaranya terjadi pada usia 35-55 tahun. Klien yang menderita Penyakit
Jantung Bawan (PJB) umumnya terjadi pada lak-laki dan perempuan sejak
lahir.
2) Keluhan utama Keluhan utama yang timbul pada pasien dengan Penyakit
Jantung Bawan (PJB) yaitu sering merasa lemah dan letih, pucat dan sianosis
3) Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
1) Kelemahan, kelelahan, tidak dapat tidur.
2) Faktor perangsang nyeri yang spontan.
3) Kualitas nyeri: rasa nyeri digambarkan dengan rasa sesak yang berat
atau mencekik.
4) Lokasi nyeri: dibawah atau sekitar leher, dengan dagu belakang, bahu
atau lengan.
5) Beratnya nyeri: dapat dikurangi dengan istirahat atau pemberian nitrat.
6) Waktu nyeri: berlangsung beberapa jam atau hari, selama serangan
pasien memegang dada atau menggosok lengan kiri.
7) Diaforeasi, muntah, mual, kadang-kadang demam, dispnea.
8) Syndrom syock dalam berbagai tingkatan.
b. Riwayat kesehatan dahulu Pada umumnya kasus penyakit jantung bawaan
(PJB) keadaaan umunya melemah sejak kecil hingga dewasa.
c. Riwayat kesehatan keluarga adannya riwayat keluarga yang mengalami
penyakit jantung atau Penyakit Jantung Bawaan (PJB)
4) Keadaan Umum
Pada pemeriksaan keadaan umum, kesadaran klien Penyakit Jantung Bawan
(PJB) biasanya baik atau kompos mentis (CM) dan akan berubah sesuai
tingkat gangguan yang melibatkan perfusi sistem saraf pusat.
a. B1 (Breathing) Klien terlihat sesak, frekuensi napas melebihi normal
dan mengeluh sesak napas seperti tercekik. Dispnea kardiak biasanya
ditemukan. Sesak napas terjadi akibat pengerahan tenaga dan disebabkan oleh
kenaikan tekanan akhir diastolik ventrikel kiri yang meningkatkan tekanan
vena pulmonalis. Hal ini terjadi karena terdapat kegagalan peningkatan curah
darah oleh ventrikel kiri pada saat melakukan kegiatan fisik. Dispnea kardiak
pada Infark Miokardium yang kronis dapat timbul pada saat istirahat.
b. B2 (Blood)
1) Inspeksi Inspeksi adanya jaringan parut pada dada klien. Keluhan
lokasi nyeri biasanya didaerah substernal atau nyeri diatas perikardium.
Penyebaran nyeri dapat meluas didada. Dapat terjadi nyeri dan
ketidakmampuan menggerakkan bahu dan tangan.
2) Palpasi Denyut nadi perifer melemah. Thrill pada Infark Miokard Akut
(IMA) tanpa komplikasibiasanya ditemukan.
3) Auskultasi Tekanan darah biasanya menurun akibat penurunan volume
sekuncup yang disebabkan Infark Miokard Akut (IMA). Bunyi jantung
tambahan akibat kelainan katup biasanya tidak ditemukan pada Infark
Miokard Akut (IMA) tanpa komplikasi.
4) Perkusi
5) Batas jantung tidak mengalami pergeseran.
c. B3 (Brain) Kesadaran umum klien biasanya CM. Tidak ditemukan
sianosi perifer. Pengkajian obyektif klien, yaitu wajah meringis,
perubahan postur tubuh, menangis, merintih, meregang, dan menggeliat
yang merupakan respon dari adanya nyeri dada akibat infark pada
miokardium.
d. B4 (Bledder) Pengukuran volume output urine berhubungan dengan
intake cairan klien. Oleh karena itu, perawat perlu memonitor adanya
oliguri pada klien dengan Infark Miokard Akut (IMA)karena merupakan
tanda awal syok kardiogenik.
e. B5 (Bowel) Klien biasanya mengalami mual dan muntah. Pada palpasi
abdomen ditemukan nyeri tekan pada ke empat kuadran, penurunan
peristaltik usus yang merupakan tanda utama Infark Miokard Akut (IMA).
f. B6 (Bone) Aktivitas klien biasanya mengalami perubahan. Klien sering
merasa kelemahan, kelelahan, tidak dapat tidur, pola hidup menetap, dan
jadwal olahraga tidak teratur. Tanda klinis lain yang ditemukan adalah
takikardi, dispnea pada saat istirahat maupun saat beraktivitas. Kaji
personale hegiene klien dengan menanyakan apakah klien mengalami
kesulitan melakukan tugas perawatan diri.
 Pengkajian primery survey
1. Airway
- Terdapat sekret di jalan napas (sumbatan jalan napas) - Bunyi
napas ronchi
b. Breathing - Distress pernapasan : pernapasan cuping hidung -
Menggunakan otot-otot asesoris pernapasan, pernafasan cuping
hidung - Kesulitan bernapas ; lapar udara, diaporesis, dan sianosis
- Pernafasan cepat dan dangkal
c. Circulation - Akral dingin - Adanya sianosis perifer
d. Dissability Pada kondisi yang berat dapat terjadi asidosis
metabolic sehingga menyebabkan penurunan kesadaran
e. Exposure Terjadi peningkatan suhu
 Pengkajian secondary survey
a. Wawancara
1) Identitas, meliputi:
nama, tempat tanggal lahir, umur, berat badan lahir, jenis
kelamin, anak keberapa, jumlah saudara dan identitas orang tua.
2) Keluhan utama,Riwayat kesehatan sekarang
Orang tua biasanya mengeluhkan nafas anaknya sesak bila
melakukan aktivitas, tidak mau makan, keringat
berlebihan.Riwayat kesehatan dahulu Riwayat kesehatan dahulu
apakah pasien lahir premature, ibu menderita infeksi saat
kehamilan dan riwayat gerakan jongkok bila anak telah berjalan
beberapa menit.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Adanya keluarga yang menderita penyakit gagal jantung,
adanya riwayat kematian mendadak pada saudara-saudara dan
riwayat keluarga dengan sindrom down.
4) Riwayat kehamilan
Riwayat kesehatan ibu saat hamil seperti adanya penyakit
infeksi rubella (sindrom rubella), ibu atau keluarga memiliki
riwayat penyakit lupus eritematosus sistemik sehingga dapat
menimbulkan blockade jantung total pada bayinya dan adanya
riwayat kencing manis pada ibu dapat menyebabkan terjadinya
kardiomiopati pada bayi yang dikandungnya. Adanya riwayat
mengkonsumsi obat- obatan maupun jamu tradisional yang
diminum serta kebiasaan merokok dan minum alkohol selama
hamil (Hidayat, 2012).
b. Pemeriksaan fisik
a) Tanda- tanda vital
Nadi umumnya normal 120-130 x/menit namun dapat juga
teraba cepat, pernafasan cepat sehingga anak tampak sesak nafas
dan sulit beraktivitas, suhu umumnya normal jika tidak terdapat
infeksi.
b) Kepala : Umumnya ditemukan rambut mudah rontok.
c) Wajah : Wajah tampak pucat, kelelahan dan ikterik.
d) Mata : Anak mengalami anemis konjungtiva, sclera
ikterik karena adanya udem di hepar, kornea arkus sinilis
dan jaundice.
e) Hidung : Pemeriksaan hidung secara umum tidak
tampak kelainan, namun anak akan mengalami napas
pendek, bunyi napas ronki kasar dan cuping hidung.
f) Mulut : Pemeriksaan mulut didapat bibir pucat atau
membiru, lidah berwarna merah hati.
g) Leher : Ditemukan pelebaran tiroid (hipertiroid), dan
distensi vena jugularis.
h) Jantung : Pada ASD dapat di jumpai takikardia, jantung
berdebar, denyut arteri pulmonalis dapat diraba di dada
dengan bunyi jantung abnormal. Bunyi jantung abnormal
dapat terdengar murmur, akibat peningkatan aliran darah
yang melalui katup pulmonalis, juga dapat terdengar akibat
peningkatan aliran darah yang mengalir melalui
trikuspidalis pada pirau yang besar. Pembesaran jantung
terkadang mengubah konfigurasi dada. Batas jantung
terdapat pada RIC 2 dan 3 yang disebut diastole dan RIC 5
dan 4 disebut sistole.
i) Paru : Biasanya pada anak dengan Tof, hasil inspeksi
tampak adanya retraksi dinding dada akibat pernafasan
yang pendek dan dalam dan tampak menonjol akibat
pelebaran ventrikel kanan. Palpasi mungkin teraba desakan
dinding paru yang meningkat terhadap dinding dada, pada
perkusi mungkin terdengar suara redup karena peningkatan
volume darah paru dan untuk auskultasi akan terdengar
ronkhi basah atau krekels sebagai tanda adanya edema paru
pada komplikasi kegagalan jantung. Bayi yang baru lahir
saat di auskultasi akan terdengar suara nafas mendengkur
yang lemah bahkan takipneu.
j) Kulit : Kulit tampak kemerahan (rubella), lembab, turgor
kulit jelek.
k) Ekstremitas : Ditemukan pada ekstremitas teraba dingin
bahkan dapat terjadi clubbing finger akibat kurangan
oksigen ke perifer, kuku tampak sianosis, telapak tangan
pucat, udem pada tibia punggung kaki.

c. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan laboratorium Terdapat nilai hemoglobinmenurun
dan peningkatan nilai hematrokit, pada umumnya hemoglobin
dipertahankan 16-18 gr/dl dan hematokrit antara 50-65%. Nilai gas darah
arteri menunjukkan peningkatan tekanan persial karbondioksida (PCO ),
penurunan tekanan parsial oksigen (PO ).
2) Pemeriksaan rontgen Pemeriksaan sinar X pada toraks
menunjukkan penurunan aliran darah pulmonal, atrium dan ventrikel kiri
tampak membesar secara signifikan (kardiomegali), gambaran khas
jantung tampak apeks jantung terangkat sehingga seperti sepatu.
3) Pemeriksaan elektrokardiogram Pemeriksaan EKG pad TOF
didapatkan hasil sumbu QRS hampr selalu berdevisiasi ke kanan. Tampak
pula hipertrofi ventrikel kanan (Aspiani, 2015).

2. Diagnosa Keperawatan
1) Penurunan curah jantung b/d irama jantung
2) Pola napas tidak efektif b/d hambatan upaya napas
3) Nyeri akut b/d agen pencedera fisiologis
4) Intoleransi aktivitas b/d kelemahan

3. Intervensi Keperawatan
1) Penurunan curah jantung berhubungan dengan irama jantung
Tujuan dan Kriteria hasil :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x8 jam diharakan
masalah keperawatan dapat teratasi, dengan kriteria hasil :
 Tidak ada tanda dan gejala penurunan curah jantung
 Tekanan darah pasien normal
 Gaya hidup pasien menjadi sehat
 Klien merasa nyaman dengan posisinya
 Klien tidak merokok
Intervensi :
 Identifikasi tanda dan gejala penurunan curah jantung
Rasional : penurunan curah jantung dapat diidentifikasi melalui
gejala yang muncul seperti dyspnea, kelelahan, edema, ortopnea
dan adanya peningkatan CVP
 Monitor tekanan darah
Rasional : memonitor tekanan darah penting untuk membantu
dalam penegakan diagnostic
 Posisikan pasien semi fowler atau fowler dengan kaki kebawah
atau posisi nyaman
Rasional : dengan posisi semi fowler atau fowler bisa membuat
pasien merasa lebih nyaman serta sirkulasi darah dapat berjalan
dengan baik
 Fasilitas pasien dan keluarga untuk motivasi gaya hidup sehat
Rasional : gaya hidup yang sehat bisa membantu pasien dalam
perubahan pola hidup, dengan begitu pasien dapat berada dalam
ruang lingkup yang lebih sehat jika gaya hidup diubah menjadi
lebih sehat
 Anjurkan berhenti merokok
Rasional : untuk menjaga kesehatan jantung pasien
2) Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas
Tujuan dan kriteria hasil :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x8 jam diharapkan
masalah keperawatan dapat teratasi, dengan kriteria hasil :
 Pola napas pasien normal
 Saturasi oksigen klien dalam keadaan normal
 Klien menunjukkan kemudahan dalam bernapas
Intervensi :
 Monitor pola nafas
Rasional : untuk mengetahui keadaan pernapasan pasien
 Monitor saturasi oksigen
Rasional : untuk mengetahui saturasi oksigen dalam darah
pasien
 Monitor frekuensi, irama, kedelaman dan upaya napas
Rasional : untuk melihat keadekuatan pernapasan pasien

3) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis


Tujuan dan Kriteria hasil :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x8 jam diharapakan
masalah keperawatan dapat teratasi, dengan kriteria hasil :
 Klien mengungkapkan nyeri berkurang atau hilang
 Klien tidak meringis kesakitan
 Klien terlihat rileks
 Intensitas nyeri klien berkurang
 Asupan makanan klien terpenuhi
 Ada peningkatkan pada istirahat dan tidur klien
Intervensi :

 Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,


intensitas nyeri
Rasional : untuk mengetahui lokasi, karakteristik, frekuensi,
kualitas dan intensitas nyeri
 Identifikasi skala nyeri
Rasional : untuk mengetahui skala nyeri pasien
 Berikan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri
Rasional : dengan mengajarkan teknik nonfarmakologi
misalnya tarik napas dalam kepada pasien bisa membantu untuk
meredahkan nyeri
 Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
Rasional : mempertahankan rasa nyaman pada pasien
 Fasilitasi istirahat dan tidur
Rasional : dengan istirahat dan tidur yang cukup nyeri pasien
bisa berkurang
 Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
Rasional : dengan menjelaskan penyebab nyeri pasien bisa
untuk menghindari hal-hal yang bisa memicu terjadinya nyeri
 Jelaskan strategi meredahkan nyeri
Rasional : dengan menjelaskan strategi meredahkan nyeri
pasien bisa melakukannya secara mandiri jika sedang merasa
nyeri
 Kolaborasi pemberian analgetik
Rasional : untuk mengurangi rasa nyeri yang pasien rasakan

4) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan


Tujuan dan Kriteria hasil :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x8 jam diharapkan
masalah keperawatan dapat teratasi, dengan kriteria hasil :
 Pasien dapat berpartisipasi dalam aktivitas sesuai dengan
kemampuan pasien
 Istirahat dan aktivitas pasien seimbang
 Klien dapat memelihara nutrisi yang adequat
Intervensi :
 Indentifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan
kelelahan
Rasional : untuk mengetahui anggota tubuh yang mana yang
mengakibatkan aktivitas pasien terhambat
 Monitor pola dan jam tidur
Rasional : untuk mengetahui apakah istirahat dan tidur pasien
cukup
 Anjurkan tirah baring
Rasional : meningkatkan kenyamanan istirahat pasien
 Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
Rasional : meningkatkan sirkulasi dan mencegah terjadinya
kontraktur
 Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus
Rasional : lingkungan yang nyaman bisa membuat pasien
merasa lebih tenang
 Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
Rasional : untuk mengurangi kelelahan yang dirasakan pasien
 Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan
makanan
Rasional : dengan asupan makanan yang cukup bisa membuat
klien merasa lebih baik untuk beraktivitas serta memberikan
kekuatan dan energi kepada klien
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan merupakan bagian dari proses keperawatan. Tujuan
implementasi adalah mengatasi masalah yang terjadi pada manusia. Setelah rencana
keperawatan disusun, maka rencana tersebut diharapkan dalam tindakan nyata untuk
mencapai tujuan yang diharapkan, tindakan tersebut harus terperinci sehingga dapat
diharapkan tenaga pelaksanaan keperawatan dengan baik dan sesuai dengan waktu
yang ditentukan Implementasi ini juga dilakukan oleh perawat dan harus menjunjung
tinggi harkat dan martabat sebagai manusia yang unik (Price & Wilson, 2009).

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tahapan akhir dari proses keperawatan. Evaluasi menyediakan nilai
informasi mengenai pengaruh intervensi yang telah direncanakan dan merupakan
perbandingan dari hasil yang diamati dengan kriteria hasil yang telah dibuat pada
tahap perencanaan (Price & Wilson. 2009). Menurut Price & Wilson (2009), evaluasi
keperawatan ada 2 yaitu:
1) Evaluasi proses (formatif) yaitu evaluasi yang dilakukan setiap selesai
tindakan. Berorientasi pada etiologi dan dilakukan secara terus-menerus
sampai tujuan yang telah ditentukan tercapai.
2) Evaluasi hasil (sumatif) yaitu evaluasi yang dilakukan setelah akhir tindakan
keperawatan secara paripurna. Berorientasi pada masalah keperawatan dan
menjelaskan keberhasilan atau ketidakberhasilan. Rekapitulasi dan kesimpulan
status kesehatan klien sesuai dengan kerangka waktu yang ditetapkan.

Daftar pustaka
http://repository.poltekeskupang.ac.id/1668/1/KTI%20GABUNGAN%20%281%29.pdf
https://www.alomedika.com/penyakit/kardiologi/penyakit-jantung-kongenital/patofisiologi
https://www.alodokter.com/penyakit-jantung-bawaan

Anda mungkin juga menyukai