Anda di halaman 1dari 12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.Konsep Medis Penyakit Jantung Bawaan

1.Pengertian

Kelainan Jantung Kongenital (CHD) atau Penyakit Jantung Bawaan adalah kelainan yang sudah
ada sejak lahir, jadi kelainan tersebut sudah terjadi sebelum bayi lahir. Tetapi kelainan ini tidak
selalu memberi gejala yang segera setelah bayi lahir. Tidak jarang kelainan tersebut baru muncul
setelah bayi berusia beberapa bulan atau beberapa tahun. Kelainan Jantung Kongenital (CHD)
merupakan kelainan yang disebabkan gangguan perkembangan sistem kardiovaskuler pada
embrio yang diduga karena adanya faktor endogen dan eksogen.

Penyakit Jantung Bawaan (PJB) adalah penyakit jantung yang dibawa sejak lahir, karena sudah
terjadi ketika bayi masih dalam kandungan. Pada akhir kehamilan 7 minggu, pembentukan
jantung sudah lengkap: jadi kelainan pembentukan jantung terjadi pada awal kehamilan.
Penyebab PJB seringkali tidak bisa diterangkan, meskipun beberapa faktor dianggap berpotensi
sebagai penyebab.

2.Etiologi

Penyebab terjadinya PJB belum dapat diketahui secara pasti, tetapi ada beberapa faktor yang di
duga mempunyai pengaruh pada penyakit peningkatan angka kejadian PJB. Faktor-faktor
penyebab kelainan jantung menurut sifatnya dapat dibagi sebagai berikut :

1.Eksogen
Infeksi rubella atau penyakit virus lain, obat-obat yang diminum ibu (misalnya thalidomide),
konsumsi alkohol, radiasi dan sebagainya yang dialami ibu pada kehamilan muda dapat
merupakan faktor terjadinya kelainan jantung kongenital, umur ibu lebih dari 40 tahun, dan lain-
lain. Diferensiasi lengkap susunan jantung terjadi pada kehamilan bulan kedua. Faktor eksogen
mempunyai pengaruh terbesar terhadap terjadinya kelainan jantung dalam masa tersebut.
2.Endogen
Faktor genetik/kromosom memegang peranan kecil dalam terjadinya kelainan jantung
congenital. Walaupun demikian beberapa keluarga mempunyai insiden PJB tinggi, jenis PJB
yang sama terdapat pada anggota keluarga yang sama.

3.Klasifikasi

Klasifikasi PJB dapat dibagi menjadi 2 golongan besar, yaitu:

1.Golongan PJB Asianotik (tidak biru)

a. Defek Septum Atrium / Atrial Septum Defect (ASD)


Atrial Septal Defect (ASD) adalah terdapatnya hubungan antara atrium kanan dengan atrium kiri
yang tidak ditutup oleh katup. Biasanya anak dengan DSA tidak terlihat menderita kelainan
jantung karena pertumbuhan dan perkembangannya biasa seperti anak lain yang tidak ada
kelainan. Hanya pada pirau kiri ke kanan yang sangat besar pada stres anak cepat lelah dan
mengeluh dispnea, dan sering mendapat infeksi saluran napas. Pada pemeriksaan palpasi terdapat
kelainan ventrikel kanan hiperdinamik di parasternal kiri. Pada pemeriksaan auskultasi, foto
thoraks EKG dapat lebih jelas adanya kelainan DSA ini. Diagnosis dipastikan dengan
pemeriksaaan ekokardiografi.

b. Defek Septum Ventrikel (VSD)


Ventrikel Septum Defect (VSD) merupakan suatu keadaan adanya lubang disekat jantung yang
memisahkan ruang ventrikel (bilik) kanan dan kiri . Lubang ini mengakibatkan kebocoran aliran
darah dari bilik kiri yang memiliki tekanan lebih besar melalui bilik kanan langsung masuk ke
pembuluh nadi paru (arteri pulmonalis).
c. Duktus Arteriosus Paten (PDA)
Duktus Arteriosus adalah saluran yang berasal dari arkus aorta ke VI pada janin yang
menghubungkan arteri pulmonalis dengan aorta desendens. Pada bayi normal duktus tersebut
menutup secara fungsional 10-15 jam setelah lahir dan secara anatomis menjadi ligamentum
arteriosum pada usia 2-3 minggu. Bila tidak menutup disebut Duktus Arteriosus Persisten
(Persistent Ductus Arteriosus : PDA). Jika duktus tetap terbuka, darah yang seharusnya mengalir
ke seluruh tubuh akan kembali ke paru-paru sehingga memenuhi pembuluh paru-paru.
d. Stenosis Pulmonal (PS)
Stenosis Katup Pulmonal adalah suatu kerusakan katup jantung yang ditandai dengan
penyempitan (stenosis) katup pulmonal. Katup pulmonal terdiri dari tiga jaringan kelopak yang
tipis yang dikenal sebagai daun katup yang tersusun seperti kaki tripod. Ketika ruang jantung
kanan bawah (ventrikel kanan) berkontraksi, daun katup ini terbuka, memungkinkan darah
mengalir dari ventrikel kanan ke paru-paru melalui arteri pulmonalis. Pada stenosis katup
pulmonal, satu atau lebih daun katup tersebut mungkin rusak, terlalu tebal atau tidak terpisah
satu dengan lainnya sebagimana mestinya. Hal ini menyebabkan katup pulmonal tidak terbuka
sepenuhnya, membatasi aliran darah ke paru-paru. Hal ini menurunkan kemampuan darah untuk
mengalirkan darah yang kaya akan oksigen ke seluruh tubuh. Keadaan ini biasanya muncul pada
saat lahir (kongenital). Namun, kondisi ini juga dapat terjadi sebagai akibat dari demam reumatik
atau endokarditis. Stenosis katup pulmonal yang ringan biasanya tidak membutuhkan perawatan.
Pada kasus yang moderat dan berat mungkin membutuhkan pembedahan.

2.Golongan PJB Sianotik (biru)

a.Tetralogi of Fallot (TOF)


Tetralogi fallot (TF) adalah kelainan jantung dengan gangguan sianosis yang ditandai dengan
kombinasi 4 hal yang abnormal meliputi defek septum ventrikel, stenosis pulmonal, overriding
aorta, dan hipertrofi ventrikel kanan.
b. Transposition of the Great Arteries (TGA)
Kelainan jantung bawaan TGA (Transposition Of The Great Arteries) merupakan kelainan pada
jantung berupa adanya pemindahan asal dari aorta dan arteri pulmonalis, aorta keluar dari
ventrikel kanan dan arteri pulmonalis dan ventrikel kiri. Selain kelainan asal aorta dan arteri
pulmonalis pada TGA terdapat kelainan pada jantung yang menyertai TGA seperti letak katup
aorta, katup pulmonal, dan sebagainya. Pada PJB yang disebut TGA komplek ialah adanya letak
katup aorta di kanan pada lengkung aorta ke kanan.

4.Patofisiologi

Penyakit Jantung Bawaan dipengaruhi oleh faktor yaitu faktor genetik dan maternal. Pada
kelainan struktur jantung digolongkan menjadi penyakit jantung bawaan asianotik dan penyakit
jantung bawaan sianotik. Penyakit jantung bawaan asianotik; kondisi ini disebabkan oleh lesi
yang memungkinkan darah shunt dari kiri ke sisi kanan sirkulasi atau yang menghalangi aliran
darah dengan penyempitan katup serta pencampuran darah dari arteri.

Terdapat lubang antara atrium kanan dan kiri menimbulkan tekanan atrium kiri lebih besar
ketimbang atrium kanan, sehingga darah akan mengalir dari atrium kiri ke kanan. Darah yang
mengalir dari atrium kiri ke kanan menimbulkan volume atrium kanan meningkat menyebabkan
hipertrofi atrium kanan dan selain itu meningkatnya volume dan tekanan atrium kanan maka
darah akan mengalir ke ventrikel kanan dan paru-paru juga meningkat. Hal ini menyebabkan
penumpukan darah dan oksigen di paru sehingga alveoli membesar dan terjadi pola nafasnya
tidak efektif.

Volume di ventrikel kiri menurun disebabkan darah mengalir dari atrium kanan ke atrium kiri.
Hal ini akan menyebabkan kontraktilitas ventrikel kiri menurun sehingga terjadi penurunan
curah jantung. Penurunan curah jantung menjadikan tubuh akan kurang oksigen dan kurang
nafsu makan. Kurangnya suplai oksigen ke tubuh membuat tubuh akan terasa lemas dan pusing.
Kurangnya nafsu makan menjadikan nutrisi tidak adekuat sehingga pertumbuhan akan terhambat
dan menyebabkan gangguan pertumbuhan perkembangan.

5.Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis kelainan jantung kongenital sangat bervariasi, tergantung macam kelainannya.
Kelainan yang menyebabkan penurunan aliran darah ke paru atau percampuran darah berkadar
tinggi zat asam dengan darah kotor dapat menimbulkan sianosis, ditandai oleh kebiruan di kulit,
kuku jari, bibir, dan lidah. Ini karena tubuh tidak mendapatkan zat asam memadai akibat
pengaliran darah kotor ke tubuh. Pernapasan anak akan lebih cepat dan nafsu makan berkurang.
Daya toleransi gerak yang rendah mungkin ditemukan pada anak yang lebih tua.

Kelainan yang dapat menyebabkan sianosis atau kebiruan adalah penyumbatan katup pulmonal
(antara bilik jantung kanan dan pembuluh darah paru) yang mengurangi aliran darah ke paru,
tertutupnya katup pulmonal (pada muara pembuluh darah paru) yang menghambat aliran darah
dari bilik jantung kanan ke paru, tetralogi fallot (kelainan yang ditandai oleh bocornya sekat bilik
jantung, pembesaran bilik jantung kanan, penyempitan katup pulmonal dan transposisi aorta),
serta tertutupnya katup trikuspidal (terletak antara serambi dan bilik jantung kanan) yang
menghambat aliran darah dari serambi ke bilik jantung kanan. Selain itu, gejala kebiruan juga
bisa muncul jika terjadi transposisi pembuluh darah besar, gangguan pertumbuhan ruangan,
katup dan pembuluh darah yang berhubungan dengan sisi jantung kiri, serta kelainan akibat salah
bermuaranya keempat vena paru yang seharusnya ke serambi jantung kiri.

Beberapa jenis kelainan jantung kongenital juga dapat menyebabkan gagal jantung. Kelainan ini
menyebabkan terjadinya aliran darah dari sisi jantung kiri ke sisi jantung kanan yang secara
progresif meningkatkan beban jantung. Gejala dari gagal jantung adalah sebagai berikut:

1. Nafas Cepat, bibir biru


2. Sulit makan dan menyusu
3. Berat badan rendah
4. Infeksi pernafasan berulang
5. Toleransi gerak badan yang rendah

6.Penatalaksanaan

Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada pasien dengan penyakit jantung bawaan, yaitu :

1.VSD (Ventrikel Septum Defect)

a.Medis
Pasien dengan VSD perlu ditolong dengan obat-obatan untuk mengatasi gagal jantung seperti
digoksin dan diuretic,jika menunjukan perbaikan maka operasi tidak perlu dilakukan sampai
umur 2-3 tahun. Operasi dilakukan jika pada umur muda pengobatan medis untuk mengatasi
gagal jantung tidak berhasil.

b. Keperawatan
Pada VSD baru dirawat di RS bila sedang mendapatkan infeksi saluran nafas,karena biasanya
sangat dispnea dan sianosis sehingga pasien terlihat payah, masalah pasien yang perlu
diperhatikan adalah bahaya terjadinya gagal jantung, resiko terjadi infeksi saluran
nafas,kebutuhan nutrisi, gangguan rasa aman dan nyaman, kurangnya pengetahuan orangtua
mengenai penyakit.
2.Paten Duktus Arteriosus (PDA)

a.Medis
Pengobatan definitive untuk PDA kecil adalah pembedahan PDA kecil dapat dioperasi kapan
saja. Pada PDA besar dapat diberikan digoksin dan diuretic untuk mengurangi gagal jantung.
Operasi dilakukan pada masa bayi bila gejala yang terjadi berat pada bayi premature PDA
ditutup dengan Anti prostaglandin, misalnya indometasin, yang harus diberikan sedini mungkin
(<1 minggu).

b. Keperawatan
Berbagai resiko seperti pada VSD juga terjadi pada PDA dengan demikian perawatan bayi dan
anak dengan PDA serupa pada VSD.

3. ASD (Atrial Septum Defect)


ASD kecil tidak perlu operasi karena tidak menyebabkan gangguan hemodinamik atau bahaya.

4. Stenosis Pulmonal

a.Medis
Jika tekanan ventrikel kanan 70 mmHg, maka terdapat indikasi untuk operasi. Sekarang makin
populer pelebaran penyempitan SP dengan kateter balon, dan dilaporkan hasilnya baik.

b.Keperawatan
Kegiatan anak harus dibatasi sesuai dengan petunjuk dokter dan istirahat harus diperhatikan.
Pada anak yang sudah mengerti hal tersebut perlu pula diberitahukan secara kontinu pasien harus
datang konsultasi ke dokter jantung anak/dokter yang menangani.
5.Tetralogi Of Fallot (TOF)

a.Medis
Pertolongan untuk pasien TOF hanya dengan dioperasi. Jika TOF dengan sianosis ringan dapat
dilakukan hanya dengan satu tahap pada umur 3-5 tahun. Pada TOF dengan sianosis berat yang
terjadi sebelum umur 6 bulan operasi dilakukan 2 tahap. Tahap ke-2 pada umur 3-5 tahun. Pasien
TOF yang sedang mendapat serangan anoksia harus ditolong dengan memberikan sikap knee
chest atau menungging dengan kepala dimiringkan sambil diberikan O2 melalui air minimal 2 L
per menit. Diberikan juga suntikan morfin dosis 1 mg/kg BB secara subkutan. Bila perlu koreksi
dehidrasi dan asidosis metabolik. Setiap tindakan yang dapat menimbulkan bakteremia seperti
mencabut gigi, sirkumsisi, kateterisasi urine harus dilindungi dengan antibiotik 1 hari sebelum
dan 3 hari setelahnya untuk mencegah endokarditis bakterialis.

b.Keperawatan
Walaupun pasien TOF selalu tampak sianosis (hanya TOF ringan tidak sianosis) tetapi tidak
selalu dirawat di rumah sakit kecuali jika dokter memandang perlu. Oleh karena itu, orang tua
pasien perlu diberikan petunjuk perawatan anaknya. Masalahnya pasien yang perlu diperhatikan
ialah bahaya terjadi anoksia, kebutuhan nutrisi, risiko terjadi komplikasi, dan kurangnya
pengetahuan orang tua mengenai penyakit.

6.Transposition of the Great Arteries (TGA)

a.Medis
Dengan operasi memungkinkan pasien TAB dapat bertahan hidup.

b.Keperawatan
Sama dengan pasien TOF dan penyakit jantung lainnya. Bedanya tidak perlu tindakan
memberikan sikap knee-chest karena sianosis selalu terdapat, maka O2 harus diberikan terus
menerus secara rumat. Dalam bangsal tersebut watan pasien penyakit jantung perawat yang
bertugas di ruang tersebut diharapkan memahami kelainan yang diderita oleh setiap pasien
sehingga dapat menentukan tindakan sewaktu-waktu diperlukan. Selain itu juga mengetahui
bagaimana persiapan pasien untuk suatu tindakan seperti:
1)Membuka rekaman EKG, bila perlu dapat membacanya.
2)Mengukur tekanan darah secara benar.
3)Mempersiapkan pasien untuk keteterisasi jantung atau operasi.
4)Mengambil darah untuk pemeriksaan gas darah arteri.

B.Konsep Asuhan Keperawatan Penyakit Jantung Bawaan

1.Pengkajian

Pengkajian asuhan keperawatan pada penyakit jantung bawaan sangat krusial untuk merancang
intervensi yang tepat dan menyeluruh. Berikut adalah penjelasan mengenai beberapa aspek
penting dalam pengkajian asuhan keperawatan penyakit jantung bawaan:

1.Data Demografi dan Riwayat Kesehatan:


•Mengumpulkan informasi demografis pasien seperti usia, jenis kelamin, dan riwayat keluarga.
•Meneliti riwayat kesehatan pasien termasuk adanya kelainan jantung sejak lahir, riwayat operasi
jantung, dan kondisi medis lainnya.

2.Pemeriksaan Fisik:
•Melakukan pemeriksaan fisik secara menyeluruh terutama pada area jantung, seperti
mendengarkan bunyi jantung dan memeriksa sianosis atau edema.
•Memantau tanda-tanda vital seperti tekanan darah, denyut nadi, dan suhu tubuh.

3.Evaluasi Status Nutrisi:


•Mengidentifikasi status gizi pasien, karena nutrisi yang cukup mendukung pemulihan dan
pertumbuhan yang optimal.
•Memantau berat badan, pertumbuhan (terutama pada anak), dan riwayat pola makan.
4.Aspek Psikososial:
•Menilai dampak psikososial penyakit pada pasien dan keluarga.
•Mengidentifikasi tingkat stres, kecemasan, atau depresi yang mungkin timbul sebagai akibat
penyakit.

5.Pengukuran Fungsi Jantung:


•Menilai kemampuan jantung untuk memompa darah dengan memantau EKG, tes fungsi
jantung, dan pemeriksaan lainnya.
•Menyusun rencana perawatan yang sesuai berdasarkan hasil pengukuran tersebut.

6.Edukasi dan Keterlibatan Keluarga:


•Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai penyakit jantung bawaan,
pengelolaan gejala, dan pentingnya pemeliharaan gaya hidup sehat.
•Mendorong keterlibatan keluarga dalam perencanaan dan pelaksanaan perawatan.

2.Diagnosa Keperawatan

Diagnosa asuhan keperawatan pada penyakit jantung bawaan bertujuan untuk mengidentifikasi
masalah kesehatan dan membimbing perencanaan perawatan yang tepat. Berikut ini adalah
contoh beberapa diagnosa asuhan keperawatan yang relevan untuk penyakit jantung bawaan:
1.Perfusi perifee tidak efektif
2.Resiko infeksi
3.Defisit pengetahuan
4.Gangguan tumbuh kembang
5.Ansietas
6.Manajemen kesehatan tidak efektif

3.Intervensi Keperawatan
Intervensi asuhan keperawatan pada penyakit jantung bawaan dirancang untuk merespons secara
efektif terhadap masalah kesehatan yang diidentifikasi. Berikut adalah beberapa intervensi yang
relevan untuk perawatan pasien dengan penyakit jantung bawaan:
1.Pemantauan Tanda Vital:
•Tujuan: Mendeteksi perubahan kondisi kesehatan secara dini.
•Intervensi: Rutin memantau tekanan darah, denyut nadi, suhu tubuh, dan pernapasan.

2.Manajemen Nyeri:
•Tujuan: Mengurangi atau mengatasi nyeri yang mungkin dialami pasien.
•Intervensi: Memberikan obat penghilang nyeri sesuai indikasi, memberikan kenyamanan fisik
dan lingkungan.

3.Edukasi Pasien dan Keluarga:


•Tujuan: Meningkatkan pemahaman terkait penyakit, perawatan, dan manajemen gejala.
•Intervensi: Memberikan informasi secara jelas dan mendetail, melibatkan pasien dan keluarga
dalam perencanaan perawatan.

4.Manajemen Cairan dan Elektrolit:


•Tujuan: Menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit untuk mendukung fungsi jantung yang
optimal.
•Intervensi: Memantau asupan dan output cairan, memberikan cairan intravena sesuai kebutuhan.

5.Pemantauan Elektrokardiografi (EKG):


•Tujuan: Menilai aktivitas listrik jantung secara terus-menerus.
•Intervensi: Melakukan perekaman EKG secara rutin, memantau perubahan yang dapat
mengindikasikan masalah jantung.

6.Manajemen Stres dan Kecemasan:


•Tujuan: Mengurangi tingkat stres dan kecemasan yang dapat memengaruhi kondisi jantung.
•Intervensi: Memberikan dukungan emosional, teknik relaksasi, atau bimbingan psikologis jika
diperlukan.
7.Pemantauan Pertumbuhan dan Perkembangan:
•Tujuan: Mendukung pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, terutama pada anak.
•Intervensi: Melakukan pemantauan pertumbuhan, memberikan nutrisi yang sesuai, dan
memberikan stimulus pendidikan yang tepat.

4.Implementasi Keperawatan

Implementasi asuhan keperawatan untuk penyakit jantung bawaan melibatkan beberapa langkah
penting. Pertama, evaluasi kondisi klinis pasien, termasuk pemantauan tanda vital dan analisis
hasil tes diagnostik. Selanjutnya, perawat harus mengembangkan rencana perawatan yang
mencakup manajemen nyeri, pemantauan tekanan darah, dan pengelolaan cairan.

Penting juga untuk memberikan edukasi kepada pasien dan keluarganya tentang penyakit jantung
bawaan, pengobatan yang dijalani, dan perubahan gaya hidup yang diperlukan. Dukungan
emosional juga harus diberikan, mengingat dampak penyakit ini pada kualitas hidup pasien.

Selama perawatan, perawat harus bekerja sama dengan tim kesehatan multidisiplin untuk
memastikan pendekatan holistik dalam memberikan perawatan yang terkoordinasi. Pemantauan
secara cermat terhadap perubahan kondisi pasien juga merupakan bagian penting dari
implementasi asuhan keperawatan untuk penyakit jantung bawaan.

5.Evaluasi

Evaluasi asuhan keperawatan penyakit jantung bawaan melibatkan beberapa langkah penting.
Pertama, perawat perlu menilai respons klinis pasien terhadap intervensi perawatan yang
diberikan. Ini melibatkan pemantauan tanda vital, status hemodinamik, dan gejala lainnya.

Selain itu, evaluasi juga mencakup pemantauan perkembangan kondisi jantung bawaan, seperti
adanya komplikasi atau perubahan dalam gejala. Perawat perlu melibatkan pasien dan keluarga
dalam proses evaluasi, memberikan informasi tentang perubahan yang diharapkan dan tanda-
tanda peringatan yang perlu diperhatikan.
Selama evaluasi, penting untuk menilai tingkat pemahaman pasien dan keluarga terkait
perawatan dan manajemen penyakit. Dengan melibatkan mereka secara aktif, perawat dapat
mendukung pemeliharaan kondisi jantung bawaan secara optimal.

Terakhir, dokumentasi yang akurat dan lengkap tentang respons pasien terhadap asuhan
keperawatan perlu dicatat. Ini memberikan dasar informasi untuk pengambilan keputusan
selanjutnya dan koordinasi tim perawatan.

Anda mungkin juga menyukai