Anda di halaman 1dari 13

Askep Pada An dengan Jantung Bawaan (PJB)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit jantung bawaan atau congenital heart disease adalah suatu kelainan formasi dari jantung atau pembuluh besar dekat jantung.
Penyakit jantung bawaan yang kompleks terutama ditemukan pada bayi dan anak. Apabila tidak dioperasi, kebanyakan akan meninggal pada
waktu bayi. Oleh karena itu, penyakit jantung bawaan yang ditemukan pada orang dewasa menunjukkan bahwa klien tersebut mampu
melalui seleksi alam, atau telah mengalami tindakan operasi dini pada usia muda. Hal ini pulalah yang menyebabkan perbedaan pola
penyakit jantung bawaan pada anak dan pada orang dewasa. Penyakit jantung bawaan biasanya akan membuat pertumbuhan anak lebih
lambat, sehingga akan mengganggu perkembangan anak, karena gejalanya yang akan mengganggu kondidi anak yang masih kecil atau
masih bayi. Angka kejadian PJB adalah 9-10 per 1000 bayi lahir hidup. Penyebab terjadinya PJB belum dapat diketahui secara pasti, tetapi
ada beberapa faktor risiko atau predisposisi yang diduga mempunyai pengaruh terhadap peningkatan angka kejadian PJB.

A. Tujuan
1. Untuk mengetahui Definisi Penyakit jantung bawaan
2. Untuk mengetahui klasifikasi Penyakit Jantung bawaan Sianotik dan Asianotik
3. Untuk mengetahui Tanda dann Gejala penyakit jantung bawaan
4. Untuk mengetahui konsep AsKep pada Anak dengan penyakit jantung bawaan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
Penyakit jantung congenital atau penyakit jantung bawaan (PJB) adalah penyakit yang dibawa dari lahir yang merupakan kelainan
pada struktur jantung atau fungsi sirkulasi jantung yang dibawa dari lahir akibat gangguan atau kegagalan perkembangan struktur jantung
pada fase awal perkembangan janin.

Penyakit jantung bawaan (pjb) adalah sekumpulan malformasi struktur jantung atau pembuluh darah besar yang telah ada sejak
lahir.penyakit jantung bawaan yang kompleks terutama ditemukan pada bayi dan anak.apabila dioperasi kebanyakan akan meninggal pada
waktu bayi.

Penyakit jantung bawaan (pjb) adalah kelainan anatomi jantung yang dibawa sejak lahir dalam kandungan sampai dengan lahir.

A. Klasifikasi Penyakit Jantung Bawaan

PJB dapat dibagi atas dua golongan besar, yaitu :

1. Penyakit jantung bawaan non sianotik/asianotik


Penyakit jantung bawaan non sianotik adalah kelainan struktur dan fungsi jantung yang
dibawa sejak lahir yang tidak ditandai dengan sianosis
a. Defek Septum Atrium / Atrial Septum Defect (ASD)
ASD adalah terdapatnya hubungan antara atrium kanan dengan atrium kiri yang tidak ditutup
oleh katup (kebocoran sekat serambi)
b. Defek Septum Ventrikel (VSD)
VSD merupakan suatu keadaan adanya lubang disekat jantung yang memisahkan ruang
ventrikel kanan dan kiri (kebocoran sekat bilik) Lubang ini mengakibattkan kebocoran aliran
darah dari bilik kiri yang memiliki tekanan lebih besar melalui bilik kanan langsung masuk ke
pembuluh nadi paru (arteri pulmonial)
c. Persistent Duktus Arteriosus (PDA)
Duktus arteriosus adalah saluran yang berasal dari arkus aorta ke VI pada janin yang
menghubungkan arteri pulmonalis dengan aorta desendens.PDA adalah duktus tidak tertutup
dan terus membuka sehingga darah yang seharusnya mengalir keseluruh tubuh akan kembali
ke paru-paru, sehingga memenuhi pembuluh paru-paru.
d. Stenosis Pulmonal (PS)
Stenosis katup pulmonal adalah suatu kerusakan katup jantung yang ditandai dengan
penyempitan (stenosis) katup pulmonal. Katup pulmonal terdiri dari tiga jaringan kelopak
tipis yang dikenal sebagai daun katup yang tersusun seperti kaki tripod. Ketika ventrikel
kanan berkontraksi, daun katup ini terbuka, memungkinkan darah mengalir dari ventrikel
kanan ke paru-paru melalui arteri pulmonalis. Pada stenosis katup pulmonal, satu atau lebih
daun tersebut mungkin rusak, terlalu tebal atau tidak terpisah satu dengan yang lainnya
sebagaimana mestinya. Hal ini menyebabkan katup pulmonal tidak terbuka sepenuhnya,
membatasi aliran darah ke paru-paru. Hal ini menurunkan kemampuan darah untuk
mengalirkan darah yang kaya oksigen keseluruh tubuh.
1. Penyakit Jantung Bawaan Sianotik
a. Tetralogi of Fallot (TOF)
Tetralogi fallot (TF) adalah kelainan jantung dengan gangguan sianosis yang ditandai dengan
kombinasi 4 hal yang abnormal meliputi defek septum ventrikel, stenosis pulmonal,
overriding aorta, dan hipertrofi ventrikel kanan. Terjadi kebocoran sekat antara bilik kiri dan
kanan yang disertai penyempitan arteri pulmonal, atau bahkan buntu sama sekali.
Penyempitan arteri pulmonal ini mengakibatkan tekanan di bilik kanan naik dan pada suatu
titik akan lebih tinggi dari bilik kiri, sehingga darah dari bilik kanan sebagian akan mengalir
ke bilik kiri, akibatya darah yang dipompakan ke seluruh tubuh merupakan pencampuran
darah yang kandungan oksigennya rendah dengan darah yang kaya akan oksigen
b. Transportion of the Grea Arteries (TGA)
Kelainan jantung bawaan TGA merupakan kelainan pada jantung berupa adanya pemindahan
asal dari aorta dan arteri pulmonalis aorta. Terjadi kesalahan posisi dari arteri pulmonalis
(pembuluh darah yang mengalirkan darah dari bilik kanan ke paru) dan aorta. Arteri
pulmonalis yang semestinya keluar dari bilik kanan, pada kasus ini keluar dari bilik kiri dan
sebaliknya aorta keluar dari bilik kanan. Maka yang terjadi adalah darah yang kurang oksigen
dari sistem vena yang seharusnya dialirkan ke paru untuk mendapatkan oksigen, dialirkan
langsung kembali ke seluruh tubuh karena yang keluar dari bilik kanan adalah aorta. Dan
sebaliknya dengan arteri pulmonalis keluar dari bilik kiri, sehingga darah yang sudah
mendapatkan oksigen, yang seharusnya dialirkan ke seluruh tubuh, malah kembali lagi ke
paru. Keadaan ini menyebabkan dua sistem sirkulasi yang seharusnya bekerja secara paralel
menjadi terpisah. Akibatnya anak akan semakin biru dan akan meninggal dengan cepat
apabila tidak ditangani dengan cepat dan tepat.

A. Etiologi

Penyebab terjadinya PJB belum diketahui secara pasti, tetapi ada beberapa faktor yang diduga mempunyai pengaruh pada penyakit
peningkatan angka kematian PJB. Factor-faktor penyebab kelaina jantung dapat dibagi sebagai berikut :

1. Eksogen

Infeksi rubella atau penyakit virus lain, obat-obat yang diminum ibu, konsumsi alkohol, radiasi dan sebagainya yang dialami ibu pada
kehamilan muda dapat merupakan faktor terjadinya kelainan jantung congenital, umur ibu lebih dari 40 tahun, dan Ibu menderita penyakit
diabetes mellitus

1. Endogen

Factor genetik / kromosom, seperti Anak yang lahir sebelumnya menderita PJB, Ayah/ibu menderita PJB, Kelainan kromosom misalnya
sindrom down dan Lahir dengan kelainan bawaan yang lain.

A. Tanda dan Gejala


1. Pada sianotik
a. bibir kebiruan, kulit, jari, dan kaki, terutama biru menjadi semakin tampak ketika
bayi menangis
b. sesak napas atau kesulitan bernapas
c. kesulitan makan
d. berat lahir kecil
e. kadar oksigen rendah atau bayi sering pingsan
f. sakit dada
g. pertumbuhan tertunda
1. pada asianotik
penyakit jantung asianotik di mana bayi mendapat cukup oksigen-gejala tidak akan muncul
sampai bertahun-tahun kemudian. Dalam hal ini, gejala mungkin termasuk :
a. irama jantung abnormal
b. pusing
c. kesulitan bernapas
d. pingsan
e. pembengkakan pada organ atau jaringan tubuh
f. kadar oksigen rendah
g. mudah lelah
h. tidak seaktif anak-anak seusia

A. Komplikasi
1. Endokarditis
2. Obstruksi pembuluh darah pulmonal
3. CHF
4. Hepatomegali
5. Enterokolitis nekrosis
6. Gangguan paru yang terjadi bersamaan
7. Perdarahan gastrointestinal (GI)
8. Penurunan jumlah trombosit
9. Hiperkalemia
10. Aritmia
11. Gagal tumbuh

A. Patofisiologi

Dalam keadaan normal darah akan mengalir dari daerah yang bertekanan tinggi ke daerah yang bertekanan rendah. Daerah yang
bertekanan tinggi ialah jantung kiri sedangkan yang bertekanan rendah adalah jantung kanan. Sistem sirkulasi paru mempunyai tahanan
yang rendah sedangkan sistem sirkulasi sistemik mempunyai tahanan yang tinggi. Apabila terjadi hubungan antara rongga-rongga jantung
yang bertekanan tinggi dengan rongga-rongga jantung yang bertekanan rendah akan terjadi aliran darah dari rongga jantung yang

bertekanan tinggi ke rongga jantung yang bertekanan rendah.


Sebagai contoh adanya defek pada sekat ventrikel, maka akan terjadi aliran darah dari ventrikel kiri ke ventrikel kanan. Kejadian ini disebut
pirau (shunt) kiri ke kanan. Sebaliknya pada obstruksi arteri pulmonalis dan defek septum ventrikel tekanan rongga jantung kanan akan
lebih tinggi dari tekanan rongga jantung kiri sehingga darah dari ventrikel kanan yang miskin akan oksigen mengalir melalui defek tersebut
ke ventrikel kiri yang kaya akan oksigen, keadaan ini disebut dengan pirau (shunt) kanan ke kiri yang dapat berakibat kurangnya kadar
oksigen pada sirkula sisistemik. Kadar oksigen yang terlalu rendah akan menyebabkan sianosis. Kelainan jantung bawaan pada umumnya
dapat menyebabkan hal-hal sebagaiberikut:

1. Peningkatan kerja jantung, dengan gejala : kardiomegali, hipertrofi, takhikardia.


2. Curah jantung yang rendah, dengan gejala : gangguan pertumbuhan, intoleransi
terhadap aktivitas.
3. Hipertensi pulmonal, dengan gejala : dispnea, takhipnea
4. Penurunan saturasi oksigen arteri, dengan gejala: polisitemia, asidosis, sianosis.
 ANATOMI FISIOLOGI

A. Pathway

Factor predosposisi : prenatal dan genetik

Duktus arteriosus paten

Aliran darah dialirkan secara langsung dari aorta (tekanan lbih tinggi)ke arteri pulmonal
(tekanan lebih rendah)

Resikulasi darah beroksigen tinggi ke paru

Peningkatan beban kerja jantung kiri

Hipertrofi ventrikel kiri

Kontriksi arteriol paru edema paru


Hipertensi pulmonal penurunan difusi paru o2

Gagal jantung kanan hipoksia kelelahan saat makan

Dx: dx :gangguan pertukaran gas nutrisi tidak adekuat Perubahan


curah jantung

dx :intoleransi aktivitas dx : resiko infeksi

pertumbuhan terhambat

Dx :ketidaseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan

Dx : gangguan pertumbuhan dan perkembangan

Manifestasi Klinis PJB (CHD)

Gejala-gejala dan tanda-tanda dari PJB dihubungkan dengan tipe dan keparahan dari
kerusakan jantung. Beberapa anak tidak mempunyai gejala atau tanda-tanda, dimana yang
lainnya mengembangkan sesak napas, cyanosis (warna kulit yang biru disebabkan
berkurangnya oksigen didalam darah), nyeri dada, syncope, kurang gizi atau kurang
pertumbuhannya. Kerusakan atrial septal (sebuah lubang di dinding antara atrium kanan
dan kiri), misalnya dapat menyebabkan sedikit atau sama sekali tidak ada gejala. Kerusakan
dapat berlangung tanpa terdeteksi untuk puluhan tahun. Aortic Stenosis (halangan aliran
darah pada klep aortic karena katup yang abnormal) juga umumnya tidak menyebabkan
gejala-gejala terutama ketika stenosis (penyempitan) ringan. Pada kasus aortic stenosis
berat yang mana kasus ini jarang terjadi, gejala-gejala dapat timbul selama masa bayi dan
anak-anak. Gejala-gejala dapat termasuk pingsan, pusing, nyeri dada, sesak napas dan
keletihan yang luar biasa.
Ventricular septal defect (VSD) adalah contoh lain dimana gejala-gejala berhubungan
dengan kerusakan yang berat. VSD adalah suatu lubang didinding antara kedua ventrikel.
Ketika kerusakannya kecil, anak-anak tidak menderita gejala-gejala, dan satu-satunya tanda
VSD adalah suara desiran jantung yang keras. Jika lubangnya besar, dapat terjadi gagal
jantung, kurang gizi dan pertumbuhan yang lambat. Pada kasus-kasus yang lain dengan
komplikasi pulmonary hypertension yang permanen (kenaikan tekanan darah yang parah
pada arteri-arteri dari paru-paru), sianosis dapat terjadi. Tetralogy of Fallot (TOF) adalah
suatu kerusakan jantung yang merupakan kombinasi dari VSD dan halangan aliran darah
keluar dari ventricle kanan. Cyanosis adalah umum pada bayi dan anak-anak dengan TOF.
Cyanosis dapat timbul segera setelah kelahiran dengan episode mendadak dari cyanosis
parah dengan pernapasan yang cepat bahkan mungkin menjadi pingsan. Selama latihan,
anak-anak yang lebih dewasa dengan TOF bisa mendapat sesak napas atau pingsan.
Coarctation dari aorta adalah bagian yang menyempit dari arteri besar ini. Umumnya tidak
ada gejala waktu kelahiran, namun hal ini dapat berkembang lebih awal, misalnya minggu
pertama sesudah kelahiran. Seorang bayi dapat mengalami gagal jantung congestive atau
hipertensi.
A. Penatalaksanaan Medis PJB (CHD)

1. Restriksi cairan dan bemberian obat-obatan

a. Furosemid (lasix) diberikan bersama restriksi cairan untuk meningkatkan diuresis dan
mengurangi efek kelebihan beban kardiovaskular

b. Pemberian indomethacin (inhibitor prostaglandin) untuk mempermudah penutupan


duktus, pemberian antibiotik profilaktik untuk mencegah endokarditis bakterial.

1. Pembedahan :

a. Operasi penutupan defek

b. Pemotongan atau pengikatan duktus (dianjurkan saat berusia 5-10 tahun)

c. Obat vasodilator, obat antagonis kalsium untuk membantu pada pasien dengan
resistensi kapiler paru yang sangat tinggi dan tidak dapat dioperasi.

d. Pemotongan atau pengikatan duktus tanpa pembedahan dilakukan dengan cara


penutupan dengan alat penutup dilakukan pada waktu kateterisasi jantung.

A. Pencegahan

Wanita yang sedang hamil dapat mengambil tindakan tertentu untuk menurunkan risiko melahirkan bayi dengan cacat jantung bawaan :
1. Jika berencana hamil, diskusikan dengan dokter mengenai obat apa yang boleh dan
tidak boleh dikonsumsi
2. Jika anada memiliki riwayat diabetes, pastikan kadar gula darah anda terkontrol
sebelum hamil.
3. Hindari alcohol, obat-obatan terlarang, dan jamu-jamuan selama kehamilan.
BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. riwayat kehamilan
riwayat terjadinya infeksi padaa ibu selama trimester pertama .agen penyebab lain adalah
rubella ,influenza atau chicken fox.riwayat prenatal seperti ibu yang menderita diabetes
mellitus dengan ketergantungan pada insulin kepatuhan ibu menjaga kehamilan dengan
baik,terutama termasuk menjaga gizi ibu,dan tidak kecanduan obat obatan dan alcohol,tidak
merokok
2. riwayat persalinan
proses kelahiran atau secara alami atau adanya factor factor yang memperlama proses
persalinan ,penggunaan alat seperti vakum untuk membantu kelahiran atau ibu harus
dilakukan SC.
3. riwayat kesehatan keluarga
riwayat keturunan dengan memperhatikan adanya anggota keluarga lain yang juga
mengalami kelainan jantung untuk mengkaji adanya factor genetic yang menunjang
4. Usia
Perlu diketahui pada usia berapa gejala mulai timbul. Pada anak dengan KJB gejala tersebut
tidak selalu disertai dengan tanda-tanda yang spesifik, karena anak dapat melakukan aktivitas
secara normal. Kadang-kadang gejala muncul setelah anak remaja atau menginjak dewasa.
5. Pertumbuhan dan perkembangan
Sebagian anak yang menderita KJB dapat tumbuh dan berkembang secara normal. Pada
beberapa kasus yang spesifik, seperti VSD, ASD, dan TF, pertumbuhan fisik anak terganggu
terutama berat badannya.anak kelihatan kurus dan mudah sakit, terutama karena infeksi
saluran nafas. Sedangkan untuk perkembangannya, yang sering mengalami gangguan adalah
aspek motoriknya.
6. Pola aktivitas
Anak-anak yang menderita TF sering tidak dapat melaksanakan aktivitas sehari-harinya
secara normal. Apabila melakukan aktivitas yang membutuhkan banyak energi, seperti
berlari, bergerak, berjalan-jalan cukup jauh, makan/minum tergesa-gesa, menangis, atau tiba-
tiba duduk jongkok (squating), anak dapat mengalami serangan sianosis. Hal ini dimaksudkan
untuk memperlancar aliran darah keotak. Kadang-kadang anak tampak pasif dan lemah,
sehingga kurang mampu untuk melaksanakan aktivitas sehari-hari dan perlu dibantu.
7. Tanda vital (suhu, nadi, respirasi, dan kesadaran)
Suhu anak yang menderita KJB adalah rekatif/normal selama tidak didapatkan tanda-tanda
infesi. Nadi pada masa bayi secara normal lebih cepat dibandingkan dengan masa anak-anak.
Pada anak yang mengalami kesulitan nafas/sesak nafas sering didapatkan tanda-tanda retraksi
otot bantu nafas, pernafasan cuping hidung, dan nafas cepat, sementara pada bayi sering
ditandai dengan minum/menetek yang sering berhenti. Sesak nafas ini sering timbul bila
melakukan latihan yang lama dan intensif.
Menurut prnilaian Glascow Coma Scale (GCS) kesadaran termasuk dalam kategori compos
mentis. Dalam keadaan yang memburuk, seperti ketika anak mengalami gagal jantung,
kesadaran bisa mengalami penurunan bahkan sampai mengalami koma.

8. Sianosis
Terutama terjadi pada kasus TF. Harus dibedakan antara sianosis perifer dan sianosis sentral.
Sianosis perifer terjadi karena vasokonstriksi pembuluh darah, terutama pada bagian perifer
yang dapat dilihat pada ujung-ujung ekstremitas. Sedangkan pada sianosis sentral, warna
kebiruan dapat dilihat pada membran mukosa, seperti lidah, bibir, dan konjungtiva. Sianosis
sentral dapat timbul selama melakukan aktivitas, seperti menangis atau makan tergesa-gesa.
Pada diaknosis yang berat, tanpa melakukan aktivitas apapun warna pucat kebiruan sudah
tampak. Sianosis ini tidak selalu ada pada penyakit jantung bawaan. Hal ini bergantung pada
letak kelainannya. Misalnya saja pada VSD atau ASD tanda sianosis ini tidak tampak.
9. Pemeriksaan penunjang
a. Ultra Sono Grafi (USG) dada yang digunakan untuk menentukan besar jantung,
bentuk vaskularisasi paru, sera untuk mengetahui keadaan thymus, trachea, dan osephagus
b. Elektro Cardiografi (ESG) berguna untuk mengetahui adanya aritmia atau hipertofi
c. Echo Cardiografi berguna untuk mengetahui hemodinamik dan anatomi jantung
d. Kateterisal dan angiografi untuk mengetahui gangguan anatomi jantung yang
dilakukan dengan tindakan pembedahan
e. Pemeriksaan laboratorium, biasanya pemeriksaan darah dilakukan untuk serum
elektrolit, Hb, packet cell volume (PCV) dan kadar gula.
1. Program Terapy
Pengobatan ditunjukan untuk dua hal, yaitu :
a. Jenis dan berat penyakitnya
Apabila terdapat sianosis maka diperlukan optimalisasi fisik dan mental untuk persiapan
operasi. Observasi tanda-tanda vital dan terapy suportif tetap diperlukan meskipun anak tidak
mengalami sianosis
b. Mengatasi penyakit/komplikasi yang biasanya dilakukan dengan tindakan operatif.

1. pemeriksaan fisik
Meliputi : inspeksi ,palpasi ,perkusi & auskultasi. Dari hasil pemeriksaan fisik pada penyakit
jantung congenital (CDH) adalah :bayi baru lahir berukuran kecil dan berat badan krang ,anak
terlihat pucat ,banyak keringat bercucuran ,ujung ujung jari hiperemik.
a. diameter dada bertambah ,sering terlihat penonjolan dada kiri tanda yang menonjol
adalah nafas pendek dan retraksi pada jugulum ,selaintrakostal dan region epigastrium
b. pada anak yang kurus terlihat implus jantung yang hiperdinamik
c. anak sering mengalami kelelahan dan infeksi saluran pernapasan
d. pusing ,tanda tanda ini lebih Nampak apabila pemenuhan kebutuhan terhadap O2
tidak terpenuhi ditandai dengan adanya murmur sistolik yang terdengar pada batas kiri
sternum
e. adanya kenaikan tekanan darah .tekanan darah lebih tinggi pada lengan dari pada kaki
.denyut nadi pada lengan atas terasa kuat ,tetapi lemah pada popliteal dan femoral.
A. Diagosa Keperawatan
1. Penurunan curah jantung b.d malformasi jantung
2. Intolerasi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen

A. Intervensi
a. Penurunan curah jantung b.d malformasi jantung
1. Tujuan (Noc)
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama…x24 jam klien menunjukkan curah jantung
adekuat ,dengan criteria :
a. Tekanan darah dalam rentang normal.
b. Toleransi terhadap aktivitas
c. Nadi perifer kuat.
d. Ukuran jantung normal.
e. Tidak ada distensi vena jugularis
f. Tidak ada distritma
g. Tidak ada bunyi jantung abnormal
h. Tidak ada angina
i. Tidak ada edema perifer
j. Tidak ada edema paru
k. Tidak ada diaphoresis
l. Tidak ada mual
m. Tidak ada kelelahan

1. Intervensi (NIC)
a. Evaluasi adanya nyeri dada(intensitas ,lokasi ,radiasi, durasi,dan factor pencetus
nyeri)
b. Lakukan penilaian kompherensif terhadap sirkulasi perifer (mis,cek nadi
perifer,edema,pengisian kapiler dan suhu ekstrimitas)
c. Dokumentasikan adanya disritmia jantung
d. Catat tanda dan gejala penurunan curah jantung
e. Monitor tanda tanda vital
f. Monitor status kardiovaskular
g. Monitor distritma jantung termasuk gangguan irama dan konduksi
h. Monitor status respirasi terhadap gejala gagal jantung
i. Monitor keseimbangan cairan (asupan haluaran dan berat badan harian)
j. Kenali adanya perubahan tekanan darah
k. Kenali pengaruh psikologis yang mendasari kondisi klin
l. Evaluasi respon klien terhadap distritma
m. Kolaborasi dalam pemberian terapi antiritmia sesuai kebutuhan
n. Monitor respon klien terhadap pemberian terapi antiaritmia
o. Intruksikan klien dan keluarga tentang pembatasan aktivitas
p. Tentukan periode latihan dan istirahat untuk menghindari kelelahan
q. Monitor toleransi klien terhadap aktivitas
r. Monitor adanya dispnea ,kelelaha ,takipnea ,dan ortopnea
s. Ciptakan hubungan yang saling mendukung antara klien dan keluarga
t. Anjurkan klien untuk melaporkan adanya ketidaknyamanan dada
u. Tawarkan dukungan spiritual untuk klien dan keluarganya

a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


kelelahan pada saat makan dan meningkatnya kebutuhan kalori
1. Tujuan (NOC)
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama..x 24 jam klien dapat meningkatkan status
nutrisi,dengan KH:
a. Asupan nutrisi adekuat
b. Asupan makanan dan cairan adekuat
c. Energy meningkat
d. Berat badan meningkat
1. Intervensi (NIC)
a. Tanyakan pada klien tentang alergi terhadap makanan
b. Tanyakan makanan kesukaan klien
c. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang jumlah kalori dan tipe nutrisi yang dibutuhkan
d. Anjurkan masukan kalori yang tepat yang sesuai dengan gaya hidup
e. Anjurkan peningkatan masukan zat besi yang sesuai
f. Anjurkan peningkatan asupan protein dan vitamin C
g. Anjurkan untuk banyak makan buah dan minum
h. Berikan klien diet tinggi protein,tinggi kalori
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Penyakit jantung bawaan (PJB) adalah penyakit dengan kelainan pada struktur jantung atau
fungsi sirkulasi jantung yang dibawa dari lahir yang terjadi akibat adanya gangguan atau
kegagalan perkembangan struktur jantung pada fase awal perkembangan janin. Ada dua
golongan besar PJB, yaitu Asionotik, dan Sianotik. Adapun jenis kelainan pada penyakit
jantung bawaan sangat bervariasi, ada yang hanya menyebabkan gangguan ringan pada fungsi
jantung tetapi ada juga kelainan yang cukup fatal hingga mengganggu fungsi kerja jantung
dalam mendistribusikan darah keseluruh tubuh. Pada umumnya kelainan jantung dapat
dideteksi sejak lahir, namun tak jarang gejalanya muncul setelah bayi berumur beberapa
minggu atau beberapa bulan.

B. Saran
Tepatnya penganan dan pemberian asuhan keperawatan pada anak dengan kelainan jantung
bawaan sianotik dan asianotik sangat menentukan untuk kelansungan hidup anak mengingat
masalah yang komplit yang dapat terjadi pada anak bahkan dapat menimbulkan kematian
yang diakibatkan karena hipoksia , syok maupun gagal. Oleh karena itu perawat harus
memiliki keterampilan dan pengetahuan konsep dasar perjalanan penyakit kardiovaskular
yang baik agar dapat menentukan diagnosa yang tepat bagi anak yang mengalami Pjb sianotik
maupun asianotik sehingga angka kesakitan dan kematian dapat ditekan.
DAFTAR PUSTAKA

Donna L. Wong. 2008.Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta. EGC.

Arif Muttaqin. 2009. Pengantar Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler. Jakarta : Salemba Medika

https://nahrowy,wordpress.com/2013/02/01asuhan-keperawatan-pada-anak-dengan-pjb-chd. Diakses pada tanggal 12 oktober 2016

https://www.scribd.com/mobile/doc/147512016/makalah-penyakit-jantung-bawaan Diakses pada hari Rabu 12 Oktober 2016

Anda mungkin juga menyukai