TINJAUAN TEORI
1. Pengertian
Penyakit Jantung Bawaan (PJB) adalah penyakit jantung yang dibawa sejak lahir
dan terjadi ketika bayi masih berada dalam kandungan. Kelainan pembentukkan
jantung pada awal kehamilan karena saat usia kandungan 7 minggu, pembentukkan
jantung sudah lengkap.
Penyakit jantung kongenital atau penyakit jantung bawaan adalah sekumpulan
malformasi struktur jantung atau pembuluh darah besar yang telah ada sejak lahir.
Penyakit jantung bawaan yang kompleks terutama ditemukan pada bayi dan anak.
Apabila tidak dioperasi, kebanyakan akan meninggal waktu bayi. Apabila penyakit
jantung bawaan ditemukan pada orang dewasa, hal ini menunjukkan bahwa pasien
tersebut mampu melalui seleksi alam, atau telah mengalami tindakan operasi dini pada
usia muda.
2. Jenis Penyakit Jantung Bawaan
a. Penyakit Jantung Bawaan Non Sianotik
Penyakit jantung bawaan (PJB) non sianotik adalah kelainan struktur dan
fungsi jantung yang dibawa lahir yang tidak ditandai dengan sianosis; misalnya
lubang di sekat jantung sehingga terjadi pirau dari kiri ke kanan, kelainan salah
satu katup jantung dan penyempitan alur keluar ventrikel atau pembuluh darah
besar tanpa adanya lubang di sekat jantung. Masing-masing mempunyai spektrum
presentasi klinis yang bervariasi dari ringan sampai berat tergantung pada jenis
dan beratnya kelainan serta tahanan vaskuler paru. Yang akan dibicarakan disini
hanya 2 kelompok besar PJB non sianotik; yaitu (1) PJB non sianotik dengar, lesi
atau lubang di jantung sehingga terdapat aliran pirau dari kiri ke kanan,misalnya
ventricular septal defect (VSD), atrial septal defect (ASD) dan patent ductus
arteriosus (PDA), dan (2) PJB non sianotik dengan lesi obstruktif di jantung
bagian kiri atau kanan tanpa aliran pirau melalui sekat di jantung, misalnya,
aorticstenosis (AS), coarctatio aorta (CoA) dan pulmonary stenosis (PS).
5. Patofiologi
Penyakit Jantung Bawaan dipengaruhi oleh faktor yaitu faktor genetik dan
maternal. Pada kelainan struktur jantung digolongkan menjadi penyakit jantung
bawaan asianotik dan penyakit jantung bawaan sianotik. Penyakit jantung bawaan
asianotik; kondisi ini disebabkan oleh lesi yang memungkinkan darah shunt dari kiri
ke sisi kanan sirkulasi atau yang menghalangi aliran darah dengan penyempitan katup
serta pencampuran darah dari arteri (Padila, 2013).
Terdapat lubang antara atrium kanan dan kiri menimbulkan tekanan atrium
kiri lebih besar ketimbang atrium kanan, sehingga darah akan mengalir dari atrium
kiri ke kanan. Darah yang mengalir dari atrium kiri ke kanan menimbulkan volume
atrium kanan meningkat menyebabkan hipertropi atrium kanan dan selain itu
meningkatnya volume dan tekanan atrium kanan maka darah akan mengalir ke
ventrikel kanan dan paru-paru juga meningkat. Hal ini menyebabkan penumpukan
darah dan oksigen di paru sehingga alveoli membesar dan terjadi pola nafasnya tidak
efektif.
Volume di ventrikel kiri menurun disebabkan darah mengalir dari atrium
kanan ke atrium kiri. Hal ini akan menyebabkan kontraktilitasventrikel kiri menurun
sehingga terjadi penurunan curah jantung. Penurunan curah jantung menjadikan tubuh
akan kurang oksigen dan kurang nafsu makan. Kurangnya suplai oksigen ke tubuh
membuat tubuh akan terasa lemas dan pusing. Kurangnya nafsu makan menjadikan
nutrisi tidak adekuat sehingga pertumbuhan akan terhambat dan menyebabkan
gangguan pertumbuhan perkembangan (Irnizarifka, 2011).
6. Pemeriksaan Penunjang
a) Foto Thoraks
Melihat atau evaluasi adanya atrium dan ventrikel kiri membesar secara signifikan
(kardiomegali), gambaran vaskuler paru meningkat.
b) Echokardiografi
Rasio atrium kiri tehadap pangkal aorta lebih dari 1,3:1 pada bayi cukup bulan atau
lebih dari 1,0 pada bayi praterm (disebabkan oleh peningkatan volume atrium kiri
sebagai akibat dari pirau kiri ke kanan).
c) Pemeriksaan Laboratorium
Ditemukan adanya peningkatan hemoglobin dan hematokrit (Ht) akibat saturasi
oksigen yang rendah. Pada umumnya hemoglobin dipertahankan 16-18 gr/dl dan
hematokrit antara 50-65 %. Nilai BGA menunjukkan peningkatan tekanan partial
karbondioksida (PCO2), penurunan tekanan parsial oksigen (PO2) dan penurunan
PH.
d) Pemeriksaan Doppler
Digunakan untuk mengevaluasi aliran darah dan arahnya.
e) Elektrokardiografi
Bervariasi sesuai tingkat keparahan, adanya hipertropi ventrikel kiri, kateterisasi
jantung yang menunjukan striktura.
f) Katerisasi Jantung
Hanya dilakukan untuk mengevaluasi lebih jauh hasil ECHO atau Doppler yang
meragukan atau bila ada kecurigaan defek tambahan lainnya.
g) Diagnosa ditegakkan dengan cartography & cardiac iso enzim ( CK & CKMB )
meningkat.
7. Komplikasi
Pasien dengan penyakit jantung bawaan terancam mengalami berbagai komplikasi
antara lain :
a) Gagal jantung kongestif
b) Aritmia
c) Endokarditis Bakterialisasi
d) Hipertensi
e) Hipertensi Pulmonal
f) Tromboemboli
g) Abses Otak
8. Penatalaksanaan
a. Penyakit Jantung Bawaan Non Sianotik dengan vaskularisasi paru
1) Ventricular Septal Defect (VSD)
Pasien dengan DSV besar perlu ditolong dengan obat-obatan utuk
mengatasi gagal jantung. Biasanya diberikan digoksin dan diuretic, misalnya
lasix. Bila obat dapat memperbaiki keadaan, yang dilihat dengan membaiknya
pernafasan dan bertambahnya berat badan, rnaka operasi dapat ditunda sampai
usia 2-3 tahun. Tindakan bedah sangat menolong karena tanpa tindakan
tersebut harapan hidup berkurang.
2) Atrial Septal Defect (ASD)
Kelainan tersebut dapat ditutup dengan dijahit atau dipasang suatu
graft pembedahan jantung terbuka, dengan prognosis baik.
3) Patent Ductus Arteriosus (PDA)
Karena neonatus tidak toleransi terhadap pembedahan, kelainan
biasanya diobati dengan aspirin atau idomethacin yang menyebabkan
kontraksi otot lunak pada duktus arteriosus. Ketika anak berusia 1-5 tahun,
cukup kuat untuk dilakukan operasi.
b. Penyakit Jantung Bawwan Sianotik dengan vaskularisasi paru normal
1) Stenosis Aorta (SA)
Stenosis dihilangkan dengan insisi pada katup yang dilakukan pada
saat anak mampu dilakukan pembedahan toraks.
2) Stenosis Pulmonal (PA)
Stenosis dikoreksi dengan pembedahan pada katup yang dilakukan
pada saat anak berusia 2-3 tahun.
3) Koarktasio Aorta
Kelainan dapat dikoreksi dengan Balloon Angioplasty, pengangkatan
bagian aorta yang berkontriksi atau anastomi bagian akhir, atau dengan cara
memasukkan suatu graft.
c. Penyakit Jantung Bawaan Sianotik dengan vaskularisasi paru berkurang
1) Tetralogi Of Fallot (TOF)
Pembedahan paliatif dilakukan pada usia awal anak-anak, untuk
mernenuhi peningkatan kebutuhan oksigen dalam masa pertumbuhan.
Pembedahan berikutnya pada masa usia sekolah, bertujuan untuk koreksi
secara permanent. Dua pendekatan paliatif adalah dengan cara Blalock-
Tausing, dilakukan pada ananostomi ujung ke sisi sub ciavikula kanan atau
arteri karotis menuju arteri pulmonalis kanan. Secara Waterson dikerjakan
pada sisi ke sisi anastonosis dari aorta assenden, menuju arteri pulmonalis
kanan, tindakan ini meningkatakan darah yang teroksigenasi dan
membebaskan gejala-gejala penyakit jantung sianosis.
d. Penyakit Jantung Bawaan dengan vaskularisasi paru bertambah
Pembedahan paliatif dilakukan agar terjadi percampuran darah. Pada saat
prosedur, suatu kateter balon dimasukan ketika kateterisasi jantung, untuk
memperbesar kelainanseptum intra arterial. Pada cara Blalock Halen dibuat suatu
kelainan septum atrium. Pada Edward vena pulmonale kanan. Cara Mustard
digunakan untuk koreksi yang permanent. Septum dihilangkan dibuatkan
sambungan sehingga darah yang teroksigenisasi dari vena pulmonale kembali ke
ventrikel kanan untuk sirkulasi tubuh dan darah tidak teroksigenisasi kembali dari
vena cava ke arteri pulmonale untuk keperluan sirkulasi paru-paru. Kemudian
akibat kelaianan ini telah berkurang secara nyata dengan adanya koreksi dan
paliatif.
9. Pathway
Penyakit Jantung Bawaan Non Sianotik
Penyakit Bawaan Sianotik : Tetralogi Of Fallot (TOF)
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a) Identitas Klien
b) Riwayat Kesehatan
1) Riwayat terjadinya infeksi pada ibu selama trimester pertama. Agen penyebab
lain adalah rubella, influenza atau chicken pox.
2) Riwayat prenatal seperti ibu yang menderita diabetes mellitus dengan
ketergantungan pada insulin.
3) Kepatuhan ibu menjaga kehamilan dengan baik, termasuk menjaga gizi ibu,
dan tidak kecanduan obat-obatan dan alcohol, tidak merokok.
4) Proses kelahiran atau secara alami ataua adanya factor-faktor memperlama
proses persalinan, penggunaan alat seperti vakum untuk membantu kelahiran
atau ibu harus dilakukan SC.
5) Riwayat keturunan, dengan rnemperhatikan adanya anggota keluarga lain yang
juga mengalami kelainan jantung, untuk mengkaji adanya factor genetic yang
menunjang.
c) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan sama dengan pengkajian fisik yang
dilakukan terhadap pasien yang menderita penyakit jantung pada umumnya.
Secara spesifik data yang dapat ditemukan dari hasil pengkajian fisik pada
penyakit jantung congenital ini adalah:
1) Bayi baru lahir berukuran kecil dan berat badan kurang. Anak terlihat pucat,
banyak keringat bercucuran, ujung-ujung jari hiperemik.
2) Diameter dada bertambah, sering terlihat pembonjolan dada kiri.
3) Tanda yang menojol adalah nafas pendek dan retraksi pada jugulum, sela
intrakostal dan region epigastrium.
4) Pada anak yang kurus terlihat impuls jantung yang hiperdinarnik.
5) Anak mungkin sering mengalami kelelahan dan infeksi saluran pernafasan
atas.
6) Neonatus menunjukan tanda-tanda respiratory distress seperti mendengkur,
tacipnea dan retraksi.
7) Anak pusing, tanda-tanda ini lebih nampak apabila pemenuhan kebutuhan
terhadap O2 tidak terpenuhi ditandai dengan adanya murmur sistolik yang
terdengar pada batas kiri sternum.
8) Adanya kenaikan tekanan darah. Tekanan darah lebih tinggi pada lengan
daripada kaki. Denyut nadi pada lengan terasa kuat, tetapi lemah pada
popliteal dan temoral.
2. Diagnosa Keperawatan
a) Gangguan Pertukaran Gas b.d ketidakseimbangan ventilasi – perfusi
b) Penurunan Curah Jantung b.d perubahan preload, afterload, frekuensi jantung
c) Defisit Nutrisi Tubuh b.d ketidakmampuan menelan makanan
d) Intoleransi Aktifitas b.d Kelelahan
e) Nyeri Akut b.d agen Pencedera fisik
f) Resiko Infeksi b.d efek prosedur invasif
g) Resiko Cedera b.d hipoksia jaringan-kejang