Anda di halaman 1dari 11

PENYAKIT JANTUNG BAWAAN SIANOTIK PADA ANAK

LAKI-LAKI BERUSIA 4 TAHUN : LAPORAN KASUS


Cyanotic congenital heart disease in a 4 year old boy : case report
Jimly Asshiddiqie1, Sudarmanto2
1
Fakultas Kedokteran, Universitas Muhammadiyah Surakarta
2
Departemen Ilmu Kesehatan Anak, RSUD Harjono Ponorogo
Korespondensi: Jimly Asshiddiqie1: jimlyasidik456@gmail.com

ABSTRAK
Penyakit jantung bawaan (PJB) merupakan bentuk kelainan jantung yang sudah didapatkan
sejak bayi baru lahir. Relatif tingginya angka kejadian PJB menyebabkan kelainan ini merupakan
kelainan bawaan tersering di antara kelainan-kelainan bawaan jenis lain. Kami melaporkan presentasi
klinis dan penatalaksanaan sebuah kasus anak dengan penyakit jantung bawaan (PJB) di rumah sakit
Dr. Harjono S. Ponorogo. Seorang anak laki-laki umur 4 tahun dengan keluhan utama lemas dibawa
ibunya ke IGD RSUD Dr. Harjono S. Ponorogo. Keluhan tambahan berupa kebiruan pada wajah
terutama disekitar bibir dan di ujung jari tangan dan kaki. Keluhan tersebut diketahui sejak pasien baru
lahir. Pasien terlihat lemas, kurang aktif, dan dadanya berdebar-debar. Kesan berat badan Pasien
menurun. Pemeriksaan tanda vital yaitu denyut nadi 121x/menit, frekuensi napas 54x/menit, suhu tubuh
36,2C, dan saturasi oksigen 53%, murmur (+).Status generalis: wajah terutama disekitar bibir sianosis;
leher, pulmo, abdomen dalam batas normal; ekstremitas akral hangat, clubbing finger. Status lokalis cor:
inspeksi iktus cordis tidak terlihat, palpasi iktus cordis teraba tapi tidak kuat angkat, perkusi sulit
dievaluasi, auskultasi suara jantung I dan II reguler cepat. Penatalaksanaan anak PJB harus dilakukan
secara menyeluruh. Beberapa penyulit dapat terjadi pada pasien PJB sianotik yang akan menetukan
prognosis.

Kata Kunci: Penyakit jantung bawaan, sianosis, hipoksemia.

ABSTRACT
Congenital heart disease (CHD) is a heart abnormality that has been acquired since the
newborn. The incidence of CHD is relative high, the most common congenital disorder among other types
of congenital disorders. We report the clinical presentation and management of a case of a baby with
CHD at Dr. Harjono S. Ponorogo. A 4-year-old boy with the main complaint of weakness was brought by
his mother to the emergency department of RSUD Dr. Harjono S. Ponorogo. The patient come with blue
face, especially around the lips, fingertips and toes. It is known since he was born. The baby looks weak,
less active, and pounding chest. The baby's weight has decreased. Examination of vital signs: pulse
121x/minute, respiratory rate 54x/minute, body temperature 36.2C, and oxygen saturation 53%, murmur
(+). General status: cyanosis face especially around the lips; neck, pulmo, abdomen within normal limits;
warm acral extremities, clubbing fingers. Cor status: inspection of ictus cordis not visible, but it is
palpable, not strong, percussion is difficult to evaluate, auscultation of heart sounds I and II are regular
fast. Management of children with CHD must be done comprehensively. Several complications can occur
in patients with cyanotic CHD that will determine the prognosis.

Keywords: Congenital heart disease, cyanosis, hypoxemia.

PENDAHULUAN PJB dapat dikelompokkan menjadi dua tipe


Penyakit jantung bawaan (PJB) yaitu: 1) PJB sianotik yang menyebabkan
merupakan bentuk kelainan jantung yang warna kebiruan (sianosis) pada kulit dan
sudah didapatkan sejak bayi baru lahir selaput lender terutama di daerah lidah/bibir
(Fedora, et al., 2019). Secara garis besar dan ujung-ujung anggota gerak akibat

ISSN : 2721-2882
296
kurangnya kadar oksigen di dalam darah, 2) Kami melaporkan presentasi kasus anak

PJB non-sianotik, yaitu PJB yang tidak dengan penyakit jantung bawaan sianotik di

menimbulkan warna kebiruan pada anak RSUD Dr. Harjono S. Ponorogo.

(Fedora, et al., 2019).


PRESENTASI KASUS

Tujuh hingga delapan bayi per Pasien seorang laki-laki berusia 4

1000 kelahiran hidup dilahirkan dengan tahun datang diantar oleh kedua orang

penyakit jantung bawaan (PJB). Relatif tuanya ke IGD RSUD Dr.Harjono

tingginya angka kejadian PJB menyebabkan Ponorogo pada hari rabu tanggal 24 agustus

kelainan ini merupakan kelainan bawaan pukul 10.00 dengan keluhan sesak napas,

tersering di antara kelainan-kelainan keluhan dirasakan sejak pagi hari sekitar

bawaan jenis lain, seperti kelainan bawaan pukul 07.00. Sesak napas dirasakan terus

saluran cerna, paru, ginjal, anggota gerak, menurus. Selain sesak napas, pasien juga

dsb. Kendala utama dalam menangani anak Nampak kebiruan pada jari kaki , jari

dengan PJB adalah tingginya biaya tangan dan juga bibir. Ibu pasien

pemeriksaan dan operasi (Indonesian Heart mengatakan mengatakan Kebiruan ini

Association, 2019). sudah tampak sejak lahir dan kebiruan

bertambah saat pasien menangis. Ibu pasien


PJB tidak mudah dideteksi karena
juga mengatakan sebelumnya anak
hanya 30% yang memberikan gejala pada
mengalami sakit perut di sebelah kiri
minggu-minggu awal kehidupan dan 30%
bawah, ibu pasien juga mengatakan
pada masa neonatal, tetapi apabila tidak
anaknya sering merasa lemas dan selera
dideteksi dan ditangani dengan tepat dapat
makan yang kurang. Ibu pasien juga
menyebabkan kematian pada bulan pertama
bercerita bahwa anaknya mudah Lelah.
kehidupan. Penatalaksanaan anak PJB harus
Ketika ia bermain dengan temannya, dia
dilakukan secara menyeluruh (Fedora, et
tidak mau dan tidak pernah berlari. Dia
al., 2019).
hanya mau bermain ditempat saja, tidak

ISSN : 2721-2882
297
mau berpindah-pindah. Ibu pasien Pasien dilahirkan dengan tindakan

menyangkal adanya demam, mual, muntah, secara Sectio Caesarea di RS Dr. Hardjono

kejang sebelumnya. BAB dan BAK dalam Ponorogo atas indikasi riwaat cesar

batas normal. Pasien juga rutin kontrol ke sebelumnya, dengan usia kehamilan 32

poli anak sebulan sekali dan rutin konsumsi minggu, berat badan lahir pasien adalah 2,5

obat propanolol kg.

Pasien tidak mendapatkan ASI


Pasien merupakan anak kedua dari
sejak lahir dan hanya deberikan susu
dua bersaudara. Saudara tidak memiliki
formula saja karena setelah lahir pasien
keluhan serupa dengan pasien maupun
tidak mau minum ASI.
keluhan yang lainnya . Di rumah tinggal

Sebelumnya Pasien pernah bersama ayah, ibu dan saudara kandungnya.

mengalami hal serupa. Riwayat penyakit Dirumah diakui tidak ada yang merokok.

dahulu, dari alloanamnesis orang tua, diakui Ibu pasien mengaku rutin kunjungan ke

3 bulan yang lalu dan di rawat di RS selama posyandu untuk melakukan imunisasi. Saat

seminggu dengan keluhan yang serupa. Ibu ini pasien dinyatakan sudah diimunisasi

pasien mengatakan bahwa pasien sudah lengkap menurut depkes

didiagnosis dengan penyakit jantung


Pemeriksaan tanda vital yaitu
bawaan sejak berusia satu bulan
denyut nadi 121x/menit, frekuensi napas

Selama kehamilan ibu selalu 54x/menit, suhu tubuh 36,2C, dan saturasi

melakukan pengecekan kandungan rutin ke oksigen 53% dengan O2 3 lpm Mask. Pada

dokter kandungan dan tidak pernah pemeriksaan fisik pasien menunjukkan

mengalami masalah selama kehamilannya. keadaan umum tampak sesak dan kesan

Ibu tidak memiliki riwayat penyakit gizi cukup. Status generalis: wajah terutama

apapun. Sebelumnya Ibu pasien pernah disekitar bibir sianosis; leher, pulmo,

mengalami riwayat melahirkan cesar saat abdomen dalam batas normal; ekstremitas

hamil pertama. akral hangat, clubbing finger (Gambar 2).

ISSN : 2721-2882
298
Status lokalis cor: inspeksi iktus cordis

tidak terlihat, palpasi iktus cordis teraba

kuat angkat, perkusi sulit dievaluasi,

auskultasi suara jantung I dan II reguler

cepat, murmur (+).

Pada pemeriksaan penunjang darah

lengkap didapatkan hasil berikut.


Gambar 1. Foto rontgen thorax PA/L
Tabel 1. Hasil pemeriksaan darah lengkap
Pasien dirawat di rumah sakit untuk
HEMATOLOGI RUTIN HASIL
WBC 11,6 dilakukan penatalaksanaan. Diberikan O2 3
TROMBOSIT 121
HEMOGLOBIN 24,6
lpm, infus RL 13 tpm mikro, Inj. Cefotaxim
HEMATOKRIT 79,2
ERITROSIT 8,90
MCV 89,0 3x 250 mg, Tranfusi liquid plasma
MCH 27,7
MCHC 31,1 80cc/4jam. Dan mendapat obat oral puyer
HITUNG JENIS (DIFF)
EOSINOFIL 0,4 propranolol 4 x0,5mg, zink sirup 1 x ½,
BASOFIL 0,1
NEUTROFIL 23,2 puyer calsium dan vit B6 3x1
LIMFOSIT 71,2
MONOSIT 5,1
Pada hari ke-2 perawatan, keluhan

sesak sudah bekurang namun pasien masih


Sementara itu pada pemeriksaan penunjang
tampak lemas. Demam (-), mual dan
foto thorax (Gambar1) didapatkan
muntah (-), sesak (+), sianosis (+). Pada
gambaran sebagai berikut:
pemerksaan fisik ditemukan pada auskultasi

thorax paru, suara dasar vesikuler, dan pada

auskultasi jantung di dapatkan BJ I dan II

regular cepat. Setelah hasil lab darah

lengkap keluar, didapatkan kadar trobosit

28.000 sehingga mendapatkan terapi

tranfusi liquid plasma 80cc/4jam

ISSN : 2721-2882
299
Pada hari ke-3 perawatan, pasien Manifestasi klinis kelainan ini bervariasi

sudah tidak begitu lemas seperti dari yang paling ringan sampai berat. Pada

sebelumnya, sesak (-), demam (-), BAB cair bentuk yang ringan, sering tidak ditemukan

(-) demam (-). Dari pemeriksaan fisik gejala, dan tidak ditemukan kelainan pada

thorax, auskultasi paru suara dasar vesikuler pemeriksaan klinis. Sedangkan pada PJB

(+). Pada auskultasi jantung, BJ I dan II berat, gejala sudah tampak sejak lahir dan

regular cepat, murmur (+). memerlukan tindakan segera. (Ossei, et al,.

2020)
Pada hari ke-4. Pasien

diperbolehkan pulang dengan kondisi yang Penyakit jantung bawaan (PJB)

stabil, Pasien tidak terlihat lemas, kesan merupakan kelainan bawaan yang

Pasien terlihat lebih aktif,. Kemudian sering dijumpai, dengan angka kejadian

Pasien disarankan untuk kontrol ke poli 30% dari seluruh kelainan bawaan.

anak satu minggu kemudian dan minum Angka kejadian PJB di Indonesia ialah 8

obat secara rutin. tiap 1000 kelahiran hidup. Berdasarkan

data dari Kementrian Kesehatan Indonesia

2019, hampir 90% kasus PJB terjadi tanpa

penyakit yang mendasari. Angka kejadian

penyakit jantung dan pembuluh darah di

Indonesia cenderung meningkat dan dapat

menyebabkan gangguan tumbuh kembang,

kecacatan dan kematian. (Indonesian Heart

Association, 2019).
Gambar 2 Jari tabuh dengan sianosis
Penyakit jantung bawaan dapat
PEMBAHASAN
berupa defek pada sekat yang membatasi ke
Penyakit jantung bawaan (PJB)
dua atrium atau ventrikel jantung sehingga
merupakan bentuk kelainan jantung yang
terjadi percampuran darah pada tingkat
sudah didapatkan sejak bayi baru lahir.

ISSN : 2721-2882
300
atrium atau ventrikel, misalnya defek kasus ini, pasien mengalami sianosis sentral

septum ventrikel atau defek septum atrium. yang memburuk saat pasien menangis,

Dapat juga terjadi pada pembuluh darah sehingga penyebabnya adalah kelainan

yang tetap terbuka yang seharusnya jantung. Menangis memerlukan energi

menutup setelah lahir seperti pada duktus tinggi sehingga terjadi peningkatan

arteriosus persisten. Kelainan lain berupa resistensi vaskular pulmonal dan penurunan

kelainan yang lebih kompleks seperti resistensi sistemik (Fedora, et al., 2019).

tertukarnya posisi aorta dan arteri


Berikut temuan klinis yang
pulmonalis atau kelainan muara vena
mendukung etiologi kelainan jantung:
pulmonalis (Ossei, et al,. 2020)
Takipneu tanpa retraksi, tidak ditemukan

Secara garis besar penyakit jantung ronkhi atau bunyi napas tambahan,

bawaan dibagi 2 kelompok, yaitu penyakit terdengar murmur kontinyu (duktus

jantung bawaan sianotik dan penyakit arterious paten), tidak terdapat peningkatan

jantung bawaan non-sianotik. Pada kasus PO2 yang bermakna meski dengan

ini, pasien mengalami sianosis sehingga pemberian oksigen.

akan dibahas mengenai penyakit jantung


Pada kasus ini, pasien mengalami
bawaan sianosis (Lopes S, et al,. 2018)
beberapa kriteria yang disebutkan, yaitu

Sianosis sentral pada neonatus takipneu dengan respiratory rate 54x/menit

dapat disebabkan oleh kelainan jantung, tanpa retraksi dada dan tidak terdapat

paru, atau depresi sistem saraf pusat. peningkatan PO2 yang bermakna yaitu 53%

Penyebab sianosis biasanya ditentukan dengan pemberian O2 mask 4ltpm. Hal

melalui pemeriksaan klinis saja. Sebagai tersebut dapat dikarenakan terjadinya pirau

contoh, menangis dapat mengurangi kanan ke kiri yang dapat menyebabkan

sianosis pada kasus karena kelainan paru hipoksemia dan sianosis.

atau SSP, namun justru memperburuk


Dapat pula terjadi gangguan
sianosis pada kasus kelainan jantung. Pada
toleransi latihan yang dapat ditanyakan

ISSN : 2721-2882
301
kepada orangtua dengan membandingkan khususnya di jari-jari merangsang otak

pasien dengan anak sebaya, apakah pasien untuk mendilatasikan pembuluh darah di

cepat lelah, napas menjadi cepat setelah jari-jari. Dilatasi pembuluh darah ini

melakukan aktivitas yang biasa, atau sesak bersifat permanen yang mengakibatkan jari-

napas dalam keadaan istirahat. Pada bayi jari tabuh. Pada pasien ini terdapat sianosis

dapat ditanyakan saat bayi menetek. disekitar bibir dan clubbing finger (Lopes

Apakah ia hanya mampu minum dalam S, et al,. 2018)

jumlah sedikit, sering beristirahat, sesak


Pada pasien ini terdapat peningkatan kadar
waktu mengisap, dan berkeringat banyak.
Hb yaitu sebesar 24,6 g/dL. Polisitemia
Pasien pada kasus ini sering mengalami hal
pada PJB sianotik terjadi karena
tersebut, bayi hanya bisa menghisap kurang
hipoksemia kronik akibat kondisi
lebih 5 kali kemudian terputus (Fedora, et
piraukanan ke kiri. Sebenarnya hal ini
al., 2019).
merupakan respon fisiologik tubuh untuk

Sianosis sentral dengan derajat meningkatkan kemampuan membawa

bervariasi tampak paling menonjol pada oksigen dengan cara menstimulasi sumsum

mukosa bibir, mulut, lidah, serta jari tangan tulang melalui pelepasan eritropoitin ginjal

dan kaki. Jari tabuh mulai tampak setelah untuk meningkatkan produksi jumlah sel

usia beberapa bulan atau menjelang satu darah merah (eritrositosis) (Ossei, et al,.

tahun. Penyebab terjadinya clubbing 2020).

finger adalah penambahan jaringan ikat


Pada pasien ini juga terjadi
yang terjadi pada bagian jaringan lunak di
trombsitopenia dimana kadar trombosit
dasar kuku yang berkaitan dengan
sebesar 121 uL. Trombositopenia sering
kekurangan oksigen kronik/hipoksia kronik.
ditemukan pada pasien PJB sianotik.
Hal ini terjadi di jari-jari sebab
Terdapat hubungan terbalik antara jumlah
terdapat pembuluh darah perifer.
trombosit dengan besarnya shunt kanan ke
Kurangnya kadar oksigen di perifer
kiri pada PJB sianotik yang ditandai dengan

ISSN : 2721-2882
302
Ht dan saturasi oksigen arterial sistemik, Umumnya tatalaksana penyakit

dimana semakin besar shunt kanan ke jantung bawaan meliputi tata laksana non-

kiri,semakin rendah saturasi oksigen arterial bedah dan tata laksana bedah. Tatalaksana

sistemik akan semakin tinggi nilai non-bedah meliputi tatalaksana

hematokrit (Ht) dan semakin rendah jumlah medikamentosa dan kardiologi intervensi.

trombosit (Indonesian Heart Association, Penanganan awal pada serangan sianotik

2019). pada pasien penyakit jantung bawaan bisa

melakukan Knee to Chest Position


Terdengarnya bising jantung
(gambar3) dengan tujuan meningkatkan
merupakan tanda penting dalam
aliran darah ke paru-paru dan meringankan
menentukan penyakit jantung bawaan.
pompa darah dari jantung ke seluruh tubuh.
Namun tidak terdengarnya bising jantung
Tatalaksana medikamentosa bertujuan
pada pemeriksaan fisik, tidak
untuk menghilangkan gejala dan tanda di
menyingkirkan adanya kelainan jantung
samping untuk mempersiapkan operasi
bawaan. Jika pasien diduga menderita
(Lopes S, et al,. 2018)
kelainan jantung, sebaiknya dilakukan

pemeriksaan penunjang untuk memastikan

diagnosis.(Center for Disease Control and

Prevention 2020)

Pemeriksaan penunjang dasar yang

penting untuk penyakit jantung bawaan Gambar3. Knee to Chest Position

adalah foto rontgen dada,


Jika menghadapi neonatus atau
elektrokardiografi, dan pemeriksaan
anak dengan hipoksia berat, tindakan yang
laboratorium rutin. Pemeriksaan lanjutan
harus dilakukan adalah (Indonesian Heart
(untuk penyakit jantung bawaan) mencakup
Association, 2019): Mempertahankan suhu
ekokardiografi dan kateterisasi jantung
lingkungan yang netral misalnya pasien
(Indonesian Heart Association, 2019).
ditempatkan dalam inkubator pada

ISSN : 2721-2882
303
neonatus, untuk mengurangi kebutuhan abses serebri, nefropati, dsb. Pada kasus

oksigen, kadar hemoglobin dipertahankan yang berat beberapa konsekuensi tersebut

dalam jumlah yang cukup, pada neonatus bahkan sudah terjadi sejak tahun pertama

dipertahankan di atas 15 g/dl, memberikan kehidupannya, yang merupakan penyulit

cairan parenteral dan mengatasi gangguan dalam penanganan penderita PJB sianotik

asam basa, memberikan oksigen dan sangat menentukan prognosis. Rata-rata

menurunkan resistensi paru sehingga dapat bertahan hidup yang makin kecil dengan

menambah aliran darah ke paru, pemberian bertambahnya usia, sangat berhubungan

prostaglandin E1 supaya duktus arteriosus dengan timbulnya penyulit pada PJB

tetap terbuka dengan dosis permulaan 0,1 sianotik. Efek jangka panjang dapat berupa

µg/kg/menit dan bila sudah terjadi kegagalan perkembangan akibat beberapa

perbaikan maka dosis dapat diturunkan mekanisme kontribusi, termasuk asupan

menjadi 0,05 µg/kg/menit. kalori yang tidak memadai, nafsu makan

menurun, kekurangan gizi yang disebabkan


Pada pasien ini dilakukan
oleh hipoksia, malabsorpsi karena kongesti
pemasangan infus dan pemasangan oksigen.
vena, peningkatan penggunaan energi,
Ditambah dengan pemberian propranolol,
hipoksia relatif, peningkatan kebutuhan
yang berfungsi untuk menurunkan frekuensi
oksigen, adaptasi endokrin, dan infeksi
denyut jantung dan meningkatkan resistensi
saluran pernapasan berulang (Fedora, et al.,
vaskular sistemik. Selain itu, propranolol
2019)..
juga menstabilkan reaktivitas vaskular arteri

sistemik sehingga mencegah penurunan HASIL DAN KESIMPULAN

mendadak resistensi vaskular sistemik.


Kasus ini menggambarkan anak
(Fedora, et al., 2019).
laki-laki berusia 4 tahun dengan penyakit

Beberapa penyulit pada PJB jantung bawaan (PJB). Deteksi PJB ini

sianotik adalah serangan sianosis, tidak mudah karena sebagian tidak

polisitemia, sindrom hiperviskositas, stroke, menunjukkan gejala yang nyata, namun

ISSN : 2721-2882
304
penatalaksanaan yang cepat diperlukan Fedora K, Utamayasa IKA, Purwaningsih
S. (2019) Profile of Acyanotic
apabila sudah terdeteksi. Kriteria PJB Congenital Heart Defect in
Children at Dr. Soetomo General
sianotik telah ditentukan dan diagnosisnya Hospital Surabaya Period of
January – December 2016. JUXTA
dapat ditegakkan melalui anamnesis,
J Ilm Mhs Kedokt Univ
Airlangga.;10(2):79.
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan

penunjang. Kondisi hipoksemia yang


Harelina T, Setyoningrum RA, Sembiring
berlangsung lama menyebabkan timbulnya YE.(2020) Faktor Risiko
Pneumonia pada Anak dengan
beberapa penyulit pada PJB sianotik seperti Penyakit Jantung Bawaan. Sari
Pediatri.;21(5):276.
polisitemia, gangguan viskositas,
IDAI, 2009. Buku Ajar Imu Kesehatan
trombositopenia, dan lain-lain. Kendala Anak. Jakarta: Pengurus Pusat IDAI

utama dalam menangani anak dengan PJB Indonesian Heart Association (2019).
Penyakit Jantung Bawaan.
adalah tingginya biaya pemeriksaan dan http://www.inaheart.org/education_
for_patient/2019/7/10/penyakit_jant
operasi. (Indonesian Heart Association, ung_bawa
an#:~:text=Sementara%20di%20In
2019). donesia%2C%20angka%20kejadia
n,1000%20
DAFTAR PUSTAKA kelahiran%20hidup)%20setiap%20t
ahunnya. [Accessed september
Abdillah R fajar, Isti’anah (2019). 2022].
Hubungan Sanitasi Dasar Rumah
dengan Kejadian Infeksi Saluran Lopes Savda, Guimarães ICB, Costa SF de
Pernapasan Akut (ISPA) di O, Acosta AX, Sandes KA, Mendes
Wilayah Kerja Puskesmas Dukun CMC (2018). Mortality for Critical
Kecamatan Dukun Kabupaten Congenital Heart Diseases and
Gresik Tahun. Jurnal EnviScience. Associated Risk Factors in
2019;3(1):98-107 Newborns. A Cohort Study. Arq
Bras Cardiol.;111(5):666-673
Ali, Muhammad., Amelia, Putri (2019).
Infeksi Saluran Nafas Bawah
Berulang dan PJB dan
Ossei I, Buabeng KO, Ossei PPS, et al.(
Tatalaksananya. Pediatric
2020) Iron-deficiency anaemia in
Cardiology Update 7th.;7:49-62.
children with congenital heart
Center for Disease Control and Prevention diseases at a teaching hospital in
(2020). Congenital Heart Defects. Ghana. Heliyon.;6(2)
https://www.cdc.gov/ncbddd/heartd
efects/facts.html. Diakses
September 2020 The National Health Service UK (2018).
Complication of Congenital Heart

ISSN : 2721-2882
305
Disease.
https://www.nhs.uk/conditions/con
genital-heartdisease. Diakses
September 2020

ISSN : 2721-2882
306

Anda mungkin juga menyukai