Disusun Oleh:
1021010013
Pembimbing:
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan kasus dengan judul “Diabetes Melitus Tipe 1” diajukan oleh :
Pembimbing Klinik
Ditetapkan di : Kupang
A. PENDAHULUAN
Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit kelainan metabolik yang
ditandai dengan adanya hiperglikemia kronis serta kelainan metabolisme
karbohidrat, lemak, dan protein diakibatkan oleh kelainan sekresi insulin,
kerja insulin, ataupun keduanya. Hiperglikemia merupakan kadar glukosa
puasa ≥126 mg/dL yang dapat disertai dengan kerusakan, gangguan fungsi
beberapa organ tubuh khususnya mata, ginjal, saraf, jantung, dan
pembuluh darah. Kelainan metabolisme karbohidrat merupakan kelainan
utama yang terjadi pada DM. Diabetes melitus dapat diklasifikasikan
menjadi 2 yaitu DM tipe 1 dan DM tipe 2(1).
Diabetes mellitus tipe-1 disebabkan oleh kerusakan sel beta
pankreas akibat proses autoimun maupun idiopatik yang menyebabkan
produksi insulin berkurang bahkan terhenti sehingga terjadi
hiperglikemia(1,2). Autoantibodi yang berkaitan dengan DM tipe 1 adalah
glutamicacid decarboxylase 65 autoantibodies (GAD), tyrosine
phosphatase-like insulinoma antigen 2 (IA2), insulin autoantibodies
(IAA); dan β-cell- specific zinc transporter 8 autoantibodies (ZnT8).
Ditemukannya satu atau lebih autoantibodi ini dapat membantu konfirmasi
diagnosis DM tipe-1(3).
Berdasarkan data Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) pada tahun
2018, tercatat 1220 anak menderita DM tipe-1 di Indonesia. Insiden DM
4
tipe-1 pada anak dan remaja meningkat sekitar tujuh kali lipat dari 3,88
menjadi 28,19 per 100 juta penduduk pada tahun 2000 dan 2010. Faktor
genetik dan lingkungan sangat berperan dalam terjadinya DM tipe-1.
Walaupun hampir 80% penderita DM tipe-1 baru tidak mempunyai
riwayat keluarga dengan penyakit serupa, namun faktor genetik diakui
berperan dalam patogenesis DM tipe-1(3,4).
Masalah utama DM tipe-1 di Indonesia adalah kesadaran
masyarakat dan tenaga kesehatan yang kurang sehingga banyak pasien
tidak terdiagnosis dan tidak mendapatkan tata laksana adekuat. Seorang
anak dikatakan mengidap penyakit DM tipe 1 jika memenuhi salah satu
kriteria berikut : gejala klasik diabetes (poliuri,polidipsi,polifagi) atau
hiperglikemi dan glukosa plasma ≥200 mg/dL, glukosa puasa plasma ≥126
mg/dl, Glukosa 2 jam postprandial 200 mg/dL dengan Uji Toleransi
Glukosa Oral dan HbA1c > 6,5%. Gejala lain yang dapat ditemukan pada
anak dengan DM tipe 1 adalah penurunan berat badan, kesemutan, lemas,
luka yang sukar sembuh, pandangan kabur, dan gangguan perilaku(4).
B. LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS
a. Pasien
Nama : By. ZS
Tanggal lahir : 12 Oktober 2010
Usia : 11 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Oesapa
No RM : 546169
Tanggal MRS : 24 Agustus 2021
b. Ayah
Nama : Tn. AS
Jenis Kelamin : Laki-laki
5
Agama : Islam
Pekerjaan : PNS
Alamat : Oesapa
c. Ibu
Nama : Ny. TA
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : PNS
Alamat : Oesapa
III. ANAMNESIS
Autoanamnesis dan heteroanamnesis dilakukan pada 25 Agustus 2021
Keluhan Utama
Mengompol
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien anak laki-laki usia 11 tahun rujukan dari RS. Wirasakti masuk
lewat IGD RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes dengan keluhan mengompol 3
kali sejak 3 hari SMRS. Pasien juga mengeluhkan gejala lain seperti
frekuensi makan meningkat sekitar 4 kali dalam sehari tetapi tidak ada
penambahan berat badan sejak gejala muncul, frekuensi minum
meningkat, dan buang air kecil sekitar 10 kali dalam sehari dan kencing
dikerubungi semut sejak bulan februari 2021. Warna urin bening tetapi
kadang berwarna kuning dan urin tidak berbau menyengat. Kakek dari
6
ayah pasien mengidap DM tipe 2 dan pasien punya riwayat sakit asma
sejak kecil tetapi tidak ada serangan 2 tahun terakhir. Keluhan lain seperti
demam, mual, muntah, dan diare disangkal.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien punya riwayat sakit asma sejak kecil tetapi tidak ada serangan 2
tahun terakhir
Riwayat Pengobatan
Pasien memiliki riwayat pengobatan asma.
Riwayat Alergi
Pasien tidak memiliki alergi terhadap obat – obatan maupun makanan.
Riwayat Penyakit Keluarga
Menurut ibu pasien, kakek dari ayah pasien mengidap DM tipe 2.
Riwayat Kehamilan dan Persalinan
Pasien lahir dari ibu G1P0A0, usia kehamilan 39-40 minggu, lahir secara
pervaginam di RS ditolong oleh bidan. Bayi langsung menangis dengan
berat badan lahir 3000 gram.
Riwayat Pemberian ASI
Pasien mendapat ASI ekslusif sampai usia 6 bulan dan dilanjutkan hingga
usia 2 tahun.
Riwayat Nutrisi
Sehari-hari pasien mengonsumsi nasi dan lauk pauk berupa sayur, ikan,
daging serta beberapa makanan selingan.
Riwayat Imunisasi
Pasien sudah mendapatkan imunisasi Hepatitis B, BCG, campak, DPT,
polio, HIB.
Riwayat Sosial dan Lingkungan
Pasien merupakan anak pertama. Saat ini pasien tinggal bersama kedua
orang tua pasien beserta 1 adiknya di rumah.
Riwayat Tumbuh Kembang
Untuk riwayat tumbuh kembang, ibu pasien mengaku bahwa pertumbuhan
dan perkembangan pasien sesuai dengan anak seusianya.
7
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
Urin Lengkap 23/08/2021
PARAMETER HASIL RUJUKAN
Makroskopis
Warna Kuning muda s/d kuning
Kejernihan Jernih Jernih
Leukosit Negative negatif
Eritrosit Negative negatif
Berat jenis 1,005 1,005-1,030
Ph 6.0 Asam
Protein Negative Negatif
Reduksi (glukosa) Positif Negatif
Bilirubin Negative Negatif
Urobilinogen Negative Negatif
Keton Negative Negatif
Nitrit Negative Negatif
Mikroskopis
Eritrosit 2-3 lpb Negatif
leukosit 1-2 lpb Negatif
Silinder Negative Negatif
Parasite Negative Negatif
Kristal Negative Negatif
Epitel 1-3 lpb Negatif
Lain -lain negatif Negatif
10
VII. TERAPI
– Diet 1700 kkal/hari
– Novorapid 3 x 6 unit S.C
– Levemir 1 x 8 unit S.C (22.00 S.C)
12
VIII. PLANNING
a. Terapi
– Tatalaksana diagnosis
b. Monitoring
– Perhatikan asupan nutrisi
– Periksa Gula darah puasa setiap jam 6 pagi
– Periksa gula darah sewaktu setiap jam 12 siang sebelum makan dan
jam 6 sore sebelum makan
13
FOLLOW UP
O Keadaan umum : TSR Keadaan umum : TSR Keadaan umum : TSR Keadaan umum : TSR
Tanda Vital : Tanda Vital : Tanda Vital : Tanda Vital :
Suhu : 36,5 °C Suhu : 35,6 °C Suhu : 35,4°C Suhu : 36,4°C
Nadi : 84 kali/menit Nadi : 62 kali/menit Nadi : 67 kali/menit Nadi :72 kali/menit
Napas : 24x/menit Napas : 24x/menit Napas : 20x/menit Napas : 24x/menit
SpO2 : 99% SpO2 : 98% SpO2 : 99% SpO2 : 99%
TD : 110/70 TD : 110/70 TD : 80/60 TD : 110/70
ikterik (-), ruam (-) ikterik (-), ruam (-) ikterik (-), ruam (-) (-), ikterik (-), ruam (-)
Mata : Konjungtiva anemis Mata : Konjungtiva anemis Mata : Konjungtiva anemis Mata : Konjungtiva anemis
(-)/(-), sklera ikterik (-)/(-) (-)/(-), sklera ikterik (-)/(-) (-)/(-), sklera ikterik (-)/(-) (-)/(-), sklera ikterik (-)/(-)
Hidung : pernapasan cuping Hidung : pernapasan cuping Hidung : pernapasan cuping Hidung : pernapasan cuping
hidung(-), rhinorea (-/-), hidung(-), rhinorea (-/-), hidung(-), rhinorea (-/-), hidung(-), rhinorea (-/-),
deviasi septum nasi (-) deviasi septum nasi (-) deviasi septum nasi (-) deviasi septum nasi (-)
Telinga : otore (-)/(-), pina Telinga : otore (-)/(-), pina Telinga : otore (-)/(-), pina Telinga : otore (-)/(-), pina
recoil segera recoil segera recoil segera recoil segera
Bibir : mukosa bibir lembab Bibir : mukosa bibir lembab Bibir : mukosa bibir lembab Bibir : mukosa bibir lembab
(+), sianosis (-) (+), sianosis (-) (+), sianosis (-) (+), sianosis (-)
Mulut : perdarahan gusi (-), Mulut : perdarahan gusi (-), Mulut : perdarahan gusi (-), Mulut : perdarahan gusi (-),
karies (-) karies (-) karies (-) karies (-)
Lidah : lidah kotor (-) Lidah : lidah kotor (-) Lidah : lidah kotor (-) Lidah : lidah kotor (-)
Leher : Pembesaran KGB (-), Leher : Pembesaran KGB (-), Leher : Pembesaran KGB (-), Leher : Pembesaran KGB
peningkatan JVP (-) peningkatan JVP (-) peningkatan JVP (-) (-), peningkatan JVP (-)
Thoraks : pengembangan dada Thoraks : pengembangan dada Thoraks : pengembangan dada Thoraks : pengembangan
simetris, retraksi (-) simetris, retraksi (-) simetris, retraksi (-) dada simetris, retraksi (-)
Paru : Vesikuler (+/+), Paru : Vesikuler (+/+), Paru : Vesikuler (+/+), Paru : Vesikuler (+/+),
Ronchi (-/-), Wheezing (-/-) Ronchi (-/-), Wheezing (-/-) Ronchi (-/-), Wheezing (-/-) Ronchi (-/-), Wheezing (-/-)
Cor : Bunyi Jantung S1S2 Cor : Bunyi Jantung S1S2 Cor : Bunyi Jantung S1S2 Cor : Bunyi Jantung S1S2
tunggal reguler, murmur (-), tunggal reguler, murmur (-), tunggal reguler, murmur (-), tunggal reguler, murmur (-),
gallop (-) gallop (-) gallop (-) gallop (-)
Abdomen : supel, Bising Abdomen : supel, Bising Abdomen : supel, Bising Abdomen : supel, Bising
usus (+) kesan normal usus (+) kesan normal usus (+) kesan normal usus (+) kesan normal
Ekstremitas : akral hangat, Ekstremitas : akral hangat, Ekstremitas : akral hangat, Ekstremitas : akral hangat,
CRT < 2 detik, edema -/- CRT < 2 detik, edema -/- CRT < 2 detik, edema -/- CRT < 2 detik, edema -/-
A DM tipe I DM tipe I DM tipe I DM tipe I
15
P P/ dx : P/ dx : P/ dx : P/ dx :
– KIE Keluarga – KIE Keluarga – KIE Keluarga – KIE Keluarga
– Tatalaksan diagnosis – Tatalaksan diagnosis – Tatalaksan diagnosis – Tatalaksan diagnosis
– Cek GDP dan GDS – Cek GDP dan GDS – Cek GDP dan GDS – Cek GDP dan GDS
P/ tx P/ tx P/ tx P/ tx
– Diet 1700 kkal/hari – Diet 1700 kkal/hari – Diet 1700 kkal/hari – Diet 1700 kkal/hari
– Novorapid 3 x 6 unit – Novorapid 3 x 6 unit – Novorapid 3 x 6 unit – Novorapid 8 8 6 unit
S.C S.C S.C S.C
– Levemir 1 x 8 unit S.C – Levemir 1 x 8 unit S.C – Levemir 1 x 8 unit S.C – Levemir 1 x 8 unit
(22.00 S.C) (22.00 S.C) (22.00 S.C) S.C (22.00 S.C)
16
IX. RESUME
Pasien anak laki-laki usia 11 tahun rujukan dari RS. Wirasakti datang dengan keluhan
mengompol 3 kali sejak 3 hari SMRS. Pasien juga mengeluhkan gejala lain seperti
frekuensi makan meningkat sekitar 4 kali dalam sehari tetapi tidak ada penambahan
berat badan sejak gejala muncul, frekuensi minum meningkat, dan buang air kecil
sekitar 10 kali dalam sehari dan kencing dikerubungi semut sejak bulan februari 2021.
Kakek dari ayah pasien mengidap DM tipe 2 dan pasien punya riwayat sakit asma
sejak kecil tetapi tidak ada serangan 2 tahun terakhir. Keluhan lain seperti demam,
mual, muntah, dan diare disangkal, pemeriksaan fisik dalam batas normal dan pada
pemeriksaan lab didapatkan kenaikan glukosa darah puasa maupun sewaktu dan pada
pemeriksaan urin lengkap, terdapat glukosa dalam urin.
X. DIAGNOSA DEFINITIF
Diabetes Melitus tipe 1
XI. PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia at bonam
Quo ad sanationam : dubia at bonam
Quo ad functionam : dubia at bonam
C. DISKUSI
Pada kasus ini diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
fisik, dan pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis, pasien anak laki-laki usia 11 tahun
rujukan dari RS. Wirasakti masuk lewat IGD RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes dengan
keluhan mengompol 3 kali sejak 3 hari SMRS. Pasien juga mengeluhkan gejala lain
seperti frekuensi makan meningkat sekitar 4 kali dalam sehari tetapi tidak ada
penambahan berat badan sejak gejala muncul, frekuensi minum meningkat, dan buang
air kecil sekitar 10 kali dalam sehari dan kencing dikerubungi semut sejak bulan
februari 2021. Kakek dari ayah pasien mengidap DM tipe 2 dan pasien punya riwayat
sakit asma sejak kecil tetapi tidak ada serangan 2 tahun terakhir. Keluhan lain seperti
demam, mual, muntah, dan diare disangkal.
17
ketika kakek pasien mengatakan bahwa kencing pasien sering dikerubungi semut
dan ketika pasien mengompol selama 3 hari barulah ibu pasien membawa pasien ke
rumah sakit untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut oleh dokter(3).
Faktor genetik merupakan salah satu faktor yang diyakini berperan dalam
terjadinya DM tipe I pada anak meskipun hampir 80% penderita DM tipe-1 baru
tidak mempunyai riwayat keluarga dengan penyakit serupa. Faktor genetik
dikaitkan dengan pola HLA tertentu, tetapi sistim HLA bukan merupakan faktor
satu-satunya ataupun faktor dominan pada patogenesis DM tipe-1. Sistem HLA
berperan sebagai suatu faktor kerentanan, sehingga diperlukan suatu faktor pemicu
yang berasal dari lingkungan (infeksi virus, toksin dll) untuk menimbulkan gejala
klinis DM tipe 1 pada seseorang yang rentan. Apabila dikaitkan dengan HLA,
diperkirakan 10% penderita diabetes mempunyai riwayat keluarga diabetes. Risiko
pada kembar identik adalah kurang dari 40%, sedangkan pada saudara kandung
diperkirakan 4% pada usia 20 tahun, dan 9,6% pada usia 60 tahun dibandingkan
0,5% pada seluruh populasi. Pada pasien ini didapatkan bahwa kakek pasien
mengidap DM tipe 2(3).
Penanganan DM tipe 1 terdiri dari beberapa komponen yaitu pemberian
insulin, pengaturan makan, aktivitas fisik, edukasi dan pemantauan mandiri.
Pemberian terapi insulin bertujuan menjamin kadar insulin yang cukup di dalam
tubuh selama 24 jam untuk memenuhi kebutuhan metabolisme akibat efek glikemik
dari makanan. Terdapat 6 jenis sediaan insulin yang tersedia di Indonesia untuk
penderita diabetes yaitu insulin kerja cepat, kerja pendek, kerja menengah, kerja
panjang, basal analog dan insulin campuran. Pemilihan regimen insulin harus
memperhatikan beberapa faktor yaitu: umur, lama menderita diabetes melitus, gaya
hidup penderita (pola makan, jadwal latihan, sekolah dsb), target kontrol metabolik,
dan kebiasaan individu maupun keluarganya. Bagi anak-anak sangat dianjurkan
paling tidak menggunakan 2 kali injeksi insulin per hari (insulin kerja cepat/ pendek
dengan insulin basal)(3,7).
Insulin kerja cepat merupakan Insulin yang mempunyai awitan kerja cepat
(5-15 menit), puncak kerja 30-90 menit, dan lama kerja berkisar 3-5 jam. insulin
20
kerja cepat efektif digunakan pada jam makan dan digunakan untuk
penatalaksanaan insulin saat sakit
Insulin kerja pendek merupakan insulin yang memiliki onset kerja 30 menit
sampai 1 jam dan mencapai puncak kerja 2-4 jam setelah diinjeksi. Durasi kerjanya
sedikit lebih lama daripada rapid acting insulin yaitu sekitar 5-8 jam dan diinjeksi
30 menit sebelum makan. Insulin kerja pendek Biasanya digunakan untuk
mengatasi keadaan akut seperti ketoasidosis, penderita baru, dan tindakan bedah.
Balita Penderita DM tipe-1 sebaiknya menggunakan insulin jenis ini untuk
menghindari efek hipoglikemia akibat pola makan yang seringkali tidak teratur(3,7).
yang diharapkan karena belum ada regimen insulin yang benar-benar sesuai dengan
fisiologi alamiah insulin(3,7).
Untuk mendapatkan efek insulin yang diharapkan, ada beberapa faktor yang
mempengaruhi penyerapan insulin. Faktor-faktor tersebut adalah lokasi, kedalaman
suntikan, jenis insulin, dosis insulin dan kegiatan fisik. Tempat suntikan biasa
dilakukan pada beberapa area yaitu, Abdomen (tempat yang paling disukai jika
membutuhkan absorpsi yang cepat), Lengan samping atas, Bokong samping atas
(pada anak, seluruh bagian atas dapat digunakan). Insulin harus disuntikkan secara
subkutan dalam dengan melakukan ‘pinched’ (cubitan) dan jarum suntik harus
membentuk sudut 45 derajat atau 90 derajat bila jaringan subkutannya tebal.
Penyuntikan ini dapat dilakukan pada daerah yang sama setiap hari tetapi tidak
dianjurkan untuk melakukan penyuntikan pada titik yang sama. Rotasi penyuntikan
sangat dianjurkan untuk mencegah timbulnya lipohipertrofi atau lipodistrofi. Teori
tersebut sesuai dengan tatalaksana penyuntikan insulin yang dilakukan pada pasien
dimana penyuntikan dilakukan pada area lengan atas, abdomen dan bokong dengan
sudut suntikan 45 – 90 derajat secara sub kutan) (3,7).
Pengaturan asupan nutrisi penderita DM tipe 1 bertujuan untuk mencapai
kontrol metabolik tanpa mengabaikan kalori yang dibutuhkan untuk metabolisme
basal, pertumbuhan, pubertas dan aktivitas fisik.
23
kadar glukosa dan dicatat dalam sebuah buku dan memberi semangat serta motivasi
kepada pasien maupun orang tua(7).
Penyakit DM dapat menimbulkan bermacam-macam komplikasi yaitu
komplikasi jangka pendek dan jangka panjang. Komplikasi jangka pendek antara
lain hipoglikemi dan ketoasidosis. Ketoasidosis diabetik (KAD) dapat dijumpai
pada saat diagnosis pertama DM tipe 1 atau pasien lama akibat pemakaian insulin
yang salah. Risiko terjadinya KAD meningkat antara lain pada anak dengan kontrol
metabolik yang jelek, riwayat KAD sebelumnya, masa remaja, pada anak dengan
gangguan makan, keadaan sosio-ekonomi kurang, dan tidak adanya asuransi
kesehatan. Komplikasi jangka panjang terjadi akibat perubahan mikrovaskular
berupa retinopati, nefropati, dan neuropati. Retinopati merupakan komplikasi yang
sering didapatkan, lebih sering dijumpai pada pasien DM tipe 1 yang telah
menderita lebih dari 8 tahun. Faktor risiko timbulnya retinopati antara lain kadar
gula yang tidak terkontrol dan lamanya menderita diabetes. Nefropati diperkirakan
dapat terjadi pada 25%-45% pasien DM tipe 1 dan sekitar 20%-30 akan mengalami
mikroalbuminuria subklinis. Mikroalbuminuria merupakan manifestasi paling awal
timbulnya nefropati diabetik. Neuropati merupakan komplikasi yang jarang
didapatkan pada anak dan remaja, tetapi dapat ditemukan kelainan subklinis dengan
melakukan evaluasi klinis dan pemeriksaan saraf perifer(8).
D. KESIMPULAN
Telah dilaporkan sebuah kasus DM tipe 1 pada anak laki-laki usia 11 tahun. Diagnosis
ditegakan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
Prognosis pada kasus ini adalah dubia ad bonam.
26
DAFTAR PUSTAKA
1. Riduan RJ. Penatalaksanaan KAD Dan Dm Tipe 1 Pada Anak Usia 15 Tahun.
2019;20(6):392.
2018;13(1):25.
27
6. Rias Ay. Hubungan Antara Berat Badan Dengan Kadar Gula Darah Acak
7. Idai. Diagnosis Dan Tata Laksana Diabetes Melitus Tipe-1 Pada Anak Dan
Pendek Dan Jangka Panjang Diabetes Mellitus Tipe 1 (Short- And Long-
2016;10(6):367.
LAMPIRAN
28
29