Anda di halaman 1dari 54

SAJIAN KASUS BERBASIS BUKTI

BAYI KURANG BULAN (30-31 MINGGU) (P07.3), BAYI


BERAT LAHIR SANGAT RENDAH (1300 GRAM) (P07.1),
SESUAI MASA KEHAMILAN, ASFIKSIA SEDANG (P84),
KLINIS SEPSIS NEONATAL AWITAN DINI (P36.9), IKTERUS
NEONATORUM ET CAUSA PREMATURITAS (P59.0),
GEMELLI I (O30.0)

Oleh:
dr. Arya Wisnu Prayoga

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS I
DEPARTEMEN/ KSM ILMU KESEHATAN ANAK
FK UNUD/RSUP SANGLAH DENPASAR 
NOVEMBER 2019

0
I. Identitas
a. Identitas Penderita
Nama : By. 1 WA
Usia saat dijadikan kasus : 5 hari
Tanggal lahir : 30 Oktober 2019
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Kediri Tabanan
Masuk rumah sakit : 30 Oktober 2019
Mulai dijadikan kasus : 4 November 2019
Nomor rekam medis : 19049180
b. Identitas orangtua
Ayah Ibu
Nama (inisial) IW WA
Usia 26 tahun 25 tahun
Pendidikan Diploma Diploma
Pekerjaan Wiraswasta Karyawan swasta

I. Anamnesis (Subyektif)
Heteroanamnesis diperoleh dari orangtua dan paramedis di ruang perawatan.
a. Riwayat penyakit sekarang
Keluhan utama : Sesak napas
Penderita lahir tidak segera menangis melalui persalinan spontan. Setelah di
lakukan resusitasi pasien mengalami sesak napas, Sesak ditandai dengan
napas cepat, suara tangis merintih, dan cekungan pada dinding dada, disertai
kebiruan pada bibir, ujung jari tangan ataupun kaki. Penderita kemudian
dirawat di ruang perinatologi level III dengan alat bantu napas Non Invasive
Ventilation (NIV) selama lima hari sampai tanggal 3 November 2019.
Penderita juga tampak lemah sejak lahir, berupa gerakan tidak aktif,
lebih banyak tertidur, dan hanya meringis saat disuntik untuk pengambilan
darah. Selama perawatan dari hari pertama sampai saat dijadikan kasus
keluhan lemah dikatakan membaik, dan saat dijadikan kasus penderita sudah
terlihat lebih aktif.
Penderita mengalami kuning pada saat perawatan hari ketiga. Kuning
terlihat pada bagian wajah, dada, dan perut. Keluhan kesadaran menurun dan

1
kejang disangkal. Keluhan kuning membaik setelah mendapatkan fototerapi
selama dua hari.
Buang air besar (BAB) pertama usia 6 jam setelah kelahiran. Buang
air kecil (BAK) pertama usia 4 jam setelah kelahiran, berwarna kuning jernih.
Frekuensi BAK sebanyak 6-7 kali per hari dan BAB sebanyak 3-4 kali,
berwarna kuning, dengan konsistensi lembek.
b. Riwayat kesehatan keluarga
Ayah tidak memiliki riwayat sakit berat seperti penyakit paru-paru, kelainan
jantung, penyakit kencing manis, atau tekanan darah tinggi. Ibu memiliki
riwayat anemia sejak sebelum hamil. Riwayat alergi kedua orangtua
disangkal.
Kesan: Ayah penderita tidak memiliki riwayat sakit berat, ibu penderita
memiliki riwayat anemia.
c. Riwayat pribadi atau sosial
1. Riwayat kehamilan
Kehamilan Ibu saat ini merupakan kehamilan pertama dan kembar. Hari
pertama haid terakhir dikatakan 8 April 2019, taksiran persalinan 13
Januari 2020. Ibu rutin memeriksakan diri setiap bulan ke dokter
kandungan selama hamil dan dilakukan pemeriksaan ultrasonografi
(USG) setiap kontrol. 1 hari sebelum persalinan dikatakan ibu mulai
merasakan sakit perut berulang, dan keluar cairan bening dan ibu pasien
memeriksakan diri ke rumah sakit sanglah dikatakan bayi akan lahir
sebelum waktunya akibat Ketuban pecah dini (KPD). Riwayat pemberian
Dexametason sebanyak 3x sebelum kelahiran.
Ibu tidak rutin mengonsumsi multivitamin yang diberikan oleh
dokter kandungan dan tidak pernah mengonsumsi obat-obatan tanpa resep
dokter selama kehamilan. Ibu tidak pernah mengalami nyeri saat
berkemih, bengkak pada gusi, gigi berlubang, keputihan yang berbau
selama hamil. Penambahan berat badan ibu selama hamil sebesar 4 kg. Ibu
tidak merokok, minum alkohol, ataupun mengonsumsi obat-obatan
terlarang. Ibu penderita mengatakan sudah mengalami anemia sejak
sebelum hamil dan berlanjut selama kehamilan.
Berdasarkan rekam medis ibu, hasil pemeriksaan laboratorium
didapatkan leukosit 9,29 x 103/µL, neutrofil 70,61 %, hemoglobin 10,69

2
g/dL, hematokrit 32,34 %, trombosit 152,3 x 103/µL, pemeriksaan HIV
dan HbsAg non reaktif. Pemeriksaan skrining TOCRH belum pernah
dilakukan.
Kesan: ibu memiliki riwayat anemia, dan didiagnosa dengan partus
prematorus iminens dan KPD dari TS Sp.OG
2. Riwayat persalinan
Penderita lahir melalui persalinan pervaginam pada tanggal 30 Oktober
2019 pukul 16.56 WITA di RSUP Sanglah. Nilai APGAR adalah 6-7-8.
Berat badan lahir (BBL) 1300 gram, panjang badan lahir 38 sentimeter
(cm), lingkar kepala 28 cm, dan lingkar dada 25 cm. Ketuban berwarna
jernih. Plasenta lahir kesan lengkap. Tali pusat putih licin terpilin, tidak
ada hematom maupun kalsifikasi.
Kesan: persalinan secara pervaginam, tidak segera menangis, berat lahir
rendah, asfiksia sedang, dan terdapat risiko infeksi.
3. Riwayat pasca lahir
Penderita lahir tidak segera menangis, setelah dilakukan resusitasi dan
ventilasi tekanan positif penderita menangis kuat, namun setelah itu
penderita dikatakan merintih. Penderita juga mendapatkan injeksi vitamin
K 1 mg intramuskular. Penderita mengalami sesak napas dan merintih 15
menit setelah lahir dengan skor Downes 6. Penderita terlihat letargi dengan
suara tangis dan gerakan lemah. Penderita lalu diberikan bantuan napas
dengan T-piece resuscitator dengan setting FiO2 30%, PEEP 7 cmH2O
dan perawatan lanjutan di ruang perawatan perinatologi level III dengan
penggunaan NIV setting FiO2 30%, PEEP 7 cmH2O, PIP 18 L/menit.
Hasil pemeriksaan skor NBS adalah 18 sesuai dengan usia kehamilan 31
minggu.
Kesan: riwayat pasca lahir penderita lahir kurang bulan dan mengalami
distres napas.
4. Riwayat nutrisi
Penderita dipuasakan sementara karena sesak napas. Kebutuhan cairan dan
kalori diberikan total parenteral nutrition (TPN) dengan dekstrosa 10%,
elektrolit rumatan (NaCl 3%, KCl, Ca glukonas), protein 5%, dan lipid
20%. Sesak napas penderita membaik pada perawatan hari kedua dan
penderita mulai diberikan trophic feeding dengan air susu ibu (ASI)
melalui pipa orogastrik.

3
Kesan: nutrisi belum terpenuhi dengan pemberian nutrisi parenteral dan
enteral.
5. Riwayat tumbuh kembang
Tumbuh kembang penderita belum dapat dievaluasi.
6. Riwayat imunisasi
Penderita belum mendapatkan imunisasi.
7. Riwayat kebutuhan dasar anak
Asah: ayah dan ibu berkunjung setiap hari selama penderita dirawat.
Orangtua menemani dan berinteraksi dengan penderita.
Asih: ayah dan ibu penderita selalu menunggu penderita selama dirawat
di rumah sakit dan mudah dihubungi bila dibutuhkan. Ayah dan
ibu tampak menyayangi penderita.
Asuh: penderita diberikan nutrisi parenteral saat lahir. Pada hari rawat
kedua penderita sudah mulai diberikan ASI secara enteral melalui
pipa orogastrik dan volume dinaikkan bertahap. Perawatan
penderita saat ini menggunakan uang pribadi orang tuan pasien
(umum)
Kesan: kebutuhan dasar asah, asih, dan asuh terpenuhi.
8. Keadaan sosial ekonomi keluarga
Penderita merupakan anak pertama. Orangtua penderita tinggal di rumah
kontrakan dengan luas 1 are. Rumah dengan dinding berbahan bata dan
lantai keramik dengan 1 kamar tidur. Sumber listrik dari perusahaan listrik
negara (PLN), dan sumber air dari perusahaan daerah air minum (PDAM).
Ayah bekerja sebagai wiraswasta dan ibu bekerja sebagai karyawan swasta
dengan penghasilan total berkisar Rp. 7.000.000/bulan.
Kesan: keluarga termasuk dalam golongan sosial ekonomi menengah.

III. Perjalanan penyakit penderita saat masuk rumah sakit hingga dijadikan
kasus
Perawatan hari pertama (30 Oktober 2019) di ruang bersalin penderita
mengalami sesak napas, tangis merintih, lemah, tidak ada instabilitas suhu, belum
BAB dan BAK. Pemeriksaan fisis didapatkan tampak sakit berat, aktivitas; tonus;
dan refleks lemah, suhu 36,5-37,2oC, laju nadi 160-170 kali/menit, laju napas 64-
68 kali/menit, saturasi oksigen perifer (SpO 2) 85-88% dengan T-piece
resuscitator. Pemeriksaan dada terdapat retraksi subkostal dan interkostal.
Auskultasi paru didapatkan grunting, tidak didapatkan bising jantung. Skor
Downes 6. Skor NBS 18 sesuai dengan usia kehamilan 31 minggu, dari kurva

4
Lubchenco didapatkan sesuai masa kehamilan (SMK). Faktor risiko infeksi mayor
1 dan minor 1. Penderita didiagnosis dengan bayi kurang bulan (30-31 minggu)
(P07.3), bayi berat lahir sangat rendah (1300 gram) (P07.1), sesuai masa
kehamilan, asfiksia sedang (P84), gawat napas et causa diagnosis banding 1)
sindrom gawat napas (P22.0), 2) pneumonia neonatal (P23), 3) sepsis
neonatal awitan dini (P36.9), gemelli 1
Pemeriksaan penunjang darah tepi didapatkan leukosit 8,62 x 103/µL,
neutrofil 2,65 x 103/µL (30,7 %), limfosit 4,53 x 103/µL (52,6 %), hemoglobin
21,03 g/dL, hematokrit 61,13 %, trombosit 152,8 x 103/µL, IT ratio 0,16, dan gula
darah kapiler 65 mg/dL setelah lahir. Apusan darah tepi menunjukkan kesan
normal, tidak ada vakuolisasi dan granula toksik. Foto toraks AP cord an pulmo
tak tampak kelainan. Penderita didiagnosis dengan bayi kurang bulan (30-31
minggu) (P07.3), bayi berat lahir sangat rendah (1300 gram) (P07.1), sesuai
masa kehamilan, asfiksia sedang (P84), gawat napas et causa curiga sepsis
neonatal awitan dini (P36.9). Penderita dirawat dalam inkubator dengan suhu
34,0oC, menggunakan alat bantu napas NIV (FiO2 30%, PEEP 7, dan PIP 18).
Kebutuhan cairan 80 ml/kg/hari, penderita puasa sementara, diberikan nutrisi
parenteral infus dekstrosa 10% (glucose infusion rate (GIR) 7,2). Pemberian
antibiotik lini I (ampisilin 50 mg/kgBB/kali tiap 12 jam dan amikasin 7,5
mg/kgBB/kali tiap 18 jam) intravena. Penderita dilakukan pemeriksaan kultur
darah 2 sisi sebelum pemberian antibiotik dan evaluasi penanda infeksi setelah
hari ketiga pemberian antibiotik atau bila klinis memburuk. Monitoring tanda
distres napas, apneu, tanda vital, dan imbang cairan.
Perawatan hari kedua sampai keempat (31 Oktober 2019 – 3 November
2019) di ruang neonatologi level III, sesak napas dikatakan membaik, gerak lebih
aktif, dan tidak ada instabilitas suhu. Pemeriksaan fisis didapatkan penderita
tampak sakit sedang, aktivitas, tonus, dan reflek cukup dengan suhu 36,5-37,1oC,
laju denyut jantung 144-168 kali/menit, laju napas 52-56 kali/menit, SpO2 89-
92%. Pada pemeriksan dada didapatkan retraksi subkostal minimal, auskultasi
paru didapatkan grunting berkurang, tidak didapatkan bising jantung. Skor
Downes membaik menjadi 2. Pasien didapatkan kuning kepala hingga badan
pasien (tampak ikterus kramer III). Pemeriksaan penunjang penanda infeksi pada
hari ketiga perawatan darah tepi didapatkan leukosit 4,91 x 103/µL, neutrofil 2,60

5
x 103/µL (52,81 %), limfosit 1,7 x 103/µL (34,54 %), hemoglobin 14,35 g/dL,
hematokrit 40,17 %, trombosit 121,8 x 103/µL, IT ratio 0,11 dan procalcitonin
0,39. Penderita didiagnosis dengan bayi kurang bulan (30-31 minggu) (P07.3),
bayi berat lahir sangat rendah (1300 gram) (P07.1), sesuai masa kehamilan,
asfiksia sedang (P84), gawat napas et causa curiga sepsis neonatal awitan dini
(P36.9), ikterus neonatorum et causa prematuritas (P59.0), gemelli 1
Penderita dirawat dalam inkubator, menggunakan alat bantu napas NIV,
diweaning sampai dengan perawatan hari ketiga dan diganti menjadi nasal flow.
Kebutuhan cairan 90-130 ml/kg/hari. Pada hari kedua, penderita diberikan ASI 10
ml/kg/hari secara enteral melalui pipa orogastrik dan dinaikkan bertahap sampai
30 ml/kg/hari pada perawatan hari keempat. Penderita juga diberikan nutrisi
parenteral infus dekstrosa 12,5% (GIR 5,4) ditambah dengan elektrolit NaCl 3%,
KCl, kalsium glukonas, asam amino 1 g/kg/hari, dan penambahan lipid 20% 1
gram/kg/hari. Pemberian antibiotik lini I (ampisilin 50 mg/kgBB/kali tiap 12 jam
dan amikasin 7,5 mg/kgBB/kali tiap 18 jam) intravena tetap dilanjutkan. Monitor
dilakukan terhadap tanda distres napas, apneu, tanda vital, dan imbang cairan.
Perawatan hari kelima (4 November 2019) di ruang neonatologi level
III, penderita tampak tidak sesak, letargi berkurang, tidak merintih, tampak
kuning, tidak ada instabilitas suhu, BAB dan BAK normal. Pemeriksaan fisis
didapatkan penderita tampak sakit sedang, aktivitas, tonus, dan refleks cukup,
dengan suhu 36,5-37,0oC, laju nadi 148-160 kali/menit, laju napas 52-58
kali/menit, SpO2 95-97%, Pemeriksaan dada tidak didapatkan retraksi dan
grunting. Evaluasi skor Downes adalah 0. Pasien kemudian dipindahkan ke ruang
neonatologi level II.
Penderita didiagnosis dengan bayi kurang bulan (30-31 minggu) (P07.3), bayi
berat lahir sangat rendah (1300 gram) (P07.1), sesuai masa kehamilan,
asfiksia sedang (P84), gawat napas et causa curiga sepsis neonatal awitan dini
(P36.9), ikterus neonatorum et causa prematuritas (P59.0), gemelli 1
Penderita dirawat dalam inkubator (suhu 33,5oC), tanpa alat bantu napas.
Kebutuhan cairan 140 ml/kg/hari ditambahkan 20%, pemberian minum 50-70
ml/kg/hari. Pemberian minum ditingkatkan bertahap sesuai toleransi dengan
menggunakan ASI secara enteral melalui pipa orogastrik. Nutrisi parenteral
dengan infus dengan GIR 5,8. Pemberian antibiotik lini I. Penderita diberikan
fototerapi 2x24 jam. Tunggu hasil kultur darah 2 sisi. Monitoring dilakukan

6
terhadap tanda distres napas, apneu, tanda vital, ikterus, toleransi minum, dan
imbang cairan.

IV. Pemeriksaan (obyektif) saat dijadikan kasus (4 November 2019)


a. Status present
Kesan umum : aktivitas, tonus, refleks, dan tangis lemah
Laju jantung : 158 kali/menit, teratur, isi cukup
Laju napas : 48 kali/menit, reguler
Suhu aksila : 36,8°C
Saturasi O2 : 94% (udara ruangan)
Skor Downes :0
Skala nyeri Neonatal Pain Assessment Tools (NPAT): 0
b. Status antropometri
Evaluasi antropometri berdasarkan kurva Lubchenco dan Fenton Growth
Chart 2013.
Berat badan lahir : 1300 gram (kurva Lubchenco p25-50, SMK)
Panjang badan lahir : 38 cm (kurva Lubchenco p25-50, SMK)
Lingkar kepala lahir : 28 cm (kurva Lubchenco p50, SMK)
Berat badan : 1180 gram (kurva Fenton, p10-25, normal)
Panjang badan : 39 cm (kurva Fenton, p25-50, normal)
Lingkar kepala : 28 cm (kurva Fenton, p50, normal)
c. Status general

Kepala : bentuk normosefali (lingkar kepala 28 cm), ubun-ubun


besar terbuka, diameter 3 cm, datar, tidak tegang, rambut
tipis, halus, tidak mudah disibak. Ubun-ubun kecil
terbuka, datar.
Wajah : tidak ada kelainan, tidak ada udem, tidak tampak fasies
sindrom tertentu.
Mata : tidak cowong, udem palpebra tidak ada, celah kelopak
mata kanan-kiri simetris, konjungtiva tidak pucat, sklera
tidak ikterik, kedua pupil bulat, diameter 2 mm dengan
refleks cahaya baik, kedua kelopak mata menutup dengan
baik.
Telinga : antitragus teraba, antiheliks dan heliks tidak penuh, tidak
ada kelainan bentuk, sekret tidak ada, sudah segera
recoil.

7
Hidung :luka lecet pada septum nasal tidak ada, napas cuping
hidung tidak ada, deviasi septum tidak ada, sekret tidak
ada, perdarahan tidak ada, hiperemi mukosa tidak ada.
Tenggorok : tidak terdapat celah gusi dan palatum, faring dan tonsil
sulit dievaluasi.
Mulut : tidak ada sianosis di sekitar mulut, tidak terdapat celah
bibir dan palatum, lidah tidak membesar, bercak putih
pada lidah dan mukosa mulut tidak ada, mukosa bibir dan
lidah basah, tidak pucat, sudut mulut kanan-kiri simetris,
tidak didapatkan drooling, refleks isap lemah, refleks
telan baik, refleks rooting positif, terpasang pipa
orogastrik.
Dada :
Jantung :
Inspeksi : iktus kordis tidak tampak, pulsasi tidak ada.
Palpasi : teraba iktus kordis di perpotongan garis midklavikula
sinistra dan sela iga ke-4 yang tidak kuat angkat dan tidak
melebar, tidak teraba thrill.
Auskultasi : suara jantung I dan II terdengar normal, tidak ada bising
jantung.
Paru :
Inspeksi : bentuk dada normal, simetris statis dan dinamis, retraksi
subkostal minimal.
Palpasi : gerakan dada simetris statis dan dinamis.
Auskultasi : suara napas bronkovesikular di kedua sisi, tidak ada rales
maupun wheezing.
Kelenjar mammae: diameter areola mammae 3 mm, belum menonjol
dengan diameter papilla mammae 1 mm, warna
merah muda
Abdomen :
Inspeksi : tampak distensi, tampak vena superfisialis, tidak ada
hernia umbilikalis, tampak tali pusat terawat dan kering.

8
Auskultasi : peristaltik menurun
Palpasi : hepar: just palpable, limpa: tidak teraba
Perkusi : timpani
Genitalia : tampak labia minora belum tertutupi oleh labia mayora
sepenuhnya
Anus : didapatkan anus
Anggota gerak :
Atas : kuku belum sampai pada ujung jari, single palmar crease
tidak ada, jari pendek tidak ada, perabaan hangat, sianosis
ujung jari tidak ada, telapak tangan tidak pucat, tonus otot
kesan normal, udem tidak ada
Bawah : kuku belum sampai pada ujung jari, jari pendek tidak ada,
perabaan hangat, sianosis ujung jari tidak ada, telapak
kaki tidak pucat, tonus otot kesan normal, plantar crease
1/3 anterior.
Kulit : tidak terdapat kutis marmorata, tidak pucat, tidak
mengelupas, tidak tampak ikterik, tidak ada petekie atau
hematom pada kulit.
Kelenjar : tidak ditemukan pembesaran kelenjar getah bening di
leher, aksila, dan inguinal.
d. Pemeriksaan penunjang
tidak ada.

V. Resume
Seorang bayi laki-laki, usia kronologis 5 hari, usia koreksi 30-31 minggu 6 hari,
anak pertama. Keluhan utama adalah sesak napas. Penderita lahir di RSUP
Sanglah, umur kehamilan 30-31 minggu, secara pervaginam, lahir tidak segera
menangis namun menangis setelah diresusitasi dan diberikan ventilasi tekanan
positif, 15 menit kemudian pasien didapatkan sesak, merintih, dan cekungan pada
dada. Berat badan lahir 1300 gram, panjang badan 38 cm, dan lingkar kepala 28
cm. Skor NBS sesuai dengan umur kehamilan 31 minggu. Ibu memiliki riwayat
ketuban pecah dini dan anemia. Pada penderita didapatkan satu faktor risiko

9
mayor yaitu KPD >24 jam dan tiga faktor risiko minor infeksi yaitu umur
kehamilan <37 minggu, gemelli, berat badan lahir sangat rendah. Pemeriksaan
fisis didapatkan tanda prematur, letargi, dan distres napas. Ikterus Kramer III di
hari perawatan ke-3. Evaluasi awal skor Downes adalah 6 dan membaik setelah
terapi oksigen dengan CPAP. Pemeriksaan awal laboratorium darah menunjukkan
neutropenia dan trombositopenia pada perawatan hari kelima. Pemeriksaan
radiologi toraks kesan normal. Saat dijadikan kasus, penderita menjalani
perawatan selama 5 hari dan menunjukkan perbaikan klinis. Tata laksana meliputi
perawatan inkubator, nutrisi parenteral dan trophic feeding, antibiotik lini I.

VI. Diagnosis Kerja


Bayi kurang bulan (30-31 minggu) (P07.3), bayi berat lahir sangat rendah
(1300 gram) (P07.1), sesuai masa kehamilan, asfiksia sedang (P84), gawat
napas et causa curiga sepsis neonatal awitan dini (P36.9), ikterus neonatorum
et causa prematuritas (P59.0), gemelli 1

VII. Permasalahan
a. Jangka pendek
2. Penatalaksanaan kecukupan nutrisi
Hasil pemeriksaan antropometri penderita didapatkan dengan kurang
bulan dan berat lahir sangat rendah, masih belum memiliki
kemampuan minum yang adekuat serta belum mencapai berat badan
target sehingga perlu penatalaksanaan nutrisi untuk mencapai tumbuh
kejar. Penelusuran jurnal dilakukan untuk mengetahui efektifitas
stimulasi oromotor terhadap kemampuan minum bayi kurang bulan.
3. Risiko hipotermia
Penderita merupakan bayi dengan berat lahir sangat rendah sehingga
memiliki risiko tinggi terjadinya hipotermia. Penelusuran jurnal
dilakukan untuk mengetahui manfaat perawatan metode kanguru
(PMK) dibandingkan perawatan konvensional untuk menurunkan
risiko hipotermia pada bayi dengan berat lahir amat sangat rendah.

b. Jangka panjang

10
Bayi lahir kurang bulan dengan berat lahir sangat rendah dengan risiko
terjadi gangguan pertumbuhan dan perkembangan. Dilakukan penelusuran
jurnal untuk mengetahui luaran jangka panjang dan risiko gangguan
perkembangan.
Permasalahan tersebut akan ditelusuri berdasarkan evidence based
practice (EBP).

VIII. Rencana pengelolaan (Planning)


a. Tata laksana kegawatdaruratan
Saat ini kondisi penderita didapatkan dengan status hemodinamik stabil,
sehingga tidak memerlukan tata laksana kegawatdaruratan.
b. Tatalaksana suportif dan medikamentosa
1. Pemberian suplementasi multivitamin dan mineral setelah penderita
fullfeed.
2. Pemberian suplementasi besi 2 mg/kgBB/hari dimulai pada usia 2
minggu bila bayi telah memasuki fase pertumbuhan (growing care)
sampai usia 12 bulan.
3. Perawatan metode kanguru (PMK)
c. Asuhan nutrisi pediatrik
1. Nutritional assessment: antropometri kurang dari usia kronologis
sesuai kurva Fenton.
2. Nutritional requirement: kebutuhan cairan penderita saat ini 140
ml/kgBB/hari. Kebutuhan kalori 120 kkal/kgBB/hari.
3. Nutritional selection: ASI+HMF / Susu BBLR
4. Nutritional route: cairan diberikan secara enteral melalui pipa
orogastrik.
5. Nutritional monitoring: kemampuan dan toleransi minum
(kembung, muntah, diare), komplikasi (enterokolitis nekrotikans
dan overfeeding), imbang cairan, produksi urin (1-5 ml/kgBB/jam),
gula darah sewaktu, serta pertumbuhan fisik.
d. Rencana pemantauan
1. Pemantauan suhu, penderita dirawat di dalam inkubator dengan
suhu inkubator berkisar antara 30,5-33,5°C disesuaikan rentang
suhu ruangan (neutral thermal environment) dengan suhu penderita
yang diobservasi setiap 3 jam, dijaga supaya suhu tubuh penderita
berkisar antara 36,5-37,5⁰C.

11
2. Pemantauan gula darah sewaktu untuk mengetahui kemungkinan
hipoglikemia atau hiperglikemia, disesuaikan dengan klinis pasien.
3. Melakukan pemantauan ketat cairan masuk, cairan keluar, imbang
cairan dan produksi urin setiap 24 jam dijaga antara 1-5 ml/kg/hari.
4. Pemantauan toleransi terhadap pemberian minum dan evaluasi
adanya residu di lambung melalui pipa orogastrik serta pemantauan
produksi urin dan feses.
5. Pemantauan peningkatan berat badan dengan melakukan
pengukuran berat badan setiap hari dengan target berat badan
meningkat 15-20 gram/kgBB/hari. Penambahan panjang badan 0,8-
1 cm/minggu dan penambahan lingkar kepala 0,5-0,8 cm/minggu
yang dilakukan pengukuran tiap minggu. Pemantauan pertumbuhan
disesuaikan dengan growth velocity pertumbuhan bayi kurang
bulan menggunakan kurva Fenton 2013 setiap minggu sampai usia
40 minggu.
e. Pencegahan komplikasi
1. Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan (neurodevelopmental
dan kognitif). Penderita direncanakan pemantauan pertumbuhan
dilakukan dengan pengukuran pertumbuhan fisik (berat badan,
panjang badan, lingkar kepala) dan plotting kurva pertumbuhan
(kurva Fenton hingga usia 40 minggu). Pemantauan perkembangan
dengan melakukan skrining rutin perkembangan, misalnya dengan
instrumen Denver II. Skrining dilakukan setiap dua minggu pada
satu bulan pertama, kemudian setiap bulan pada lima bulan
berikutnya. Selanjutnya dapat dilakukan pemeriksaan sedini
mungkin gangguan perkembangan (neurodevelopmental dan
kognitif) khususnya kecurigaan palsi serebral dan gangguan
pemusatan perhatian dan hiperaktivitas.
2. Uji tapis ROP usia gestasi 31-33 minggu atau usia 4-6 minggu,
selanjutnya pemeriksaan setiap 2-4 minggu sampai vaskularisasi
retina masuk ke zona III retina.
3. Evaluasi kelainan pendengaran: pemeriksaan otto acoustic
emission (OAE) sebelum keluar dari rumah sakit. Bila hasilnya
pass disertai faktor risiko dilakukan pemantauan speech

12
development dan audiologi tiap 6 bulan selama 3 tahun, namun bila
OAE dengan hasil refer pada usia 3 bulan dilakukan evaluasi
otoskopi, timpanometri, dan automated auditory brainstem
responses (AABR).
f. Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE)
1. Penjelasan kepada orangtua tentang perjalanan penyakit, terapi, dan
prognosis.
2. Mempersiapkan orangtua untuk perawatan bayi, higienis, dan stimulasi
dini terhadap bayi untuk mencapai tumbuh kembang yang optimal.
3. Menjelaskan tentang risiko komplikasi penyakit. Komplikasi jangka
panjang yang sering pada bayi kurang bulan adalah ROP, gangguan
pendengaran, serta keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan.
4. Rencana imunisasi diberikan setelah kondisi penderita stabil (risiko
infeksi sudah tidak ada) dan berat badan telah mencapai 2000 gram
dimulai dengan pemberian imunisasi hepatitis B dan polio.

13
IX. PEMANTAUAN SETELAH DIJADIKAN KASUS
Hari Subyektif Obyektif Assesment Planning
Hari ke-5 Instabilitas Pemeriksaan fisis: Bayi kurang bulan (30-31 Planning terapi
Tanggal suhu (-), Status present minggu) (P07.3), bayi berat - Rawat inkubator
4 letargi (-), Kesan umum: aktivitas, tonus, refleks dan lahir sangat rendah (1300 - Bpd Neonatus Level II
November OGT tangis lemah. gram) (P07.1), sesuai masa - 02 low flow  weaning
2019 kecoklatan(-), Tanda vital: frekuensi denyut jantung: 162- kehamilan, asfiksia sedang - Kebutuhan cairan 140 ml/kgBB/hari
sesak napas(-), 172 kali/menit, reguler. Laju napas: 58-62 (P84), gawat napas et causa +20%  198 ml/hari.
apneu (-) kali/menit, reguler. Suhu aksila: 37.5°C. curiga sepsis neonatal awitan - parenteral nutrition
kembung (-), Saturasi oksigen: 88-92% dengan 02 nasal dini (P36.9), ikterus Dekstrose 12,5% 78 ml
muntah (-), Skala NPAT: 0 neonatorum et causa NaCl 3% 8 ml (maintainance
udem (-), Skor Downes 2 prematuritas (P59.0), gemelli 1 tertinggi)
BAK (+), Status generalis Ca Glukonas 2 ml
BAB (-). Kepala: normosefali, UUB terbuka datar, Kcl 2 ml
lingkar kepala 28 cm. Aminofusin 5% 24 ml (1mg/kg/hari)
Mata: pucat (-), ikterik (-), cowong (-). Kecepatan 11 ml/jam (GIR 5,8)
THT: napas cuping hidung (-), refleks Pemberian lipid dihentikan
menelan (+), refleks mengisap (-), refleks SF BBLR 50ml/kg/hari ~ 8ml (4x)
rooting (-). SF BBLR 70ml/kg/hari ~ 10ml (4x)
Thorax: simetris, retraksi subkostal (+) - (5)Ampicillin 50 mg/kgBB/kali tiap
Cor: S1S2 reguler murmur (-) 12 jam
Po: B.ves +/+, rales -/-, wheezing -/- - 5)Amikasin 7,5 mg/kgBB/kali tiap 18
Abdomen: bising usus minimal, distensi (-). jam (intravena)
Ekstremitas: refleks grasp (+), hangat, CRT - oral care nystatin 0,5ml tiap 8 jam
<3 detik, kremer 1 (OGT)
- Fototerapi sampai 4/11/19 pukul 18.00
Planning diagnosis :
Imbang cairan 24 jam: -57 ml. - Tunggu hasil kultur darah 30/10/19
Produksi urin : 2,4 ml/kg/jam.
Berat badan saat ini : 1180 gram.
Panjang badan saat ini : 38 cm. Planning monitor: tanda vital, klinis,
Usia koreksi : 31 minggu 5 hari berat badan, toleransi minum, imbang
cairan

Hari ke-6 Instabilitas Pemeriksaan fisis: Bayi kurang bulan (30-31 Planning terapi
Tanggal suhu (-), Status present minggu) (P07.3), bayi berat - Rawat inkubator
5 letargi (-), Kesan umum: aktivitas, tonus, refleks dan lahir sangat rendah (1300 - Kebutuhan cairan 150 ml/kgBB/hari
November OGT tangis lemah. gram) (P07.1), sesuai masa  174 ml/hari.
2019 kecoklatan(-), Tanda vital: frekuensi denyut jantung: 162- kehamilan, asfiksia sedang SF BBLR 90ml/kg/hari ~ 13ml (4x)
sesak napas(-), 172 kali/menit, reguler. Laju napas: 58-62 (P84), gawat napas et causa SF BBLR 110ml/kg/hari ~ 16ml (4x)
apneu (-) kali/menit, reguler. Suhu aksila: 37.5°C. curiga sepsis neonatal awitan D10% 2,5ml/jam
kembung (-), Saturasi oksigen: 88-92% dengan 02 nasal dini (P36.9), ikterus - (6)Ampicillin 50 mg/kgBB/kali tiap
muntah (-), Skala NPAT: 0 neonatorum et causa 12 jam
udem (-), Skor Downes 0 prematuritas (P59.0), gemelli 1 - (6)Amikasin 7,5 mg/kgBB/kali tiap 18
BAK (+), Status generalis jam (intravena)
BAB (-). Kepala: normosefali, UUB terbuka datar, - oral care nystatin 0,5ml tiap 8 jam
lingkar kepala 28 cm. (OGT)
Mata: pucat (-), ikterik (-), cowong (-).
THT: napas cuping hidung (-), refleks Planning diagnosis :
menelan (+), refleks mengisap (-), refleks - Tunggu hasil kultur darah 30/10/19
rooting (-).
Thorax: simetris, retraksi subkostal (+)
Cor: S1S2 reguler murmur (-) Planning monitor: tanda vital, klinis,
Po: B.ves +/+, rales -/-, wheezing -/- berat badan, toleransi minum, imbang
Abdomen: bising usus minimal, distensi (-). cairan
Ekstremitas: refleks grasp (+), hangat, CRT
<3 detik, kremer 0

Imbang cairan 24 jam: -27 ml.


Produksi urin : 2,6 ml/kg/jam.
Berat badan saat ini : 1180 gram.
Panjang badan saat ini : 38 cm.
Usia koreksi: 31 minggu 6 hari

15
Hari ke-7 Instabilitas Pemeriksaan fisis: Bayi kurang bulan (30-31 Planning terapi
Tanggal suhu (-), Status present minggu) (P07.3), bayi berat - Rawat inkubator
6 letargi (-), Kesan umum: aktivitas, tonus, refleks dan lahir sangat rendah (1300 - Kebutuhan cairan 150 ml/kgBB/hari
November OGT tangis lemah. gram) (P07.1), sesuai masa  174 ml/hari.
2019 kecoklatan(-), Tanda vital: frekuensi denyut jantung: 162- kehamilan, asfiksia sedang SF BBLR/LBW 22ml tiap 3 jam (8x)
sesak napas(-), 172 kali/menit, reguler. Laju napas: 58-62 (P84), gawat napas et causa - (7)Ampicillin 50 mg/kgBB/kali tiap
apneu (-) kali/menit, reguler. Suhu aksila: 37.5°C. curiga sepsis neonatal awitan 12 jam
kembung (-), Saturasi oksigen: 88-92% dengan 02 nasal dini (P36.9), ikterus - (7)Amikasin 7,5 mg/kgBB/kali tiap 18
muntah (-), Skala NPAT: 0 neonatorum et causa jam (intravena)
udem (-), Skor Downes 0 prematuritas (P59.0), gemelli 1 - oral care nystatin 0,5ml tiap 8 jam
BAK (+), Status generalis (OGT)
BAB (+). Kepala: normosefali, UUB terbuka datar,
lingkar kepala 28 cm. Planning diagnosis :
Mata: pucat (-), ikterik (-), cowong (-).
THT: napas cuping hidung (-), refleks Planning monitor: tanda vital, klinis,
menelan (+), refleks mengisap (-), refleks berat badan, toleransi minum, imbang
rooting (-). cairan
Thorax: simetris, retraksi subkostal (+)
Cor: S1S2 reguler murmur (-)
Po: B.ves +/+, rales -/-, wheezing -/-
Abdomen: bising usus minimal, distensi (-).
Ekstremitas: refleks grasp (+), hangat, CRT
<3 detik, kremer 0

Pemeriksaan penunjang
leukosit 6,03 x 103/µL, neutrofil 2,48 x
103/µL (41,09 %), limfosit 2,16 x 103/µL
(35,89 %), hemoglobin 12,46 g/dL,
hematokrit 35,13 %, trombosit 242,4 x
103/µL, IT ratio 0,07
kultur darah: no growth

Imbang cairan 24 jam: +27 ml.

16
Produksi urin : 2,5 ml/kg/jam.
Berat badan saat ini : 1210 gram.
Panjang badan saat ini : 38 cm.
Usia koreksi: 31 minggu 7 hari

Hari ke-8 Instabilitas Pemeriksaan fisis: Bayi kurang bulan (30-31 Planning terapi
Tanggal suhu (-), Status present minggu) (P07.3), bayi berat - Rawat inkubator
7 letargi (-), Kesan umum: aktivitas, tonus, refleks dan lahir sangat rendah (1300 - Kebutuhan cairan 150 ml/kgBB/hari
November OGT tangis lemah. gram) (P07.1), sesuai masa  174 ml/hari.
2019 kecoklatan(-), Tanda vital: frekuensi denyut jantung: 162- kehamilan, asfiksia sedang SF BBLR 22ml tiap 3 jam (8x)
sesak napas(-), 172 kali/menit, reguler. Laju napas: 58-62 (P84), klinis sepsis neonatal - Stop antibiotika
apneu (-) kali/menit, reguler. Suhu aksila: 37.5°C. awitan dini (P36.9), ikterus - oral care nystatin 0,5ml tiap 8 jam
kembung (-), Saturasi oksigen: 88-92% dengan 02 nasal neonatorum et causa (OGT)
muntah (-), Skala NPAT: 0 prematuritas (P59.0), gemelli 1
udem (-), Skor Downes 0 Planning diagnosis : screening ROP hari
BAK (+), Status generalis ini
BAB (+). Kepala: normosefali, UUB terbuka datar,
lingkar kepala 28 cm. Planning monitor: tanda vital, klinis,
Mata: pucat (-), ikterik (-), cowong (-). berat badan, toleransi minum, imbang
THT: napas cuping hidung (-), refleks cairan
menelan (+), refleks mengisap (-), refleks
rooting (-).
Thorax: simetris, retraksi subkostal (+)
Cor: S1S2 reguler murmur (-)
Po: B.ves +/+, rales -/-, wheezing -/-
Abdomen: bising usus minimal, distensi (-).
Ekstremitas: refleks grasp (+), hangat, CRT
<3 detik, kremer 0

Evaluasi ROP: ROP stage 0

Imbang cairan 24 jam: -47 ml.


Produksi urin : 2,1 ml/kg/jam.

17
Berat badan saat ini : 1245 gram.
Panjang badan saat ini : 39 cm.
Usia koreksi: 31 minggu 7 hari

Hari ke-9 Instabilitas Pemeriksaan fisis: Bayi kurang bulan (30-31 Planning terapi
Tanggal suhu (-), Status present minggu) (P07.3), bayi berat - Rawat inkubator
8 letargi (-), Kesan umum: aktivitas, tonus, refleks dan lahir sangat rendah (1300 - Kebutuhan cairan 150 ml/kgBB/hari
November OGT tangis lemah. gram) (P07.1), sesuai masa  174 ml/hari.
2019 kecoklatan(-), Tanda vital: frekuensi denyut jantung: 162- kehamilan, asfiksia sedang SF BBLR 22ml tiap 3 jam (8x)
sesak napas(-), 172 kali/menit, reguler. Laju napas: 58-62 (P84), klinis sepsis neonatal - Stop antibiotika
apneu (-) kali/menit, reguler. Suhu aksila: 37.5°C. awitan dini (P36.9), ikterus - oral care nystatin 0,5ml tiap 8 jam
kembung (-), Saturasi oksigen: 88-92% dengan 02 nasal neonatorum et causa (OGT)
muntah (-), Skala NPAT: 0 prematuritas (P59.0), gemelli 1
udem (-), Skor Downes 0 Planning diagnosis : evaluasi ROP 2
BAK (+), Status generalis minggu lagi (21 November 2019)
BAB (+). Kepala: normosefali, UUB terbuka datar,
lingkar kepala 28 cm. Planning monitor: tanda vital, klinis,
Mata: pucat (-), ikterik (-), cowong (-). berat badan, toleransi minum, imbang
THT: napas cuping hidung (-), refleks cairan
menelan (+), refleks mengisap (-), refleks
rooting (-).
Thorax: simetris, retraksi subkostal (+)
Cor: S1S2 reguler murmur (-)
Po: B.ves +/+, rales -/-, wheezing -/-
Abdomen: bising usus minimal, distensi (-).
Ekstremitas: refleks grasp (+), hangat, CRT
<3 detik, kremer 0

Imbang cairan 24 jam: +24 ml.


Produksi urin : 2,2 ml/kg/jam.
Berat badan saat ini : 1215 gram.

18
Panjang badan saat ini : 39 cm.
Usia koreksi: 31 minggu 8 hari

19
X. PROGNOSIS
Ad vitam: dubius ad bonam
Penderita telah melewati masa kritisnya dan berespon baik terhadap terapi.
Ad functionam: dubius
Penderita masih berisiko mengalami komplikasi jangka panjang berupa gangguan
neurologis, pendengaran, penglihatan, pertumbuhan, dan perkembangan.
Ad sanactionam: dubius ad bonam
Pemantauan terhadap pemberian nutrisi terus dilakukan sehingga diharapkan dapat
mencapai peningkatan berat badan yang diharapkan.

20
XI. SKEMA PERJALANAN PENYAKIT
XII.
30 Oktober – 3 November 2019 4 November 2019 5-6 November 2019 7 November 2019 8 November 2019

Lahir di RSUP, Spontan, tidak Sesak napas membaik Sesak napas membaik Sesak napas membaik Sesak napas membaik
segera menangis, skor APGAR Letargi membaik Letargi membaik Letargi tidak ada Letargi tidak ada
6-7-8. Kuning membaik Kuning tidak ada Kuning tidak ada Kuning tidak ada
Faktor risiko mayor (1) dan Skor Downe 0 Skor Downe 0 Skor Downe 0 Skor Downe 0
minor (3). Hasil laboratorium leukosit Hasil laboratorium leukosit Hasil laboratorium leukosit
Sesak napas, kebiruan dan letargi leukosit 4,91 x 103/µL, neutrofil leukosit 6,03 x 103/µL, ROP 0 Diagnosis
segera setelah lahir 2,60 x 103/µL (52,81 %), neutrofil 2,48 x 103/µL BKB (30–31 minggu), bayi
Skor Downe 6 limfosit 1,7 x 103/µL (34,54 %), (41,09 %), limfosit 2,16 x Diagnosis berat lahir sangat rendah
Hasil laboratorium leukosit hemoglobin 14,35 g/dL, 103/µL (35,89 %), BKB (30–31 minggu), bayi (1300 gram), sesuai masa
leukosit 8,62 x 103/µL, hematokrit 40,17 %, trombosit hemoglobin 12,46 g/dL, berat lahir sangat rendah kehamilan simetris, asfiksia
neutrofil 2,65 x 103/µL (30,7 121,8 x 103/µL, IT ratio 0,11 hematokrit 35,13 %, (1300 gram), sesuai masa sedang, klinis sepsis neonatal
%), limfosit 4,53 x 103/µL dan procalcitonin 0,39 trombosit 242,4 x 103/µL, IT kehamilan simetris, asfiksia awitan dini, icterus
(52,6 %), hemoglobin 21,03 ratio 0,07 sedang, klinis sepsis neonatorum ec prematuritas
g/dL, hematokrit 61,13 %, Diagnosis Kultur darah no growth neonatal awitan dini, icterus
trombosit 152,8 x 103/µL, IT BKB (30–31 minggu), bayi neonatorum ec prematuritas Terapi:
ratio 0,16 apusan darah tepi: berat lahir sangat rendah (1300 Diagnosis Rawat neonatus level II, rawat
dalam batas normal gram), sesuai masa kehamilan BKB (30–31 minggu), bayi Terapi: inkubator, ASI/SF BBLR,
Radiologi foto toraks kesan simetris, asfiksia sedang, berat lahir sangat rendah Rawat neonatus level II, evaluasi ROP 2 minggu lagi.
normal respiratory distress ec suspek (1300 gram), sesuai masa rawat inkubator, ASI/SF
Diagnosis sepsis neonatal awitan dini, kehamilan simetris, asfiksia BBLR antibiotika stop,
BKB (30–31 minggu), bayi berat icterus neonatorum ec sedang, respiratory distress evaluasi ROP 2 minggu lagi
lahir sangat rendah (1300 gram), prematuritas ec suspek sepsis neonatal
sesuai masa kehamilan simetris, awitan dini, icterus
asfiksia sedang, respiratory Terapi: neonatorum ec prematuritas
distress ec suspek sepsis neonatal Rawat neonatus level II, rawat
awitan dini, icterus neonatorum inkubator, ASI/SF BBLR Terapi:
ec prematuritas antibiotika lini I (ampisilin dan Rawat neonatus level II,
Terapi: amikasin ), fototerapi rawat inkubator, ASI/SF
Rawat neonatus level III, rawat BBLR antibiotika lini I
inkubator, ventilator, puasa, (ampisilin dan amikasin )
nutrisi parenteral total
dilanjutkan dengan nutrisi
tropical feeding, antibiotika lini I
(ampisilin dan amikasin )

SKEMA
ANALISIS KASUS
22
Bayi, P/5 hari

Maternal Fetal Psikososial


Usia

Riwayat obstetrik buruk


Fetal growth restriction Status ekonomi
Faktor risiko

Malnutrisi
Kehamilan multipel Interaksi sosial
Rokok, bahan teratogenik Preeklampsia
Kelainan fetus Dukungan
Penyakit sistemik Kelainan anatomik
Infeksi Plasenta previa

Masalah obstetrik Ketuban pecah dini


Kardiovaskular Hematologi Gangguan pertumbuhan,
perkembangan
Jurnal 3. level of evidence 1a
grade of recommendation A
Masalah

KLINIS IKTERUS
BKB + BBLSR Respirasi SEPSIS NEONATAL AWITAN DINI NEONATORUM
Gangguan pendengaran,
penglihatan, neurologis

Saluran cerna Refleks isap lemah Klinis sesak, letargi, gerak Klinis Kramer III
dan tangis lemah Risiko perdarahan intraventrikel

ROP
Diagnosis

Tes Denver dan evaluasi


Septic marker Bilirubin tidak kurva pertumbuhan
dikerjakan Fenton sebelum pulang

Kultur darah: tidak ada


pertumbuhan kuman USG Kepala OAE

Suportif
Diet
Kausal Terapi tambahan ASI/ SF BBLR
Tatalaksana umum
Terapi

Antibiotik lini I intravena, HMF


Fototerapi
oksigenasi (NIV) Jurnal 1. level of evidence 1b
Oro-motor grade of recommendation A
Termoregulasi Imbang cairan PMK
Nyeri Multivitamin
Jurnal 2. level of evidence 1b
grade of recommendation A Perawatan kulit Suplementasi besi
Prognosis

Respon awal terapi Ad vitam ad bonam

Ad functionam dubia Dukungan Tumbuh kembang 23


Evaluasi laboratorium keluarga optimal
Ad sanactionam dubia ad bonam
XIII. ANALISIS KASUS
Bayi kurang bulan (BKB) dan bayi berat lahir rendah (BBLR) merupakan permasalahan
kesehatan dalam masyarakat yang berhubungan dengan peningkatan risiko morbiditas
dan mortalitas neonatus.1 Statistik kesehatan World Health Organization (WHO) tahun
2012 menunjukkan angka kelahiran BBLR di dunia mencapai 15% dari total kelahiran. 2
Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013 menyebutkan proporsi kelahiran
BBLR di Indonesia mencapai 10,2% dan khususnya di propinsi Bali mempunyai
proporsi <10%.3 Angka kelahiran BBLR di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Sanglah
Denpasar pada tahun 2012 mencapai 13,8% dari total kelahiran dan 2% kelahiran
dengan berat lahir amat sangat rendah.4
World Health Statistic 2013 WHO menunjukkan tingkat mortalitas BBLR secara
umum di dunia mencapai 17%, dengan tingkat mortalitas di Indonesia mencapai 25%. 5
Angka kematian BBLR di RSUP Sanglah Denpasar pada tahun 2008 sebesar 17.8%.4
Bayi kurang bulan (BKB) adalah bayi yang dilahirkan dengan usia gestasi <37
minggu. Bayi dengan berat lahir rendah merupakan bayi dengan berat lahir kurang dari
2500 gram tanpa memandang usia gestasi. Bayi berat lahir rendah diklasifikasikan
menjadi BBLR jika berat badan lahir 1500 gram sampai kurang dari 2500 gram, bayi
berat lahir sangat rendah (BBLSR) jika berat lahir 1000 gram sampai kurang dari 1500
gram, dan bayi berat lahir amat sangat rendah (BBLASR) jika berat lahir kurang dari
1000 gram.6 Pada kasus, penderita adalah bayi kurang bulan (BKB) dengan perkiraan
usia gestasi 31 minggu dan bayi berat lahir amat sangat rendah (BBLSR) dengan berat
lahir 1300 gram.
Penyebab kelahiran BKB dan BBLR sering sulit ditentukan penyebabnya karena
bersifat multifaktor, yang secara garis besar dibagi menjadi faktor ibu, faktor plasenta,
dan faktor janin.7 Faktor ibu yang berperan terhadap kelahiran BKB dan BBLR adalah
status sosial ekonomi rendah, ras, umur kurang dari 20 tahun atau lebih dari 40 tahun,
tingkat pendidikan ibu yang rendah, aktivitas maternal yang berlebihan, riwayat
kehamilan dan persalinan dengan komplikasi medis atau obstetri seperti preeklamsia
dan eklampsia, kehamilan gemeli, riwayat persalinan yang buruk, obat-obatan yang
dikonsumsi selama kehamilan, paparan asap rokok, dan konsumsi minuman beralkohol,
gangguan gizi dan anemia dalam kehamilan. Malformasi uterus, trauma uterus, plasenta
previa, abrupsio plasenta, hipertensi, ketuban pecah dini, operasi leher rahim
sebelumnya, amnionitis, infeksi Toxoplasmosis, Rubella, Cytomegalovirus, Herpes
simpleks (TORCH) merupakan faktor plasenta dan faktor obstetri yang berperan

24
sebagai penyebab. Faktor janin yang berperan penting sebaga penyebab kelahiran BKB
dan BBLR adalah intrauterine growth retardation (IUGR), hidrops fetalis, dan posisi
fetus abnormal, kelianan bawaan, faktor genetik dan kromosom.8 Pada kasus, penyebab
lahir kurang bulan dan BBLSR belum diketahui pasti. Beberapa faktor yang diduga
berperan antara lain: riwayat ibu karena didapatkan riwayat KPD dan partus prematorus
iminen
Penyesuaian antara berat lahir dengan usia kehamilan ditentukan menggunakan
kurva Lubchenco. Berdasarkan kurva tersebut, berat lahir menurut usia kehamilan dapat
digolongkan kecil masa kehamilan (KMK) jika bayi lahir dengan berat badan di bawah
persentil 10, sesuai masa kehamilan (SMK) jika bayi lahir dengan berat badan antara
persentil 10 dan 90, dan besar masa kehamilan (BMK) jika bayi lahir dengan berat
badan di atas persentil 90 pada kurva pertumbuhan janin.9 Pada kasus, berdasarkan
kurva Lubchenco, berat badan bayi berada di antara persentil 25-50, sehingga
disimpulkan sesuai masa kehamilan (SMK).
Distres pernapasan merupakan masalah yang sering dijumpai pada hari-hari
pertama kehidupan bayi baru lahir, yang ditandai dengan takipneu, napas cuping hidung,
retraksi dinding dada, sianosis, dan atau apneu. Gangguan napas yang paling sering
adalah transient tachypnea of the newborn (TTN), sindrom gawat napas atau penyakit
membran hialin (PMH), meconium aspiration syndrome (MAS), sepsis neonatal
awaitan dini dan pneumonia neonatal. 10 Sepsis neonatorum merupakan salah satu
masalah utama pada bayi dengan berat lahir rendah dan tingkat mortalitas yang tinggi.
Angka kejadian sepsis neonatorum secara global mencapai 25% dan pada penderita
BBLR mencapai 50%, sedangkan di RSUP A dilaporkan sebesar 5% dengan mortalitas
sebesar 28,3% pada tahun 2008.14 Sepsis neonatal merupakan sindrom respon inflamasi
sistemik yang disebabkan oleh infeksi pada masa neonatus. Sepsis neonatal berdasarkan
awitan terjadinya diklasifikasikan menjadi sepsis neonatal awitan dini (SNAD) jika
infeksi perinatal yang terjadi segera dalam periode pascanatal (<72 jam) dan sepsis
neonatal awitan lambat (SNAL) jika terjadi setelah umur 72 jam yang diperoleh dari
lingkungan sekitar atau rumah sakit. Kriteria sepsis neonatal berdasarkan anamnesis
(termasuk faktor risiko ibu dan neonatus seperti pada Tabel 1), gambaran klinis, dan
pemeriksaan penunjang. Evaluasi laboratorium dapat membantu diagnosis dan
konfirmasi sepsis. Kultur darah yang positif adalah baku emas sepsis. Pemeriksaan
hematologi sebaiknya dilakukan secara serial agar dapat dilihat perubahan yang terjadi
selama proses infeksi.12
25
Tabel 1. Faktor risiko mayor dan minor pada sepsis neonatal

Risiko mayor Risiko minor


1. Ketuban pecah >24 jam 1. Ketuban pecah >12 jam
2. Ibu demam saat intrapartum suhu 2. Ibu demam saat intrapartum suhu >37,50C
>380C 3. Nilai Apgar rendah (menit ke-1 <5, ke-5
3. Korioamnionitis <7)
4. Denyut jantung janin menetap >160 4. Bayi berat lahir sangat rendah <1500
kali/menit gram
5. Ketuban berbau 5. Usia gestasi <37 minggu
6. Kehamilan ganda
7. Keputihan yang tidak diobati
8. Infeksi saluran kencing / tersangka ISK
yang tidak diobati
Sumber: Reuter S, Moser C, Baack M. Respiratory distress in the newborn. Pediatrics in
Review. 2014; 35:417-29.

Tanda klinis sepsis neonatorum tidak spesifik dan respon tubuh terhadap masuknya
kuman, seperti:15
1. Iregularitas temperatur: hipertermi, hipotermi.
2. Perubahan perilaku: letargi, iritabel.
3. Perubahan tonus.
4. Kelainan pada kulit: perfusi perifer buruk, sianosis, mottling, pucat, peteki,
ikterus, sklerema.
5. Masalah minum: intoleransi minum.
6. Masalah saluran cerna: muntah, diare, kembung.
7. Masalah kardiopulmoner: takipnea, takikardia, hipotensi, distres pernapasan
(sesak, retraksi, grunting, sianosis sentral).
8. Masalah metabolik: hipoglikemia, hiperglikemia, asidosis metabolik.

Kriteria diagnosis sepsis neonatrum:15


1. Adanya faktor risiko infeksi (minimal 1 risiko infeksi mayor atau 2 risiko infeksi
minor).
2. Klinis dan pemeriksaan fisis
a. Laju napas > 60 kali/menit dengan atau tanpa retraksi.
b. Instabilitas suhu.
c. Capillary refill time > 3 detik.
3. Laboratorium (didapatkan minimal positif pada 2 pemeriksaan dengan atau tanpa
hasil kultur darah yang positif)
a. Hitung leukosit < 5 atau > 34 x 103/µL.
b. Neutropenia < 1,5 x 103/µL.
26
c. Procalcitonin ≥ 0,05 ng/mL.
d. IT Ratio > 0,2.
e. Apusan darah tepi: vakuolisasi dan atau granula toksik positif.
f. Kultur darah dua sisi.

Pada kasus, didapatkan faktor risiko mayor KPD > 24 jam dan tiga faktor risiko
minor yaitu usia kehamilan < 37 minggu, BBLSR, dan gemelli. Terdapat gejala klinis
sepsis yaitu distres napas dan letargi. Hasil penanda infeksi tidak mendukung adanya
sepsis dan kultur darah menunjukan hasil tidak ada pertumbuhan kuman, sehingga
didiagnosis sebagai klinis sepsis neonatal awitan dini.
Ikterus neonatorum adalah keadaan klinis pada bayi yang ditandai oleh
pewarnaan ikterus pada kulit dan sklera akibat akumulasi billirubin tak terkonjugasi
yang berlebihan. Ikterus secara klinis akan mulai tampak bila kadar billirubin darah 5-7
mg/dl. Insiden ikterus pada neonatus kurang bulan lebih tinggi jika dibandingkan
dengan neonatus cukup bulan yaitu sekitar 50-80 %. Siklus bilirubin pada dasarnya
sama antara bayi kurang bulan (BKB) dan bayi cukup bulan (BCB). Bayi kurang bulan
lebih sering mengalami peningkatan bilirubin indirek karena tingginya destruksi sel
darah merah yang mengandung Hb-F ataupun proses hemolitik lainnya. Kadar albumin
yang cenderung lebih rendah pada BKB juga berperan meningkatkan kadar bilirubin
karena adanya gangguan transportasi bilirubin ke hepar. Pada neonatus kurang bulan,
awitan ikterus terjadi lebih dini, mencapai puncak lebh lambat dan memerlukan waktu
yang lebih lama untuk hilang (sampai dengan 2 minggu). Komplikasi
hiperbillirubinemia yang berat adalah kernikterus, karena dapat menyebabkan kematian
dan menimbulkan gangguan pertumbuhan serta perkembangan di masa mendatang. 13
Pada kasus ini, didapatkan ikterus Kramer III pada usia 3 hari, kadar bilirubin tidak
diperiksakan karena pasien umum.

Bayi kurang bulan dengan berat lahir rendah memerlukan tatalaksana nutrisi
yang optimal. Pertumbuhan pasca-natal bayi kurang bulan baik antropometri maupun
komposisi tubuhnya harus sama dengan pertumbuhan bayi matur sesuai dengan usianya.
Target peningkatan berat badan bayi kurang bulan sebesar 15-20 gram/kgBB/hari pada
pascanatal seringkali tidak tercapai, karena pertumbuhan di ekstrauterin lebih banyak
membutuhkan energi terutama bayi yang membutuhkan perawatan intensif, asupan
nutrisi yang tidak adekuat, dan kondisi lainnya. Bayi kurang bulan membutuhkan
tambahan energi 60-98 kkal/kgBB/hari untuk mendapatkan peningkatan berat badan 15-
20 gram/kgBB/hari. Energi yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan rumatan dan
27
mengkompensasi kehilangan energi, seperti aktivitas, termoregulasi, dan sintesis
jaringan adalah sebesar 50-60 kkal/kgBB/hari. Sehingga total energi minimal yang
dibutuhkan sekitar 110-140 kkal/kgBB/hari.16
Air susu ibu (ASI) merupakan sumber nutrisi yang paling baik untuk bayi
dengan berat lahir rendah. Adanya faktor kekebalan dalam ASI dapat menjadi terapi
tambahan untuk melawan infeksi baik bakteri, jamur, maupun virus pada bayi dengan
infeksi. Air susu ibu dengan kandungan protein, karbohidrat, kolesterol (terutama
docosahexaenoicacid dan asam arakidonat) serta mineral yang lebih tinggi
dibandingkan dengan susu formula dapat membantu pertumbuhan terutama
pertumbuhan otak bayi.17 Bayi juga mendapatkan stimulasi yang komprehensif
(multimodal), konsisten dan teratur dari ibunya dengan menyusu. 18 Apabila tidak
didapatkan ASI dari ibu maka dapat dilakukan pemberian donor ASI jika syarat donor
ASI terpenuhi dan tersedia sarana penunjang, namun bila tidak memungkinkan pilihan
terakhir adalah pemberian susu formula prematur. ASI bayi prematur mengandung
kalori, protein, dan lemak yang lebih tinggi daripada ASI bayi cukup bulan, namun pada
ibu yang melahirkan bayi prematur setelah 3-4 minggu produksi ASI prematur akan
berubah menjadi ASI matur. Pada bayi dengan usia gestasi < 34 minggu kebutuhan
nutrisi dari ASI menjadi tidak terpenuhi setelah 3 minggu. Setelah ASI prematur
berubah menjadi ASI matur maka dianjurkan penambahan Human Milk Fortifier
(HMF). Human Milk Fortifier (HMF) merupakan fortifikasi ASI yang dibuat dari susu
sapi yang bertujuan mensuplementasi nutrien yang kurang dari ASI dengan
menitikberatkan pada protein, kalsium, fosfor dan vitamin D. Pada bayi dengan berat
lahir < 1500 gram atau usia gestasi < 32 minggu, ASI harus difortifikasi dengan HMF
setelah toleransi minum mencapai 100 ml/kg/hari. Pada kasus, ASI mulai diberikan
pada umur 2 hari. Sebelumnya penderita dipuasakan karena didapatkan klinis pipa
retraksi berat dan asfiksia sedang. Penderita mendapatkan susu BBLR karena ASI ibu
pasien keluar tidak mencukupi kebutuhan pasien.
Pemberian nutrisi pada BKB usia kurang dari 34 minggu dapat diberikan melalui
enteral atau parenteral, setelah usia bayi mencapai 34 minggu pemberian nutrisi dicoba
dengan cara per-oral. Bayi dengan riwayat kelahiran kurang bulan pada umumnya
memiliki kemampuan motorik oral kurang baik. Kemampuan motorik oral yang baik
meliputi koordinasi yang baik antara menghisap-menelan-bernapas. Karakteristik pola
menghisap pada bayi kurang bulan dibandingkan dengan bayi cukup bulan memiliki
frekuensi yang lebih cepat, amplitudo yang rendah, dan daya hisap lebih lemah.

28
Kemampuan menghisap meningkat seiring dengan umur kehamilan. Untuk mengetahui
apakah stimulasi oromotor dibanding tanpa stimulasi oromotor memperpendek jumlah
hari dalam mencapai full oral feeding dilakukan dilakukan penelusuran jurnal berbasis
bukti dan didapatkan jurnal dengan judul “Oral stimulation for promoting oral feeding
in preterm infants” oleh Greene Z dkk. pada Cochrane Library tahun 2016 (valid,
penting, dan dapat diterapkan) dengan level of evidence 1b, grade of recommendation
A. Simpulan jurnal tersebut adalah stimulasi oromotor pada penelitian ini
mempersingkat waktu transisi ke nutrisi per-oral, lama rawat di rumah sakit, lamanya
pemberian nutrisi parenteral. Pada kasus, penderita belum memiliki refleks oromotor
yang baik, yang mungkin disebabkan karena belum sempurnanya refleks yang terbentuk
karena usia kehamilan <34 minggu. Penderita saat ini sedang menjalani tatalaksana
stimulasi oromotor oleh sejawat kedokteran fisik dan rehabilitasi, dengan harapan
refleks oromotor dapat berkembang dan berfungsi baik saat usia kehamilan mencapai 34
minggu.
Bayi kurang bulan dengan berat badan lahir rendah merupakan kelompok risiko
tinggi mengalami defisiensi besi terutama dua tahun pertama kehidupannya. Saat itu
terjadi pacu tumbuh sehingga terjadi peningkatan kebutuhan besi, namun cadangan zat
besi yang dimiliki rendah.19 Kekurangan zat besi akan menyebabkan gangguan
pertumbuhan susunan saraf pusat, yaitu demielinisasi akibat gangguan maturitas
oligodendrosit yang menyuplai asam lemak dan kolesterol untuk mielinisasi.
Kekurangan zat besi juga akan menurunkan pembentukan neurotransmiter sehingga
menurunkan transmisi antar sel saraf.20 Rekomendasi IDAI 2016 menyatakan pemberian
suplementasi zat besi pada bayi berat lahir sangat rendah <1500 gram dosis 2
mg/kgBB/hari mulai usia 2 minggu bila bayi telah memasuki fase pertumbuhan atau
growing care sampai usia 12 bulan.21 Pada kasus, penderita akan mendapat
suplementasi besi saat usia 2 minggu sampai usia 1 tahun.
Gangguan penglihatan yang paling sering terjadi sehubungan dengan bayi
kurang bulan dan mendapat terapi oksigen adalah retinopathy of prematurity (ROP).
Insiden ROP bayi kurang bulan ( < 32 minggu) dan bayi dengan berat lahir rendah
(<1500 gram) di Indonesia berkisar antara 11,9 – 30,5%. 22 Penggunaan FI02 terlalu
tinggi, transfusi PRC berulang, sepsis, PDA, bronkopulmonary displasia, respiratory
distress, intraventricular hemorragic, dan asfiksia merupakan faktor-faktor risiko
terjadinya ROP. Pada kasus, BKB 31 minggu, disertai dengan respiratory distress dan
BBLSR 1350 gram memiliki risiko terjadinya ROP. Pada penderita telah dilakukan uji

29
tapis ROP dengan hasil retina imatur pada kedua mata dan direncanakan evaluasi
kembali setelah 2 minggu.
Penderita dengan bayi kurang bulan berisiko mengalami perdarahan intrakranial
terutama perdarahan intraventrikel sebagai komplikasi mayor. Perdarahan umumnya
bersumber dari matriks germinal di area periventrikel.24 USG kepala pada 103 bayi
prematur mendapatkan hasil temuan abnormal pada 47 kasus (45,7%) yang terdiri dari
edema otak (21,4%), perdarahan intraventrikuler (16,5%), dan dilatasi ventrikel
(7,8%).25 Ultrasonografi kepala direkomendasikan untuk dilakukan pada bayi berusia 7-
14 hari.26 Pada kasus, akan dilakukan uji tapis USG kepala saat klinis stabil.
Angka kematian bayi akibat berat lahir rendah antara 60 sampai 80 % dari total
angka kematian bayi. Kematian pada bayi prematur dipengaruhi oleh sistem organ yang
masih imatur, terapi yang diberikan, dan komplikasi yang timbul. 2 Salah satu penyebab
kematian tersering pada bayi prematur adalah karena permasalahan termoregulasi.
Perawatan metode kangguru (PMK) merupakan metode perawatan bayi berat lahir
rendah dengan melakukan kontak langsung antara kulit bayi dan kulit ibu untuk
memenuhi kebutuhan bayi paling mendasar yaitu kehangatan, air susu ibu, perlindungan
dari infeksi, stimulasi, keselamatan dan kasih sayang. Metode kontak ini memberikan
stimulus ke hipotalamus yang merangsang pengeluaran corticotrophin releasing
hormone (CRF) dan endorphin sehingga bayi merasa nyaman dan tenang, menurunkan
hormon kortisol sehingga stres menurun dan meningkatkan sistem imun pada bayi.
Akhirnya PMK dapat mengurangi risiko kematian pada BKB dan bayi dengan berat
lahir rendah. Perawatan metode kangguru terdiri dari tiga komponen yaitu: kontak kulit
ke kulit (skin to skin contact), pemberian ASI (breastfeeding) dan dukungan terhadap
ibu (support). Perawatan metode kangguru dilakukan dengan 2 cara yaitu intermiten dan
kontinyu. Perawatan metode kangguru intermiten bayi tidak diberikan kontak dengan
orangtua sepanjang waktu namun dilakukan hanya pada saat orangtua mengunjungi
bayinya yang masih berada dalam inkubator, dilakukan selama minimal satu jam setiap
hari. Perawatan metode kangguru kontinyu dilakukan terus menerus dimana kondisi
bayi harus stabil, bayi tidak menggunakan alat bantu napas. Untuk mengetahui apakah
PMK dapat mengurangi risiko kematian BKB dengan berat lahir rendah, dilakukan
penelusuran jurnal berbasis bukti dan didapatkan jurnal dengan judul “Kangaroo
mother care to reduce morbidity and mortality in low birthweight infant” oleh Conde-
Agudelo A, dkk.,dalam The Cochrane Library tahun 2017 (valid, penting, dan dapat
diterapkan) dengan level of evidence 1a, grade of recommendation A. Simpulan jurnal

30
tersebut adalah PMK pada bayi dengan berat lahir rendah dapat menjadi alternatif
metode konvensional khususnya pada pusat perawatan terbatas karena dapat
menurunkan mortalitas. Pada kasus, penderita dilakukan PMK intermiten oleh ibu
selama 3 jam setiap hari.
Secara umum, bayi risiko tinggi ditentukan berdasarkan: (1) risiko biologis; usia
kehamilan, berat badan lahir, berat/ringannya penyakit yang diderita pada saat perinatal,
(2) intensif di NICU, (3) kelainan bawaan dan malformasi, (4) dan lingkungan sosial.
Pemantauan jangka panjang diperlukan pada bayi risiko tinggi, karena berisiko tinggi
terjadi gangguan perkembangan motorik dan kognitif sehingga diperlukan identifikasi
dan intervensi dini. Edukasi dan peran serta keluarga menentukan luaran jangka panjang
penderita. Penelusuran jurnal dilakukan untuk mengetahui manfaat intervensi
perkembangan dini dalam mencegah gangguan motorik dan kognitif BKB, dan
didapatkan jurnal dengan judul “Early developmental intervention programmes post-
hospital discharge to prevent motor and cognitive impairments in preterm infants
(Review)”oleh Spittle A, dkk., dalam Cochrane Database of Systematic Reviews tahun
2015 (valid, penting, dan dapat diterapkan) dengan level of evidence 1a, grade of
recommendation A. Simpulan jurnal tersebut adalah program intervensi dini untuk bayi
kurang bulan memiliki pengaruh positif pada hasil kognitif dan motorik selama masa
bayi, dengan manfaat kognitif bertahan sampai usia pra-sekolah. Pada kasus, diberikan
penjelasan ke orangtua bahwa anak memiliki risiko gangguan kognitif dan motorik,
sehingga perlu dilakukan intervensi dini terhadap perkembangan setelah penderita
keluar dari rumah sakit yaitu minimal pada usia 12 bulan.

XIV. DAFTAR PUSTAKA


A. Daftar Pustaka (Analisis kasus)
1. World Health Organization. Low birth weight: country, regional, and global
estimates. World Health Organization – UNICEF. New York. 2004.
2. World Health Organization. World health statistic 2012. World Health
Organization. Geneva. 2012; 5:109-19.
3. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.
Riset kesehatan dasar 2013.Departemen Kesehatan RI. Jakarta. 2013. [diakses 6
Maret 2014]. Diunduh dari: www.litbang.depkes.go.id
31
4. Subdivisi Neonatologi Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Anak RSUP Sanglah
Denpasar. Laporan tahunan subdivisi neonatologi RSUP Sanglah Denpasar.
Subbagian Neonatologi Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Anak RSUP Sanglah.
Denpasar. 2013.
5. World Health Organization. World health statistic 2013. World Health
Organization. Geneva. 2013; 2:61-79.
6. Damanik SM. Klasifikasi bayi menurut berat lahir dan masa gestasi. Dalam:
Kosim MS, Yunanto A, Dewi R, Sarosa GI, Usman A, penyunting. Buku Ajar
Neonatologi. Edisi pertama. Jakarta: Badan Penerbit IDAI; 2008. h. 11-30.
7. Bowers B. Prenatal, antenatal, and postpartal risk factors. Dalam: Kenner C, Lott
JW. Comprehensive Neonatal Care: An interdisciplinary approach. Edisi ke-4.
China: Elseviers Inc; 2007. h. 648-65.
8. Joshi HS, Srivastava PC, Agnihotri AK, dkk. Risk factor for low birth weight.
Journal of Indian Academy Medicine. 2014; 10:971-3.
9. Gomella TL. Gestational age and birthweight classification. Dalam: Gomella
TC, Cunningham MD, Eyal FG, penyunting. Neonatologi Management,
Procedures, On-Call Problems, Disease, and Drugs. Edisi ke-7. New York: Mc
Graw-Hill; 2013. h. 29-42.
10. Reuter S, Moser C, Baack M. Respiratory distress in the newborn. Pediatrics in
Review. 2014; 35:417-29.
11. Locci G, Fanos V, Gerosa C, Faa G. Hyaline membrane disease (HMD): the role
of the perinatal pathologist. JPNIM. 2014;3(2):255-64.
12. Bunt JA, Carnielli VP, Wattimena D, Hop WC, Saueur J, Zimmermann LI. The
effect in premature infants of prenatal corticosteroids on endogenous surfactant
synthesis as measured with stable isotopes. Am J Respir Crit Care Med. 2000;
162:844-9.
13. Abdulrahman S. Hiperbilirubinemia. Dalam: Kosim M, Yunanto A, Dewi R,
Saroso GI, Usman A, penyunting. Buku Ajar Neonatologi. Edisi ke-1. Jakarta:
Badan Penerbit IDAI;2008. h. 147-69.
14. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Presentase berat bayi lahir rendah
menurut provinsi Riskesdas 2013. Jakarta: Kemenkes; 2015. h. 1-168.
15. Bany-Mohammed F. Sepsis. Dalam: Gomella TC, Cunningham MD, Eyal FG,
penyunting. Neonatologi Management, Procedures, On-Call Problems, Disease,
and Drugs. Edisi ke-7. New York: Mc Graw-Hill; 2013. h. 865-73.
16. Sithembeso V. Nutritional requirements and parenteral nutrition in preterm
infants. S Afr J Clin Nutr. 2011;24: S27-S31.
17. Suraatmaja S. Aspek gizi air susu ibu. Dalam: Soetjiningsih, penyunting. ASI
Petunjuk Untuk Tenaga Kesehatan. Edisi pertama. Jakarta: EGC; 1997. h. 16-41.

32
18. Soetjiningsih. Stimulasi perkembangan anak. Dalam: Soetjiningsih, Ranuh IGN,
penyunting. Tumbuh kembang Anak. Edisi ke-2. Jakarta: EGC; 2012. h. 204-12.
19. Baker RD, Greer FR, Committee of Nutrition. Clinical report diagnosis and
prevention of iron deficiency and iron deficiency anemia in infant and young
children (0-3 years of age). Pediatrics. 2010; 126:1040-50.
20. Gupta SK, Bansal D, Malhi O, Das R. Developmental profile in children with
iron deficiency anemia and its changes after therapeutic iron. Indian J Pediatr.
2010; 77:375-9.
21. Sulistijono E, Alasiry E, Irawan G, Utomo MT, Iskandar A, Etika R, dkk.
Konsensus Asuhan Nutrisi pada Bayi Prematur. Jakarta: Badan Penerbit IDAI;
2016.
22. Siswanto JE dan Sauer PJJ. Retinopathy of prematurity in Indonesia: incidence
and risk factors. J Neonatal Perinatal Med. 2017; 20:1-6.
23. Lawrence c, Boggess KA, Wolkowiez MC. Bacterial meningitis in the infant.
Clin Perinatol. 2015;42(1):29-45
24. Ballabh P. Intraventricular hemorrhage in premature infants: mechanism of
disease. Pediatr Res. 2010;67(1):1-8.
25. Islam MZ, Islam MA, Hossain MM, Khan NZ. Cranial ultrasound in preterm
neonates: screening of at risk infants for long term neurodevelopmental
impairments. Journal of Enam Medical College. 2016;6(1):28-32.
26. Canadian Paediatric Society Statement. Routine screening cranial ultrasound
examinations for the prediction of ong term neurodevelopmental outcome in
preterm infants. Paediatr Child Health. 2001; 6:39-43.

B. Daftar Jurnal (Evidence Based Practice)


1. Greene Z, O’Donnel CPF, Walshe M. Oral stimulation for promoting oral
feeding in preterm infants (review). Cochrane Database of Systematic Reviews
2016, Issue 9.
2. Conde-Agudelo A, Diaz-Rossello JL. Kangaroo mother care to reduce morbidity
and mortality in low birthweight infants (Review). The Cochrane Library 2017,
Issue 2.
3. Spittle A, Orton J, Anderson P, Boyd R, Doyle LW. Early developmental
intervention programmes provided post-hospital discharge to prevent motor and
cognitive impairments in preterm infants (Review). Cochrane Database of
Systematic Reviews 2015, Issue 11.

XV. Daftar Singkatan


AABR : Automated auditory brainstem responses

33
AAP : American Academy of Pediatrics
APGAR : Appearance, pulse, grimace, activity, respiration
APTT : Activated partial thromboplastin time
ASI : Air susuibu
BAB : Buang air besar
BAK : Buang air kecil
BBL : Bayiberatlahir
BBLASR : Bayiberatlahiramatsangatrendah
BBLR : Bayiberatlahirrendah
BBLSR : Bayiberatlahirsangatrendah
BCB : Bayicukupbulan
BKB : Bayikurangbulan
BMK : Besar masa kehamilan
CPAP : Continuous positive airway pressure
CRF : Corticotropin releasing hormone
CRT : Capillary refill time
D1 : Diploma satu
D2 : Diploma dua
DL : Darah lengkap
FFP : Fresh frozen plasma
FiO2 : Fraksioksigen
GIR : Glucose infusion rate
HELLP : Hemolysis, Elevated liver Enzyme, Low Platelets
HMF : Human milk fortifier
INR : Internasional normalized rasio
I:E : Inspirasi : Ekspirasi
IT ratio : Immature to total neutrophil ratio
IUGR : Intrauterine growth retardation
ISK : Infeksi saluran kencing
IWL : Insensible water lose
JKN : Jaminan kesehatan nasional
KCL : Kaliumclorida
KIE : Komunikasi, informasi, edukasi
KMK : Kecil masa kehamilan

34
KPD : Ketuban pecah dini
LDH : Lactate dehydrogenase
MAS : Meconeum aspirasi syndrome
Nacl : Natrium clorida
NICU : Neonatal intensive care unit
NPAT : Neonatal Pain Assessment Tools
OAE : Otto acoustic emission
OGT : Orogastric tube
PCAC : Pressure control assist control
PC-CMV : Pressure control-continous mandatory ventilation
PDAM : Perusahaan Daerah Air Minum
PEB : Preeklampsia berat
PEEP : Positive end expiratory pressure
PIP : Peak inspiratory pressure
PLN : Perusahaan Listrik Negara
PMK : Perawatan metode kangguru
PMH : Penyakit membran hialin
PRC : Packed red cell
PT : Protrombine time
RDS : Respiratory distress syndrom
RISKESDAS : Riset kesehatan dasar
ROP : Retinopathy of prematurity
RSUP : Rumah Sakit Umum Pusat
SGOT : Glutamic-oxalacetic transaminase
SGPT : Glutamic- pyruvic transaminase
SMK : Sesuai masa kehamilan
SpO2 : Saturasi oksigen perifer
SNAD : Sepsis neonatal awitan dini
SNAL : Sepsis neonatal awitan lambat
TC : Thrombocyte concentrate
TF : Trophic feeding
TTN : Transient tachypneu of newborn
TORCH : Toxoplasmosis, Rubella, Cytomegalovirus, Herpes simpleks
UK : Usia kehamilan

35
USG : Ultrasonografi
VCO : Virgin coconut oil
VTP : Ventilasi tekanan positif
WHO : World Health Organization
WITA : Waktu Indonesia Bagian Tengah

XVI. LAMPIRAN
Skor New Ballard (Maturitas Fisik)
-2 -1 0 1 2 3 4 5 Skor
Kulit Lengket, Merah Licin, Pengelupasan Pecah- Perkamen, Seperti 1
rapuh, seperti merah &/ atau ruam pecah, pecah- kulit,
transparan gelatin, muda, superfisial, daerah pecah pecah-
tembus vena beberapa pucat, dalam, pecah,
pandang memba- vena jarang vena tidak berke-
yang terlihat riput
vena
Lanugo Tidak ada Jarang Banyak menipis (+) daerah Sebagian 2
sekali sekali tanpa besar tanpa
rambut rambut
Garis Tumit- Tumit- ibu > 50 Garis-garis Garis Garis Garis 2
telapak ibu jari jari kaki mm, merah tipis melintang lipatan lipatan
kaki kaki < 40-50 mm tidak ada hanya pada sampai 2/3 pada
40 mm lipatan bagian anterior seluruh
anterior telapak
Payu- Tidak Susah Aerola Aerola Aerola Areola 2
dara dikenali dikenali datar (-), berbintil, terangkat, penuh
penonjolan penonjolan penonjolan penonjolan
1-2 mm 3-4 mm 5-10 meter
Mata/ Kelo- Kelopak Kelopak Pinna Pinna sedikit Keras dan Kartilago 1
telinga pak menyatu terbuka, sedikit bergelom- berbentuk, tebal, daun
menya longgar pinna bergelomb bang, rekoil segera telinga
-tu erat datar, ang, rekoil lambat rekuil kaku
tetap lambat
terlipat
Genitalia Skrotum Skrotum Testis di Testis menuju Testis Testis -
pria datar dan kosong. kanal ke bawah, sudah tergantung,
halus Rugae bagian sedikit rugae turun, rugae rugae
samar atas, rugae jelas dalam
jarang
Genitalia Klitoris Klitoris Klitoris Labia mayora Labia Labia 1
wanita menonjol, menon- menonjol, dan minora mayora mayora
labia datar jol, labia minora menonjol besar, labia menutupi
minora membesar minora klitoris dan
kecil kecil labia
minora
Skor 9 x 2 = 18
total

36
Skor Minggu
-10 20
-5 22
0 24
5 26
10 28
15 30
20 32 Skor 18 = 31 Minggu
25 34
30 36
35 38
40 40
45 42
50 44

Skor Downes

Pemeriksaan Skor
0 1 2
>80
Frekuensi napas < 60 kali/menit 60-80 kali/menit
kali/menit
Tidak ada
Retraksi Retraksi ringan Retraksi berat
retraksi
Sianosis menetap
Tidak ada Sianosis hilang
Sianosis walaupun diberi
sianosis dengan O2
O2
Penurunan
Tidak ada udara
Air entry Udara masuk ringan udara
masuk
masuk
Dapat didengar
Dapat didengar
Merintih Tidak merintih dengan
tanpa alat bantu
stetoskop
Evaluasi
Diagnosis
Total
Sesak napas
1-3
ringan
Sesak napas
4-5
sedang
Sesak napas
≥6
berat

37
Kurva Lubchenco

38
By TY

17027858

Kurva Fenton
39
30/10/2019
6/11/2019

KAJIAN KRITIS KEDOKTERAN BERBASIS BUKTI


40
KASUS
Seorang bayi perempuan, usia kronologis 13 hari, usia koreksi 32 minggu 6 hari, anak
pertama dari kehamilan keenam. Penderita lahir di RSUP A saat usia kehamilan 31
minggu, secara spontan dengan indikasi pemberat KPD > 24 jam. Penderita lahir tidak
segera menangis, tampak kebiruan pada bibir, lidah, ujung tangan dan kaki dan tampak
lemah dengan skor Apgar pada menit pertama adalah 6, menit ke-5 adalah 7, menit ke-
10 adalah 8, Berat badan lahir 1300 gram, panjang badan 38 cm, dan lingkar kepala 28
cm. Skor New Ballard 18 sesuai dengan umur kehamilan 31 minggu. Pada penderita
didapatkan satu faktor risiko infeksi mayor yaitu KPD>24jam serta 3 faktor risiko minor
yaitu usia kehamilan < 37 minggu, berat bayi lahir sangat rendah, dan gemelli.
Pemeriksaan fisis didapatkan letargi dan distres napas. Skor Downes 6. Pemeriksaan
radiologi toraks kesan normal, Pemeriksaan laboratorium ditemukan kesan
trombositopenia pada evaluasi septik marker perawatan hari ke 4. Penderita dirawat di
inkubator, menggunakan alat bantu napas non invasive ventilator, pemberian antibiotika
lini pertama sampai perawatan hari ketujuh.

DIAGNOSIS
Bayi kurang bulan (30-31 minggu) (p07.3), bayi berat lahir sangat rendah (1300 gram)
(p07.1), sesuai masa kehamilan, asfiksia sedang (p84), klinis sepsis neonatal awitan dini
(p36.9), ikterus neonatorum et causa prematuritas (p59.0), gemelli 1(o30.0)

PERMASALAHAN

41
1. Pada bayi kurang bulan, apakah stimulasi oromotor dibanding tanpa stimulasi
oromotor memperpendek jumlah hari dalam mencapai full oral feeding?
2. Pada bayi dengan berat lahir rendah < 2500 gram, apakah metode perawatan
kangguru dibandingkan perawatan konvensional dapat menurunkan mortalitas bayi
dengan berat lahir rendah?
3. Pada bayi kurang bulan, apakah pemberian stimulasi perkembangan dini
dibandingkan tidak mendapat stimulasi perkembangan dini memengaruhi fungsi
kognitif dan motorik?

PERMASALAHAN I

42
PICO:
Berdasarkan masalah yang ada maka dapat dijabarkan dalam bentuk PICO sebagai
berikut:
P (Patient/Problem) : bayi kurang bulan
I (Intervention) : stimulasi oromotor
C (Comparation/Control) : tanpa stimulasi oromotor
O (Outcome) : full oral feeding

PERTANYAAN KLINIS:
Pada bayi kurang bulan, apakah stimulasi oromotor dibanding tanpa stimulasi oromotor
memperpendek jumlah hari dalam mencapai full oral feeding?

STRATEGI PENELUSURAN JURNAL


Kata kunci: preterm AND stimulation AND oral AND feeding

HASIL PENELUSURAN JURNAL


Oral stimulation for promoting oral feeding in preter infants
Greene Z, O’Donnell C. PF., Walshre M
Cochrane Database of Systematic Reviews 2016, Issue 9

Ringkasan Jurnal
Latar belakang: Penundaan dalam pemberian minum secara oral seringkali terjadi
pada bayi kurang bulan. Pemberian minum secara oral dapat mengurangi lama rawat
dan merupakan indikator awal dalam perkembangan serta neuromotor. Berbagai
intervensi rangsangan oral dapat membantu mengembangkan kemampuan oromotor,
dapat memberikan nutrisi oral sejak dini dan mengurangi lama rawat.
Tujuan: Untuk menilai efektivitas stimulasi oral terhadap kemampuan minum bayi
kurang bulan dengan usia kehamilan <37 minggu.
Metode: Pengumpulan data dan analisis dengan metode Cochrane Neonatal Review
Group yang meliputi MEDLINE (sejak 1966 sampai 25 Februari 2016), EMBASE
(1980 sampai 25 Februari 2016), dan CINAHL (1982 sampai 25 Februari 2016).
Kriteria seleksi adalah uji acak terkontrol dan kuasi-acak yang membandingkan
intervensi stimulasi oromotor dengan tanpa intervensi, standar perawatan, dan intervensi
non-oral pada bayi kurang bulan.
43
Hasil: Sebanyak 19 studi dengan subyek sebanyak 823 bayi memenuhi kriteria inklusi.
Meta-analisis menunjukkan bahwa rangsangan oral dapat mengurangi waktu peralihan
ke pemberian nutrisi oral dibandingkan dengan perawatan standar (rerata -4,81, IK 95%,
-5,56 sampai -4,06 hari), dibandingkan dengan intervensi non-oral lainnya (rerata -9,01,
IK 95%, -10,3 sampai -7,71 hari). Durasi rawat inap awal dibandingkan dengan
perawatan standar (rerata -5,26, IK 95%, -7,34 sampai -3,19 hari), dan dibandingkan
denga intervensi non-oral lainnya (-9,01, IK 95%, -10.30sampai -7,71 hari). Durasi
pemberian nutrisi parenteral lebih pendek dibandingkan dengan perawatan standar
(rerata -5,3, IK 95%, -9,73 sampai -0,87 hari), dan dibandingkan dengan intervensi non-
oral lainnya (rerata -8,70, IK 95%, -15,46 sampai -1,94 hari). Namun penelitian ini tidak
dapat mengidentifikasi efek pada frekuensi menyusui dan kenaikan berat badan.
Simpulan: Stimulasi oromotor pada penelitian ini memperlambat masa rawat di rumah
sakit, lamanya pemberian nutrisi eksklusif dan durasi parenteral. Dibutuhkan metode
yang lebih baik dalam uji acak terkontrol dengan menyembunyikan alokasi perawatan,
pengasuh untuk perawatan bila memungkinkan dan penilai hasil.

KAJIAN KRITIS KEDOKTERAN BERBASIS BUKTI TELAAH MAKALAH


ASPEK META-ANALISIS
Apakah bukti tentang aspek meta-analisis ini valid?
A
Apakah ini merupakan tinjauan Ya
1
kepustakaan sistematik atau meta Penelitian yang dipilih sudah melalui
analisis yang diharapkan dapat beberapa tahap seleksi, terpilih 19
menjawab pertanyaan klinis kita? penelitian randomized controlled trials
dengan kualitas metodologi, jumlah
sampel, perlakuan, dan luaran yang
sudah distandarisasi (h. 8-12).
2. apakah dalam metodologi disebutkan
Ya.
 Bagaimana cara memperoleh Pengumpulan data dan analisis dengan
artikel yang relevan? metode standar kolaborasi Cochrane dan
Cochrane neonatal review group yang meliputi
MEDLINE,
EMBASE, CINAHL dan Cochrane Central
Register of Controlled Trials (The Cochrane
44
Library, Issue 1, 2016)

Ya dengan menghitung I2 statistik (h. 12)


 Cara untuk menilai validitas
masing-masing artikel?
Tidak
3 Apakah ada kemungkinan hasil
penelitian yang penting tidak
disertakan dalam meta-analisis
ini?
Ya, pada setiap penelitian didapatkan stimulasi
4 Apakah secara umum hasil
oromotor menurunkan lama pemberian nutrisi
masing-masing penelitian
oral, lama rawat, lama pemberian nutrisi
konsisten?
enteral, lama pemberian nutrisi oral eksklusif
(h. 16-18)

Apakah bukti tentang aspek meta-analisis yang valid ini penting?


B
Ya
1 Apakah hasil keseluruhan secara
klinis penting sehingga akan kita
terapkan pada penderita kita?
Ya
2 Bila terdapat analisis terhadap
subgroup, apakah kita percaya hasil
subgroup tersebut penting)
Ya, stimulasi oromotor menurunkan durasi
3 Apakah hasil-hasil yang secara
pemberian nutrisi parenteral (rerata -5,3, IK
klinis penting secara statistika
95% -9,73 – 0,87, P = 0,02), menurunkan lama
bermakna?
transisi untuk mendapatkan nutrisi oral
eksklusif (rerata -4,81, IK 95%, -5,56 sampai
-4,06 hari, P < 0,00001), dan menurunkan
lama rawat (rerata -5,26, IK 95%, -7,34
sampai -3,19 hari, P < 0,0001).

45
C Apakah kita dapat menerapkan bukti tentang aspek meta-analisis yang valid
dan penting ini pada pasien kita?
Apakah karakteristik penderita kita mirip dengan Ya, karakteristik pasien kita mirip
1
penderita yang ada dalam meta-analisis? dengan penderita dalam meta-
analisis ini
Apakah tersedia obat, keahlian, fasilitas, biaya Ya, stimulasi oral dapat
2
yang diperlukan? dilakukan oleh perawat dan
fisioterapis

3 Apakah penderita dan keluarga dapat menerima Ya.


pemberian obat/pengobatan atas dasar nilai-nilai,
budaya, agama?

Simpulan: valid, penting, dan dapat diterapkan


Level of evidence 1b
Grade of recommendation A

46
PERMASALAHAN II

PICO
Berdasarkan masalah yang ada maka dapat dijabarkan dalam bentuk PICO sebagai
berikut:
P (Patient/Problem) : bayi dengan berat lahir rendah < 2500 gram.
I (Intervention) : perawatan metode kangguru
C (Comparation/Control) : metode perawatan bayi berat lahir rendah konvensional
O (Outcome) : mortalitas bayi dengan berat lahir rendah
PERTANYAAN KLINIS:
Pada bayi dengan berat lahir rendah < 2500 gram, apakah metode perawatan kangguru
dibandingkan perawatan konvensional dapat menurunkan mortalitas bayi dengan berat
lahir rendah?

STRATEGI PENELUSURAN JURNAL


Kata kunci: neonates AND low birth weight AND kangaroo mother care

HASIL PENELUSURAN JURNAL


Kangaroo mother care to reduce morbidity and mortality in low birthweight infant
Conde-Agudelo A, Diaz-Rossello JL.
The Cochrane Library 2014, Issue 4.

Ringkasan Jurnal
Latar belakang: Perawatan metode kangguru (PMK) merupakan metode perawatan
bayi berat lahir rendah dengan prinsip skin to skin contact antara ibu dan bayi.
Perawatan metode kangguru dipercaya memberikan manfaat berupa lama rawat lebih
pendek, dapat memberikan kesempatan kepada ibu untuk menyusu lebih sering dan
memungkinkan untuk pemberian ASI eksklusif sehingga dapat dipertimbangkan sebagai
alternatif metode konvensional dalam perawatan bayi berat lahir rendah.
Tujuan: Untuk mengetahui apakah terdapat bukti yang mendukung penggunaan PMK
sebagai alternatif metode konvensional perawatan bayi berat lahir rendah.
Metode: Pengumpulan data dan analisis dengan metode Cochrane Neonatal Review
Group yang meliputi MEDLINE, EMBASE, LILACS, POPLINE, CINAHL

47
database(sejak insepsi hingga 31 Maret 2014) dan Cochrane Central Register of
Controlled Trials (The Cochrane Library, Issue 3, 2014). Sebagai tambahan dilakukan
penelusuran pada website Kangaroo Foundation, konferensi dan simposium terkait
PMK, serta pencarian pada Google scholar. Kriteria seleksi adalah uji klinis yang
membandingkan PMKdengan metode perawatan bayi konvensional, serta
membandingkan early onset PMK (dimulai dalam 24 jam setelah lahir) dengan late
onset PMK (dimulai setelah 24 jam setelah lahir) pada bayi berat lahir rendah.
Hasil: Sebanyak 18 studi dengan subyek sebanyak 2751 bayi memenuhi kriteria inklusi.
Enam belas studi mengevaluasi PMK pada bayi berat lahir rendah setelah stabilisasi,
satu studi mengevaluasi PMK pada bayi berat lahir rendah sebelum stabilisasi, dan satu
studi membandingkan early onset PMK dengan late onset PMK pada bayi berat lahir
rendah yang relatif stabil. Tiga belas studi mengevaluasi PMK intermiten dan lima studi
mengevaluasi PMK kontinyu. Perawatan metode kangguru dihubungkan dengan
penurunan risiko mortalitas (tipikal RR 0,60; IK 95% 0,39-0,92), menurunkan risiko
infeksi nosokomial atau sepsis (tipikal RR 0,45; IK 95% 0,27-0,76), menurunkan risiko
hipotermia (tipikal RR 0,34; IK 95% 0,17-0,67), dan menurunkan lama rawat (beda
rerata 2,2 hari, IK 95% 0,6-3,7). Pada follow up terakhir PMK dihubungkan dengan
penurunan risiko mortalitas (tipikal RR 0,67, IK 95% 0,48-0,95; 11 uji klinis, 2167
bayi) dan penurunan risiko infeksi berat atau sepsis (tipikal RR 0,56, IK 95% 0,40-
0,78). Perawatan metode kangguru didapatkan meningkatkan laju pertumbuhan,
meningkatkan kesempatan menyusu, dan meningkatkan kontak ibu dan bayi. Tidak
terdapat perbedaan signifikan antara bayi yang mendapatkan PMK dengan kelompok
kontrol dalam menimbulkan gangguan neurodevelopmental dan neurosensori pada usia
koreksi satu tahun. Analisis sensitivitas menunjukkan studi dengan risiko bias yang
tinggi tidak akan memengaruhi hasil penelitian secara keseluruhan.
Simpulan: Perawatan metode kangguru pada bayi berat lahir rendah dapat menjadi
alternatif metode konvensional khususnya pada pusat perawatan terbatas karena dapat
menurunkan mortalitas. Dibutuhkan informasi tambahan guna mengetahui efektivitas
dan keamanan early onset continuous KMC pada bayi yang tidak stabil, luaran
neurodevelopmental jangka panjang, dan biaya perawatan.

48
KAJIAN KRITIS KEDOKTERAN BERBASIS BUKTI TELAAH MAKALAH
ASPEK META-ANALISIS

A Apakah bukti tentang aspek meta-analisis ini valid?


1 Apakah ini merupakan tinjauan Ya
kepustakaansistematik atau meta Penelitian yang dipilih sudah melalui
analisis yang diharapkan dapat beberapa tahap seleksi, terpilih 18
menjawab pertanyaan klinis kita? penelitian randomized controlled
trials dengan kualitas metodologi,
jumlah sampel, perlakuan, dan luaran
yang sudah distandarisasi (h. 4-8).
2 Apakah dalam metodologi disebutkan
 Bagaimana cara memperoleh artikel Ya.
yang relevan? Pengumpulan data dan analisis dengan
metode Cochrane neonatal review
group yang meliputi MEDLINE,
EMBASE, LILACS, POPLINE,
CINAHL dan Cochrane Central
Register of Controlled Trials (The
Cochrane Library, Issue 3, 2014), juga
dilakukan penelusuran pada website
Kangaroo Foundation, konferensi dan
simposium terkait KMC, serta
pencarian pada Google
scholar(halaman 5).
 Cara untuk menilai validitas Ya dengan menggunakan fixed-effect
masing-masing artikel? modeldan dua peneliti independen.(h.
5).
3 Apakah ada kemungkinan hasil Tidak
penelitian yang penting tidak disertakan
dalam meta-analisis ini?

4 Apakah secara umum hasil masing- Ya, Pada setiap penelitian didapatkan
masing penelitian konsisten? metode perawatan kanguru
menurunkan mortalitas, lama rawat
dan infeksi nosokomial atau sepsis (h.
14 dan 16).

49
B Apakah bukti tentang aspek meta-analisis yang valid ini penting?
1 Apakah hasil keseluruhan secara klinis Ya
penting sehingga akan kita terapkan pada
penderita kita?

2 Bila terdapat analisis terhadap subgroup, Ya


apakah kita percaya hasil subgroup
tersebut penting?
3 Apakah hasil-hasil yang secara klinis Metode perawatan kanguru
penting secara statistika bermakna menurunkan risiko mortalitas (tipikal
RR 0,67, IK 95% 0,48-0,95 p = 0,03)
dan menurunkan risiko infeksi berat
atau sepsis (tipikal RR 0,56, IK 95%
0,40-0,78) p = 0,0008.

C Apakah kita dapat menerapkan bukti tentang aspek meta-analisis yang valid
dan penting ini pada pasien kita?
1 Apakah karakteristik penderita kita mirip Ya
dengan penderita yang ada dalam meta Karakteristik pasien kita mirip dengan
analisis ini? penderita dalam meta analisis ini
2 Apakah tersedia obat, keahlian, fasilitas, Ya, PMK merupakan alternatif yang
biaya yang diperlukan? mudah dengan biaya yang lebih
rendah dibandingkan dengan
perawatan konvensional
3 Apakah penderita dan keluarga dapat Ya.
menerima pemberian obat/pengobatan
atas dasar nilai-nilai sosial, budaya,
agama?

Simpulan: valid, penting, dan dapat diterapkan


Level of evidence 1b
Grade of recommendation A

PERMASALAHAN III
50
PICO:
Berdasarkan masalah yang ada maka dapat dijabarkan dalam bentuk PICO sebagai
berikut:
P (Patient/Problem) : bayi kurang bulan
I (Intervention) : stimulasi perkembangan dini
C (Comparation/Control) : tanpa stimulasi perkembangan dini
O (Outcome) : fungsi kognitif dan motorik

PERTANYAAN KLINIS:
Pada bayi kurang bulan, apakah pemberian stimulasi perkembangan dini dibandingkan
tidak mendapat stimulasi perkembangan dini memengaruhi fungsi kognitif dan motorik?

STRATEGI PENELUSURAN JURNAL:


Kata kunci: Cognitive AND Motor AND Development intervention AND preterm.

HASIL PENELUSURAN JURNAL


Early developmental intervention programmes post-hospital discharge to prevent
motor and cognitive impairments in preterm infants (Review)
Spittle A, Orton J, Anderson P, Boyd R, Doyle LW
Cochrane Database of Systematic Reviews 2012, Issue 12.

Ringkasan Jurnal
Latar belakang: Bayi kurang bulan memiliki risiko gangguan fungsi kognitif dan
motorik dibandingkan dengan bayi cukup bulan. Pemberian intervensi perkembangan
telah digunakan untuk memperbaiki fungsi kognitif dan motorik. Namun, manfaat
jangka panjang dari program ini masih belum jelas.
Tujuan: Untuk mengetahui efektivitas program intervensi perkembangan dini pasca
keluar dari rumah sakit pada bayi kurang bulan (<37 minggu) terhadap fungsi motorik
atau kognitif.
Metode: The Cochrane Neonatal Review melakukan pencarian studi mengenai
intervensi perkembangan pasca keluar dari rumah sakit dari uji klinis acak dan kuasi
eksperimental yang terkontrol acak dan quasi-acak. The Cochrane Neonatal Review
secara independen menganalisis Cochrane Central Register of Controlled Trials

51
(CENTRAL, The Cochrane Library), MEDLINE Lanjutan, CINAHL, PsycINFO dan
EMBASE (1966 hingga Oktober 2012).
Hasil: Dua puluh satu studi memenuhi kriteria inklusi (3133 acak pasien). Hanya 10
dari studi ini adalah uji klinis dengan alokasi disembunyikan. Meta-analisis ini
menemukan bahwa intervensi perkembangan dini meningkatkan hasil kognitif pada
bayi (Developmental Quotient (DQ): rerata perbedaan standar (SMD) 0,31 standar
deviasi (SD); IK 95% 0,13-0,50; P <0,001; 13 studi; 2147 pasien), dan usia pra-sekolah
(Intelligence Quotient(IQ); SMD 0,45 SD; IK 95%0,34-0,57; P <0,001; 6 studi; 1276
pasien). Namun, efek ini tidak dipertahankan pada usia sekolah (IQ: SMD 0,25 SD; IK
95%-0,10 sampai 0,61; P = 0,16; 5 studi; 1242 pasien). Terdapat heterogenitas yang
hasil kognitif pada bayi dan sekolah usia yang bermakna. Pada perkembangan motorik,
meta-analisis dari 10 studi menunjukkan efek yang bermakna pada intervensi
perkembangan awal; Namun, efeknya kecil (Motor Scale Developmental Quotient
(DQ): SMD 0,10 SD; 95% IK 0,00-0,19; P = 0,04; 10 studi; 1745 pasien).
Kesimpulan: Program intervensi perkembangan dini untuk bayi kurang bulan memiliki
pengaruh positif pada fungsi kognitif dan motorik selama masa bayi, dengan fungsi
kognitif bertahan sampai usia pra-sekolah.

KAJIAN KRITIS KEDOKTERAN BERBASIS BUKTI TELAAH MAKALAH


ASPEK META-ANALISIS
A Apakah bukti tentang aspek meta-analisis ini valid?
1 Apakah ini merupakan tinjauan Ya
kepustakaansistematik atau meta Penelitian yang dipilih sudah melalui
analisis yang diharapkan dapat beberapa tahap seleksi, terpilih 21
menjawab pertanyaan klinis kita? penelitian randomized controlled
trials dengan kualitas metodologi,
jumlah sampel, perlakuan, dan luaran
yang sudah distandarisasi (halaman 4-
7).
2 Apakah dalam metodologi disebutkan
 Bagaimana cara memperoleh Ya.
artikel yang relevan? Pengumpulan data penelitian dari
CENTRAL, MEDLINE, CINAHL,
PsycINFO, EMBASE.
 Cara untuk menilai validitas Ya dengan menggunakan fixed-effect
masing-masing artikel? model dan dua peneliti independen
(halaman 4-7).
3 Apakah ada kemungkinan hasil Tidak
penelitian yang penting tidak
52
disertakan dalam meta analisis ini?
4 Apakah secara umum hasil masing- Ya, walaupun terdapat heterogenitas
masing penelitian konsisten? dari program intervenssi yang
dilakukan dari usia BKB.

B Apakah bukti tentang aspek meta-analisis yang valid ini penting?


1 Apakah hasil keseluruhan secara Ya
klinis penting sehingga akan kita
terapkan pada penderita kita?
2 Bila terdapat analisis terhadap Ya
subgroup, apakah kita percaya
hasil subgroup tersebut penting?
3 Apakah hasil-hasil yang secara - Terdapat perbedaan fungsi kognitif pada
klinis penting secara statistika bayi, usia pra sekolah, dan usia sekolah
bermakna yang mendapat stimulasi perkembangan
dini (dalam 1 tahun pertama kehidupan)
dibandingkan tidak mendapat stimulasi
dini (beda rerata 0,31; 0,45; 0,25, dengan
IK95% 0,31-0,50; 0,34-0,57; -0,10
-0,61), p<0,001).
- Terdapat perbedaan fungsi motorik pada
bayi dan usia pra sekolah mendapat
stimulasi perkembangan dini (dalam 1
tahun pertama kehidupan) dibandingkan
tidak mendapat stimulasi dini (beda
rerata 0,10; 0,14, dengan IK95% 0,00-
0,19; -0,16-0,44) p = 0,03).

C Apakah kita dapat menerapkan bukti tentang aspek meta-analisis yang valid
dan penting ini pada pasien kita?
1 Apakah karakteristik penderita kita mirip Ya
dengan penderita yang ada dalam meta Karakteristik pasien kita mirip dengan
analisis ini? penderita dalam meta analisis ini
2 Apakah tersedia obat, keahlian, fasilitas, Ya.
biaya yang diperlukan? Tersedia keahlian, fasilitas dan biaya
untuk melakukan intervensi
perkembangan dini.
3 Apakah penderita dan keluarga dapat Ya.
menerima pemberian obat/pengobatan
atas dasar nilai-nilai sosial, budaya,
agama?

Simpulan: valid, penting, dan dapat diterapkan


53
Level of evidence 1a
Grade of recommendation A

54

Anda mungkin juga menyukai