Anda di halaman 1dari 18

PENELITIAN

KARAKTERISTIK HIPOGLIKEMIA NEONATAL DI RSUP SANGLAH

 
oleh:
Arya Wisnu Prayoga
 

Pembimbing:
Dr. dr. I Made Kardana, Sp.A (K)
Dr. dr. I Made Arimbawa, Sp.A(K)

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA
RSUP SANGLAH
DENPASAR
2021
LATAR BELAKANG
Hipoglikemia atau kadar gula darah di bawah nilai normal apabila terjadi
berulang dapat menyebabkan gangguan perkembangan dan fungsi otak. Sekuele
utama jangka panjang hipoglikemia berat adalah retardasi mental, aktivitas kejang
berulang, atau keduanya. Terdapat bukti bahwa hipoksemia dan iskemia yang terjadi
bersama hipoglikemia dapat menyebabkan kerusakan otak permanen. Prevalensi
hipoglikemia pada bayi baru lahir yaitu sebesar 12,1% dari kelahiran. Kejadian
hipoglikemia sama pada dua kelompok yaitu risiko bayi "kecil" didefinisikan berat
lahir <2500 gram dan bayi 'besar" yaitu bayi berat lahir 4.500 gram.1,2
Stres perinatal, termasuk asfiksia dan sepsis adalah penyebab penting
terjadinya hipoglikemia.2,3 Stres perinatal sebagai respon dari hipoksia menyebabkan
glikogenolisis yang berlebihan sehingga terjadi penurunan simpanan glikogen. Hal
lain yang mungkin dapat terjadi adalah pelepasan insulin berlebih akibat kerusakan
sel β pankreas yang disebabkan oleh kerusakan karena asfiksia. 4 Sekitar seperempat
kematian bayi baru lahir disebabkan oleh asfiksia saat lahir. Asfiksia saat lahir
didefinisikan sebagai kegagalan dalam menginisiasi dan mempertahankan napas saat
lahir.5 Sekitar 10% bayi baru lahir memerlukan bantuan untuk menginiasiasi napas
saat lahir dan kurang dari 1% bayi baru lahir memerlukan tindakan resusitasi
ekstensif untuk mempertahankan hidupnya.6
Kemampuan bayi baru lahir mempertahankan homeostasis glukosa tidak
sebaik anak yang lebih besar dan dewasa oleh karena berada pada periode transisi
metabolik.7 Hipoglikemia neonatal terjadi pada 3-39% kehamilan.8 Pada bayi baru
lahir gejala hipoglikemia tidak selalu muncul (asimptomatik). 1 Hingga saat ini
diagnosis cepat dan intervensi agresif masih menjadi pilihan utama untuk mencegah
kerusakan otak permanen.4 Identifikasi karakteristik dan faktor resiko hipoglikemia
pada bayi baru lahir perlu dilakukan agar tidak terjadi keterlambatan penanganan,
sehingga angka kesakitan dan kematian akibat hipoglikemia dapat ditekan serta dapat
mengurangi besarnya biaya perawatan.
RUMUSAN MASALAH
Bagaimana karakteristik hipoglikemia neonatal di RSUP Sanglah

TUJUAN PENELITIAN
Untuk mengetahui karakteristik hipoglikemia neonatal di RSUP Sanglah

METODE
Penelitian dilakukan di ruang perawatan neonatal RSUP Sanglah Denpasar.
Pengumpulan data dilakukan antara tahun 2018 sampai 2020. Data dasar subjek
penelitian diperoleh dari register dan rekam medis. Populasi sasaran adalah pasien
yang dirawat dengan hipoglikemia neonatal. Populasi yang dapat dijangkau adalah
pasien yang dirawat di ruang perawatan neonatal dengan hipoglikemia neonatal
antara tahun 2018 sampai 2020. Kriteria inklusi adalah pasien yang dirawat dengan
hipoglikemia neonatal dan kriteria eksklusi adalah data tidak lengkap dan tidak
dilakukan pemeriksaan glukosa darah serum.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif retrospektif dengan pendekatan
potong lintang yang memaparkaan karakteristik pasien hipoglikemia neonatal di
RSUP Sanglah. Pengambilan sampel dilakukan secara consecutive purposive
sampling, dimana neonatus yang dirawat di ruang perawatan neonatal dan memenuhi
kriteria inklusi dan eksklusi akan diikutsertakan dalam penelitian hingga jumlah
sampel terpenuhi. Besar sampel dihitung menggunakan rumus proporsi dengan
menggunakan ketelitian 5%, dengan proporsi 20%, kesalahan tipe I 0,05 sehingga
diperoleh jumlah sampel minimal 50 orang.
Pasien yang dirawat inap di ruang perawatan neonatal antara tahun 2016 dan
2020 yang dilakukan pengecekan kadar glukosa dan memenuhi kriteria inklusi dan
eksklusi dijadikan sampel. Kemudian dilakukan pengumpulan data berdasarkan
rekam medis. Setelah data terkumpul dilakukan analisis data.
DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL
1. Hipoglikemia neonatal adalah kadar glukosa plasma untuk neonatus cukup bulan
maupun kurang bulan kurang dari 45 mg/dl. Dibagi menjadi dua yaitu:
hipoglikemia neonatal ringan-sedang (GDS >25-45mg/dl) dan hipoglikemia berat
(GDS ≤ 25 mg/dl). Skala pengukuran menggunakan skala kategorikal.
2. Usia adalah usia kronologis yang dihitung dari hari pertama kehidupan. Koreksi
diterapkan pada bayi prematur. Umur merupakan kali pertama penderita
didiagnosis hipoglikemi neonatal. Skala pengukurannya numerik.
3. Umur kehamilan adalah usia kehamilan yang dihitung sejak hari pertama haid
terakhir ibu sampai bayi lahir atau dari hasil pemeriksaan USG. Usia kehamilan
dibagi menjadi <37 minggu dan> 37 minggu. Skala pengukurannya nominal.
4. Jenis kelamin adalah jenis kelamin neonatus berdasarkan fenotipe yang dibedakan
atas laki-laki dan perempuan. Skala pengukurannya nominal.
5. Berat lahir adalah berat neonatal saat lahir yang ditimbang segera setelah lahir
dalam gram. Berat badan lahir terbagi menjadi 4 yaitu: (Skala ukurnya ordinal)
a) Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) bila <1.000 gram.
b) Bayi berat lahir sangat rendah (BBLR) jika 1.000-1.499 gram.
c) Bayi berat lahir rendah (BBLR) jika 1.500-2.499 gram.
d) Bayi berat lahir normal> 2.500-4000 gram
6. Berat badan terhadap umur adalah
7. Cara persalinan adalah proses atau cara persalinan neonatal. Dibagi menjadi
persalinan spontan dan seksio sesarea. Skala pengukurannya nominal.
8. Umur ibu adalah usia kronologis ibu. Dibagi menjadi dua kategori yaitu, <35
tahun dan > 35 tahun. Skala pengukurannya nominal.
9. Asfiksia adalah Dibagi menjadi dua kategori yaitu, ya dan tidak. Skala
pengukurannya nominal.
10. Letargi adalah kondisi dimana terjadi penurunan kesadaran, perhatian, dan
kewaspadaan yang dinilai saat pasien terdiagnosa hipoglikemi neonatal. Dibagi
menjadi dua kategori yaitu, ya dan tidak. Skala pengukurannya nominal.
11. Kejang neonatal adalah kejang pada bayi yang berusia kurang dari 4 minggu.
Dibagi menjadi dua kategori yaitu, ya dan tidak. Skala pengukurannya nominal.
12. Instabilitas suhu adalah keadaan dimana bayi tidak mampu menjaga suhu
tubuhnya. Bayi mengalami ketidakseimbangan suhu tubuh, baik hipotermia (<36
° C) atau hipertermia (> 37,5 ° C), yang dinilai saat pasien terdiagnosa
hipoglikemi neonatal. Dibagi menjadi dua kategori yaitu, ya dan tidak. Skala
pengukurannya nominal.
13. Ikterus neonatorum adalah Dibagi menjadi dua kategori yaitu, ya dan tidak. Skala
pengukurannya nominal.
14. Gangguan pernapasan adalah rangkaian gejala pernapasan yang ditunjukkan
dengan nilai Downes Score yang memuat frekuensi pernapasan, retraksi, sianosis,
masuknya udara, dan rengekan (skala nominal) yang dinilai saat pasien
terdiagnosa hipoglikemi neonatal. Dibagi menjadi dua kategori yaitu, ya dan
tidak. Skala pengukurannya nominal.
15. Infeksi neonatal adalah keadaan pasien saat mengalami infeksi pada periode
neonatal. Dibagi menjadi dua kategori yaitu, ya dan tidak. Skala pengukurannya
nominal.
16. Leukosit adalah jumlah sel darah putih yang diperoleh dari pemeriksaan darah
lengkap saat pasien terdiagnosa hipoglikemi neonatal. Skala pengukurannya
numerik.
17. Neutrofil darah adalah jumlah neutrofil yang diperoleh dari pemeriksaan darah
lengkap saat pasien terdiagnosa hipoglikemi neonatal. Skala pengukurannya
numerik.
18. Limfosit darah adalah jumlah limfosit yang diperoleh dari pemeriksaan darah
lengkap saat pasien terdiagnosa hipoglikemi neonatal. Skala pengukurannya
numerik.
19. Hemoglobin adalah jumlah hemoglobin yang diperoleh dari pemeriksaan darah
lengkap saat pasien terdiagnosa hipoglikemi neonatal. Skala pengukurannya
numerik.
20. Trombosit adalah banyaknya trombosit yang diperoleh dari hasil pemeriksaan
darah lengkap saat pasien terdiagnosa hipoglikemi neonatal. Skala pengukurannya
numerik.
21. Ratio IT adalah perbandingan antara neutrofil imatur dengan jumlah total
neutrofil pada apusan darah tepi yang diperoleh dari hasil pemeriksaan darah tepi
saat pasien terdiagnosa hipoglikemi neonatal. Skala pengukurannya numerik.
22. Vakuolisasi adalah Dibagi menjadi dua kategori yaitu, ada dan tidak. Skala
pengukurannya nominal.
23. Granula toksik Dibagi menjadi dua kategori yaitu, ada dan tidak. Skala
pengukurannya nominal.
24. Luaran adalah kondisi pasien saat meninggalkan rumah sakit. Dalam studi ini,
luaran dibagi menjadi hidup dan mati. Skala pengukurannya nominal.

ANALISIS DATA
Data yang terkumpul diolah dengan menggunakan software SPSS 22.0 untuk
mendeskripsikan karakteristik variabel yang diteliti. Variabel kategorikal dijelaskan
dalam jumlah (n) dan persentase (%). Data numerik disajikan dalam rerata (simpang
baku) jika berdistribusi normal dan median (minimum-maksimum) jika data
berdistribusi tidak normal. Data yang telah diolah disajikan dalam bentuk tabel dan
narasi.

KELAIKAN ETIK
Penelitian ini akan diserahkan kepada Komite Etik Penelitian Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana / RS Sanglah Denpasar.

HASIL
Selama tahun 2018-2020, sebanyak 50 kasus neonatus dengan hipoglikemi neonatal
dimasukkan dalam penelitian ini. Data yang dikumpulkan terdiri dari data demografi,
karakteristik klinis, hasil laboratorium, dan luaran. Tabel 1 menujukkan umur rerata
subjek penelitian adalah 3.5 hari dengan mayoritas sampel merupakan preterm (72%),
berjenis kelamin perempuan (54%), bayi berat lahir kurang dari 2500 gram (72%),
metode persalinan tidak spontan, dan lahir dari ibu dengan umur lebih dari 35 tahun
(58%).

Tabel 1. Karakteristik Demografi


Variabel N = 50
Umura (hari) 3.5 (0 – 7.8)
Umur kehamilanb
< 37 minggu 36 (72)
> 37 minggu 14 (28)
Jenis kelaminb
Laki- laki 23 (46)
Perempuan 27 (54)
Berat badan lahirb
BBLASR 5 (10)
BBLSR 11 (22)
BBLR 20 (40)
Normal 14 (28)
Berat badan terhadap umur kehamilanb
Kecil masa kehamilan 9 (18)
Sesuai masa kehamilan 38 (76)
Besar masa kehamilan 3 (6)
Metode persalinanb
Spontan 13 (26)
Seksio sesarea 37 (74)
Asfiksiab
Ya 22 (44)
Tidak 28 (56)
Umur Ibub
<35 tahun 21 (42)
≥35 tahun 29 (58)
a
Median (min – max nilai); bn (%)
Bayi berat lahir amat sangat rendah (BBLASR); Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR); Bayi berat lahir (BBLR).

Tabel 2. menunjukkan karakteristik klinis subjek penelitian, mayoritas subjek


memiliki klinis letargi (70%), ikterus neonatorum (62%), distress napas (60%),
infeksi (82%), dengan luaran mayoritas subjek hidup (76%). Tabel 3. menunjukkan
karakteriskitik pemeriksaan laboratorium pada subjek, dengan nilai leukosit,
neutrofil, limfosit, hemoglobin, trombosit dan rasio IT masih dalam batas normal.
Hasil procalcitonin didapatkan dengan median 0.62 (rentang 0.3-382). Kadar gula
darah didapatkan dengan nilai rerata 26.62 (SB +13.12).
Tabel 2. Karakteristik Klinis Subjek
Variabel n (%)
Letargi
Ya 35 (70)
Tidak 15 (30)
Kejang neonatal
Ya 6 (12)
Tidak 44 (88)
Instabilitas suhu
Ya 7 (14)
Tidak 43 (86)
Ikterus neonatorum
Ya 31 (62)
Tidak 19 (38)
Distres napas
Ya 30 (60)
Tidak 20 (40)
Infeksi
Ya 41 (82)
Tidak 9 (18)
Derajat Hipoglikemia
Ringan-sedang 28 (56)
Berat 22 (44)
Luaran
Hidup 38 (76)
Meninggal 12 (24)

Tabel 3. Karakteristik Pemeriksaan Laboratorium


Variabel N = 50
Laboratorium
Leukosit (103/µL)a 12.99 (1.74 – 63.59)
Neutrofil (103/µL)a 5.88 (0.55 – 30.10)
Limfosit (103/µL)b 4.25 (0.86 – 61.7)
Hemoglobin (g/dL)b 14.1 (3.38)
Trombosit (103/µL)b 189 (107)
Ratio ITa 0.165 (0.01 – 1.12)
Procalcitonin (ng/mL)a 0.62 (0.3-382)
Gula darah sewaktub 26.62 (13.12)
Vakuolisasic
Ada 10 (20)
Tidak 40 (80)
Granula toksikc
Ada 2 (4)
Tidak 48 (96)
a
median (minimum – maksimum), brerata (simpang baku), cn (%)

Tabel 4. Perbandingan Demografi dan Klinis Subjek terhadap Luaran


Hidup Meninggal
Variabel
n (%) n (%)
Umur Kehamilan
< 37 minggu 26 (68.4) 10 (83.3)
> 37 minggu 12 (31.6) 2 (16.7)
Jenis kelamin
Laki-laki 20 (52.6) 3 (25)
Perempuan 18 (47.4) 9 (75)
Berat badan lahir
BBLASR 1 (2.6) 4 (33.3)
BBLSR 8 (21.1) 3 (25)
BBLR 17 (44.7) 3 (25)
Normal 12 (31.6) 2 (16.7)
Berat badan terhadap umur kehamilan
Kecil masa kehamilan 5 (13.2) 4 (33.3)
Sesuai masa kehamilan 30 (78.9) 8 (66.7)
Besar masa kehamilan 3 (7.9) 0 (0)
Metode Persalinan
Spontan 9 (23.7) 4 (33.3)
Seksio sesarea 29 (76.3) 8 (66.7)
Asfiksia
Ya 14 (36.8) 8 (66.7)
Tidak 24 (63.2) 4 (33.3)
Umur Ibu
< 35 tahun 28 (80) 6 (40)
≥ 35 tahun 7 (20) 9 (60)
Letargi
Ya 23 (60.5) 12 (100)
Tidak 15 (39.5) 0 (0)
Kejang neonatorum
Ya 4 (10.5) 2 (16.7)
Tidak 34 (89.5.) 10 (83.3)
Ikterus neonatorum
Ya 22 (57.9) 9 (75)
Tidak 16 (42.1) 3 (25)
Instabilitas suhu
Ya 2 (5.3) 5 (41.7)
Tidak 36 (94.7) 7 (58.3)
Distres napas
Ya 19 (50) 11 (91.7)
Tidak 19 (50) 1 (8.3)
Derajat Hipoglikemia
Ringan-sedang 25 (65.8.) 3 (25)
Berat 13 (34.2) 9 (75)
Bayi berat lahir amat sangat rendah (BBLASR); Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR); Bayi berat lahir (BBLR).
Tabel 4. menunjuKkan luaran yang buruk mayoritas pada subjek preterm
(83%), jenis kelamin perempuan (75%), BBLASR (33.3%), dengan metode
persalinan seksio sesarea (66.67%), asfiksia (66.67%), umur ibu > 35 tahun (60%),
terdiagnosa ikterus neonatorum, mengalami distress napas (91.7%) dan mengalami
derajat hipoglikemia berat (75%). Tabel 5. menunjukan pada subjek yang meninggal
didapatkan nilai rerata trombosit didapatkan 88.6 (49.3), dengan nilai median IT ratio
0.22(0.03-1.12) dan Procalcitonin 11.02 (0.21-382). Sedangkan untuk glukosa darah
sewaktu didapatkan nilai rerata 19.67 (11.89) pada subjek yang memiliki luaran
meninggal.

Tabel 5. Perbandingan Pemeriksaan Laboratorium terhadap Luaran


Hidup Meninggal
Variabel
n (%) n (%)
Leukosit (103/µL)a 12.77 (4.35-41.68) 13.41 (1.74-63.59)
Netrofil (103/µL)a 6.18 (1.67-24.39) 4.19 (0.55-30.1)
Limfosit (103/µL)a 4.39 (1.43-20.24) 2.9 (0.86-61.7)
Hemoglobin (g/dL)b 14.55 (3.1) 12.87 (3.95)
Thromobosit (103/µL)b 221 (101) 88.6 (49.3)
IT Ratioa 0.14 (0.01-0.87) 0.22 (0.03-1.12)
Procalcitonin (ng/mL)a 0.35 (0.03-20) 11.02 (0.21-382)
Gula darah sewaktub 28.82 ( 12.86) 19.67 (11.89)
a
Median (minimum-maksimum); bRerata (simpang baku); cn (%)

DISKUSI
Hipoglikemia atau kadar gula darah di bawah nilai normal, bila terjadi berlarut-larut
dan berulang dapat menyebabkan gangguan perkembangan dan fungsi otak. Sekuele
utama jangka panjang hipoglikemia berat adalah retardasi mental, aktivitas kejang
berulang, atau keduanya. Terdapat bukti bahwa hipoksemia dan iskemia yang terjadi
bersama hipoglikemia dapat menyebabkan kerusakan otak permanen.1
Hipoglikemia dapat disebabkan oleh beberapa kondisi, seperti penurunan
jumlah glukosa dalam aliran darah, berkurangnya penyimpanan glukosa, habisnya
simpanan glikogen (gula yang disimpan di hati), dan terhambatnya penggunaan
glukosa oleh tubuh. Sedangkan pada bayi baru lahir kondisi yang menyebabkan
hipoglikemia adalah nutrisi ibu yang inadekuat, kelebihan insulin yang diproduksi
pada bayi dari ibu, penyakit hemolitik parah pada bayi baru lahir, defek kongenital,
asfiksia lahir dan penyakit hati.
Pada neonatus kadar glukosa darah dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara
lain makanan terakhir ibu, durasi persalinan, cara persalinan, dan tipe cairan intravena
yang diperoleh ibu sebelum persalinan. Kadar gula darah normal pada neonatus
adalah 40-150 mg/dL. Jika neonatus memiliki kadar gula darah diatas 150 mg/dL,
maka disebut dengan hiperglikemia segera setelah lahir sampai 1-3 hari pertama
kehidupan. Pada bayi aterm yang sehat, serum glukosa jarang berada dibawah nilai
35 mg/dL dalam 1-3 jam pertama kehidupan, dibawah 40 mg/dL dalam 3-24 jam, dan
kurang dari 45 mg/dL (2,5 mmol/L) setelah 24 jam. Namun pada pasien prematur,
kadar glukosa sering ditemui rendah akibat simpanan glukosa yang sangat sedikit
pada bayi prematur. Selain itu adanya kejadian dan pengaruh lain selama perawatan
dapat meningkatkan kejadian hipoglikemi neonatal, seperti infeksi. Pada penelitian
ini umur rerata subjek 3.5 hari. Hal ini senada dengan penelitian regina paranggian et
al yang menyebutkan hipoglikemia neonatal cenderung terjadi setelah 72 jam pasca
bayi lahir akibat masih terdapatnya cadangan glukosa dalam tubuh bayi.
Stres perinatal, termasuk asfiksia adalah penyebab penting terjadinya
hipoglikemia. Stres perinatal sebagai respon dari hipoksia menyebabkan
glikogenolisis yang berlebihan sehingga terjadi penurunan simpanan glikogen. Hal
lain yang mungkin dapat terjadi adalah penglepasan insulin berlebih akibat kerusakan
sel β pankreas yang disebabkan oleh kerusakan karena asfiksia. Kurang lebih
seperempat kematian bayi baru lahir disebabkan oleh asfiksia saat lahir. Asfiksia saat
lahir didefinisikan sebagai kegagalan dalam menginisiasi dan mempertahankan napas
saat lahir sekitar 10% bayi baru lahir memerlukan bantuan untuk menginiasiasi napas
saat lahir dan kurang dari 1% bayi baru lahir memerlukan tindakan resusitasi
ekstensif untuk mempertahankan hidupnya.1-3Pada penelitian ini didapatkan subjek
yang mengalami asfiksia berjumlah 22 subjek (44%) dimana luaran kematian
didapatkan pada pasien yang mayoritas mengalami asfiksia (66.67%). Hal ini sesuai
dengan penelitian Cranmer et al, yang menyatakan asfiksia merupakan faktor resiko
utama terjadinya hipoglikemia neonatus, Maleeny et al menyertakan 78% subjek
penelitian hipoglikemia neonatal mengalami asfiksia.
Glukosa adalah sumber energi utama janin selama berada di dalam kandungan
bersama asam amino dan laktat yang juga ikut berperan pada kehamilan lanjut.
Kecepatan glukosa yang diambil janin tergantung dari kadar gula darah ibu, jumlah
kadar gula darah janin adalah sekitar dua pertiga dari kadar gula darah ibu. Apabila
terputus hubungan plasenta dan janin, maka terhenti pula pemberian glukosa. Bayi
aterm dapat mempertahankan kadar gula darah sekitar 50-60 mg/dl selama 72 jam
pertama, sedangkan bayi berat lahir rendah (BBLR) dalam kadar 40 mg/dl. Dikatakan
juga hipoglikemia bisa terjadi pada bayi makrosomia (Berat Bayi Lahir Lebih). Hal
ini terjadi karena bayi tidak lagi mendapatkan glukosa dari ibu seperti pada saat bayi
di dalam kandungan, pada bayi berat lahir rendah memiliki cadangan glukosa yang
lebih sedikit dibandingkan pada bayi aterm, sehingga kemampuan untuk
mempertahan kadar gula juga semakin menurun.
Pada penelitian ini didapatkan mayoritas subjek lahir prematur dengan berat
badan lahir dibawah nilai normal (<2500 gram) 72 %. Begitu pula resiko mortalitas
didapatkan pada 83.7% pasien dengan berat badan lahir dibawah normal. Hal ini
senada dengan penelitian Nihan et al menunjukan 80% subjek hipoglikemia neonatal
memiliki berat badan dibawah normal dan mayoritas lahir dalam kondisi prematur.
Pada kondisi prematur sering didapatkan adanya hipoglikemia akibat dari fungsi
organ-organ tubuh yang belum maksimal, penyimpanan glikogen hepatik jumlahnya
sangat terbatas sehingga bayi memiliki suplai persediaan glikogen yang belum
adekuat untuk diubah menjadi glukosa darah. Pada penelitian ini didapatkan pasien
prematur sebanyak 36 subjek dimana mayoritas mortalitas pada pasien dengan
hipoglikemia neoanatal berasal dari kategori premature (83.3%).
Pada ibu dengan usia yang “advance” atau lebih dari 35 tahun sering
diddapatkan adanya gangguan obstetri selama kehamilan. Diantaranya adalah DM
selama kehamilan, preeklampsia, dan eklampsia yang berujung adanya plasentasi
yang buruk sehingga aliran darah yang masuk berkurang dengan hasil akhir
penurunan jumlah nutrisi dan oksigen termasuk jumlah glukosa kepada bayi. Pada
proses selanjutnya mayoritas pasien dengan gangguan obstetri harus dilakukan
intervensi dalam kehamilan sehingga mayoritas persalinan tidak spontan. Pada
penelitian ini didapatkan mayoritas subjek memiliki ibu dengan usia lebih dari 35
tahun (58%), dan metode persalinan tidak spontan (74%). Hal ini serupa dengan
penelitian mihret et al yang menyebutkan umur ibu diatas 35 tahun memiliki
kecenderungan 4x terjadinya prematuritas yang menyebabkan angka hipoglikemia
neonatal pada bayi. Begitu pula pada pasien dengan advance maternal age
didapatkan 60% diantaranya melahirkan dengan tidak spontan.
Berat badan terhadap umur kehamilan menggambarkan kondisi nutrisi pada
bayi selama kehamilan, bayi dengan hipoglikemi neonatal sangat memiliki hubungan
yang erat terhadap status nutrisi selama kehamilan. Mayoritas subjek sesuai masa
kehamilan (76%) akibat kecenderungan adanya gangguan kehamilan ditrimester
ketiga kehamilan. Hal ini serupa dengan penelitian Nihan et al bahwa mayoritas
subjek penelitian didapatkan 68% sesuai masa kehamilan.
Infeksi sangat berhubungan dengan terjadinya kejadian hipoglikemi neonatal
pada bayi, pada keadaan normal tubuh akan mempertahankan hipoglikemia dengan
cara menurunkan sekresi insulin dan meningkatkan sekresi glukagon, epinefrin,
hormon pertumbuhan dan kortisol. Perubahan hormon tersebut dikombinasi dengan
meningkatnya keluaran glukosa dihepar. Respon pertama yang terjadi adalah
meningkatkan produksi glukosa dari hepar dengan melepaskan cadangan glikogen
dihepar serta menurunkan sekresi insulin dan meningkatkan sekresi glukagon. Bila
cadangan glikogen habis maka terjadi peningkatan kerusakan protein karena efek
kortisol yang meningkat serta proses glukoneogenesis hepar diganti dengan
glikogenolisis sebagai sumber produksi glukosa. Pada kondisi infeksi terjadi proses
hiperkatabolisme yang awalnya terjadii glikolisis, proteolysis, dan lipolysis yang
meningkatkan kadar glukosa (stress hiperglikemik) pada fase akut infeksi. Pada
prosesnya gangguan infeksi yang tidak teratasi dapat memengaruhi respon hormonal
terutama hormona adrenal yang berujung kondisi hipoglikemia neonatal. Pada
penelitian ini didapatkan 41 subjek (82%) pasien mengalami kondisi infeksi. Hal ini
serupa dengan penelitian Zahirul islam et al menyebutkan 80% subjek dengan
neonatal sepsis mengalami hipoglikemi neonatal.
Pada neonatus dan bayi, hipoglikemia memberikan gejala iritabilitas, tremor,
kesulitan makan, letargi, hipotoni, takipnea, sianosis atau apnea, pada penelitian ini
didapatkan mayoritas gejala pada subjek berupa letargi (70%), distress napas (60%),
kejang neonatus hanya ditemukan pada 6 pasien (12%), dan instabilitas suhu hanya
ditemukan pada 7 sunjek (14%). hal ini juga sangat berkaitan dengan kejadian infeksi
pada subjek penelitian. Hal ini senada dengan penelitian zahirul islami et al, yang
menyebutkan kejadian hipoglikemia neonatal diikuti dengan klinis letargi (82%
kasus) dan distress napas pada 68% kasus. Serta penelitian macias parra et al yang
menyebutkan klinis kejang pada neonatus hanya ditemukan pada hipoglikemia berat
yang tidak teratasi dan degan mortalitas yang tinggi.
Bayi dengan berat lahir rendah mengalami peningkatan risiko terhadap
kejadian infeksi karena cadangan immunologlobulin maternal menurun,
kemampuan untuk membentuk antibodi rusak dan sistem integumen rusak (kulit
tipis dan kapiler rentan), hiperbilirubin diakibatkan oleh faktor kematangan
hepar, hingga konjugasi bilirubin indirect menjadi direct belum sempurna.
Ikterus bisa diperberatkan oleh polisetemia, memar hemolisis, dan infeksi. Kondisi
ikterus ini dapat terjadi akibat infeksi, maupun prematuritas, penggunaan glukosa
yang berlebihan selama infeksi diperparah dengan kejadian ikterus yang berujung
hipoglikemi neonatal. Pada subjek didapatkan 62% pasien mengalami klinis ikterus
neonatorum. Hal ini serupa dengan penelitian Yuliana yunarto et al yang menyatakan
52% subjek penelitian didapatkan ikterus neonatal.
Derajat hipoglikemia sangat berhubungan dengan luaran mortalitas pasien,
kondisi hipoglikemia berat memperberat kondisi dasar pasien dan memengaruhi
kondisi homeostasis tubuh bayi sebagai sumber energi, pada penelitian ini didapatkan
kejadian mortalitas sebanyak 12 pasien dengan mayoritas pasien meninggal sebanyak
9 (75%) mengalami hipoglikemi berat. Hal ini senada dengan penelitian William W
et al yang menyebutkan hipoglikemia yang berulang dan menetap dapat
menyebabkan kerusakan otak dan kematian.
Kejadian Hipoglikemia neonatal tidak dapat dilepas dari hubungan adanya
kejadian infeksi pada neonaatus. Pada pemeriksaan darah tepi sel darah putih
nilai<5000 / mm3 dan> 20.000 / mm3, dengan jumlah neutrofil absolut kurang dari
1800 sel / cu mm dianggap sebagai patologis. Batas atas leukosit ditetapkan pada
30.000 - 40.000 / mm3 dalam banyak protokol pemeriksaan infeksi. Pada penelitian
ini ditemukan median leukosit sekitar 12.99 (kisaran 1.74 – 63.59) x 103 / µL.
Temuan ini serupa dengan Macias-Parra., Dkk, mereka menemukan kadar leukosit
perifer adalah 11,6 (1,5 - 42,05) x 103 / µL. Dari temuan ini dinyatakan bahwa hitung
leukosit perifer tidak sensitif atau tidak spesifik untuk hipoglikemia neonatal.
Hitungan IT ratio juga tidak memiliki sensitivitas yang tinggi pada
hipoglikemi neonatal IT ratio pada neonatus yang tidak terinfeksi diterima sebagai
0,16 dalam 24 jam pertama, menurun menjadi 0,12 pada 60 jam. Batas atas neonatus
pada usia kehamilan 32 minggu atau kurang sedikit lebih tinggi yaitu 0,2. IT rasio
lebih dari 0,2 dianggap sebagai kasus infeksi. Prokalsitonin lebih dari 0,45 dianggap
sebagai kasus sepsis. Dalam penelitian kami, kami menemukan rata-rata IT rasio
sekitar 0,165 dengan kisaran 0,01 – 1.12. dan nilai procalcitonin dengan median 0.62
(0.3-382) Penelitian kami serupa dengan Ismael et al yang menemukan rata-rata IT
rasio 0,17, Dengan range 0.09 - 0.33, median prokalsitonin 0.94 (0.1-167.2).
Penelitian ini juga menemukan median neutrofil 5.88 x 103 / µL (0.55 – 30.1),
limfosit normal 4,25 x 103 / µL (0.86-61.7). Hemoglobin ditemukan 14.1% (3,38),
trombosit ditemukan 189.000 / mm3 (107.000 / mm3). Temuan kami serupa dengan
Macias-Parra., Dkk dengan median hemoglobin 14,1 g / dL dan jumlah trombosit 203
(kisaran 2 - 800 x 103 / µL) .19-21 Kejadian mortalitas pada hipoglikemia neonatal
sangat dipengaruhi oleh kejadian infeksi hal ini dapat dilihat dari penurunan nilai
mean trombosit 88.6x103 (49.3x103). peningkatan median IT rasio 0.22 (0.03-1.12)
dan median procalcitonin 11.02 (0.21-382).
Perubahan morfologi pada neutrofil dapat membantu dalam memprediksi
infeksi bakteri akut yang memiliki hubungan dengan kejadian hipohlikemia neonatal.
Karakteristik morfologi termasuk adanya granulasi toksik, badan Dohle dan vakuolasi
toksik pada neutrofil. Dalam penelitian kami, kami menemukan adanya vakuolisasi
sekitar 20% dan toksik granula sekitar 4%. Dari jumlah tersebut, keberadaan
granulasi toksik dan vakuolisasi neutrofil terhadap hipoglikemi neonatal masih
kontroversial. Hal ini diakibatkan, pemeriksaan apusan darah tepi diperiksa saat
pasien pertama kali dicurigai infeksi (kecenderungan dilakukan pasien terdiagnosa
klinis sepsis neonatal awitan dini).
Glukosa darah sewaktu dilakukan dengan pengambilan sampel berupa serum
darah. Kondisi hipoglikemia sendiri merupakan kondisi glukosa darah dibawah 45
mg/dl dimana pembagiannya berupa hipoglikemia berat yaitu kadar glukosa darah ≤
25mg/dl dan hipoglikemia ringan-sedang yaitu kadar glukosa darah 26-45mg/dl. Pada
penelitian ini didapatkan nilai rerata glukosa darah sewaktu 26.62 mg/dl(13-.12).
Kejadian kematian terjadi pada rerata glukosa darah sewaktu 19.67(11.89) yang
merupakan kondisi hipoglikemia berat. Hal ini serupa dengan penelitian William et al
yang menyebutkan hipoglikemia yang berulang dan menetap dapat menyebabkan
kerusakan otak dan kematian.

SIMPULAN
Karakteristik hipoglikemia neonatal di RS sanglah didominasi oleh prematur,
perempuan, dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram, sesuai masa kehamilan,
metode persalinan tidak spontan, dan umur ibu diatas 35 tahun. Sebagian besar subjek
mengalami letargi, distres pernapasan, ikterus neonatorum, infeksi, dan hipoglikemia
derajat ringan-sedang. Subjek kami juga cenderung memiliki leukosit, neutrofil,
limfosit, hemoglobin, trombosit dan IT rasio yang normal tetapi memiliki hasil
prokalsitonin yang lebih tinggi. Kelompok dengan outcome buruk didominasi oleh
kriteria demografi berupa prematur, perempuan, sesuai masa kehamilan, persalinan
tidak spontan, berat badan lahir kurang dari 2500 gram, asfiksia, dan umur ibu diatas
35 tahun. Klinis neonatus yang memiliki prognosis buruk mengalami letargi,distres
napas, ikterus neonatorum, dan hipoglikemia neonatal derajat berat. Sedangkan untuk
kriteria laboratorium didominasi trombositopenia, dan peningkatan kadar
procalcitonin.
SARAN
Penelitian ini tidak menganalisis hubungan karakteristik dan luaran sehingga tidak
dapat mendeskripsikan faktor prediktor. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk
melihat faktor prediktor yang memengaruhi hasil hipoglikemia neonatal yang dirawat
di ruang perawatan neonatus.

DAFTAR PUSTAKA
1. Kliegman, RM. 2000. Ikterus dan Hiperbilirubinemia pada Bayi Baru Lahir.
Dalam: Behrman, Kliegman, Arvin (Editor). Nelson Textbook of Pediatric. Edisi
ke-15. Philadelphia: WB Saunders Co. h. 610-16.
2. Cranmer. 2013. Neonatal Hypoglycemia. Emedicine Medscape.
3. Gomella, Tracy. 2009. Neonatology: Management, Procedures, On-Call
Problems, Diseases, and Drugs (sixth edition). The McGraw-Hill Companies,
Inc., United States of America, America, pg. 168. Maleeny. 2011. Gambaran
Asfiksia Neonatorum pada Bayi Baru Lahir di Rumah Sakit Umum Haji Adam
Malik, Medan. Universitas Sumatera Utara, Medan, Indonesia.
4. Kattwinkel, John. 2012. Buku Panduan: Resusitasi Neonatus (edisi keenam).
Perkumpulan Perinatologi Indonesia (Perinasia), Jakarta, Indonesia, hal. 7-35.
(MacDonald et al., 2005).
5. Syeba. 2015. Hubungan Kelahiran Prematur dengan Kejadian hipoglikemia
neonatorum di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang. Universitas Sriwijaya,
Palembang, Indonesia.
6. Azlin, Emil. 2011. Hubungan antara Skor Apgar dengan Kadar Glukosa Darah
pada Bayi Baru Lahir di RSUP H. Adam Malik Medan. Departemen Ilmu
Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Medan,
Indonesia.
7. McGowan, JE. 2003. Neonatal Hypoglycemia. Neo Reviews 2003; 7: 6-15.
8. Regina Paranggian et al. 2016. Hubungan derajat asfiksia dengan kejadian
hipoglikemia pada neonatus di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang.
9. Cranmer. 2013. Neonatal Hypoglycemia. Emedicine Medscape.
10. Maleeny. 2011. Gambaran Asfiksia Neonatorum pada Bayi Baru Lahir di Rumah
Sakit Umum Haji Adam Malik, Medan. Universitas Sumatera Utara, Medan,
Indonesia.
11. Nihan et al. 2018. Incidence of hypoglycemia in newborns at risk an audit of 2011
american academy of pediarics guideline for hypoglycemia.
12. Mahret et al. Advanced maternal age pregnancy and its adverse obstetrical and
perinatal outcomes in Ayder comprehensive specialized hospital, Northern
Ethiopia, 2017: a comparative cross-sectional study.
13. Zahirul islami et al. 2017. Evaluation of hypoglycemic status and causative
factors in neonatal sepsis.
14. Macías-Parra M et al. “Neonatal Bacterial Meningitis and Late onset sepsis in a
Third Level Hospital in Mexico City during a 32 Year Period: Clinical
Characteristics and Risk Factors for Mortality and Neurologic Sequelae”. EC
Paediatrics 2019:3-16.
15. William W et al. 2009. Knowledge Gaps and Research Needs for Understanding
and Treating Neonatal Hypoglycemia : Workshop Report from Eunice Kennedy
Shriver National Institute of Child Health and Humand Development.
16. Yuliana Yunarto et al. 2019. Risk Factors of Neonatal Hypoglycemia. Paediatrica
Indonesiana.

Anda mungkin juga menyukai