LAPORAN KASUS
DIVISI NEONATOLOGI
DIVISI NEONATOLOGI
Oleh:
NURHIDAYAH
No. Pokok: C110216104
Supervisor:
DR. Dr. EMA ALASIRY, Sp. A (K)
A. PENDAHULUAN
Sepsis dan syok sepsis merupakan salah satu penyebab morbiditas
dan mortalitas (50-60%) anak yang dirawat di ruang rawat inap dan ruang
rawat intensif.1Sepsis pada umur 4 minggu pertama kehidupan
2
membunuh lebih dari 1 juta bayi baru lahir diseluruh dunia. Insidens
sepsis neonatal dilaporkan bervariasi dari 7,1 – 38/1000 kelahiran hidup di
Asia, 6,5 -23/ 1000 kelahiran hidup di Afrika, dan 3,5-8,9/1000 kelahiran
hidup di Amerika selatan dan Karibia.3 Sepsis adalah disfungsi organ yang
mengancam kehidupan (life-threatening organ dysfunction) yang
disebabkan oleh disregulasi imun terhadap infeksi. Sepsis neonatorum
dapat berkembang menjadi syok sepsis dimana terjadi disfungsi
kardiovaskular yang membutuhkan resusitasi cairan hingga obat-obatan
inotropik. Jika perlangsungan infeksi tidak bisa dihentikan, dapat terjadi
kerusakan organ hingga kematian. Sepsis berat lebih sering dialami anak
dengan komorbiditas yang mengakibatkan penurunan sistem imunitas
seperti keganasan, transplantasi, penyakit respirasi kronis dan defek
jantung bawaan.1
Penyakit jantung bawaan merupakan salah satu kelompok
malformasi kongenital yang paling umum dengan insidensi 8 tiap 1000
kelahiran hidup. Transposition of the great arteries (TGA) merupakan
salah satu penyakit jantung bawaan (PJB) tipe sianotik yang
bermanifestasi pada periode bayi baru lahir. Ditandai dengan adanya
abnormalitas dari ventrikuloarterial, di mana aorta keluar dari ventrikel
kanan dan arteri pulmonalis keluar dari ventrikel kiri. Insiden TAB
diperkirakan 1:3.500–5.000 kelahiran hidup dan lebih sering ditemukan
pada bayi laki-laki. Prognosis tergantung pada diagnosis dini dan
1
manajemen terapeutik. Tanpa terapi koreksi bedah, 30% akan meninggal
pada minggu pertama kehidupan, 50% akan meninggal pada bulan
pertama kehidupan dan 90% pada usia satu tahun.4
Penyakit jantung bawaan (PJB) merupakan salah satu faktor risiko
terjadinya pneumonia. Pneumonia adalah penyebab kematian terbesar
pada anak di seluruh dunia dan merupakan infeksi saluran pernapasan
akut yang memengaruhi paru. Kondisi yang mendasari kematian
pneumonia pada anak salah satunya karena penyakit jantung bawaan. 5
Pneumonia merupakan salah satu tanda dari sindrom sepsis, dan dapat
berkembang menjadi syok sepsis dan kematian.6 Serratia marcescens
salah satu organisme yang bisa menyebabkan sepsis, termasuk dalam
famili Enterobacteriaceae, yang banyak ditemukan di air, tanah, hewan,
serangga, tumbuhan. Meskipun S. marcescens menunjukkan virulensi
yang relatif rendah, hal itu menyebabkan infeksi nosokomial dan wabah
pada pasien yang mengalami gangguan sistem kekebalan atau sakit kritis,
terutama di rangkaian seperti unit perawatan intensif (ICU), terutama unit
neonatal (NICU).7
Makalah ini melaporkan sebuah kasus kematian pada bayi usia 16
hari yang mengalami syok sepsis et causa sepsis neonatorum et causa
bekterimia et causa Serratia Marcessens disertai dengan penyakit jantung
bawaan sianotik et causa transposition of great artery, Ventrikel septal
defect, dan Patent ducus arteriosus.
B. LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : By. Ny. L
No. Rekam Medik : 910396
Tanggal Lahir : 24-11-2020
Umur : 8 hari
Jenis Kelamin : Laki-laki
Gambar 1. Foto pasien
Masuk RS Tanggal : 2 Desember 2020
2
II. IDENTITAS ORANG TUA
Identitas Ayah Ibu
Nama FA LS
Tgl Lahir 23-1-1981 30-11-82
Umur 39 tahun 38 tahun
Pendidikan D3 S-1
Pekerjaan Wiraswasta IRT
III. ANAMNESIS
Berdasarkan heteroanamnesis dari orang tua pasien.
Keluhan utama : Sesak
1. Anamnesis terpimpin
Sesak diperhatikan sejak lahir, disertai kebiruan pada bibir, kuku
tangan, dan kaki. Bayi tidak demam, tidak kejang, tidak batuk,
dan tidak muntah. Buang air besar: kuning. Buang air kecil:
lancar, kuning.
Bayi dirawat di RS LB selama 8 hari dengan diagnosis penyakit
jantung bawaan sianotik, respiratory distress of the newborn,
sepsis neonatorum, bayi cukup bulan/sesuai masa kehamilan,
dan telah mendapat terapi cefotaxime, gentamicin, meropenem,
furosemide, captopril, aldacton, kemudian dirujuk ke RS WS.
2. Riwayat penyakit sebelumnya
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit sebelumnya.
3. Riwayat kesehatan keluarga
Tidak ada riwayat keluarga menderita penyakit yang sama.
4. Riwayat pribadi atau sosial pasien
a. Riwayat kehamilan ibu
Pasien merupakan anak ke-6. Kehamilan ini merupakan kehamilan
yang diinginkan. Pada saat hamil, ibu berusia 38 tahun. Selama
hamil, ibu rutin memeriksakan kehamilannya ke bidan,
mengkonsumsi vitamin dan suplemen penambah darah. Ibu tidak
3
pernah sakit selama hamil, tidak ada riwayat keputihan, hipertensi
dan diabetes selama hamil. Tidak pernah mengkonsumsi jamu-
jamuan dan alkohol selama hamil.
b. Riwayat kelahiran
Pasien lahir melalui persalinan section cesaria di RSIA Ananda
Makassar dengan pertolongan dokter kandungan. Kehamilan cukup
bulan, segera menangis. APGAR Score tidak diketahui. Warna air
ketuban jernih. Pasien lahir dengan berat badan 3800 gram,
panjang badan 51 cm, ibu tidak mengetahui lingkar kepala saat
lahir.
c. Riwayat paska lahir
Segera setelah lahir, pasien mendapatkan suntikan vitamin K, dan
imunisasi Hepatitis B0 dan polio-1. Pasien mengalami sesak nafas
hingga pasien tetap dirawat di rumah sakit sampai saat ini.
d. Riwayat nutrisi
Pasien mendapatkan ASI sejak lahir melalui sonde.
e. Riwayat tumbuh kembang
Belum dapat dinilai.
f. Riwayat imunisasi
Pasien telah mendapatkan imunisasi dasar Hepatitis B0 dan polio-
1.
g. Riwayat kebutuhan dasar anak
Asuh (fisis-biomedis)
Pasien mendapatkan ASI sejak lahir. Orang tua memenuhi
kebutuhan pangan dan sandang.
Asih (psikososial)
Pasien mendapatkan kasih sayang yang cukup dari kedua orang
tuanya. Anak lahir dari perkawinan pertama kedua orang tuanya
dan merupakan anak yang diharapkan. Pasien merupakan anak
ke-6.
4
Asah (stimuli)
Semenjak lahir, orang tua memberikan perhatian penuh terhadap
pertumbuhan dan perkembangan pasien.
5
Organ Deskripsi
Paru Ada retraksi intercosta
Perkusi sonor, fremitus kanan sama dengan kiri,
bunyi nafas bronchovesikuler di kedua lapangan
paru, terdengar bunyi nafas tambahan ronkhi di
kedua lapang paru, wheezing tidak terdengar
Frekuensi napas (1), air entry (1), retraksi (2),
sianosis (1), grunting (0), Downe score 5
Jantung Tidak tampak iktus kordis. Tidak teraba thrill.
Batas kanan linea parasternalis kanan.
Batas kiri linea midclavicularis kiri.
Bunyi jantung I-II murni, regular.
Ada bising kontinyu grade 3/6, punctum maximum
ICS II-III left sternal border.
Akral hangat, capillary refill time <3 detik.
Abdomen supel, tidak tampak pelebaran vena kolateral, ikut
gerak napas, bising usus ada kesan normal, hati
dan limpa tidak teraba. Massa intraabdomen tidak
ditemukan.
Genitalia Testis sudah turun, rugae jelas.
Ekstremitas Tidak ada kelainan
Kelenjar Tidak terdapat pembesaran kelenjar getah bening
(KGB).
Refleks
Refleks moro simetris, refleks isap dan telan ada.
Primitif
Kategori sepsis A: ada distress napas, kondisi memburuk
dengan cepat
Kategori sepsis B: -
6
c. Status gizi dan antropometri
Berat badan (BB) : 3.545 gram
Panjang badan (PB): 53 cm
Lingkar kepala : 37 cm (Normal 32-38cm)
BBL : 3800 gram
PBL : Tidak diketahui
Status gizi:
BB/U: terletak antara garis median dan + 1 standart deviasi (Berat
badan normal)
TB/U: terletak antara garis median dan +2 standart deviasi
(perawakan normal)
BB/TB: terletak antara garis -1 dan -2 standart deviasi (gizi baik)
Kesan: Gizi baik, perawakan normnal
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Darah Rutin
Parameter 1/12/2020 2/12/2020 Normal
(RS LB) (RS WS)
7
c. Foto Thorax (RS WS 2/12/2020):
VI. RESUME
8
mendapat ASI via sonde. Pada pemeriksaan fisik, keadaan umum pasif,
GCS 15, heart rate 164 kali/menit, napas 72 kali/menit, suhu 37,1°C, skala
nyeri 2 NIPS, SpO2 82 %. Pada regio thoraks terdapat retraksi subkostal,
bunyi napas bronkovesikuler,ada ronki dikedua lapangan paru, down
score 6. Pada jantung, bunyi jantung I/II murni, regular. Terdapat bising
kontinyu grade 3/6, punctum maximum ICS II-III left sternal border. Pada
abdomen, tidak tampak distensi abdomen, peristaltik kesan normal. Hepar
dan lien sulit dinilai.
Pemeriksaan penunjang dilakukan pemeriksaan darah rutin
ditemukan kesan anemia, leukositosis, trombositopenia; pemeriksaan foto
thorax tampak gambaran left to riht shunt, dan pemeriksaan
echocardiografi menunjukkan Transposition of great artery, VSD diameter
4 mm, L-R shunt, PDA (+).
Pasien dirawat di ruang Neonatal Intensive Care Unit dan diberi
tatalaksana oksigen, hidrasi, antibiotik dan dikonsul ke divisi kardiologi
anak. Orang tua diberikan edukasi mengenai perjalanan penyakit, rencana
penegakan diagnosis dan tatalaksana lebih lanjut serta komplikasi yang
mungkin ditimbulkan.
9
Rencana pemeriksaan penunjang diagnosis
- Septic work up (Apusan Darah Tepi, IT ratio, CRP, prokalsitonin,
kultur darah)
- Periksa PT, APTT
- Pemeriksaan ekokardiografi, konsul divisi kardiologi
Rencana terapi non-medikamentosa
- Rawat Inkubator
Rencana terapi medikamentosa
- Continuos positive airway pressure: FiO2 40%, Peep 7 cmH2O,
Flow 8 liter/meit
- Infus nutrisi parenteral 22,2 ml/jam/intravena
- 5) Meropenem 105 mg/8 jam/intravena
- Furosemide 3,5 mg/24 jam/sonde
- Spironolactone 3,5 mg/24 jam/sonde
- Captopril 1 mg/8 jam/sonde
- Transfusi trombosit 10 cc/kgbb/intravena dilanjutkan dengan
pemberian furosemide 1mg/kgbb/hari
Asuhan nutrisi
- Nutritional assessment : Gizi baik
- Nutritional requirement : enteral 30 ml/KgBB = 8x15 ml ASI via
NGT. Nutrisi juga dijamin dengan nutrisi parenteral hingga
memungkinkan nutrisitotal enteral.
Nutrisi Parenteral:
Smoof lipid (2): 88 ml, kecepatan: 1,6 ml/jam
Aminosteril (3) 190 ml + Ca gluconas (0,5) 1,9ml + NaCl 3% (2)
15,2 ml +KCl 7,4% (2) 7,6 ml + Dextrose 40% (12,5) 172 ml +
aquades 145,3 ml = 532 ml, kecepatan 22,2 ml/jam. (GIR 12,2
mg/kgBB/menit, kalori: 469 kal atau 123 kkal/kgbb/hari
Rencana pemantauan
- Pemantauan kondisi umum pasien meliputi keluhan subjektif dan
tanda vital.
10
- Pemantauan perkembangan penyakit, tanda-tanda gagal nafas,
dan komplikasi serta respon terhadap pengobatan.
- Pemantauan balance cairan dan intake.
Pemberian komunikasi informasi dan edukasi
- Memberikan penjelasan kepada orang tua tentang kondisi yang
diderita pasien meliputi penyebab, perjalanan penyakit, komplikasi,
prognosis dan rencana tindakan selanjutnya.
- Menjelaskan pentingnya kerjasama dan dukungan dari keluarga
sehingga proses pengobatan dapat berjalan lancar.
11
SGOT : 35 U/L
SGPT : 13 U/L
Albumin : 3,2 g/dl
Natrium : 131 mmol/L
Kalium : 3,8 mmol/L
Klorida : 97 mmol/L
Prokalsitonin : 4,35 ng/ml
CRP : 31,3 mg/l
Hasil echocardiography, 3-11-2020:
Situs solitus
AV-VA concordance
Arcus aorta di kanan, tidak tampak COA
IAS tidak intak, terlihat PFO dengan ukuran 1,2 mm
IVS tidak intak, tampak VSD perimembranous L to R shunt ukuran 4-5 mm
dengan VSD Vmax PG 9 mmHg
Pulmonary artery di Posterior dan keluar dari ventrikel kiri, Aorta terletak di
anterior dan keluar dari ventrikel kanan
PA konfluens, overriding pulmonal, tampak PDA L to R shunt ukuran 2-3 mm
dengan PDA continuous dengan PDA continuous dengan PDA gradient 6
mmHg
Dimensi ruang jantung: balance
Katup-katup jantung: kesan baik
Fungsi sistolik LV dan RV kesan baik
Tidak tampak efusi pericard
Kesan:
Transposition of great artery
Ventricle septal defect L to R shunt
Patent ductus arteriosus L to R shunt
Patent foramen ovale
Lung overflow
12
A 1. Respiratory distress of the newborn
2. Penyakit jantung bawaan sianotik et causa transposition of great artery,
Ventrikel septal defect, Patent ducus arteriosus, Patent foramen ovale,
Lung overflow
3. Sepsis neonatorum
4. Trombositopenia
5. Leukositosis
6. Hiperglikemia
P Rawat Inkubator
Jamin oksigenasi: Oksigen via CPAP FiO 21%, Peep 6 cmH2O, Flow 8
liter/meit
Jamin hidrasi: Kebutuhan cairan 150 cc/kgbb/hari – 20 cc/kgbb/hari
(gangguan nafas) + 20 cc/kgbb/hari (inkubator) = 570 cc
- Enteral 50 cc/kgbb/hari = 8 x 25 cc ASI via sonde.
- Parenteral:
- Smoof lipid (2,5): 47,5 ml, kecepatan: 1,9 ml/jam
- Aminosteril (2,5) 158 ml + Ca gluconas (0,5) 1,9ml + NaCl 3%
(2) 14 ml +KCl 7,4% (2) 7,6 ml + Dextrose 40% (12,5) 103 ml +
aquades 46 ml = 330,5 ml, kecepatan 13,75 ml/jam. (GIR 7,5
mg/kgBB/menit, kalori: 471 kkal
6) Meropenem 105 mg/8 jam/intravena
Kerja sama divisi kardiologi
Pertahankan saturasi 70%
Furosemide 3,5 mg/24 jam/sonde stop
Spironolactone 3,5 mg/24 jam/sonde stop
Captopril 1 mg/8 jam/sonde
Konsul Bagian Kardiologi: Rencana pulmonary banding jika kondisi
memungkinkan
Menunggu hasil kultur darah dan pemeriksaan PT, APTT
13
Perawatan hari ke 5 (6 Desember 2020), pukul 07.00 wita
S Ada sesak, ada biru. Ada demam. BAB kuning. BAK biasa kuning
O Keadaan umum: pasif
Tanda vital : Nafas 72 kali/menit, nadi 176 kali/menit , suhu 37,9 ºC, skala
nyeri 0 Nips, SpO2 85 % dengan CPAP: FiO2 21%, flow 8 liter/menit, PEEP
6 cmH2O
Status generalis: ada mild sianosis, ada retraksi subcostal. Ada ronki
dikedua lapangan paru, tidak ada wheezing, ada grunting, air entry menurun
(Downe Score 5). Bunyi jantung I/II murni, reguler, terdengar bising kontinyu
grade 3/6, punctum maximum ICS II-III left sternal border. Tidak teraba hepar
dan lien. CRT < 3 detik.Edema tidak ada, icterus kremer II. Ada pucat.
Produisi urin 1,2 ml/kgBB/jam, balance + 227 ml. Perdarahan spontan tidak
ada.
P Rawat Inkubator
Jamin oksigenasi: Oksigen via CPAP FiO 25%, Peep 6 cmH2O, Flow 8
liter/meit
Jamin hidrasi: Kebutuhan cairan 150 cc/kgbb/hari – 20 cc/kgbb/hari
(gangguan nafas) + 20 cc/kgbb/hari (inkubator) – 20 % Balance – 10
14
kelainan jantung = 399 cc
- Enteral 70 cc/kgbb/hari = 8 x 33 cc ASI via sonde.
- Parenteral:
- Smoof lipid (1): 19 ml, kecepatan: 0,8 ml/jam
- Aminosteril (1) 63 ml + Ca gluconas (0,5) 1,9ml + NaCl 3% (2)
15,2 ml +KCl 7,4% (2) 7,6 ml + Dextrose 40% (10) 54 ml +
aquades 31 ml = 116 ml, kecepatan 7,2 ml/jam. (GIR 3,16
mg/kgBB/menit, kalori: 294 kkal
9) Meropenem 105 mg/8 jam/intravena
Kerja sama divisi kardiologi
Captopril 1 mg/8 jam/sonde
Pertahankan saturasi oksigen 70%
Periksa PT, APTT (gagal sampling)
Menunggu hasil kultur darah dan pemeriksaan PT, APTT
Perawatan hari ke 5 (6 Desember 2020), Pukul 15.00 wita
S Bayi bertambah sesak
O KU : pasif
Nadi : 168 kali/menit
Nafas : 80kali/menit
Suhu : 37o C
SpO2 : 56%
15
A Desaturasi
Ancaman gagal napas
Anemia
Hiponatremia
P Rawat inkubator
Intubasi dan pemasangan ventilator mekanik (informed consent)
Jamin oksigenasi: Ventilator mekanik modus PCAC: PEEP 7 cmH2O,
FiO2 70% (diturunkan bertahap sampai mencapai target saturasi 70
%), Pinsp 20 cmH2O, RR 40 kali/menit.
Jamin hidrasi: Kebutuhan cairan 150 cc/kgbb/hari – 20 cc/kgbb/hari
(gangguan nafas) + 20 cc/kgbb/hari (inkubator) – 20 % Balance – 10
kelainan jantung = 456 cc
- Enteral stop intake oral
- Parenteral:
- Line I : 18 cc/jam
- Line II: Ivfd NaCl 0,9% 23 cc/jam
Fentanyl 1 mcg/kgbb/jam/intravena
Midazolam 0,01 mg/kgbb/jam/intravena
OGT dekompresi
Transfusi packed red cell 20 cc/kgbb/intravena = 70 cc/intravena
dilanjutkan dengan furosemide 3,5 mg/intravena.
Koreksi hiponatremia: Delta natrium x BB x 0,6 = 11.4 meq = 22.8 cc
Periksa Foto thorax
16
(Downe Score 5). Bunyi jantung I/II murni, reguler, terdengar bising kontinyu
grade 3/6, punctum maximum ICS II-III left sternal border. Tidak teraba hepar
dan lien. Akral hangat, CRT < 3 detik.
17
Perawatan hari ke 7 (8 Desember 2020), pukul 07.00 wita
S Ada sesak, ada biru. Ada demam. Bayi sementara dipuasakan. BAB kuning.
BAK biasa kuning
O Keadaan umum: pasif
Tanda vital : Nafas 55 kali/menit, nadi 176 kali/menit , suhu 38 ºC, skala nyeri
0 Nips, SpO2 93 % dengan ventilator mekanik dengan FiO2 25%
Status generalis: ada mild sianosis, ada retraksi subcostal. Ada ronki
dikedua lapangan paru, tidak ada wheezing, ada grunting, air entry menurun
(Downe Score 5). Bunyi jantung I/II murni, reguler, terdengar bising kontinyu
grade 3/6, punctum maximum ICS II-III left sternal border. Tidak teraba hepar
dan lien. CRT < 3 detik.Edema ada, ikterus kremer II. Ada pucat. Produksi
urin 0,52 ml/kgBB/jam, balance + 240 ml. Ada pucat, ada perdarahan: residu
OGT 5 ml berwarna coklat.
P Rawat Inkubator
Jamin oksigenasi: PCAC: PEEP 7 cmH2O, FiO2 100%, Pinsp 18 cmH2O,
RR 60 kali/menit.
Jamin hidrasi: Kebutuhan cairan 150 cc/kgbb/hari – 20 cc/kgbb/hari
(gangguan nafas) + 20 cc/kgbb/hari (inkubator) - 10 % kelainan jantung
= 456 cc
- Enteral stop intake oral
- Parenteral:
- Smoof lipid (2): 38,5 ml, kecepatan: 1,2 ml/jam
- Aminosteril (2,5) 158 ml + Ca gluconas (0,5) 1,9ml + NaCl 3%
18
(2) 15,2 ml +KCl 7,4% (1) 3,8 ml + Dextrose 40% (12,5) 34 ml +
aquades 114,6 ml = 427,5 ml, kecepatan 17,8 ml/jam. (GIR 9,8
mg/kgBB/menit, kalori: 94,4 kkal/kgbb/hari
Nebulisasi NaCl 0,9% 3 ml + bisolvon 3 tetes/12 jam/inhalasi
10) Meropenem stop
1) Vancomycin 57 mg/8 jam/intravena
1) omeprazole 0,7 mg/kgbb/intravena = 2,6 mg/24 jam/intravena
Kerja sama divisi kardiologi
Captopril 1 mg/8 jam/sonde (tunda)
Pertahankan saturasi oksigen 70%
Menunggu hasil kultur darah dan pemeriksaan PT, APTT
Periksa darah rutin, Ureum, Creatinin
19
Ureum : 78 mg/dl
Creatinin : 0,72 mg/dl
Albumin : 3,1 gr/dl
Hasil pemeriksaan kultur dan sensitivitas darah, 8-11-2020:
Terdapat biakan aerob Serratia marcescens.
Antibiotik sensitif Piperacillin-Tazobactam, Ertaenem, Meropenem, Amikacin,
Trimetoprim/Sulfamethoxazole.
A Trombositopenia
Pemanjangan faal hemostasis
Bakterimia et causa serrratia marcescens
20
terdengar bising kontinyu grade 3/6, punctum maximum ICS II-III left sternal
border. Tidak teraba hepar dan lien. CRT < 3 detik.Edema ada pada
palpebral dan pretibia, ikterus tidak ada. Ada pucat. Produksi urin 2,2
ml/kgBB/jam, balance + 35,9 ml. Ada pucat, ada perdarahan: residu OGT 5
ml berwarna coklat.
P Rawat Inkubator
Jamin oksigenasi: PCAC: PEEP 7 cmH2O, FiO2 100%, Pinsp 20 cmH2O,
RR 60 kali/menit.
Jamin hidrasi: Kebutuhan cairan 150 cc/kgbb/hari – 20 cc/kgbb/hari
(gangguan nafas) + 20 cc/kgbb/hari (inkubator) - 10 % kelainan jantung
= 570 ml/hari
- Enteral stop intake oral
- Parenteral:
- Smoof lipid (2): 38 ml, kecepatan: 1,6 ml/jam
- Aminosteril (2,5) 158 ml + Ca gluconas (0,5) 1,9ml + NaCl 3%
(2) 15,2 ml +KCl 7,4% (1) 3,8 ml + Dextrose 40% (12,5) 153 ml
+ aquades 157,8 ml = 490 ml, kecepatan 20 ml/jam. (GIR 11
mg/kgBB/menit, kalori: 92,4 kkal/kgbb/hari
Nebulisasi NaCl 0,9% 3 ml + bisolvon 3 tetes/12 jam/inhalasi
10) Meropenem stop
3) Vancomycin 57 mg/8 jam/intravena
4) omeprazole 0,7 mg/kgbb/intravena = 2,6 mg/24 jam/intravena
21
Kerja sama divisi kardiologi
Captopril 1 mg/8 jam/sonde (tunda)
Pertahankan saturasi oksigen 70%
SpO2 : 70 %
A Syok sepsis
P Bolus NaCl 0,9% 20 ml/kgBB/intravena
Pukul 11.00
O KU : jelek
Nadi : 98 kali/menit
Nafas : 60 kali/menit
Suhu : 36,9o C
SpO2 : 67%
Skala Nyeri : 0 NIPS
Akral dingin, CRT>3 detik
Foto thorax AP, 10-12-2020:
22
Gambar 4. Foto thorax AP:
Kesan:
Pneumonia of the new born (dibanding
tanggal 6/12/2020: progresif).
A Syok sepsis
Pukul 11.30
23
Pukul 12.00
O KU : jelek
Nadi : 38 kali/menit
Nafas : 20 kali/menit
Suhu : 37o C
SpO2 : 38%
Skala Nyeri : 0 NIPS
Akral dingin, CRT>3 detik
A Syok sepsis
24
Pukul 13.00 wita
O Heart rate : tidak terdengar
Nafas : apnea
Suhu : 36o C
SpO2 : tidak terbaca
Akral dingin, CRT>3 detik
Pupil midriasis total
Refleks kornea negatif
Pasien dinyatakan meninggal di hadapan keluarga
X. DIAGNOSIS DEFENITIF
1. Syok sepsis
2. Sepsis neonatorum
3. Bakterimia et causa serrratia marcescens
4. Respiratory distress of the new born et causa pneumonia bilateral
5. Penyakit jantung bawaan sianotik et causa transposition of great
artery, Ventrikel septal defect, Patent ducus arteriosus, lung
overflow
6. Perdarahan saluran cerna
7. Trombositopeni
8. Pemanjangan faal hemostasis
XI. PROGNOSIS
Qua ad vitam : Dubia ad malam
Qua ad fungtionam : Dubia ad malam
Qua ad sanationem : Dubia ad malam
25
XII. DISKUSI
Transposition Of Great Artery
Penyakit jantung bawaan merupakan salah satu kelompok
malformasi kongenital yang paling umum dengan insidensi 8 tiap 1000
kelahiran hidup. Transposition of the great arteries (TGA)/ transposisi
arteri besar (TAB) merupakan salah satu penyakit jantung bawaan (PJB)
tipe sianotik yang bermanifestasi pada periode bayi baru lahir. Ditandai
dengan adanya abnormalitas dari ventrikuloarterial, di mana aorta keluar
dari ventrikel kanan dan arteri pulmonalis keluar dari ventrikel kiri (Gambar
3).6 Insiden TGA diperkirakan 1:3.500–5.000 kelahiran hidup dan lebih
sering ditemukan pada bayi laki-laki.Kelainan ini lebih sering pada bayi
yang lahir dari ibu yang mengalami diabetes mellitus. 7 Terdapat 50%
kasus ditemukan kelainan TGA merupakan kelainan tersendiri namun ada
10 % kasus TGA dikaitkan dengan malformasi nonkardiak.8 Laporan
kasus ini menampilkan kasus yang terjadi pada bayi baru lahir dengan
jenis kelamin laki-laki.
6
Gambar 5. Transposition of Great Artery
26
Klasifikasi TGA berdasarkan anatomi bergantung pada letak
Sekitar 60% pasien TGA, aorta terletak di anterior dan sebelah kanan dari
27
keterbelakangan konus subpulmoner, dengan persistensi konus
subaorta.
28
teroksigenasi terus mengalir melalui sirkulasi paru. Sirkulasi paralel tidak
sesuai dengan kehidupan kecuali terjadi percampuran antara darah
terdeoksigenasi dan teroksigenasi. Pencampuran dapat terjadi melalui
defek septum atrium atau ventrikel, patent ductus arteriosus, atau melalui
sirkulasi bronkopulmonalis kolateral. Pada neonates darah dari aorta via
duktus arteriosus masuk ke arteri pulmonalis dan dari atrium kiri, via
foramen oval eke atrium kanan. Pada umumnya pencampuran melalui
duktus dan foramen ovale ini tidak adekuat, dan bila duktus arteriosus
menutup, maka tidak terdapat pencampuran lagi di tempat tersebut,
keadaan ini sangat mengancam jiwa pasien.6,11
29
Sehingga pasien ini dapat diklasifikasikan merupakan jenis TGA dengan
defek septum ventrikel.
Manifestasi klinis pada TGA bergantung pada adanya
pencampuran yang adekuat antara sirkulasi sistemik dan paru, dan
apakah ada stenosis pulmonal. Pasien TGA memberikan gejala dan tanda
selama periode neonatal. Manifestasi klinis TGA berupa:
Sianosis: Derajat sianosis tergantung pada pencampuran antara
sirkulasi sistemik dan paru. Faktor yang mempengaruhi hal tersebut
adalah ukuran dan adanya defek anatomi yang lain seperti ASD atau
VSD. Sianosis tidak dipengaruhi oleh aktifitas dan suplementasi
oksigen.
Takipnea: Pasien biasanya mempunyai frekuensi nafas lebih dari 60
kali permenit tanpa retraksi, grunting atau nafas cuping hidung, dan
pasien tampak comfortable.
Murmur: Murmur yang terjadi pada TGA biasanya berasal dari VSD
atau stenosis pulmonal. Murmur pada VSD berupa bising pansistolik
pada left sternal border.
Pada kasus, didapatkan keluhan sesak disertai sianosis yang
diperhatikan sejak bayi lahir. Klinis sesak pada kasus ini disertai adanya
tanda distress nafas yaitu terdapat retraksi dan grunting, hal tersebut
dapat bersumber dari gangguan pulmonal maupun ekstra pulmonal.
Namun pada kasus keluhan sesak disertai sianosis yang mengindikasikan
kemungkinan ada faktor ekstrapulmonal yaitu penyakit jantung bawaan
karena kadar saturasi oksigen tidak pernah mencapai nilai normal
walaupun dengan pemberian suplementasi oksigen.
30
sepertiga pasien memberikan gambaran klasik "egg on a string". Pada
bayi baru lahir yang disertai sianosis berat, akan tampak peningkatan
vaskularisasi paru, memberikan gambaran pencampuran darah tingkat
atrium yang tidak adekuat. Pasien TGA dengan defek septum ventrikel,
bisa ditemukan kardiomegali dengan tanda peningkatan vaskular arteri
pulmonalis. 13,14
31
Gambar 9. Pemeriksaan Elektrocardigraphy pada TGA14
32
menunjukkan gejala klinis, terdapatnya anatomi jantung, dan pengalaman
ahli bedah kardiotoraks terkait. Sebagian besar neonatus dengan TGA
yang cukup bulan dan tanpa komplikasi dapat menjalani prosedur
pertukaran arteri dengan resiko kematian yang minimal. 18,19
Pendekatan prosedur bedah yang dilakukan bergantung pada tipe TGA,
yaitu: 18,19
1. TGA dengan septum ventrikel utuh
Pilihan teknik operasi yang digunakan adalah prosedur pertukaran
arteri. Dimana dilakukan repair anatomi dan mengembalikan
konkordansi ventrikuloarterial. Prosedur ini dilakukan saat bayi
berusia dibawah 4 minggu, karena ventrikel kiri tidak mampu
menahan tekanan sirkulasi sistemik pasca operasi jika dibiarkan
terlalu lama pada tekanan yang rendah, sirkulasi paru dengan
resistensi yang rendah. Pada kasus yang jarang terjadi, tergantung
pada anatomi arteri koroner tertentu (misalnya arteri koroner
intramural), tidak direkomendasikan prosedur pertukaran arteri
apabila terdapat translokasi arteri koroner.
2. TGA dengan defek septum ventrikel
Pilihan prosedur operasi yang dipilih adalah pertukaran arteri disertai
penutupan defek septum ventrikel. Jika jenis defek septum
ventrikelnya besar dan nonrestrictive disertai adanya arteri koroner,
maka tidak disarankan untuk dilakukan prosedur pertukaran arteri.
Prosedur repair intrakardiak tipe Rastelli mungkin bisa
dipertimbangkan. Tetapi prosedur Rastelli ditunda sampai bayi
berusia lebih tua dan bayi sudah lebih besar karena pada operasi
Rastelli dibutuhkan sebuah saluran arteri ventrikel-pulmonal kanan.
Apabila bayi mengalami gagal jantung kongestif yang berat (dengan
gagal tumbuh), disarankan untuk dilakukan operasi pertukaran arteri
atau, jika tidak memungkinkan, saat masa neonatus dilakukan
pembebatan pada arteri pulmonalis utama untuk mengurangi aliran
darah pulmonal atau banding arteri pulmonalis.
33
3. TGA dengan defek septum ventrikel dan obstruksi saluran keluar
ventrikel kiri tidak dapat dilakukan operasi pertukaran arteri karena
katup pulmonal (saluran keluar ventrikel kiri) mengalami stenosis
atau atresia. Jika defek septum ventrikel bersifat nonrestrictive dan
jauh dari aorta, Prosedur operasi teknik Rastelli dapat dilakukan.
Karena pada prosedur Rastelli dibutuhkan saluran dari ventrikel
kanan ke arteri pulmonal, penundaan operasi sampai bayi lebih
besar sebaiknya dilakukan. Tetapi, diperlukan pembuatan shunt
aortopulmonal saat masa neonatus untuk menjaga aliran darah
pulmonal yang adekuat sambil menunggu operasi dapat dilakukan.
4. TGA dengan defek septum ventrikel dan penyakit obstruktif vaskular
paru
Pasien TGA dengan tipe ini tidak direncanakan untuk prosedur
pembedahan karena adanya peningkatan progresif dari resistensi
vaskular paru. Pasien TGA tipe ini biasanya diketahui setelah
prosedur paliatif atau reparatif telah dilakukan.
34
ACE-inhibitor pada pasien ini bertujuan untuk menurunkan resistensi
perifer (afterload) , menurunkan alir balik vena (preload), menurunkan
remodeling miokard sehingga curah jantung meningkat dan tidak terjadi
progresifitas gagal jantung.20 Seperti yang telah disebutkan bahwa salah
satu komplikasi yang bisa terjadi pada TGA dengan VSD adalah
terjadinya gagal jantung. Pasien juga direncanakan untuk dilakukan
tindakan banding arteri pulmonalis dengan merujuk ke senter yang
memiliki prasarana dan sarana yang lengkap yaitu rumah sakit harapan
kita Jakarta. Pasien dioptimalkan keadaannya untuk dirujuk ke rumah sakit
harapan kita, namun saat perawatan hari 9 kondisi pasien memburuk,
pasien mengalami sepsis neonatorum, kemudian syok sepsis dan
akhirnya meninggal dunia.
Seperti yang diketahui bahwa penyakit jantung bawaan merupakan
salah satu morbiditas untuk terjadinya sepsis. Penyakit jantung bawaan
manusia adalah kelainan kongenital yang umum, dan menunjukkan
kelainan struktural kasar pada jantung atau pembuluh besar intratoraks,
yang berpotensi memiliki signifikansi fungsional. Perkembangan penyakit
jantung merupakan proses biologis yang kompleks yang membutuhkan
integrasi komitmen sel, morfogenesis, dan penggandengan eksitasi-
kontraksi, yang dapat membuat profil imunologi pasien terganggu. Setelah
homeostasis dari sistem kekebalan dihancurkan, penyakit yang lebih
menular, seperti infeksi oportunistik mudah diinduksi. Pneumonia adalah
salah satu infeksi opportunistik yang sering terjadi pada bayi baru lahir
dan lebih rentan terjadi pada pasien yang mengalami kelainan jantung
bawaan karena diakibatkan fungsi system imun yang terganggu. 21
Pada kasus, keadan klinis dari penyakit jantung bawaan sianotik
diperberat oleh adanya sepsis. Sepsis merupakan salah satu keadaan
yang mengancam nyawa, meliputi 45% dari total kegawatan di bidang
neonatologi. Angka kejadian sepsis neonatorum di negara berkembang
meningkat, yaitu 1,8-18 per 1000 kelahiran hidup. Sedangkan kasus
kematian sepsis neonatorum di Indonesia sebesar 50-60%.22
35
Sepsis neonatorum adalah infeksi sistemik yang terjadi pada bayi
baru lahir hingga usia 28 hari dan merupakan penyebab penting
morbiditas dan kematian bayi baru lahir. Sepsis neonatorum awitan dini
(SNAD) didefinisikan secara bervariasi berdasarkan usia saat onset,
dengan bakteremia yang terjadi pada 72 jam kelahiran. Pada bayi
prematur, SNAD terjadi dalam 3 hari pertama kehidupan dan disebabkan
oleh bakteri patogen yang ditularkan secara vertikal dari ibu ke bayi
sebelum atau selama persalinan. Sepsis neonatorum awitan lambat
(SNAL) adalah sepsis yang terjadi setelah 72 jam pada bayi NICU dan 7
hari kehidupan pada bayi cukup bulan, dan mungkin disebabkan oleh
didapat secara vertikal atau horizontal patogen. Infeksi neonatal dini dari
virus atau etiologi jamur juga dapat terjadi pada 7 hari kehidupan dan
harus terjadi dibedakan dari sepsis bacterial.22
36
Gejala klinis Temuan laboratorium
tanpa adanya rangsangan vagal Jumlah trombosit:
eksternal, penggunaan beta- <100.000/ul
blocker atau penyakit jantung CRP > 15 mg/L ATAU
bawaan ATAU adanya depresi prokalsitonin ≥ 2 ng/ml (cut off
persisten selama 0,5 jam) ATAU prokalsitonin pada sepsis
Takikardia (rerata HR lebih dari neonatorum belum dapat
2 SD berdasarkan umur tanpa didefinisikan dengan jelas, sebab
adanya stimulus eksternal, obat- data yang dipublikasikan saat ini
obatan kronis dan rangsangan masih kontroversial)
nyeri ATAU elevasi persisten Intoleransi glukosa yang
lebih dari 0,5 sampai dengan 4 dikonfirmasi sekurang-kurangnya 2
jam) dan/atau kali pengukuran:
Instabilitas ritme Hiperglikemia >180 mg/dl atau
Penurunan urine output (<1 10 mMol/L ATAU
ml/kgbb/jam) Hipoglikemia <45 mg/dl atau
Hipotensi (mean arterial 2,5 mMol/L
pressure dibawah persentil 5 Asidosis metabolik:
berdasarkan umur) BE <-10 mEq/L ATAU
Mottled skin Serum laktat >2 mMol/L
Gangguan perfusi jaringan
Lesi kulit dan subkutaneus:
Peteki
Sklerema
Instabilitas respirasi:
Episode apneu ATAU
Episode takipneu (rerata RR
diatas persentil 2 SD
berdasarkan umur) ATAU
37
Gejala klinis Temuan laboratorium
Meningkatnya kebutuhan
oksigen, ATAU
Penggunaan ventilasi
Gastrointestinal:
Intoleransi feeding
Malas menghisap
Distensi abdomen
Nonspesifik:
Iritabel
Letargi, dan
Hipotonia
38
memperhatikan pola kuman penyebab yang tersering.25 Selain pola kuman
hendaknya diperhatikan pula resistensi kuman, segera setelah didapatkan
hasil kultur darah, jenis antibiotika yang dipakai disesuaikan dengan
kuman penyebab dan pola resistensinya. Pemberian pengobatan pasien
biasanya dengan memberikan antibiotik kombinasi yang bertujuan untuk
memperluas cakupan mikroorganisme patogen yang mungkin diderita
pasien.25 Diupayakan kombinasi antibotik tersebut mempunyai sensitivitas
yang baik terhadap kuman gram positif ataupun gram negatif. Pada kasus
pemberian antibiotic dimulai dengan pemberian ampicillin dan gentamicin
kemudian diganti menjadi cephalosporin, selanjutnya meropenem karena
tidak ditemukan perbaikan klinis pasien. Setelah didapatkan hasil kultur,
pemberian antibiotic disesuaikan dengan hasil uji sensivitas yakni
vancomicin yang diberikan pada pemantauan hari ke enam.
Serratia marcescens termasuk dalam famili Enterobacteriaceae,
yang banyak ditemukan di air, tanah, hewan, serangga, tumbuhan.
Meskipun S. marcescens menunjukkan virulensi yang relatif rendah, hal
itu menyebabkan infeksi nosokomial dan wabah pada pasien yang
mengalami gangguan sistem kekebalan atau sakit kritis, terutama di
rangkaian seperti unit perawatan intensif (ICU), terutama unit neonatal
(NICU). Mikroorganisme ini menimbulkan berbagai manifestasi klinis pada
bayi baru lahir: dari kolonisasi asimtomatik hingga keratitis, konjungtivitis,
infeksi saluran kemih, pneumonia, infeksi luka operasi, sepsis, infeksi
aliran darah dan meningitis. Tempat infeksi yang paling sering adalah
aliran darah, diikuti oleh alat pernapasan dan saluran gastrointestinal.
Strain S. marcescens yang terlibat dalam peristiwa epidemik seringkali
terbukti multi-resisten. Seringkali, sumber spesifik infeksi tidak dapat
diidentifikasi. Namun, tangan petugas layanan kesehatan yang
terkontaminasi diyakini sebagai sumber utama penularannya. Pada unit
perawatan intensif neonatal, bayi baru lahir yang terkolonisasi atau
terinfeksi merupakan sumber potensial utama S. marcescens, terutama di
saluran pernapasan, tetapi juga di saluran pencernaan. Identifikasi awal
39
pasien yang terkolonisasi atau terinfeksi dan implementasi tindakan
pengendalian infeksi yang tepat, terutama kebersihan tangan yang ketat
dan kewaspadaan kontak, sangat penting untuk mengekang penyebaran
infeksi.27
Sepsis yang disebabkan oleh S. marcescens termasuk sulit
diobati karena tingginya resisten antibiotik termasuk beta-laktam dan sisi
aminoglycoside. Dalam penelitian Guler di Turki, ditemukan bahwa wabah
infeksi S. marcescens dengan meropenem setelahnya kegagalan
imipenem juga memberikan hasil yang rendah. Terdapat beberapa
penelitian bahwa infeksi neonatal akibat bakteri ini sering fatal. dan
eliminasi tidak selalu mudah.28,29,30
Selanjutnya pasien mengalami gejala klinis dari sepsis yang lebih
berat berupa koagulopati yang ditandai oleh pemanjangaan faal koagulasi
(PT 63,2 detik, APTT 66,2 detik). Keadaan trombositopenia juga semakin
berat (Platelet 24.000) yang turut memperburuk kondisi pasien. Pada
sepsis neonatal kerusakan endotel mengaktifkan eliminasi trombosit
retikula-endotelial. Selain itu akibat kerusakan endotel juga menyebabkan
konsumsi trombosit yang berlebihan. Trombositopenia pada sepsis
neonatal meningkatkan risiko kematian hampir empat kali lipat, dengan
peningkatan enam kali lipat dalam mortalitas pada kasus sepsis gram
negatif.31
Seiring perjalanan penyakit, pada perawatan hari ke-9, pasien
mengalami perburukan. Terjadi kegagalan sirkulasi yang ditandai dengan
CRT yang memanjang, adanya apneu dan suhu perifer menjadi dingin
dan mottled, dan pada akhirnya pasien membutuhkan obat-obatan
inotropik yang menandai pasien telah masuk ke tahap syok sepsis.
Gejala klinis yang dominan pada syok sepsis yaitu kegagalan
sirkulasi yang berdampingan dengan kerusakan multi-organ, koagulopati
berat, asidosis metabolik dan gangguan elektrolit. Selama tahap
kompensasi, tekanan darah tetap normal dan curah jantung tetap terjaga.
Tanda-tanda klinis seperti pucat, CRT yang memanjang (>2 detik),
40
takikardia, penurunan volume urin, agitasi ringan, dan tanda-tanda
hipoperfusi serebral. Ketika mekanisme kompensasi gagal, curah jantung
turun sehingga mengurangi oksigenasi dan peningkatan metabolisme
anaerob. Suhu perifer menjadi dingin dan mottled, denyut nadi menjadi
kecil dan lemah, oligouria bertambah buruk menjadi anuria. Gangguan
perfusi serebral yang lebih lanjut menyebabkan iritabilitas, mengantuk,
dan gangguan kesadaran. Terjadi hipotensi meskipun terjadi
vasokonstriksi yang intens. Sejalan dengan itu, kondisi klinis bayi menjadi
kritis.32
Intervensi umum yang digunakan di NICU untuk meningkatkan
tekanan darah termasuk resusitasi cairan dan penggunaan
inotropik/vasopressor.33 Resusitasi cairan dapat meningkatkan preload
yang kemudian akan meningkatkan cardiac output.34 Infus cairan paling
baik dimulai dari 20 ml/kgbb ditittrasi untuk memastikan tekanan darah
yang adekuat dan monitor klinis curah jantung yang memadai termasuk
heart rate, kualitas perfusi perifer, capillary refill, tingkat kesadaran dan
urine output.34 Karena itu, resusitasi cairan 10-20 cc/kgBB selama 30-60
menit mungkin dipertimbangkan.33 Vasoregulasi yang abnormal
33
merupakan kontributor utama pada syok neonatus. Vasopresor-
inotropik, inotropik dan lusitropik telah banyak digunakan dalam
manajemen syok neonatus.Dopamin dan epinefrin merupakan
vasopressor-inotropik dan dengan demikian akan meningkatkan tahanan
perifer dan kontraktilitas miokard. Dobutamin merupakan inotropik yang
bertindak sebagai vasodilator perifer.33
Pasien ini mengalami kelainan jantung bawaan berupa TGA
dengan VSD, kemudian setelah pasien berusia 16 hari pasien mengalami
perburukan karena kondisi sepsis neonatorum sehingga belum dilakukan
tindakan operatif. Seperti diketahui, Angka kematian pasien TGA yang
tidak diobati adalah sekitar 30% pada minggu pertama, 50% pada bulan
pertama, dan 90% pada akhir tahun pertama.4
41
KESIMPULAN
Telah dilaporkan satu kasus laporan kematian seorang bayi laki-laki
umur 16 hari dengan Penyakit Jantung Bawaan Sianotik et causa
Transposition Of The Great Arteries dengan Ventrikel Septal Defek
disertai Bakterimia Et Causa Serratia Marcessens. Diagnosis ditegakkan
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang
yang mendukung. Penyebab kematian pasien ini adalah syok sepsis.
Prognosis quo ad vitam dan quo ad sanationam malam.
42
DAFTAR PUSTAKA
43
11. Prasodo, AM. 1994. Buku Ajar Kardiologi Anak: Transposisi Arteri
Besar. Jakarta: EGC. Hal 262-266.
12. Co-Vu JG, Ginde S, Bartz PJ, Frommelt PC, Tweddell JS, Earing MG.
Long-term outcomes of the neoaorta after arterial switch operation for
transposition of the great arteries. Ann Thorac Surg. 2013 May. 95
(5):1654-9.
13. Neches WH, Park SC, Ettedgui, JA. Transposition of the great arteries.
In: Garson A Jr, Bricker JT, Fisher DJ, Neish SR, eds. The Science
and Practice of Pediatric Cardiology. Baltimore, Md: Lippincott
Williams & Wilkins; 1998. Vol 1: 1463-503.
14. Paul MH, Wernovsky G. Transposition of the great arteries. In:
Emmanouilides GC, Allen HD, Riemenschneider TA, Gutgesell HP,
eds. Moss and Adams Heart Disease in Infants, Children, and
Adolescents, Including the Fetus and Young Adult. 5th ed. Baltimore,
Md: Williams & Wilkins; 1995. Vol 2: 1154-224..
15. Anderson RH, Weinberg PM. The clinical anatomy of transposition.
Cardiol Young 2005;15(Suppl 1):76-87.
16. Cassidy HD, Cassidy LA, Blackshear JL. Incidental Discovery of a
Patent Ductus Arteriosus in Adults. The Journal of the American Board
of Family Medicine. 2009 Mar 1;22(2):214-8.
20. Setiawati, Arini. 2007. Farmakologi dan Terapi Edisi 5: Obat gagal
jantung. EGC: Jakarta.
21. Huang, Rui. Cellular immunity profile in children with congenital heart
disease and bronchopneumonia: evaluation of lymphocyte subsets and
regulatory T cells Clinical immunology DOI: 10.5114/ceji.2014.47734.
Centr eur J immunol 2014; 39 (4): 488-492.
22. Sukewanti NM, et al. Red Cell Distributuion Width (RDW) sebagai
predictor mortalitas pada sepsis neonatorum. Medicina. 2019;
50(3):522-6
44
23. Jaya IGA, Suryawan IWB, Rahayu PP. Hubungan prematuritas dengan
kejadian sepsis yang dirawat di ruang perinatologi dan Neonatal
Intensive Care Unit (NICU) RSUD Wangaya kota Denpasar. Intisari
Sains Medis. 2019 Oktober; 10(1):18-22
25. Aminullah Asril. Buku ajar neonatologi. 1st ed. Kosim S, et al., editor.
Jakarta: Badan penerbit IDAI. 2014. 170-84.
26. Aminullah Asril. Buku ajar neonatologi. 1st ed. Kosim S, et al., editor.
Jakarta: Badan penerbit IDAI. 2014. 170-84.
34. Davis AL, et al. American college of critical care medicine clinical
practice parameters for hemodynamic support of pediatric and
neonatal septic shock. ccmjournal. 2017 Jun; 45(6): 1061-83
45