Oleh:
PEMBIMBING
MANADO
2018
LEMBAR PENGESAHAN
Laporankasuspanjangdenganjudul :
“Leukemia Limfoblastik Akut Dan Parotitis Epidemika Pada Seorang Anak”
Mengetahui
ResidenPembimbing
Supervisor Pembimbing
KepalaBagian
i
BAB I
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
Nama : CK
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal lahir / Usia : 5 Mei 2008 / 9 tahun 5 bulan
Agama : Kristen
Kebangsaan : Indonesia
Suku Bangsa : Minahasa
Alamat : Desa Karumenga Jaga 1 Langowan Barat
Tanggal masuk R.S : 26 – 10 – 2017
Nomor RM : 48.23.xx
Family Tree
1
Anggota Keluarga
ANAMNESIS
Keluhan Utama :
Nyeri dan bengkakpada leher kiri sejak ±1 hari sebelum masuk rumah sakit.
Pasien dengan ayah dan ibunya datang ke RSUP. Prof. R. D. Kandou Manado
dengan keluhan nyeri dan bengkak pada leher kiri sejak ± 1 hari sebelum masuk
rumah sakit. Nyeri bertambah saat mengunyah dan menoleh ke sisi kiri. Demam
disangkal orang tua pasien. Keluhan lainnya adalah batuk dan beringus sejak ± 1
minggu. Terdapat lendir berwarna putih produksi minimal. Muntah sejak 2 hari
frekuensi1x /hari dengan volume muntah ± 1/5 gelas air kemasan tiap kali
muntah, berisi cairan dan sisa makanan.Nafsu makan menurun sejak ± 1 hari.
Sakit kepala, sesak nafas, pendengaran menurun disangkal. Buang air besar
(BAB) dan buang air kecil (BAK) tidak ada keluhan. Pasien telah didiagnosis
menderita Leukemia Limfoblastik Akut (LLA) sejak 29 September 2016.
2
Ringkasan catatan medis sebelum dijadikan kasus:
Berdasarkan anamnesis dari ibu dan ayah pasien awalnya pasien mengalami pucat
yang bertambah dalam 4 bulan. Penderita tidak dibawa berobat karena pucat
dirasakan tidak berat. Selain pucat pasien juga cepat lelah, sering mengalami nyeri
di tungkai, demam, gusi berdarah, muncul bintik-bintik kemerahan di kulit dan
perut yang terlihat membesar.
3
daerah Blast tampak positif dengan HLA-DR (+), CD 19 (+), CD 10 (+), kesan
B-lineage.
Sesuai protokol terapi LLA Indonesia 2013, pada akhir fase induksi
dilakukan pemeriksaan BMP. Kesimpulan hasil BMP yang diperiksakan adalah
pada observasi ditemukan predominan seri granulositik dan seri eritroid. Tidak
ditemukan proliferasi sel limfoid.
Berat badan lahir: 3200 gram. Lahir secara spontan pervaginam oleh bidan.
Selama hamil ibu kontrol teratur sebannyak ± 9 kali. Mendapat suntikan TT
sebanyak 2 kali. Selama hamil ibu dalam keadaan sehat.
4
Penyakit yang Pernah Dialami
Morbili (-)
Varisela (-)
Pertusis (-)
Diare (+)
Cacing (-)
Batuk/Pilek (+)
Lain-lain: LLA B lineage Risiko Standard.
5
Riwayat Imunisasi
PEMERIKSAAN FISIK
6
=√0,94= 0,96m2
Status Gizi :
Perempuan, 9 tahun 5 bulan, BB= 26 kg, TB= 131 cm. Menurut kurva
CDC tahun 2000 anak perempuan usia 2-20 tahun:
Indeks BB/U : 26/31 x 100% =83% (BB Kurang)
Indeks TB/U : 131/136 x 100% = 96% (TB Normal)
Indeks BB/TB : 26/28 x 100% = 92% (Gizi Baik)
Kesimpulan : Gizi Baik
Tanda vital
Tekanan Darah : 100/60 mmHg
Nadi : 58x/menit, kualitas kuat, regular, isi cukup
Respirasi : 16 kali/menit, teratur
Suhu : 36,8 °C
Kulit : Kulit berwarna sawo matang, tidak ada sianosis, turgor cepat
kembali, kelembaban cukup, tidak tampak pucat.
Kepala/leher
Kepala : Bentuk kepala simetris, ukuran mesosefali, ubun-ubun
besar menutup, ubun-ubun kecil sudah menutup.
Rambut : Rambut berwarna hitam, tebal, distribusi merata, tidak
terdapat alopesia.
Mata : Palpebra tidak edema, alis dan bulu mata tidak mudah
dicabut dan tidak mudah rontok, konjungtiva anemis -/-,
sklera tidak ikterik, produksi air mata cukup, pupil
berdiameter 3 mm/3 mm, isokor, reflek cahaya +/+.
Telinga : Bentuk normal, simetris, tidak ada sekret, serumen
minimal, nyeri tidak ada.
Hidung : Bentuk normal, simetris, pernapasan cuping hidung (-),
tidak terdapat epistaksis, kotoran hidung minimal.
Mulut : Bentuk tidak ada kelainan, mukosa bibir basah, caries gigi
(-).
Lidah : Tidak kotor, warna merah keputihan.
7
Pharing : Tidak hiperemis, tidakedema, tidak ada abses, tidak
ada pseudomembran.
Tonsil : T1/T1 tenang, Warna merah muda, tidak membesar,
tidakada abses/pseudomembran.
Leher : JVP tidak meningkat. Kaku kuduk tidak ditemukan.
Status Lokalis : Massa (+)pada leher kiri, ukuran 7 cm x 7 cm, teraba
kenyal, permukaan datar, berbatas tidak tegas,
mobile,nyeri tekan (+).
Thoraks
Pulmo
Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ditemukan retraksi dinding dada
Palpasi : Pergerakan dinding dada simetris, fremitus fokal simetris
kanan dan kiri
Perkusi : Suara ketok sonor kanan dan kiri sama
Auskultasi: Suara napas vesikuler, tidak ditemukan ronki dan
wheezing
Cor
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus kordis teraba sela iga IV garis midclavicula sinistra
Perkusi : Batas kanan : ICS IV LPS kanan
Batas kiri : ICS V LMK kiri
Batas atas : ICS II LPS kanan
Auskultasi : S1 dan S2 tunggal, tidak terdapat bising, tidak ada
takikardia, frekuensi 56 kali/menit, regular.
Abdomen
Inspeksi : Bentuk datar, simetris
Palpasi : Soepel, distensi (-), ascites (-), Hepar tidak teraba dan lien
tidak teraba.
Perkusi : Suara ketuk timpani, tidak ditemukan adanya asites
Auskultasi :Bising usus (+) normal
Ekstremitas
8
Bawah : Akral hangat, oedem -/-, sianosis -/-.
9
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Leukosit: Kesan jumlah normal, granulasi toksik (+), sel muda (-).
10
Leukosit 4000 – 10000 /uL 2499 /uL
Eritrosit 4.70 – 6.10 10ˆ6/uL 3.00 x 10ˆ6/uL
Hemoglobin 12.0 – 14.0 g/dL 9,1 g/dL
Hematokrit 37.0 – 47.0 % 25,7 %
Trombosit 150 – 450 10ˆ3/uL 24 x 10ˆ3/uL
MCH 27.0 – 35.0 pg 30,4 pg
MCHC 30.0 – 40.0 g/dL 35,5g/dL
MCV 80.0 – 100.0 fL 85,6 fL
KIMIA KLINIK
SGOT <33 U/L 30U/L
SGPT <43 U/L 18U/L
Ureum Darah 10–40 mg/dL 26 mg/dL
Creatinin Darah 0,5-1,5 mg/dL 0,3 mg/dL
Chlorida Darah 98 – 109 mEq/L 105 mEq/L
Kalium Darah 3,5 - 5,3 mEq/L 4,1 mEq/L
Natrium Darah 135 – 153 mEq/L 139 mEq/L
Calsium 8,1-10,4 mg/dL 8,82 mg/dL
11
Saran: BMP diulang. Disertakan 6 sediaan BMP yang sudah diwarnai.
12
sugestif efek kemoterapi.
13
Leukosit 4000 – 10000 /uL 3824 /uL
Eritrosit 4.70 – 6.10 10ˆ6/uL 4.04 x 10ˆ6/uL
Hemoglobin 12.0 – 14.0 g/dL 12.5 g/dL
Hematokrit 37.0 – 47.0 % 38 %
Trombosit 150 – 450 10ˆ3/uL 198 x 10ˆ3/uL
MCH 27.0 – 35.0 Pg 31.1 pg
MCHC 30.0 – 40.0 g/dL 33 g/dL
Eosinofil 1-5 % 0%
Basofil 0-1 % 0%
Neutrofil Batang 2-8 % 17%
Neutrofil Segmen 50-70 % 62%
Limfosit 20-40 % 18%
Monosit 2-8 % 3%
MCV 80.0 – 100.0 fL 94 fL
Absolute Neutrofil Count : {(neutrofil batang + neutrofil segmen)/ 100} x
leukosit.
RESUME MASUK
14
Perempuan, umur 95/12 tahun, berat badan 26 kg, panjang badan 131 cm masuk
rumah sakit pada tanggal 26Oktober 2017 jam 22.35 WITA, dengan keluhan nyeri
dan bengkak pada leher kiri sejak ±1 hari sebelum masuk rumah sakit. Nyeri
bertambah saat mengunyah dan menoleh ke sisi kiri. Demam disangkal orang tua
pasien. Keluhan lainnya adalah batuk dan beringus sejak ± 1 minggu. Terdapat
lendir berwarna putih produksi minimal. Muntah sejak 2 hari frekuensi1x /hari
dengan volume muntah ± 1/5 gelas air kemasan tiap kali muntah, berisi cairan dan
sisa makanan.Nafsu makan menurun sejak ± 1 hari. Buang air besar (BAB) dan
buang air kecil (BAK) tidak ada keluhan.
Pasien adalah penderita LLA B lineage Risiko Standard. Saat ini pasien
sedang menjalani terapi fase maintenance sesuai protokol LLA Risiko Standard
Indonesia2013.
Abdomen : Datar, lemas, bising usus (+) normal; hepar dan lien tidak teraba.
Diagnosis
15
LLA B lineage Risiko Standard Fase Maintenance M54H1 + Parotitis Epidemika.
Penatalaksanaan
Medikamentosa:
Non – medikamentosa:
Berat badan aktual: 26 kg, tinggi badan: 131 cm, umur: 9 tahun 5 bulan.
Kebutuhan nutrisi:
FOLLOW UP
16
27 Oktober 2017 (Pengamatan dan perawatan hari ke-2)
S demam (-), nyeri pipi kiri hingga rahang kiri bawah (+), nyeri mengunyah (+).
O Keadaan umum: tampak sakit, Kesadaran: compos mentis
TD: 90/60 mmHg N: 90x/m R: 26 x/m S: 36.4˚C
Kepala : Konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), pernapasan cuping hidung (-).
Status lokalis: Massa (+) pada leher kiri, ukuran 7 cm x 7 cm, teraba
kenyal, permukaan datar, berbatas tidak tegas, mobile, nyeri tekan (+).
Thoraks : Simetris, retraksi (-)
Cor : Bising (-)
Pulmo : Sp. Bronkovesikuler, ronkhi (-), wheezing (-)
Abdomen : Datar, lemas, bising usus (+) normal; hepar dan lientidak teraba.
Ekstremitas : Akral hangat, CRT ≤ 2 detik
A LLA B lineage Risiko Standard Fase Maintenance M54H1 + Parotitis Epidemika.
P Medikamentosa:
- Paracetamol 3 x 250 mg tab
- 6 mercaptopurine 1 x 50 mg (1 tablet)
- Methotrexate 1 x 19,2 mg (71/2 tablet)
Non – Medikamentosa:
- Perawatan di ruang isolasi.
- Makanan padat polimerik 3 x 1 /hari dengan perhitungan:
Pemantauan:
Tanda vital, keluhan terutama nyeri mengunyah.
FOLLOW UP
17
28 Oktober 2017 (Pengamatan dan perawatan hari ke-3)
S demam (-), intake (+), nyeri mengunyah (+).
O Keadaan umum: tampak sakit, Kesadaran: compos mentis
TD: 100/70 mmHg N: 105x/m R: 16 x/m S: 36.2˚C
Kepala : Konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), pernapasan cuping hidung (-)
Status lokalis: Massa (+) pada leher kiri, ukuran 6 cm x 6 cm, teraba kenyal,
permukaan datar, berbatas tidak tegas, mobile, nyeri tekan (+).
Thoraks : Simetris, retraksi (-)
Cor : Bising (-)
Pulmo : Sp. Bronkovesikuler, ronkhi (-), wheezing (-)
Abdomen : Datar, lemas, bising usus (+) normal; hepar dan lien tidak teraba.
Ekstremitas : Akral hangat, CRT ≤ 2 detik
A LLA B lineage Risiko Standard Fase Maintenance M54H1 + Parotitis Epidemika.
P Medikamentosa:
- Paracetamol 3 x 250 mg tab
- 6 mercaptopurine 1 x 50 mg (1 tablet)
- Methotrexate 1 x 19,2 mg (71/2 tablet)
Non – Medikamentosa:
- Perawatan di ruang isolasi.
- Makanan padat polimerik 3 x 1 /hari dengan perhitungan:
Pemantauan:
Tanda vital, keluhan terutama nyeri mengunyah
FOLLOW UP
18
29 Oktober 2017 (Pengamatan dan perawatan hari ke-4
S demam (-), nyeri (-).
O Keadaan umum: tampak sakit. Kesadaran: compos mentis
TD: 110/70 mmHg N: 94x/m R: 16 x/m S: 36˚C
Kepala : Konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), pernapasan cuping hidung (-)
Status lokalis: Massa (+) pada leher kiri, ukuran 2 cm x 2 cm, teraba kenyal,
permukaan datar, berbatas tidak tegas, mobile, nyeri tekan (-).
Thoraks : Simetris, retraksi (-)
Cor : Bising (-)
Pulmo : Sp. Bronkovesikuler, ronki -/-, wheezing -/-
Abdomen : Datar, lemas, bising usus (+) normal; hepar dan lien tidak teraba.
Ekstremitas : Akral hangat, CRT ≤ 2 detik
A LLA B lineage Risiko Standard Fase Maintenance M54H1 + Parotitis Epidemika.
P Medikamentosa:
- Paracetamol 3 x 250 mg tab p.r.n
- 6 mercaptopurine 1 x 50 mg (1 tablet)
- Methotrexate 1 x 19,2 mg (71/2 tablet)
- Cotrimoxasole 480 mg tablet
Non – Medikamentosa:
- Perawatan di ruang isolasi.
- Makanan padat polimerik 3 x 1 /hari dengan perhitungan:
Pemantauan:
Tanda vital, keluhan bengkak di leher kiri.
BAB II
19
PEMBAHASAN
Kebanyakan kasus LLA terjadi pada anak. 34% dari keseluruhan kanker
anak adalah LLA. Dari semua kasus leukemia akut pada anak, LLA mencakup
75% dari keseluruhannya.2Insidensi LLA bervariasi berdasarkan umur, etnis, area
geografis, serta subtype immunologis dan molekular.Pada umur 0 sampai 14
tahun insidensi LLA 3-4/100.000 sedangkan pada umur lebih dari 15 tahun
insidensi LLA 1/100.000. Puncak insidensi berada pada umur antara 2 hingga 5
tahun.2
Pada kasus ini, umur pasien saat pertama kali didiagnosis LLA adalah 8
tahun. Sesuai kepustakaan pasien berada pada umur dimana insidensi
LLAsebanyak 3-4 kasus /100.000 orang.
Faktor risiko LLA yang telah diajukan antara lain: (1) Berat badan lahir ≥
4000 gram. (2) Paparan radiasi diagnostikin utero. (3) Maternal/Paternalsmoking.
(4) Paparan terhadap pestisida.3Terdapat literatur yang menuliskan paparan
terhadap pestisida in utero dan setelah lahir berhubungan dengan peningkatan
risiko mengalami LLA. Beberapa pestisida telah diklasifikasikan sebagai
probable atau possible carcinogens oleh International Agency for Research on
Cancer.4
Dari anamenesis didapatkan faktor risiko LLA yang terdapat pada pasien
adalah pasien sering terpapar pestisida yang digunakan untuk membasmi rumput
di sekitar rumah pasien. Bahan tersebut berbau tidak sedap dan dirasakan
menaikkan suhu lingkungan selama beberapa saat setelah disemprotkan.
Untuk mendiagnosis LLA secara lengkap diperlukan data-data klinis yang
digabungkan dengan evaluasi morfologis, immunofenotipe, dan analisis
20
karyotype. College of American Pathologist (CAP) bekerjasama dengan
American Society of Hematology (ASH) telah menyusun suatu panduan evaluasi
diagnostik awal leukemia akut yang dipublikasikan pada bulan Februari 2017.
Menurut pedoman tersebut hal-hal yang perlu diperoleh dan dievaluasi pada
pemeriksaan awal pasien terduga leukemia akut adalah:
1. Anamnesis yang berhubungan dengan leukemia.
2. Pemeriksaan fisik dan radiologi
3. Hitung darah lengkap sebelumnya dan aktual
4. Differential count leukosit
5. Apusan darah tepi
6. Aspirasi sumsum tulang
7. Immunofenotipe
8. Analisis karyotype
9. Analisis sampel liquor serebrospinal.5
21
Tabel 1. Manifestasi LLA pada anak6
Patofisiologi yang Tanda dan gejala
mendasari
Infiltrasi sumsum tulang
Anemia Pucat
Letargi
Nafas pendek
Pusing
Palpitasi
Penurunan toleransi latihan
Neutropenia Demam
Infeksi
Infeksi berulang
Infeksi oportunis
Trombositopenia Lebam
Ptekie
Epistaksis
Efek sistemik sitokin Malaise
Kelelahan
Mual
Demam
Infiltrasi retikuloendotelial Hepatosplenomegali
Lymphadenopathy
Wheezing oleh karena massa mediastinum
Infiltrasi organ lain
Sistim saraf pusat Sakit kepala
Muntah
Kelumpuhan nervus kranialis
Konvulsi
Testis Pembesaran testis
*Leukostasis Sakit kepala
Stroke
Nafas dangkal
Gagal jantung
*Leukostasis = peningkatan viskositas plasma oleh karena jumlah leukosit yang
terlalu banyak.
22
Tabel 2. Komplikasi mengancam nyawa LLA6
Mekanisme Komplikasi
Neutropenia Infeksi: sepsi, dengan atau tanpa
koagulasi intravascular diseminata
(KID)
Trombositopenia Perdarahan: stroke, pulmonary
hemorrhage, perdarahan saluran
cerna.
Electrolyte imbalance Hyperkalemia dan hiperfosfatemia
oleh karena sel-sel blast yang lisis.
Nefropati hyperuricemia Gangguan ginjal akut
Infiltrasi retikuloendotelial Obstruksi saluran pernafasan akut oleh
massa thymus mediastinal
Leukostasis Stroke, edema paru akut, gagal
jantung
23
Dari pemeriksaan darah lengkap pasien tanggal 28 September 2016
didapatkan adanya leukopenia (2499/uL), eritropenia (3,00x106/ul), dan
trombositopeni (24x103/ul). Hal ini menunjukkan adanya depresi fungsi sumsum
tulang.
Menurut pedoman dari CAP dan ASH 2017 semua pasien dengan terduga
LLA musti dilakukan pemeriksaan aspirasi sumsum tulang. Jika material aspirasi
sumsum tulang tidak adekuat atau terdapat kontraindikasi aspirasi sumsum
tulang, darah perifer dapat digunakan untuk diagnosis. Konfirmasi persentase sel
blast 20% atau lebih pada aspirasi sumsum tulang atau darah tepi adalah kriteria
diagnosis WHO untuk leukemia akut.5
24
Gambar 1. Immunophenotyping.7
Klasifikasi LLA yang terbaru adalah sesuai dengan klasifikasi WHO tahun
2016 (tabel 3).8 Untuk mengklasifikasikan LLA sesuai klasifikasi WHO
diperlukan analisis kromosom. Pada kasus belum dilakukan analisis kromosom.
25
Lumbal pungsi dilakukan pada semua pasien LLA untuk memeriksa ada
atau tidaknya keterlibatan sistim saraf pusat. Klasifikasi status sistim saraf pusat/
central nervus system (CNS) LLA adalah:
Dari hasil pemeriksaan cairan otak pasien tanggal 13 Oktober 2017 tidak
didapatkan adanya leukosit. Oleh karena itu status sistim saraf pusat pasien adalah
CNS 1.
Untuk terapi LLA, perlu diketahui terlebih dahulu tingkat risiko pasien.
Kriteri high-risk LLA pediatrik adalah jika terdapat salah satu:
umur kurang dari 1 tahun atau lebih dari 10 tahun saat didiagnosis;
leukosit awal >50.000/uL;
ada keterlibatan sistim saraf pusat;
ada keterlibatan testikular;
sitogenetik yang kurang baik (hypodiploidy, t(9;22), 11q23, 1AMP21);
respon induksi suboptimal (gagal induksi atau minimum residual disease
positif).9
Pada kasus ini umur pasien saat pemeriksaan awal adalah 8 tahun, leukosit
< 50.000/uL, tidak ada keterlibatan SSP, respon induksi optimal. Pasien
diklasifikasikan ke dalam LLA-Risiko Standard.
26
Ga
mb
ar
2.
Cat
ata
n
tera
pi
pasi
en
fase
ind
uksi
dan
kon
soli
dasi
27
Ga
mb
ar
3.
Cat
ata
n
ter
api
pas
ien
fas
e
ma
int
en
anc
e
Efek samping obat kemoterapi yang dapat timbul pada pasien adalah:
28
Methotrexate: kulit kemerahan, stomatitis ulcerative, glossitis, gingivitis,
mual, muntah, diare, anoreksia, leukopeni, trombositopeni, gangguan fungsi
ginjal, faringitis.10
6-mercaptopurine: peningkatan liver function test, nausea, muntah, stomatitis,
trombositopenia, ruam, diare, pusing, alopesia, leukopeni.11
ANC terbaru pasien(26 Oktober 2017) adalah 3020/ uL. Tidak terdapat
peningkatan risiko infeksi serius pada pasien yang berhubungan dengan
neutropenia.
Saat ini pasien masuk rumah sakit dengan keluhan nyeri dan bengkak di
leher kiri sejak ± 1 hari. Nyeri bertambah saat mengunyah dan menoleh ke sisi
kiri. Demam disangkal orang tua pasien. Keluhan lainnya adalah batuk dan
beringus sejak ± 1 minggu. Dari pemeriksaan fisik didapatkan massa pada leher
kiri, ukuran 7 cm x 7 cm, teraba kenyal, permukaan datar, berbatas tidak tegas,
mobile, nyeri tekan (+).
Kelenjar parotis adalah kelenjar air liur yang terletak sesuai dengan lokasi
pembengkakan pada kasus yakni di regio preaurikular dan sepanjang permukaan
29
posterior mandibular.Bagian superior kelenjar ini berbatasan dengan arkus
zygomatikum sedangkan bagian inferior kelenjar ini berbatasan dengan muskulus
sternocleidomastoideus.15 Parotitis adalah istilah yang digunakan untuk
menyebutkan pembengkakan kelenjar parotis yang disertai dengan tanda-tanda
inflamasi.16
30
Klasifikasi parotitis yaitu:
Infeksi virus mumps adalah penyebab parotitis yang paling sering pada
anak.18 Infeksi terjadi melalui inhalasi droplet yang mengandung virus Mumps.
Virus bereplikasi di mukosa nasofaring dan nodus limfa regional sebelum
kemudian terjadi viremia, menyebar ke jaringan-jaringan tubuh yang lain
termasuk kelenjar parotis. Di kelenjar parotisvirus Mumps mengakibatkan edema
interstisial difus dan eksudat serofibrinosa dengan infiltrasi limfosit dan
makrofag.19Parotitis timbul 2 – 3 minggu setelah paparan virus Mumps dan
biasanya bertahan selama 2 – 3 hari. Virus diekskresikan di dalam saliva selama 1
minggu sebelum parotitis timbul hingga 1 minggu setelah parotitis timbul.20
Pada kasus ini pasien batuk dan beringus ± 1 minggu sebelum timbul
parotitis. Gejala saluran napas atas yang timbul sebelum terjadi parotitis sesuai
dengan kepustakaan yang menuliskan virus Mumps terlebih dahulu menginfeksi
mukosa nasofaring sebelum kemudian terjadi viremia dan virus tersebar ke
jaringan tubuh yang lain termasuk kelenjar parotis yang menyebabkan parotitis.
Sesuai kepustakaan, parotitis hanya berlangsung selama 3 hari. Berdasarkan
anamnesis dan pemeriksaan fisik pasien didiagnosis Parotitis Epidemika.
31
Gambar 5. Gambaran skematik kelenjarparotis yang terinfeksi Mumps (kanan)
dibanding kelenjar parotis normal (kiri).17
32
Pada kasus ini pasien nyeri mengunyah oleh karena adanya peradangan
kelenjar parotis. Pasien diberikan asetaminofen (parasetamol) untuk mengurangi
nyeri. Asuhan nutrisi diberikan secara peroral.
33
DAFTAR PUSTAKA
34
10. Medscape. Methotrexate. Medscape. Available from:
https://reference.medscape.com/drug/trexall-methotrexate-
343201#4[Diakses tanggal 19 Desember 2017].
11. Medscape. Mercaptopurine. Medscape. Available from:
https://reference.medscape.com/drug/purinethol-purixan-
mercaptopurine-342094#4 [Diakses tanggal 19 Desember 2017].
12. Lighter-Fisher J, Stanley K, Philips M, Pham V, Klejmont LM.
Preventing infections in children with cancer. Pediatrics in Review.
2016;37(6);247-258.
13. Inoue S. Pediatric autoimmune and chronic benign neutropenia.
Medscape. Available from:
https://emedicine.medscape.com/article/954781-overview#a1 [Diakses
tanggal 11 Desember 2017].
14. Braden CD. Neutropenia. Medscape. Available from:
https://emedicine.medscape.com/article/204821[Diakses tanggal 11
Desember 2017].
15. Holsinger FC, Bui DT. Anatomy, function, and evaluation of the
salivary glands. Dalam: Myers EN, Ferris RL. (ed.) Salivary glands
disorders. New York: Springer; 2007.
16. Bagheri SC, Jo C. Clinical review of oral and maxillofacial surgery: a
case based approach second edition. China: Elsevier; 2014.
17. Ferri FF. Ferri’s clinical advisor 2015: 5 books in 1. USA: Elsevier
Health Sciences; 2014.
18. Tomar LCRPS, Vasudevan CR, Kumar LCM, Gupta MDK. Juvenile
recurrent parotitis. Medical Journal Armed Forces India. 2014;70;83-
84.
19. Long SS, Prober CG, Fischer M. Principles and practice of pediatric
infectious diseases. Canada: Elsevier. 2017.
20. Rubin S, Eckhaus M, Rennick LJ, Bamford CGG, Duprex WP.
Molecular biology, pathogenesis and pathology of mumps virus. J
Pathol. 2015; 235(2): 242-252.
35
21. Sjarif DR, Nasar SS, Devaera Y, Tanjung C. Asuhan Nutrisi Pediatrik
(Pediatric Nutrition Care). Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia.
2011.
36
LAMPIRAN
KURVA PERTUMBUHAN
37
Recommended Daily Allowancesuntuk bayi dan anak
38
DOKUMENTASI
39