Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

Bayi besar (makrosomia) adalah bayi yang begitu lahir memiliki bobot lebih
dari 4000 gram. Padahal pada normalnya, berat bayi baru lahir adalah sekitar 2.500-
4000 gram. Berat neonatus pada umumnya kurang dari 4000 gram dan jarang
melebihi 5000 gram. Frekuensi berat badan lahir lebih dari 4000 gram adalah 5,3%
dan yang lebih dari 4500 gram adalah 0,4%.1,2

Bayi dengan berat badan lahir besar terdiri atas bayi besar untuk masa
kehamilan (large for gestational age) dan makrosomia. Bayi yang besar untuk masa
kehamilannya menunjukkan berat badan > presentil 90 untuk umur kehamilan
spesifik. Sedangkan makrosomia adalah pertumbuhan yang melebihi ukuran tertentu,
biasanya 4000 sampai 4500 gram, tanpa memperhatikan umur kehamilan.1,2,3

Angka kejadian bayi makrosomia semakin meningkat dari tahun ke tahun.


Dalam 2-3 dekade terakhir, di banyak populasi berbeda di seluruh dunia terjadi
peningkatan 15-25% proporsi wanita melahirkan bayi makrosomia. Proporsi
makrosomia bervariasi pada tiap populasi antara 5-20%. Prevalensi tertinggi
ditemukan di negara-negara Eropa Utara dan Atlantika Utara, dimana bayi dengan
berat lahir lebih dari 4000 gram berjumlah sekitar 20% dan 4-5% diantaranya
memiliki berat lebih dari 4500 gram. Prevalensi ini tampak meningkat di seluruh
Negara, kecuali Amerika Serikat.3

Diabetes ibu, obesitas, atau keduanya adalah yang paling penting dari faktor
risiko yang diketahui untuk pengembangan janin makrosomia. Selain itu ada
beberapa faktor lain yang juga mendukung kemungkinan sebuah fetus menjadi besar
yaitu 1) ukuran besar dari orang tua, terutama ibu; 2) multiparitas; 3) kehamilan
berkepanjangan; 4) janin laki-laki; 5) riwayat melahirkan bayi dengan berat lebih dari
4000 gram; 6) status merokok ibu, dan 7) ras dan etnis.3

1
Hipoglikemia pada neonatus didefinisikan sebagai kondisi dimana glukosa
plasma di bawah 30 mg/dL (1.65 mmol/L) dalam 24 jam pertama kehidupan dan
kurang dari 45 mg/dL (2.5 mmol/L) setelahnya. Estimasi rata-rata kadar glukosa
darah pada fetus adalah 15 mg/dL lebih rendah daripada konsentrasi glukosa
maternal. Konsentrasi glukosa akan kemudian berangsur-angsur menurun pada
periode postnatal. Konsentrasi di bawah 45 mg/dL didefinisikan sebagai
hipoglikemia. Dalam 3 jam, konsentrasi glukosa pada bayi aterm normal akan stabil,
berada di antara 50-80 mg/dL. Terdapat dua kelompok neonatus dengan risiko tinggi
mengalami hipoglikemia, yaitu bayi lahir dari ibu diabetik (IDM) dan bayi IUGR.4

Insidensi hipoglikemia pada neonatus tergantung baik pada definisi kondisi


dan metode pengukuran glukosa darah. Keseluruhan insidensi diestimasikan
sebanyak 5 kejadian dari tiap 1000 kelahiran hidup. Jumlah ini dapat lebih tinggi
pada populasi dengan risiko tinggi. Sebagai contoh, 8% neonatus BMK umumnya
berasal dari ibu diabetik (IDM) dan 15% bayi preterm dan bayi IUGR dilaporkan
mengalami hipoglikemia; insidensi pada seluruh populasi risiko tinggi diperkirakan
sebesar 30%.4

Penyebab hipoglikemia pada neonatus, meliputi 1). Persistent


Hyperinsulinemic Hypoglicemia of Infancy, 2). Penyimpanan glikogen yang terbatas
(misalnya pada prematur dan IUGR), 3). Peningkatan penggunaan glukosa (seperti
pada kasus hipotermia, polisitemia, sepsis, defisiensi hormon pertumbuhan), 4).
Penurunan glikogenolisis, gluokoneogenesis, atau penggunaan substrat alternatif
(misalnya pada gangguan metabolisme dan insufisiensi adrenal), 5). Penurunan
penyimpanan glikogen ( seperti pada stress akibat asfiksia perinatal, dan
starvation).4,5

Manifestasi klinis hipoglikemia sering kali tidak spesifik, dapat bersifat


asimptomatik dan bisa juga simptomatik. Dalam perbandingannya, hipoglikemia lebih
sering terjadi pada neonatus daripada anak yang lebih besar.4

2
Pemberian ASI dengan supervisi dapat saja menjadi salah satu pilihan terapi
pada hipoglikemia yang asimptomatik. Akan tetapi, hipoglikemia simptomatik harus
selalu diterapi dengan preparat dextrose parenteral.4,5
Pada dasarnya, makrosomia bukanlah hal yang perlu ditakuti karena dapat
dicegah dan dikendalikan jika saat kehamilan ibu melakukan pemeriksaan antenatal
yang rutin dan menjaga kesehatan baik itu berat badan maupun asupan nutrisinya.
Dengan rutin memeriksaan kehamilan, janin yang dicurigai makrosomia dapat segera
ditangani dengan cepat dan tepat. Pada neonatus yang mengalami hipoglikemia,
prognosis tergantung dari berat, lama, adanya gejala-gejala klinik dan kelainan
patologik yang menyertainya, demikian pula etiologi, diagnosis dini dan pengobatan
yang adekuat.4

3
BAB II
LAPORAN KASUS

2.1 IDENTITAS PASIEN


Dokter jaga : dr. Irwansyah
Dokter ruangan : dr. Winanrny, Sp.A
Dokter muda : Ni Putu Ripna Oktaviani

Nama : By. Ny S Laki-laki Lahir pada tanggal/umur : 18 04 - 2017



Perempuan (0 hari)
di : RSU Anutapura
Kebangsaan : Indonesia
Agama : Islam
Suku bangsa : Bugis
Nama ibu : Ny. Siti Ram M. Umur : 36 tahun
Nama ayah : Tn. Kasmadia Umur : 41 tahun
Partus : Secara SC oleh : dr. Djemi,Sp.OG
Alamat : Ds.Korone Pekerjaan ayah : Wiraswasta
No. Telp :- Pendidikan ayah : SMA
Pekerjaan ibu : IRT
Pendidikan ibu : SD
Tanggal : 18 April 2017 Jam :10.50
Masuk ke ruangan : HCU Bayi Perawatan
Keluar tanggal : 21 April 20017 Jam: 14.00 Tidak sembuh
Meninggal tanggal :- Jam : - Atas permintaan
Jumlah hari perawatan : 4 hari
DIAGNOSIS : Makrosomia + Hipoglikemia
ANAMNESIS (diberikan oleh) : Ibu dan ayah pasien
Anak ke 4 dari 4 bersaudara
Anak : kandung
Tanggal lahir 18 April 2017 meninggal : - keterangan jika ; -

Tanggal (umur) sebab - masih hidup

4
1 Laki laki 16 Tahun Hidup
2 Laki laki 13 Tahun Hidup
3 Laki laki 9 Tahun Hidup
4 Laki laki 0 Hari Penderita

Abortus : Kehamilan nomor : G4P4A0

FAMILY TREE

Keterangan :
: Laki - Laki

: Perempuan

: Klien

2.2 ANAMNESIS

Bayi lahir diRS Anutapura secara SC dengan operator dr. Djemi, Sp.OG atas
indikasi kala 1 fase laten dan susp. gemeli. Saat lahir bayi langsung menangis,
ketuban jernih, sianosis (-), retraksi (-), merintih (-), muntah (-), bak (+), mekonium
(-), tonus otot baik, APGAR Score 7/8.

5
Riwayat kehamilan ibu yakni G4P3A0, usia saat hamil adalah 36 tahun, selama
kehamilan ibu melakukan ANC rutin setiap bulan di puskesmas. Pasien merupakan
anak ke 4 dari 4 bersaudara.
Riwayat diabetes melitus tidak ada, preeklamsia tidak ada, anemia berat tidak ada,
tidak ada konsumsi obat-obatan tertentu selama kehamilan. Ibu tidak mengkonsumsi
alkohol ataupun merokok selama hamil. Selama hamil ibu pernah sakit tidak pernah
demam, ibu juga kurang beraktivitas selama hamil. Dirumah ibu tidak memelihara
hewan peliharaan, Nafsu makan selama kehamilan meningkat 2x lebih banyak dari
kehamilan sebelumnya, menurut ibunya bawah berat badan ibu ketika hamil
mengalami peningkatan sekitar 20 kg dan gizi ibu selama hamil cukup. Riwayat anak
pertama lahir dengan BBL 4000 gr, anak kedua BBL 3500 gr, anak ketiga BBL 4500
gram.

2.3 PEMERIKSAAN FISIK


a. Tanda-tanda vital
- Denyut jantung : 134 x/m
- Suhu : 36,9 oC
- Respirasi : 57 x/m
- CRT : < 2 detik
- Berat Badan Lahir : 5.800 gram
- Panjang Badan : 55 cm
- Lingkar kepala : 39 cm
- Lingkar dada : 40 cm
- Lingkar perut : 38,5 cm
- Lila : 16 cm

b. Sistem pernapasan
- Sianosis : (-)
- Merintih : (-)
- Apnea : (-)
- Retraksi dinding dada : (-)
- Pergerakan dinding dada : simetris
- Cuping hidung : tidak ditemukan
- Bunyi pernapasan : bronchovesicular
- Bunyi tambahan : wheezing -/-, rhonchi -/-.

6
Tabel 1. Skor DOWNE3
KRITERIA 0 1 2
Pernafasan <60x/menit 60-80x/menit >80x/menit
Retraksi Tidak ada retraksi Retraksi ringan Retraksi berat
Sianosis Tidak ada sianosis Sianosis hilang Sianosis menetap
dengan pemberian dengan pemberian
oksigen oksigen
Air Entry Udara masuk Penurunan ringan Tidak ada udara
bilateral baik udara masuk masuk
Merintih Tidak merintih Dapat didengar Dapat didengar
dengan stetoskope tanpa alat bantu
Total :0
Kesimpulan : Tidak ada gangguan nafas

c. Sistem kardiovaskuler
- Bunyi Jantung : SI dan SII murni reguler
- Murmur : tidak ada

d. Sistem hematologi :
- Pucat : tidak ada
- Ikterus : tidak ada

e. Sistem Gastrointestinal
- Kelainan dinding abdomen : tidak ada
- Muntah : tidak ada
- Diare : tidak ada
- Residu lambung : tidak ada
- Organomegali : tidak ada
- Bising Usus : positif, kesan normal
- Umbilikus
Pus : tidak ada
Kemerahan : tidak ada
Edema : tidak ada

f. Sistem neurologi :
- Aktivitas : Gerak aktif

7
- Kesadaran : kompos mentis
- Fontanela : datar
- Sutura : memisah
- Refleks cahaya : ada
- Kejang : tidak ada
- Tonus otot : normal

g. Sistem Genitalia
- Anus imperforata : tidak ada
- Keluaran : tidak ada

h. Skor Ballard
Maturitas neuromuskuler Maturitas fisik
Sikap tubuh :4 Kulit :3
Persegi jendela :3 Lanugo :3
Recoil lengan :3 Payudara :3
Sudut popliteal :4 Mata/telinga :3
Tanda selempang : 3 Genital :3
Tumit ke kuping :1 Permukaan plantar :3
Skor : 36
Minggu : 38 - 40 Minggu
Kesimpulan : Bayi Cukup Bulan Besar Masa Kehamilan

8
Gambar 1. Grafik Battaglia & Lubchenco3

i. Refleks Fisiologis
- Rooting Sucking : (+)
- Babinski : (+)
- Moro : (+)
- Palmar Graps : (+)
- Plantar Graps : (+)
- Tonic Neck : (+)

j. Pemeriksaan Lain
- Ekstremitas : dalam batas normal
- Turgor : < 2 detik
- Kelainan Kongenital : tidak ditemukan
- Trauma Lahir : tidak ada
2.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil laboratorium tgl. 18 April 2017 jam 14.00
PARAMETER HASIL NILAI RUJUKAN
GDS 24 80 199 mg/dl

9
Hasil Darah Rutin tgl 18 April 2017

PARAMETER HASIL NILAI RUJUKAN

RBC 4.07 106/mm3 4.00 6.00 106/mm3

HGB 14.9 g/dl 13.5 19.5 g/dl

HCT 46.4 % 44.0 64.0 %

PLT 180 103/mm3 150 400 103/mm3

WBC 18.0 103/mm3 10.0 26.0 103/mm3

2.5 RESUME
- ANAMNESIS
Bayi lahir diRS Anutapura pada tanggal 18 april 2017 secara SC dengan
operator dr. Djemi, Sp.OG atas indikasi kala 1 fase laten dan susp. gemeli. Saat
lahir bayi langsung menangis, ketuban jernih , BAK (+), tonus otot baik, APGAR
Score 7/8.
Riwayat kehamilan ibu yakni G4P3A0, usia saat hamil adalah 36 tahun,
selama kehamilan ibu melakukan ANC rutin setiap bulan di puskesmas. Pasien
merupakan anak ke 4 dari 4 bersaudara.
Riwayat penyakit ibu tidak ada. Riwayat napsu makan ibu meningkat 2x dari
kehamilan sebelumnya dan berat badan meningkat 20 kg saat masa kehamilan.
Riwayat anak pertama lahir dengan BBL 4000 gr, anak kedua BBL 3500 gr, anak
ketiga BBL 4500 gram.
- PEMERIKSAAN FISIK
- Denyut jantung : 134 x/m
- Suhu : 36,9 oC
- Respirasi : 57 x/m
- CRT : < 2 detik
- Berat Badan Lahir : 5.800 gram

- PEMERIKSAAN PENUNJANG
- GDS : 24 mg/dl

10
2.6 DIAGNOSIS : Makrosomia + Hipoglikemia
2.7 PENATALAKSANAAN
Manajemen Umum
- Jaga kehangatan
- Bersihkan jalan nafas
- Perawatan tali pusat
- Pemberian tetas mata Gentamisin
- Injeksi vitamin K1 1 mg
- Pemberian imunisasi Hepatitis B
Manajemen Spesifik
- Diit ASI/PASI on demand
- IVFD Dex 10% 6tpm
- Bolus Dextrose 10% 2 cc

2.8 ANJURAN PEMERIKSAAN


Pemantauan GDS, yaitu :
- Sesaat setelah lahir
- 1 jam setelah bolus dex 10%
- Kemudian setiap 2-4 jam selama 48 jam atau sampai pemberian minum
berjalan baik dan kadar glukosa normal tercapai dalam pemeriksaan GDS
tiga kali berturut-turut.

Hasil laboratorium tgl. 18 April 2017 jam 16.00 (1 Jam setelah bolus)
PARAMETER HASIL NILAI RUJUKAN
GDS 25 80 199 mg/dl

Hasil laboratorium tgl. 18 April 2017 jam 20.00 (4 Jam setelah bolus)
PARAMETER HASIL NILAI RUJUKAN
GDS 35 80 199 mg/dl

Hasil laboratorium tgl. 18 April 2017 jam 23.00 (3 Jam setelah hasil ke2)
PARAMETER HASIL NILAI RUJUKAN
GDS 54 80 199 mg/dl

11
BAB III
FOLLOW UP
19 April 2017 (Perawatan hari ke-2)
Subjective (S):
- Panas (-),
- Sesak (-),
- Retraksi (-),
- Merintih (-),
- Sianosis (-),
- Muntah (+),
- Refleks isap (+)
- BAB (+)
- BAK (+)

Objective (O):
Tanda Tanda Vital :
Denyut Jantung : 130x/menit Suhu : 36.5C
Pernapasan : 55x/menit CRT : < 2 detik
Berat badan : 5.700 gram
Keadaan Umum :
- Sakit sedang, kejang (-), sianosis (-), merintih (-), pernapasan cuping
hidung (-), retraksi dinding dada (-), muntah (-), ikterus (-)

12
Hasil laboratorium tgl. 19 April 2017 jam 12.00
PARAMETER HASIL NILAI RUJUKAN
GDS 49 80 199 mg/dl

Hasil laboratorium tgl. 19 April 2017 jam 19.00


PARAMETER HASIL NILAI RUJUKAN
GDS 30 80 199 mg/dl

Assesment (A) : Makrosomia + Hipoglikemia


Plan (P) :
Manajemen Umum
- Jaga kehangatan
- Rawat tali pusat
Manajemen Spesifik
- Diit ASI/PASI on demand
- IVFD Dex 10% 6 tpm
- Bolus Dex 10% 2 cc

13
20 April 2017 (Perawatan hari ke-3)
Subjective (S):
- Panas (-),
- Sesak (-),
- Retraksi (-),
- Merintih (-),
- Sianosis (-),
- Muntah (+),
- Refleks isap (+)
- BAB (+)
- BAK (+)

Objective (O):
Tanda Tanda Vital :
Denyut Jantung : 110x/menit Suhu : 36.9C
Pernapasan : 58x/menit CRT : < 2 detik
Berat badan : 5.650 gram
Keadaan Umum :
- Sakit sedang, kejang (-), sianosis (-), merintih (-), pernapasan cuping
hidung (-), retraksi dinding dada (-), muntah (-), ikterus (-)

Hasil laboratorium tgl. 20 April 2017


PARAMETER HASIL NILAI RUJUKAN
GDS 67 80 199 mg/dl

Assesment (A) : Makrosomia + Hipoglikemia

Plan (P) :
Manajemen Umum
- Jaga kehangatan
- Rawat tali pusat

14
Manajemen Spesifik
- Diit ASI/PASI on demand
- IVFD Dex 10% 6 tpm

21 April 2017 (Perawatan hari ke-4)


Subjective (S):
- Panas (-),
- Sesak (-),
- Retraksi (-),
- Merintih (-),

15
- Sianosis (-),
- Muntah (+),
- Refleks isap (+)
- BAB (+)
- BAK (+)

Objective (O):
Tanda Tanda Vital :
Denyut Jantung : 120x/menit Suhu : 37.1C
Pernapasan : 55x/menit CRT : < 2 detik
Berat badan : 5.600 gram
Keadaan Umum :
- Sakit sedang, kejang (-), sianosis (-), merintih (-), pernapasan cuping
hidung (-), retraksi dinding dada (-), muntah (-), ikterus (-)

Assesment (A) : Makrosomia + Hipoglikemia


Plan (P) :
Manajemen Umum
- Jaga kehangatan
- Rawat tali pusat
Manajemen Spesifik
- Diit ASI/PASI on demand
- IVFD Dex 10% 6 tpm
- Cek GDS jika bagus boleh pulang

Hasil Laboratorium tgl. 21 april 2017


PARAMETER HASIL NILAI RUJUKAN
GDS 117 80 199 mg/dl

(Pasien Boleh Pulang)

16
BAB IV
DISKUSI KASUS
Bayi laki laki lahir di RSU Anutapura pada tanggal 18 april 2017 dengan
operasi SC atas indikasi kala 1 fase laten dan susp. gemeli. Saat lahir bayi langsung
menangis, ketuban jernih, sianosis (-), retraksi (-), merintih (-), muntah (-), bak (+),
mekonium (-), tonus otot baik. Pada pemeriksaan fisik didapatkan : HR: 134
x/menit, Suhu : 36,9 oC, Respirasi : 57 x/menit, CRT : < 2 detik, BBL : 5.800 gram.
Berdasarkan teori kasus ini di diagnosis dengan makrosomia.
Makrosomia adalah bayi yang berat badannya pada saat lahir lebih dari 4.000
gram.. Berat neonatus pada umumnya kurang dari 4000 gram dan jarang melebihi
5000 gram. Definisi lain mengenai makrosomia ini berdasarkan kriteria perbandingan

17
berat badan terhadap usia kehamilan yaitu bayi yang besar untuk masa kehamilannya
menunjukkan berat badan > presentil 90 untuk umur kehamilan spesifik..1,2
Berdasarkan anamnesis didapatkan ibu pasien berusia 36 tahun, selama hamil
mengalami peningkatan napsu makan 2x lebih banyak dari kehamilan sebelumnya,
menurut ibunya juga bahwa selama hamil anak ke empat ini berat badan ibu
meningkat hampir 20 kg. Riwayat anak pertama lahir dengan BBL 4000 gr, anak
kedua BBL 3500 gr, anak ketiga BBL 4500 gram. Hal ini sesuai dengan teori faktor
resiko terjadinya bayi makrosomia adalah :1,2,3
1. Obesitas
2. Diabetes gestasional dan diabetes melitus tipe 2
3. Multiparitas
4. Orang tua yang bertubuh besar
5. Kehamilan pada usia lanjut
6. Riwayat bayi makrosomia sebelumnya
7. Faktor ras
Pada kasus ini memenuhi faktor resiko terjadinya makrosomia adalah obesitas,
multiparitas, orang tua bertubuh besar, kehamilan lanjut usia dan riwayat bayi
makrosomia sebelumnya.1,2,3
Berdasarkan pemeriksaan fisis didapatkan skor Ballard 36 sehingga estimasi usia
kehamilan sekitar 38 40 minggu . Berdasarkan hasil plotting pada kurva
lubschenco, bayi ini termasuk bayi cukup bulan besar masa kehamilan (BKB-BMK).
Hal ini berdasarkan teori adalah Bayi dikatakan besar masa kehamilan (BMK) atau
large for gestational age (LGA) bila berat badannya melebihi persentil ke 90 untuk
usia kehamilannya.3,5
Pada kasus ini dilakukan penangan tindakan operasi SC karena indikas kala 1
fase laten dan susp. gemeli. Hal ini berhubungan dengan teori pada bayi makrosomia
adalah Salah satu indikasi dari dilakukannya seksio sesarea adalah ditakutkan
terjadinya komplikasi pada persalinan pervaginam dengan makrosomia dimana dapat

18
terjadi persalinan lama akibat distosia bahu ataupun cephalo-pelvic disproportion
yang dapat menimbulkan trauma hebat bagi ibu dan bayi. Komplikasi yang lain yang
juga dapat terjadi pada makrosomia ialah perdarahan postpartum, tapi pada kasus ini
tidak terjadi.6
Pada pemeriksaan penunjang didapatkan hasil GDS 24 mg/dl. Dimana
berdasarkan teori bahwa makrosomia adalah salah saktu faktor resiko terjadinya
hipoglikemia karena glukosa merupakan sumber kalori yang penting untuk ketahanan
hidup selama proses persalinan dan hari-hari pertama pasca lahir. Setiap stress yang
terjadi mengurangi cadangan glukosa yang ada karena meningkatkan penggunaan
cadangan glukosa, misalnya pada asfiksia, hipotermi, hipertermi, gangguan
pernapasan. Istilah hipoglikemia digunakan bila kadar gula darah bayi secara
bermakna dibawah kadar rata-rata. Dikatakan hipoglikemia bila kadar glukosa darah
kurang dari 30 mg/dl pada semua neonatus tanpa menilai masa gestasi atau ada
tidaknya gejala hepoglikemia. Umumnya hepoglikemia terjadi pada neonatus umur 1
3 hari.7

Pada kasus ini, tidak ditemukan adanya gejala-gejala hipoglikemia. Akan tetapi,
diagnosis hipoglikemia tetap dapat ditegakkan lebih awal dengan melihat faktor
resiko dan hasil pemeriksaaan laboratorium GDS untuk mencegah terjadinya
prognosis yang buruk . Pada kasus ini menunjukkan bahwa bayi diduga menderita
hipoglikemia asimtomatis.7

Pada kasus ini , diberikan ASI atau PASI maksimal 100 mL/kgBB / hari. IVFD
Dextrose 10% 6 tpm, kemudian bayi tersebut diberikan bolus dextrose 10% 2
cc/kgBB (11,6 cc / iv), setelah di cek kembali kadar GDS masih 35 mg/dL sehingga
kemudian tetap dipantau kadar GDS tiap 2-4 jam. Hal ini sesuai dengan teori dimana
penatalaksanaan pada hipoglikemia adalah :7,8
- Asimtomatik (tanpa manifestasi klinis)7,8
1. Pemberian ASI sedini mungkin dan sering akan menstabilkan kadar glukosa
darah. Teruskan menyusui bayi (kira-kira setiap 1-2 jam) atau beri 3-10 ml

19
ASI perah tiap kg berat badan bayi, atau berikan suplementasi (ASI donor
atau susu formula).
2. Periksa ulang kadar glukosa darah sebelum pemberian minum berikutnya
sampai kadarnya normal dan stabil
3. Jika bayi tidak bisa menghisap atau tidak bisa mentoleransi asupannya,
hindari pemaksaan pemberian minum, dan mulailah pemberian glukosa intra
vena. Pada beberapa bayi yang tidak normal, diperlukan pemeriksaan yang
seksama dan lakukan evaluasi untuk mendapatkan terapi yang intensif
4. Jika kadar glukosa tetap rendah meskipun sudah diberi minum, mulailah
terapi glukosa intra vena dan sesuaikan dengan kadar glukosa darah
5. ASI diteruskan selama terapi glukosa intra vena. Turunkan jumlah dan
konsentrasi glukosa intra vena sesuai dengan kadar glukosa darah
6. Catat manifestasi klinis, pemeriksaan fisis, kadar skrining glukosa darah,
konfirmasi laboratorium, terapi dan perubahan kondisi klinik bayi (misalnya
respon dari terapi yang diberikan).

- Simtomatik dengan manifestasi klinis atau kadar glukosa plasma < 20-25
mg/dL atau < 1,1 1,4 mmol/L.7,8
1. Berikan glukosa 200 mg tiap kilogram berat badan atau 2 mL tiap kilogram
berat badan cairan dekstrosa 10%. Lanjutkan terus pemberian glukosa 10%
intra vena dengan kecepatan (glucose infusion rate atau GIR) 6-8 mg tiap
kilogram berat badan tiap menit
2. Koreksi hipoglikemia yang ekstrim atau simtomatik, tidak boleh diberikan
melalui oral atau pipa orogastrik.
3. Pertahankan kadar glukosa bayi yang simtomatik pada >45 mg/dL atau
>2.5 mmol/L
4. Sesuaikan pemberian glukosa intravena dengan kadar glukosa darah yang
didapat

20
5. Dukung pemberian ASI sesering mungkin setelah manifestasi hipoglikemia
menghilang
6. Pantau kadar glukosa darah sebelum pemberian minum dan saat penurunan
pemberian glukosa intra vena secara bertahap (weaning), sampai kadar
glukosa darah stabil pada saat tidak mendapat cairan glukosa intra
vena.Kadang diperlukan waktu 24-48 jam untuk mencegah hipoglikemia
berulang.
7. Lakukan pencatatan manifasi klinis, pemeriksaan fisis, kadar skrining
glukosa darah, konfirmasi laboratorium, terapi dan perubahan kondisi
klinik (misal respon dari terapi yang diberikan).

Pada kasus ini BBL bayi 5.800 gram sehingga digolongkan dalam bayi
makrosomia sehingga menimbulkan komplikasi yaitu salah satunya adalah
hipoglikemia seperti pada kasus ini, hal ini menurut teori hipoglikemi sering terjadi
pada bayi besar dan bayi yang ibunya menderita penyakit DM hal ini karena
cadangan glukosa rendah. Pada ibu DM terjadi transfer glukosa yang berlebihan pada
janin sehingga respon insulin juga meningkat pada janin. Saat lahir di mana jalur
plasenta terputus maka transfer glukosa berhenti sedangkan respon insulin masih
tinggi (transient hiperinsulinisme) sehingga terjadi hipoglikemi. Selain hipoglikemia
pada bayi makrosomia juga terdapat komplikasi lain berupa :10

a. Terjadinya distosia bahu yaitu kepala bayi telah lahir tetapi bahu tersangkut di
jalan lahir.10
b. Asfiksia pada bayi sebagai akibat dari tindakan yang dilakukan untuk
melahirkan bahu.10
c. Brachial Palsy (kelumpuhan syaraf di leher) yang ditandai dengan adanya
gangguan motorik pada lengan.10
d. Patah tulang selangka (clavicula) yang sengaja dilakukan untuk dapat
melahirkan bahu.10
e. Kematian bila bayi tidak dapat dilahirkan.10

21
f. Hipokalsemia biasanya hal ini berhubungan dengan beratnya diabetes ibu dan
berkurangnya fungsi kelenar paranoid kadar kalsium terendah terjadi pada umur
24-72 jam.10
g. Polestemia penyebab polestemia kurang jelas akan tetapi mungkin disebabkan
oleh meningkatnya produksi sel darah merah yang sekunder disebabkan oleh
hipoksia intra uterin kronik pada ibu dengan penyakit vaskuler dan oleh
transfusi plasenta intra uterin akibat hipoksia akut pada persalinan atau
kelahiran.10
h. Hiperviskositas, dengan adanya polisetemia akan menyebabkan hiperviskositas
darah dan akan merusak sirkulasi darah. Selain itu peningkatan sel darah yang
akan dihemolisis ini meningkatkan beban hederobin potensial
heperbilirubinemia. Bayi makrosomia dapat menderita fraktur klavikula,
laserasi limpa atau hati cedera flesus brakial, palsi fasial, cedera saraf frenik
atau hemoragi subdural.10

Namun pada kasus ini komplikasi yang didapatkan adalah hipoglikemia sedangkan
komplikasi yang lain tidak ditemukan pada kasus ini.10

Pada kasus ini didapatkan kadar GDS < 24 mg/dl sehingga digolongkan dalam
hipoglikemia. Seperti yang kita ketahui hipoglikemia dapat menimbulkan komplikasi
berupa : penurunan kesadaran, kejang, letargi dan tidak mau minum. Namun pada
kasus ini tidak ditemukan adanya komplikasi yang disebabkan oleh hipoglikemia.11

Pada kasus ini prognosisnya baik karena pada dasarnya, makrosomia bukanlah
hal yang perlu ditakuti karena dapat dicegah dan dikendalikan jika saat kehamilan ibu
melakukan pemeriksaan antenatal yang rutin dan menjaga kesehatan baik itu berat
badan maupun asupan nutrisinya. Dengan rutin memeriksaan kehamilan, janin yang
dicurigai makrosomia dapat segera ditangani dengan cepat dan tepat.9

Hipoglikemia pada kasus ini dapat ditanggulangi dengan baik karena penanganan
yang tepat dan adekuat sehingga bayi ini dapat pulang dengan keadaan sudah tidak

22
mengalami hipoglikemia, hal ini sesuai dengan teori yaitu pada neonatus yang
mengalami hipoglikemia, prognosis tergantung dari berat, lama, adanya gejala-gejala
klinik dan kelainan patologik yang menyertainya, demikian pula etiologi, diagnosis
dini dan pengobatan yang adekuat.9

Pada kasus ini ketika bayi dipulangkan, ibu bayi diberikan edukasi mengenai
makrosomia dimana makrosomia tidak perlu ditakuti namun ibu bayi harus tetap
menjaga berat badan anaknya dengan memantau pertumbuhan dan berkembangan
anaknya dengan cara rajin keposyandu serta tetap memberikan ASI esklusif pada
bayi, dimana pemberian ASi esklusif merupakan salah satu penanganan pada
hipoglikemia.7,8

23
DAFTAR PUSTAKA

1. Chatfield J. ACOG Issues Guidelines on Fetal Macrosomia. Journal of American


Family Physician. 2014 July; 1(64): p. 169-172.

2. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ, Spong CY. Fetal
Growth Disorders. In Williams Obstetrics. 23rd ed.: McGraw-Hill; 2009.

3. Winn H N. Fetal Macrosomia. In.:Winn H N, Hobbins J C editors. Clinical


Maternal-Fetal Medicine. New York. The Parthenon Publishing. 2013. p. 729-33.

4. Behrman., Kliegman. & Arvin. 2000. Nelson Ilmu Kesehatan Anak( edisi: 15, vol
2). Jakarta : EGC.

5. Current : Pediatric Diagnosis and Treatment: Neonatal Intensive Care, page 22-
30. Edition 15 Th 2001 Mc Graw Hill Companies.

6. hauhan SP, Grobman WA, Gherman RA, Chauhan VB, Chang G, Magann E, et al.
Suspicion and treatment of the macrosomic fetus: A review. American Journal of
Obstetrics and Gynecology. 2015; 193: p. 332-346.

7. Siregar HS. 2005. Hipoglikemia Pada Bayi Baru Lahir. Medika. Jakarta

8. Kosira MS, et al, 2008, Buku Ajar Neonatologi, edisi pertama, IDAI, Jakarta]

9. Jazayeri A. Macrosomia. [Online].; 2014 [cited 2014 December 20. Available


from: http://emedicine.medscape.com/article/262679-overview

10. Kilham, Henry, Isaacs, David. 2013. The New Children's Hospital Handbook
Royal Alexandra Hospital for Children Westmead N.S.W. Australia

11. Makakau. Hipoglikemia Neonatorum (Online); 2017. Available from


http://makakau.wordpress.com/

24

Anda mungkin juga menyukai