Anda di halaman 1dari 55

CASE REPORT : Pembimbing :

dr. Hendy Halim, MSc, Sp.A


PNEUMONIA DENGAN Luthfia Prasetianingsih
THALASEMIA ẞ TRAIT 406181079
PENDAHULUAN
Pneumonia Thalasemia

Mutasi yang terjadi pada gen globin


Inflamasi yang mengenai parenkim paru, menyebabkan sintesis salah satu rantai globin
distal dari bronkioulus terminalis yang berkurang atau tidak terbentuk sama sekali,
mencakup bronkioulus respiratorius, dan timbul ketidakseimbangan rantai globin
alveoli  konsolidasi jaringan paru dan
gangguan pertukaran gas setempat.

Yayasan Thalassemia Indonesia :


100.000 anak lahir di dunia dengan Thalassemia
Penyebab utama morbiditas dan mortalitas mayor.
anak berusia di bawah lima tahun (balita)
Di Indonesia : tidak kurang dari 1.000 anak kecil
Survey Kesehatan Nasional : 27,6% kematian menderita penyakit ini. Sedang mereka yang tergolong
bayi dan 22,8% kematian balita di Indonesia thalassemia trait jumlahnya mencapai sekitar 200.000
disebabkan oleh penyakit sistem respiratori, orang.
terutama pneumonia
PENDAHULUAN
• Pada anak dengan hemoglobinopati, peningkatan insidens pneumonia, osteomielitis,
meningitis, infeksi saluran kemih dan genital akibat S.pneumoniae,H.infuenza type b,
Salmonella, Shigella, Edwardsiella tarda dan Mycoplasma terjadi.
• Risiko infeksi juga akan meningkat dengan berbagai tindakan pada pengobatan
thalasemia seperti transfusi dan splenektomi.
• Pada transfusi, bakteri dapat masuk ke dalam komponen darah karena asepsis dan
antisepsis yang tidak efektif, bakteremia asimtomatik pada saat donasi dan
containers yang terkontaminasi
IDENTITAS PASIEN
Nama : An. KDP Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 3 Okt 2017 Suku Bangsa : Betawi
Usia : 1 tahun 7 bulan Agama : Islam
Pendidikan : - Tanggal Masuk : 29 Mei 2019
Alamat : Tomang Tanggal Keluar : 31 Mei 2019
Tanggal Pemeriksaan : 29 Mei 2019 No. RM : 64-13-74
ANAMNESIS
Dilakukan autoanamnesis dan alloanamnesis terhadap pasien pada tanggal
29 Mei 2019 jam 19.00 WIB

Keluhan Utama : Batuk sejak kurang lebih 5 hari yang lalu


RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Pasien datang dengan keluhan batuk dirasakan sejak kurang lebih 5 hari sebelum
masuk rumah sakit. Keluhan batuk disertai dahak, namun dahak sulit keluar, keluhan
batuk dirasakan terus menerus sepanjang hari, keluhan batuk dirasakan semakin
memberat dan ibu pasien mengatakan bahwa keluhan batuk dirasakan lebih
memberat pada malam hari, tidak ada kondisi yang memperingan keluhan batuk.
Keluhan batuk tersebut disertai dengan keluhan demam, pilek dan nafas cepat. Ibu
pasien memperhatikan, sejak sakit pasien terlihat lemas dan nafsu makan menurun.
Tidak ada keluhan menggigil maupun kejang. Keluhan nyeri perut, mual dan muntah
disangkal. BAK berwarna kuning jernih, BAB frekuensi satu kali sehari, warna kuning
kecoklatan, konsistensi padat, keluhan BAK dan BAB disangkal.
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Keluhan demam dirasakan sejak kurang lebih 5 hari sebelum masuk rumah sakit (24
Mei 2019, jam 16.00 WIB), demam dirasakan terus menerus dengan suhu terukur
dirumah 38˚C, tidak ada waktu yang spesifik kapan suhu demam meningkat, keluhan
demam membaik bila pasien konsumsi obat penurun panas syrup sehingga suhu turun
menjadi 36,5˚C tetapi setelah 4 jam kemudian suhu naik kembali menjadi 38 ˚C.
Keluhan batuk juga disertai dengan pilek sejak 5 hari yang lalu, sekret berwarna
kuning kehijauan.
Ibu pasien mengatakan bahwa nafas pasien terlihat lebih cepat dari biasanya,
terutama saat pasien batuk. Ibu pasien juga memperhatikan bahwa pasien terlihat
lemas sejak pasien sakit sehingga tidak dapat bermain seperti biasanya, nafsu
makan pasien juga dikatakan menurun sejak pasien sakit.
RIWAYAT PENYAKIT
Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat Penyakit Keluarga
Ibu pasien mengatakan bahwa Ibu pasien mengatakan bahwa di
sebelumnya pasien tidak pernah lingkungan rumah pasien yaitu tetangga
mengalami keluhan serupa, namun pada yang sering bermain dengan pasien
bulan November 2018 pasien sempat di mengalami keluhan serupa dengan
rawat inap di rumah sakit dan pasien saat ini.
didiagnosis thalasemia β trait, sempat
dilakukan transfusi darah sekali. Ibu pasien mengaku bahwa sejak kecil
ibu pasien sering merasa lemas dan
menderita kurang darah (anemia),
namun tidak sampai harus ditransfusi
darah.
RIWAYAT PERINATAL
• Anak ketiga dari tiga bersaudara, semua saudara pasien lahir hidup dan dalam
kondisi sehat sampai saat ini
• Pasien lahir cukup bulan (38 minggu) dengan persalinan caesar karena riwayat
caesar sebelumnya
• Tidak terdapat penyulit selama kehamilan maupun persalinan, ibu pasien rutin
kontrol ke dokter selama kehamilan
• Keadaan bayi saat lahir cukup bulan, sesuai masa kehamilan, bayi langsung
menangis kuat, gerakan aktif dan kulit kemerahan. Bayi lahir dengan berat badan
2600 gram dan panjang badan 44 cm
Riwayat Imunisasi Riwayat Pertumbuhan & Perkembangan

 BBL=2800 gr, PBL= 51 cm


 Hep B: usia 0 bulan
 Polio: usia 1,2,3,4 bulan  BB = 10 kg, PB = 80 cm, LK = 47 cm
 BCG: 1 bulan, scar (+) pada lengan  Perkiraan BB = 2n +8 = 10 kg
kanan atas  Perkiraan PB = 1,5 x PBL = 66 cm
 DPT/Hep B/Hib: usia 2, 3, 4, bulan  Mengangkat kepala pada usia 3 bulan
 Campak: usia 9 bulan
 Duduk usia 6 bulan
 PCV : (-)
 Kesan : Imunisasi wajib tidak lengkap  Berdiri usia 9 bulan
 Berjalan usia 12 bulan
 KPSP Anak Usia 18 bulan, jawaban “ya” sebanyak 9
 Kesan : Pertumbuhan dan perkembangan anak sesuai
dengan usianya
RIWAYAT ASUPAN NUTRISI
 ASI eksklusif selama 6 bulan, ASI dilanjutkan sampai pasien berusia 1 tahun
 Makanan pendamping ASI sejak usia 6 bulan
 Makanan padat sejak usia 12 bulan
 Food Recall 1x24 jam
Menu Kalori
Pagi nasi putih (1.5 centong) + sayur bayam (satu mangkuk kecil) 170 kkal
Siang nasi putih (1.5 centong )+ ayam goreng (1 potong paha) 522 kkal
Malam nasi putih (1 centong) + sayur kangkung (1 mangkuk kecil) 147 kkal
Total : 839 kkal
 Kesan: Pasien tidak dapat makan dengan baik sehingga tidak memenuhi kebutuhan kalori harian
PEMERIKSAAN FISIK
Dilakukan pada tanggal 29 Mei 2019, pukul : 19.15 WIB
 Keadaan Umum : Tampak lemas
 Kesadaran : Compos mentis (pGCS : E4V5M6)
 Skala Nyeri (Wong Baker Faces) : 3
 Frekuensi Nadi : 112 x/menit
 Frekuensi Pernapasan : 42x/menit
 Suhu Aksilla : 38 C
 SpO2 : 98 %
PEMERIKSAAN FISIK
Antropometri WHO antropometri
BB : 10 kg BB/U : -2 SD < x < 0 SD
PB : 80 cm PB/U : -2 SD < x < 0 SD
Lingkar Kepala : 47 cm BB/PB : -2 SD < x < 0 SD
LK/U : 0 SD < x < 2 SD
Berat Badan Ideal : 11 kg
Waterlow : 90%  kesan : gizi baik
PEMERIKSAAN FISIK
Kepala: normocephali, tidak teraba massa, rambut berwarna hitam, rambut terdistribusi merata,
tidak mudah dicabut, kulit kepala tidak ada kelainan

Mata: bentuk simetris, pupil bulat, isokor 3mm/3mm, refleks cahaya (+/+), konjungtiva anemis
(+/+), sklera ikterik (-/-), mata cekung (-)

Hidung: deviasi (-), sekret (+/+), napas cuping hidung (-/-)

Telinga: dalam batas normal, sekret (-/-)

Mulut: sianosis (-), mukosa oral basah, faring hiperemis (-), tonsil T1/T1, hiperemis (-), tremor lidah (-),

Leher: trakea di tengah, pembesaran KGB (-)


PEMERIKSAAN FISIK - THORAX
• Paru :
• Inspeksi : bentuk simetris, retraksi (-)
• Palpasi : tidak teraba massa, krepitasi (-), nyeri (-), pergerakan napas simetris tidak ada yang
tertinggal
• Perkusi : sonor pada kedua lapang paru
• Auskultasi : bronkovesikuler (+/+), rh (+/+), wh (-/-)
• Jantung :
• Inspeksi : pulsasi ictus cordis tidak tampak
• Palpasi : pulsasi iktus kordis teraba di ICS IV MCLS
• Perkusi : batas jantung dalam batas normal
• Auskultasi : BJ I dan BJ II reguler, murmur (-), gallop (-)
PEMERIKSAAN FISIK
• Abdomen :
• Inspeksi : tampak datar, jejas (-), massa (-)
• Auskultasi : bising usus (+) normal, bruit (-)
• Perkusi : pekak hepar (+), timpani pada keempat kuadran
• Palpasi : supel, turgor kulit kembali dengan cepat, nyeri tekan (-), nyeri tekan epigastrium (-),
tidak teraba pembesaran hepar dan lien.
• Tulang Belakang : dalam batas normal, kifosis (-), lordosis (-), skoliosis (-)
• Ekstremitas : akral hangat, CRT < 2 detik, edema (-)
• Kulit : dalam batas normal, sianosis (-)
• Anus dan genitalia : dalam batas normal
• KGB inguinal : tidak ada pembesaran KGB
PEMERIKSAAN FISIK
• Pemeriksaan Neurologis :
 Rangsang meningeal = Negatif
 Saraf cranialis I-XII = kesan normal
 Reflek fisiologis : biceps (+/+), triceps (+/+), patella (+/+), achilles (+/+)
 Reflek patologis : babinski (-/-), chaddock (-/-), gordon (-/-), schaeffer (-/-), hoffman tromner
(-/-), klonus paha (-/-), klonus kaki (-/-), oppenheim (-/-)
 Normotoni, normotrofi
 Kekuatan 5555 5555
5555 5555
PEMERIKSAAN PENUNJANG (29/5/2019)
Hasil Nilai Acuan
Eritrosit 4.96 juta/uL 3.7-5.2
Hemoglobin 10.1 g/dL 10.7-14.7
Hematokrit 30.1 % 35-43
Trombosit 551ribu/uL 150-440
Leukosit 15.1 ribu/uL 6-17
MCV/VER 64 /fL 70-86
MCH/HER 21.7 pg 23-31
MCHC/KHER 33.6 % 30-36
LED 15 mm/jam 0-20
Hitung Jenis 0/2/1/30/64/3
RONTGEN THORAX
Cor : besar dan bentuk normal
Pulmo : tampak patchy infiltrat di
suprahiller kiri dan tampak perselubungan
inhomongen di parahiler dan paracardial
kanan. Hilus kanan tampak kabur, kiri
tampak baik. Sinus costophrenicus kanan kiri
tajam. Hemidiafragma kanan kiri tampak
baik
Aorta dan mediastinum superior tidak
tampak melebar
Tulang dan soft tissue tampak baik
Kesimpulan : Pneumonia
RESUME
Telah diperiksa seorang pasien, datang dengan keluhan batuk dirasakan sejak kurang lebih 5 hari
sebelum masuk rumah sakit. Keluhan batuk disertai dahak, namun dahak sulit keluar, keluhan batuk
dirasakan terus menerus sepanjang hari, keluhan batuk dirasakan semakin memberat dan ibu pasien
mengatakan bahwa keluhan batuk dirasakan lebih memberat pada malam hari, tidak ada kondisi
yang memperingan keluhan batuk. Keluhan batuk tersebut disertai dengan keluhan demam sejak
kurang lebih 5 hari SMRS, pilek dan nafas cepat. Ibu pasien mengatakan bahwa pada bulan
November 2018 pasien sempat di rawat inap di rumah sakit dan didiagnosis thalasemia β trait,
sempat dilakukan transfusi darah sekali. Di lingkungan tempat tinggal pasien, ada yang mengalami
keluhan serupa. Pada pemeriksaan fisik ditemukan : frekuensi napas 42x/menit, suhu 38C, CA (+/+),
sekret (+/+) pada hidung, retraksi (-/-), bronkovesikuler (+/+), ronkhi (+/+), wheezing (-/-). Pada
pemeriksaan darah lengkap ditemukan : anemia, trombositosis, penurunan hematokrit, MCV dan
MCH. Pada pemeriksaan rontgen thoraks didapatkan gambaran patchy infiltrat di suprahiller kiri dan
tampak perselubungan inhomongen di parahiler dan paracardial kanan. Hilus kanan tampak kabur.
Kesan : Pneumonia.
DIAGNOSIS
 Diagnosis Utama : Pneumonia (J18.9)
 Diagnosis Sekunder : Thalasemia β trait (D56.3)
 Diagnosis banding :
• Bronkitis (J40)
• Bronkiolitis (J21.9)
• TB Paru (A15)
• Anemia defisiensi besi (D50.9)
TATALAKSANA - NON-FARMAKOLOGI :
 Kebutuhan cairan: 1000 cc / 24 jam

 Infus RL : 10 tpm mikro

 Oral on demand

 Kebutuhan Kalori:

 Kalori : 1020 kkal/ hari

 Protein : 12,3 gram/ hari

 Nasi tim dengan lauk bervariasi 3x1 hari

 Selingan snack buah 2x1 hari


TATALAKSANA FARMAKOLOGI
 Cefotaxim 3 x 400 mg
 Ambroxol 3 x ½ cth
 Nebulisasi dengan ventolin 1 ampul + NaCl 3% 4ml
 Paracetamol syrup 1 cth bila demam > 38.5 oC
Saran Pdx :
• Mantoux test
• Hapusan darah tepi
• Hb electrophoresis

Mx
 Observasi tanda – tanda vital / 3 jam
PROGNOSIS
Ad vitam : Ad bonam
Ad fungsionam : Ad bonam
Ad sanasionam : Ad bonam
FOLLOW UP
HARI PERAWATAN KE-1 (29/5/2019)
S : batuk disertai dahak sulit keluar, batuk terus menerus, pilek dengan sekret berwarna kuning kehijauan,
pasien masih demam dan nafas cepat. Sesak nafas, mual, muntah disangkal. BAB (+) normal, BAK (+) normal.
O : Keadaan umum lemas, pGCS – E4V5M6 – Compos Mentis, frekuensi nadi 110-112 x/menit, frekuensi
nafas 35-42 x/menit, suhu 37,5-38 oC, SpO2 98%, suara nafas bronkovesikuler (+/+), ronkhi (+/+),
wheezing (-/-), retraksi (-/-).
A : Pneumonia, Thalasemia β trait
P:
 IVFD RL 10 tpm mikro
 Cefotaxim 3 x 400 mg
 Ambroxol 3 x ½ cth
 Nebulisasi dengan ventolin 1 ampul + NaCl 3% 4ml
 Paracetamol syrup 1 cth bila demam > 38.5 oC
HARI PERAWATAN KE-2 (30/5/2019)
S : batuk namun sudah berkurang, dahak dpt keluar warna putih kekuningan dan nafas tidak lagi cepat.
Keluhan demam dan pilek tidak dirasakan lagi, nafsu makan pasien sudah mulai meningkat, keluhan sesak
disangkal.
O : pGCS – E4V5M6 – Compos Mentis, frekuensi nadi 109-112 x/menit, frekuensi nafas 30-33 x/menit,
suhu 37,3-37,6 oC, SpO2 99%, suara nafas bronkovesikuler (+/+), ronkhi (+/+), wheezing (-/-), retraksi (-/-
)
A : Pneumonia, Thalasemia β trait
P:
 IVFD RL 10 tpm mikro
 Cefotaxim 3 x 400 mg
 Ambroxol 3 x ½ cth
 Nebulisasi dengan ventolin 1 ampul + NaCl 3% 4ml
 Paracetamol syrup 1 cth bila demam > 38.5 oC
HARI PERAWATAN KE-3 (31/5/2019)
S : Keluhan sudah membaik, pasien masih batuk namun hanya sesekali saja, keluhan lainnya seperti demam,
pilek, sesak nafas, mual, muntah disangkal.
O : pGCS – E4V5M6 – Compos Mentis, frekuensi nadi 108-110 x/menit, frekuensi nafas 25-30 x/menit,
suhu 36,5-36,7 oC, SpO2 99%, ronkhi (-/-), wheezing (-/-), retraksi (-/-)
A : Pneumonia, Thalasemia β trait
P:
 Boleh pulang
 Obat pulang : cefixime pulv 2x50 mg, puyer batuk (salbutamol 1 mg, heptasan 1 mg dan tiamsinolon 2
mg) 3x1.
TINJAUAN PUSTAKA
PNEUMONIA
Pneumonia adalah inflamasi yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkioulus
terminalis yang mencakup bronkioulus respiratorius, dan alveoli, serta menimbulkan
konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat.
Bakteri penyebab pneumonia berubah sesuai dengan distribusi usia pasien, bakteri
yang berperan penting dalam pneumonia adalah :

Streptococcus Haemophilus influenzae Staphylococcus


pneumoniae aureus

Mycoplasma Chlamydia
Streptococcus group B pneumoniae pnuemoniae
Berdasarkan tempat terjadinya infeksi, dikenal dua bentuk pneumonia, yaitu :

1. Community acquired pneumoniae


• Bila infeksi terjadi di masyarakat

2. Hopital acquired pneumonia

• Bila infeksinya terdapat di RS


• Infeksi sekunder
ETIOLOGI
Usia pasien merupakan faktor yg terpenting
pada perbedaan dan kekhasan pneumonia
pada anak, terutama dalam
1. Spektrum etiogi
2. Gambaran klinis
3. Strategi pengobatan
PATOLOGI DAN PATOGENESIS

Mikroorganisme Edema akibat reaksi Proliferasi dan


penyebab terhisap ke jaringan penyebaran kuman ke
paru bagian perifer jaringan sekitar

Bagian paru yang Stadium hepatisasi


terkena mengalami kelabu Stadium resolusi
konsolidasi
MANIFESTASI KLINIS
Sebagian besar gambaran klinis pneumonia pada anak berkisar antara ringan-
sedang  rawat jalan
Faktor yang mempengaruhi gambaran klinis pneumonia pada anak adalah :

1. Imaturitas anatomik 2. Mikroorganisme


dan imunologik penyebab 3. Usia

4. Terbatasnya 6. Faktor
penggunaan prosedur 5. Etiologi non infeksi patogenesis
diagnostik invasif
MANIFESTASI KLINIS

Gambaran infeksi umum


• Demam, sakit kepala, gelisah, malaise, penurunan nafsu makan, keluhan
gastrointestinal seperti mual, muntah atau diare
• Kadang ditemukan gejala ekstrapulmoner

Gangguan respiratori
• Batuk, sesak napas, retraksi dada, takipnea, napas cuping hidung, air hunger,
merintih dan sianosis
MANIFESTASI KLINIS
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan tanda klinis seperti :
 Pekak perkusi
 Suara napas melemah
 Ronkhi

Pneumonia pada neonatus dan bayi kecil, gejala pneumonia beragam dan tidak
selalu jelas terlihat, pada perkusi dan auskultasi paru umumnya tidak ditemukan
kelainan
PNEUMONIA PADA NEONATUS DAN BAYI KECIL
Terjadi akibat transmisi vertikal ibu-anak yang berhubungan dengan proses
persalinan.
Infeksi terjadi akibat konsolidasi dengan sumber infeksi dari ibu, misal : aspirasi
mekonium, cairan amnion atau dari serviks ibu
Prognosis infeksi adenovirus pada neonatus sangat buruk karena sering terjadi sepsis
Gambaran klinis : serangan apnea, sianosis, merintih, napas cuping hidung, takipnea,
letargi, muntah, tidak mau minum, takikardia atau bradikardia, retraksi subcosta dan
demam
PNEUMONIA PADA NEONATUS DAN BAYI KECIL
Infeksi oleh Chlamydia trachomatis merupakan infeksi perinatal dan dapat
menyebabkan pneumonia pada bayi berusia < 2 bulan
 Berasal dari ibu pada masa persalinan
 Port d’ entree : mata, nasofaring, saluran respiratori, vagina
 Gejala timbul pada usia 4-12 minggu, beberapa kasus terjadi pada usia 2 minggu
 Gejala umum : gejala infeksi respiratori ringan-sedang (batuk staccato), kadang
disertai muntah, umumnya demam (-)
 ± 30% infeksi Chlamydia trachomatis  pneumonia berat  sindrom pneumonitis
 Tatalaksana :
 Rawat jalan : terapi makrolid oral dan observasi yang ketat
 Sindrom pneumonitis : makrolid IV
PNEUMONIA PADA BALITA DAN ANAK
Keluhan meliputi : demam, menggigil, batuk, sakit kepala, anoreksia dan kadang disertai
gejala gastrointestinal, seperti muntah dan diare. Kadang disertai keluhan nyeri
abdomen.
Gejala respiratori : takipnea, retraksi subcosta, napas cuping hidung, ronkhi dan sianosis
Sering ditemukan bersamaan konjungtivitis, otitis media, faringitis dan laringitis
Anak besar dengan pneumonia  lebih suka berbaring pada sisi yang sakit dengan lutut
tertekuk karena nyeri dada
Ronkhi (+)  bila terdapat infiltrat alveoler
Retraksi dan takipnea  tanda klinis yang bermakna
(+) Efusi pleura atau empiema  gerakan ekskursi dada tertinggal, sesak napas (+),
nyeri pleura menjadi nyeri tumpul
PNEUMONIA ATIPIKAL
Infeksi oleh Mycoplasma pneumoniae Infeksi oleh Chlamydia pneumoniae
Droplet dari kontak dekat Gejala klinis awal : seperti flu, yaitu batuk kering,
mialgia, sakit kepala, malaise, pilek dan demam
Masa inkubasi ± 3 minggu
yang tidak tinggi
Gambaran klinis : influenza like syndrome
Gejala respiratori tidak terlalu mencolok
 Batuk terjadi 3-5 hari setelah awitan penyakit,
awalnya tidak produktif  produktif, bercak Gambaran foto thoraks : infiltrat difus atau
darah (+), batuk menetap dalam berminggu- gambaran peribronkial non fokal
minggu
 PF : wheezing pada 30-40% kasus
 Gambaran rontgen thoraks : infiltrat intersisial,
retikuler, retikulonoduler, bercak konsolidasi,
pembesaran kelenjar hilus dan kadang disertai
efusi pleura
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Darah Perifer Lengkap C-Reactive Protein Uji Serologis

Pemeriksaan mikrobiologis Rontgen thoraks


DIAGNOSIS
Pneumonia pada anak umumnya didiagnosis berdasarkan gambaran klinis yang
menunjukan keterlibatan sistem respiratori dan gambaran radiologis
Prediktor paling kuat adanya pneumonia adalah demam, sianosis, dan lebih dari
satu gejala respiratori (batuk, takipnea, napas cuping hidung, retraksi, ronkhi dan
suara napas melemah)
PEDOMAN DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA (WHO)
Bayi dan anak usia 2 bulan - 5 tahun Bayi berusia < 2 bulan
• Bukan pneumonia : • Bukan pneumonia
• Bila tidak ada nafas cepat dan sesak • Pneumonia berat : napas cepat
nafas, tidak perlu dirawat (>60x/menit), retraksi yang berat
• Tidak perlu antibiotikm hanya diberikan • Pneumonia sangat berat : : tidak mau
pengobatan simptomatis. menetek/minum, kejang, letargis, demam
• Pneumoia ringan : atau hipotermia, bradipnea, atau
• Tidak ada sesak napas pernapasan ireguler
• Terdapat napas cepat dengan laju
pernapasan :
• > 50x/menit untuk anak usia 2 bulan-1
tahun
• >40x/menit untuk anak usia >1 tahun-5
tahun
• Pneumonia berat : sesak napas dan retraksi
• Pneumonia sangat berat : : tidak dapat
minum/makan, kejang, letargis, malnutrisi.
Tatalaksana Umum Tatalaksana Pneumonia Tatalaksana Pneumonia
Ringan Berat

• Saturasi oksigen ≤92% : terapi • Rawat jalan • Dirawat di RS


oksigen • Antibiotik : • Antibiotik
• Pada pneumonia berat atau • Kotrimoksazol (4mg/kgBB/kali) • Pilihan antibiotik lini pertama :
asupan per oral kurang: cairan • Amoksisilin (25mg/kgBB/kali) golongan beta laktam dan
intravena + balance cairan ketat kloramfenikol
• Tindak lanjut :
• Antipiretik dan analgetik : • Pneumonia tidak responsif
kenyamanan pasien dan • Anjurkan ibu untuk memberi
makan anak. terhdap beta laktam dan
mengontrol batuk kloramfenikol  gentamisin,
• Nebulisasi dengan β2 agonis • Nasihati ibu untuk membawa
kembali anaknya setelah 2 hari, amikasin atau sefalosporin
dan/atau NaCl : memperbaiki
mucocilliary clearance atau lebih cepat kalau keadaan
anak memburuk atau tidak bisa
• Mendapatkan terapi oksigen : minum atau menyusu.
observasi 4 jam sekali
• Ketika anak kembali: Jika
pernapasannya membaik
(melambat), demam berkurang,
nafsu makan membaik, lanjutkan
pengobatan sampai 3 hari.
KOMPLIKASI
Komplikasi pneumonia pada anak meliputi empiema torasis, perikarditis purulenta,
pneumothoraks atau infeksi ekstrapulmoner seperti meningitis purulenta
Empiema torasis  komplikasi tersering pneumonia bakteri
Pada anak berusia 2-24 bulan  komplikasi pneumonia berupa miokarditis cukup tinggi
THALASEMIA
 Thalasemia berasal dari kata thalassa : laut dan anemia : pucat
 Thalasemia merupakan penurunan kecepatan sintesis atau kemampuan produksi satu
atau lebih rantai globin ɑ atau β, ataupun rantai globin lainnya, dapat menimbulkan
defisiensi produksi sebagian (parsial) atau menyeluruh (komplit) rantai globin
tersebut. Akibatnya, terjadi thalassemia yang jenisnya sesuai dengan rantai globin
yang terganggu produksinya
 Thalasemia ditemukan tersebar di seluruh ras di Mediterania, Timur Tengah, India
sampai Asia Tenggara termasuk Indonesia
Genetik dan klasifikasi :
 Hemoglobinopati merupakan gangguan pembentukan rantai globin dari molekul
Hb, merupakan kelainan genetik yang diturunkan secara autosomal resesif.
 Hemoglobinopati struktural
 Thalasemia
HEMOGLOBIN
Globulin terdiri atas 2 pasang rantai
polipeptida, yaitu sepasang rantai α
dan sepasang rantai non alpha (β,γ,δ).
Kombinasi rantai  menentukan jenis
hemoglobin.
 Hb A (2α2β) merupakan lebih dari
96% Hb total,
 Hb F (2α2γ) kurang dari 2%
 Hb A2 (2α2δ) kurang dari 3%.
Pada janin trisemester III kehamilan
hampir 100% Hb adalah Hb F. Setelah
lahir, sintesis globin γ makin menurun
digantikan oleh globin δ
PATOFISIOLOGI THALASEMIA β
MANIFESTASI KLINIS THALASEMIA β
Thalasemia β homozigot dan heterozigot, memperlihatkan gejala klinis sejak lahir,
gagal tumbuh, kesulitan makan, infeksi berulang dan kelemahan umum.
Bayi tampak pucat dan didapatkan splenomegali.
Bila menerima transfusi berulang, pertumbuhannya biasanya normal sampai pubertas
 bila tidak cukup mendapatkan kelasi (pengikat zat besi), tanda-tanda kelebihan
besi mulai nampak.
Bila bayi tersebut tidak mendapat cukup transfusi, tanda klinis khas thalasemia major
mulai timbul. Sehingga gambaran klinis thalasemia dapat dibagi menjadi : (1) cukup
mendapatkan transfusi darah dan (2) Anemis kronis sejak masa kanak.
THALASEMIA - β TRAIT
Thalasemia β trait (heterozigot)  hampir tanpa gejala, biasanya terdapat anemia
ringan dan jarang didapatkan splenomegali. Terdapat penurunan Hb, dengan
penurunan MCH dan MCV yang bermakna. Hapusan darah memperlihatkan
hipokromik, mikrositik dan basophilic stippling
Penderita thalasemia trait tidak memerlukan terapi ataupun perawatan lanjut setelah
diagnosis awal dibuat. Terapi preparat besi sebaiknya tidak diberikan kecuali
memang dipastikan terdapat defisiensi besi dan harus segera dihentikan apabila
nilai Hb yang potensial pada penderita tersebut telah tercapai
TATALAKSANA KLINIS THALASEMIA
Pemberian transfusi darah dan kombinasi dengan terapi agen pengikat (cheating
agent) yang efektif, mampu mengubah gambaran anak dengan thalasemia yg
berat.
 Transfusi darah
 Tujuan : membantu hematopoiesis ekstramedular dan mengoptimalkan tumbuh
kembang anak
 Darah yang akan ditransfusikan adalah PRC rendah leukosit
 Monitoring kelebihan besi
KESIMPULAN
Pneumonia adalah inflamasi yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkioulus
terminalis yang mencakup bronkioulus respiratorius, dan alveoli, serta menimbulkan
konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat.
Pola bakteri penyebab pneumonia biasanya berubah sesuai dengan distribusi usia
pasien.
Dasar tatalaksana pneumonia adalah pengobatan kausal dengan antibiotik yang sesuai.
Diagnosis thalasemia hendaknya sudah harus diketahui sejak masa pre-natal bahkan
sebelum terjadinya pernikahan dengan diketahuinya genotype orangtua nya.
Penatalaksanaan yang komprehensif seperti dari segi gizi, tumbuh kembang, medis, dan
pengobatan merupakan hal yang mutlak untuk mencegah terjadinya komplikasi yang
fatal dikemudian hari dan dapat memperpanjang angka harapan hidup.
DAFTAR PUSTAKA
1. Rahajoe, Nastiti. Buku Ajar Respirologi Anak. Jakarta: 2018. Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia.
2. Kliegman RM, Stanton BF, Geme JW, Schor NF, Behrman RE, editors. Nelson textbook of pediatrics. 19 ed. Philadelphia; Elsevier
Inc: 2011.
3. Roberto DM, South M. Practical Pediatrics Sixth Edition. UK: Churchill Livingstone, 2007.
4. Sutedjo AY. Buku Saku Mengenal Penyakit Melalui Hasil Pemeriksaan Laboratorium. Yogyakarta: Amara Books; 2009 .p.20.
5. Red Cells Distribution Width (RDW). Available at: http://ahdc.vet.cornell.edu/clinpath/modules/hemogram/rdw.htm. Accessed on:
Oct 17th, 2011.
6. Windiastuti, E. Buku Ajar Hematologi Anak. Jakarta: 2018. Badan Penerbit Ikatan Dokter Indonesia.
7. Mansjoer A. Kapita selekta kedokteran jilid 2. 3rd ed. Jakarta: Media Aesculapius; 2016
DAFTAR PUSTAKA
8. Mayo clinic. Komplikasi Thalasemia. Available at:
http://www.mayoclinic.com/health/thalassemia/DS00905/DSECTION=complications. Accessed on October 18, 2011.
9. Pudjiadi AH, Hegar B, Handryastuti S, Idris NS, Gandaputra EP, et.al, ed. Pedoman pelayanan medis. Ed. I. Jakarta: IDAI; 2009.
10. Chozie, Novie Amelia. Klinis Praktis : Serba-serbi Transfusi Darah pada Bayi dan Anak. Jakarta : 2017. Badan Penerbit Ikatan
Dokter Anak Indonesia.
11. Shan F. drug doses. 16th edition. Australia: Royal Childern Hospital; 2014
12. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3543079/

Anda mungkin juga menyukai