Disusun Oleh:
Luthfia Prasetianingsih
406181079
Pembimbing:
JAKARTA
1
LEMBAR PENGESAHAN
CRITICAL APPRAISAL :
Disusun oleh :
Luthfia Prasetianingsih
Sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian Kepaniteraan Ilmu Penyakit Dalam
RSUD Ciawi
2
LEMBAR PENGESAHAN
CRITICAL APPRAISAL:
Disusun oleh :
Luthfia Prasetianingsih
Sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian Kepaniteraan Ilmu Penyakit Dalam
RSUD Ciawi
Mengetahui,
3
Pembacaan literatur Clinical Gastroenterology and Hepatology 2014;12:1003-1008
Desember 2019
Ensefalopati hepatik (HE) adalah komplikasi serius sirosis dengan manifestasi klinis
abnormalitas neuropsikiatrik dan motorik yang bervariasi dari gangguan kognitif dan
motorik ringan hingga koma dan kematian. HE nyata (overt) terjadi pada 30-45% pasien
dengan sirosis dan dikaitkan dengan prognosis yang buruk. Tatalaksana utama HE
adalah identifikasi dan pengobatan faktor pencetus. Studi sebelumnya menenunjukan
asosiasi antara small intestinal bacterial overgrowth (SIBO) dan delayed orocecal
transit time (OCTT) dengan terjadinya HE minimal (MHE). Probiotik dinyatakan dapat
mengubah flora normal usus menjadi organisme non-urease producing yang kemudian
akan menurunkan produksi ammonia. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi
efikasi probiotik sebagai profilaksis primer HE pada pasien dengan sirosis.
Studi randomized open-labeled ini dilaksanakan dari Januari 2012 hingga Maret
2013 di suatu rumah sakit di New Delhi, India. Sebanyak 160 pasien dengan sirosis
tanpa HE dirandomisasi kedalam grup probiotik dan kontrol. Data yang diukur dari para
subjek berupa analisis psikometrik, ambang critical flicker fusion (CFF), tes glucose
hydrogen breath untuk menidentifikasi SIBO, dan tes lactulose hydrogen breath untuk
mengukur OCTT. Hasil primer adalah terjadinya HE overt. Hasil sekunder adalah
prediktor terjadinya HE dan efek samping probiotik.
Sebagai kesimpulan, studi ini menunjukan bahwa probiotik terbukti efektif dalam
mencegah HE pada pasien dengan sirosis.
4
CRITICAL APPRAISAL
5
dan type 1 error 5%. Telah diperhitungkan bahwa jumlah sampel sebesar 75 subjek
pada setiap kelompok cukup adekuat untuk mendeteksi perbedaan dalan profilaksis HE.
Terdapat kriteria inklusi yang pakai dalam penelitian, diantaranya sebagai berikut
:
a. Usia 18-75 tahun
b. Sirosis tanpa riwayat ensefalopati hepatik
Kriteria eksklusi yang dipakai dalam penelitian adalah sebagai berikut :
a. Pasien yang mendapat terapi laktulosa
b. Riwayat konsumsi alkohol (4 minggu terakhir)
c. Infeksi atau penggunaan antibiotik selama 6 minggu terakhir
d. Profilaksis sekunder untuk peritonitis bakterial spontan
e. Perdarahan gastrointestinal yang baru terjadi
f. Karsinoma hepatoselular
g. Riwayat bedah transjugular intrahepatic portosystemic shunt
h. Penggunaan obat-obatan psikotropika
i. Penyakit neurologis seperti penyakit Alzheimer, Parkinson dan ensefalopati
metabolik non-hepatik
Selama penelitian, subjek diperbolehkan untuk melanjutkan terapi dan
profilaksis untuk perdarahan varises. Subjek diminta untuk menghindari yogurt
komersial yang mengandung probiotik.
Pembagian kelompok subjek adalah sebagai berikut:
1. Grup probiotik (n= 86) : menerima probiotik (mengandung Bifidobacterium breve,
Bifidobacterium longum, Bifidobacterium infantis, Lactobacillus acidophilus,
Lactobacillus plantarum, Lactobacillus paracasei, Lactobacillus bulgaricus, dan
Streptococcus thermophilus, 110 miliar colony-forming unit, 1 kapsul 3 kali sehari
selama 3 bulan.
2. Grup kontrol (n =74): tidak menerima probiotik.
Tingkat keparahan penyakit hati ditentukan oleh skor Child-Turcotte-Pugh (CTP)
dan model for end-stage liver disease (MELD). Data diukur pada awal studi dan diulang
setelah 3 bulan. Data laboratorium yang diukur dari para subjek meliputi: hemogram
lengkap, profil koagulasi, tes fungsi hati, tes fungsi ginjal, kadar elektrolit, kadar
amonia arteri, dan pemeriksaan etiologi penyakit hati. Semua pasien dinilai dengan:
6
1. Psychometric hepatic encephalopathy score (PHES) untuk mendiagnosis
minimal hepatic encephalopathy (MHE)
2. Critical flicker frequency (CFF) untuk mendiagnosis minimal hepatic
encephalopathy (MHE)
3. Tes glucose hydrogen breath untuk mendiagnosis small intestinal bacterial
overgrowth (SIBO)
4. Tes lactulose hydrogen breath untuk mendeteksi orocecal transit time (OCTT)
Evaluasi dilakukan setiap bulan untuk menilai kepatuhan pengobatan dan setiap
bulan hingga 6 bulan untuk menilai komplikasi.
Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
Hasil primer: Terjadinya ensefalopati hepatik overt. Kriteria West Haven
digunakan untuk mendiagnosis ensefalopati hepatik overt (grade 1-4).
Hasil sekunder: Prediktor terjadinya ensefalopati hepatik dan efek
samping probiotik.
Studi ini melakukan per-protocol analysis dan 2 analisis intention-to-treat (ITT)
yang berbeda. Pada analisis ITT pertama, diasumsikan bahwa HE terjadi pada semua
pasien drop-out, dan pada analisis ITT kedua, diasumsikan bahwa HE hanya terjadi
pada pasien drop-out dalam grup probiotik. Data diolah menggunakan perangkat lunak
SPSS vs.19, dengan analisis statistik sebagai berikut:
Data disajikan sebagai mean (SD) untuk data kontinu dan sebagai angka dan
persentase untuk variable kategorik.
Variabel kategorik Uji χ2 dan Fisher exact test.
Variabel kontinu Uji Mann-Whitney untuk data tidak berpasangan dan uji
Wilcoxon rank-sum untuk data berpasangan
Analisis Multiple Cox regression digunakan untuk memodelkan efek simultan
kovariat dan kemungkinan interaksi.
Metode Kaplan-Meier digunakan untuk menentukan probabilitas terjadinya
ensefalopati hepatik overt.
Tingkat signifikansi p<0.05 untuk semua analisis.
3. Penilaian Kepentingan / Importance
1. Karakteristik awal pasien
7
Tidak ada perbedaan yang signifikan pada karakteristik awal subjek pada
kedua kelompok dalam hal usia, jenis kelamin, dan etiologi sirosis
(Tabel 1).
Tidak ada perbedaan bermakna antara kedua kelompok pada parameter
laboratorium, skor CTP dan MELD, CFF, dan PHES.
2. Evaluasi setelah periode follow-up 3 bulan
Terdapat penurunan signifikan pasien dengan SIBO dan MHE pada grup
probiotik dibandingkan grup kontrol (Tabel 2).
Terdapat perbaikan dalam kadar ammonia arteri, OCTT, PHES dan CFF
pada grup probiotik dibandingkan grup kontrol (Tabel 2).
3. Hasil primer
8
Pada pasien dengan MHE, absolute risk reduction (ARR) adalah 23,8%
(IK 95%, 5,4% -42,2%) dan number needed to treat (NNT) adalah 4,2
(IK 95%, 2,4-18). Namun, pada pasien tanpa MHE, ARR adalah 7,8%
(IK 95%, 2,2% -11,4%), dan NNT adalah 12,8 (IK 95%, 11,2-26,4).
4. Hasil sekunder
Dari 21 pasien dengan HE overt, 15 diantaranya (4 pada grup probiotik
dan 11 pada grup kontrol) memiliki MHE pada awal studi.
Pada analisis univariat, terjadinya HE overt dikaitkan dengan adanya
MHE, skor CTP, skor MELD, CFF, SIBO, dan delayed OCTT pada awal
studi. Pada analisis multivariat, MHE, skor CTP, dan SIBO ditemukan
signifikan terhadap terjadinya HE overt (Tabel 3 dan 4).
Tidak terdapat efek samping yang terjadi pada grup probiotik.
5. Mortalitas
Enam (7,5%) pasien dalam grup probiotik dan 7 (10,1%) pasien dalam
grup kontrol meninggal selama periode follow-up.
Penyebab kematian adalah perdarahan varises akut (n= 3), infeksi berat
dengan sepsis (n =6), sindrom hepatorenal (n= 3), dan perdarahan
intrakranial (n= 1).
Tidak ada perbedaan signifikan dalam usia, skor MELD, CFF, dan PHES
pada awal studi antara pasien yang meninggal dibandingkan dengan yang
tidak meninggal. Namun, skor CTP lebih tinggi pada pasien yang
meninggal (9,3 3,5 vs 7,8 3,7; P= 0,02).
9
dengan efek samping minimal. Selain itu, pemberian probiotik tidak memakan biaya
besar dan mudah diterapkan. Diharapkan, pemberian probiotik dengan efek samping
yang minimal dan angka kepatuhan yang tinggi, insidens terjadinya HE pada pasien
dengan sirosis dapat menurun.
10
KETERBATASAN DAN KEKUATAN PENELITIAN
11
KESIMPULAN
1. Bajaj et al. melaporkan perbaikan MHE dan kepatuhan obat yang baik dengan
suplementasi yogurt probiotik.
2. Liu et al. melaporkan penurunan kadar ammonia arteri, endotoksemia dan
perbaikan MHE dengan sinbiotik.
3. Malaguarnera et al, melaporkan perbaikan dalam hasil tes neuropsikologi setelah
pemberian probiotik.
4. Pada studi dengan pemberian laktulosa, ARR sebesar 21,7% dan NNT sebesar
4,6% yang sebanding dengan hasil studi ini. Namun, pemberian laktulosa
dikaitkan dengan efek samping yang signifikan (diare, 24% dan perut
kembung,7%) sehingga dibutuhkan pengurangan dosis.
Kesimpulannya adalah jurnal ini termasuk cukup baik karena metodologi studi
yang jelas, penentuan uji statistik sesuai dan hasil penelitian yang dipaparkan dengan
jelas. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pemberian probiotik efektif sebagai
profilaksis HE pada pasien sirosis dengan efek samping yang minimal.
12
SARAN
13
LEMBAR KERJA PENILAIAN STUDI
THERAPY STUDY: Are the results of the trial valid? (Internal Validity)
Centralised computer randomisation is The Methods should tell you how patients
ideal and often used in multi-centred trials. were allocated to groups and whether or
Smaller trials may use an independent not randomisation was concealed.
person (e.g, the hospital pharmacy) to
“police” the randomization.
If the randomisation process worked (that The Results should have a table of
is, achieved comparable groups) the "Baseline Characteristics" comparing the
groups should be similar. The more similar randomized groups on a number of
the groups the better it is.
variables that could affect the outcome (ie.
There should be some indication of
age, risk factors etc). If not, there may be a
whether differences between groups are
description of group similarity in the first
statistically significant (ie. p values).
paragraphs of the Results section.
Tidak ada perbedaan yang signifikan pada karakteristik awal subjek pada kedua
kelompok dalam hal usia, jenis kelamin, dan etiologi sirosis (Tabel 1).
Tidak ada perbedaan bermakna antara kedua kelompok pada parameter
laboratorium, skor CTP dan MELD, CFF, dan PHES.
14
2a. A – Aside from the allocated treatment, were groups treated equally?
Apart from the intervention the patients in Look in the Methods section for the follow-
the different groups should be treated the up schedule, and permitted additional
same, eg., additional treatments or tests. treatments, etc and in Results for actual
use.
Comment: Selain intervensi yang diberikan, kedua kelompok diperlakukan dengan sama.
2b. A – Were all patients who entered the trial accounted for? – and were they
analysed in the groups to which they were randomised?
Losses to follow-up should be minimal – The Results section should say how many
preferably less than 20%. However, if few patients were randomised (eg., Baseline
patients have the outcome of interest, then Characteristics table) and how many
even small losses to follow-up can bias the patients were actually included in the
results. Patients should also be analysed analysis. You will need to read the results
in the groups to which they were section to clarify the number and reason for
randomised – ‘intention-to-treat analysis’. losses to follow-up.
Comment: Studi ini melakukan per-protocol analysis dan 2 analisis intention-to-treat (ITT)
yang berbeda. Pada analisis ITT pertama, diasumsikan bahwa HE terjadi pada semua
pasien drop-out, dan pada analisis ITT kedua, diasumsikan bahwa HE hanya terjadi pada
pasien drop-out dalam grup probiotik. Dari 160 subjek yang dimasukan ke dalam studi,
terdapat 11 (6,9%) subjek loss to follow-up yang masih tergolong cukup baik.
3. M - Were measures objective or were the patients and clinicians kept “blind”
to which treatment was being received?
It is ideal if the study is ‘double-blinded’ – First, look in the Methods section to see if
that is, both patients and investigators are there is some mention of masking of
unaware of treatment allocation. If the treatments, eg., placebos with the same
outcome is objective (eg., death) then appearance or sham therapy. Second, the
blinding is less critical. If the outcome is Methods section should describe how the
subjective (eg., symptoms or function) then outcome was assessed and whether the
blinding of the outcome assessor is critical. assessor/s were aware of the patients'
treatment.
15
This paper: Yes No √ Unclear
Comment:
16
What were the results?
1. How large was the treatment effect?
1. Karakteristik awal pasien
Tidak ada perbedaan yang signifikan pada karakteristik awal subjek pada
kedua kelompok dalam hal usia, jenis kelamin, dan etiologi sirosis (Tabel
1).
Tidak ada perbedaan bermakna antara kedua kelompok pada parameter
laboratorium, skor CTP dan MELD, CFF, dan PHES.
2. Evaluasi setelah periode follow-up 3 bulan
Terdapat penurunan signifikan pasien dengan SIBO dan MHE pada grup
probiotik dibandingkan grup kontrol (Tabel 2).
Terdapat perbaikan dalam kadar ammonia arteri, OCTT, PHES dan CFF
pada grup probiotik dibandingkan grup kontrol (Tabel 2).
3. Hasil primer
Overt HE terjadi pada 21 dari 149 subjek (14,1%).
Menurut per-protocol analysis, overt HE terjadi pada 7 dari 80 subjek
(8,8%) pada grup intervensi dan 14 dari 69 subjek (20,3%) pada grup
kontrol (p<0,05).
Pada analisis ITT pertama, overt HE terjadi pada 13 dari 86 subjek (15,1%)
pada grup intervensi dan 19 dari 74 subjek (25,7%) pada grup kontrol
(p=0,04).
Pada analisis ITT kedua, tidak ada perbedaan signifikan pada terjadinya
HE overt antara grup intervensi (13 dari 84 [15.1%] ) dan grup kontrol (14
dari 74 [18.9%]) dengan nilai p >0,05.
Pada analisis Kaplan-Meier, probabilitas terjadinya HE pada grup
intervensi lebih rendah dari grup kontrol (Figur 1).
Hazard ratio untuk terjadinya HE pada grup kontrol dibandingkan dengan
grup probiotik adalah 2.1.
HE lebih banyak terjadi pada pasien dalam kategori Child B dan C
dibandingkan dengan kategori Child A (Child B vs Child A, P <0,05; Child
C vs Child A, P <0,01). Namun, tidak ada perbedaan dalam terjadinya HE
pada Child B dibandingkan Child C (P=0,36).
Pada pasien dengan MHE, absolute risk reduction (ARR) adalah 23,8%
dan number needed to treat (NNT) adalah 4,2. Namun, pada pasien tanpa
MHE, ARR adalah 7,8%, dan NNT adalah 12,8.
17
4. Hasil sekunder
Dari 21 pasien dengan HE overt, 15 diantaranya (4 pada grup probiotik
dan 11 pada grup kontrol) memiliki MHE pada awal studi.
Pada analisis univariat, terjadinya HE overt dikaitkan dengan adanya MHE,
skor CTP, skor MELD, CFF, SIBO, dan delayed OCTT pada awal studi.
Pada analisis multivariat, MHE, skor CTP, dan SIBO ditemukan signifikan
terhadap terjadinya HE overt (Tabel 3 dan 4).
Tidak terdapat efek samping yang terjadi pada grup probiotik.
5. Mortalitas
Enam (7,5%) pasien dalam grup probiotik dan 7 (10,1%) pasien dalam
grup kontrol meninggal selama periode follow-up.
Penyebab kematian adalah perdarahan varises akut (n= 3), infeksi berat
dengan sepsis (n =6), sindrom hepatorenal (n= 3), dan perdarahan
intrakranial (n= 1).
Tidak ada perbedaan signifikan dalam usia, skor MELD, CFF, dan PHES
pada awal studi antara pasien yang meninggal dibandingkan dengan yang
tidak meninggal. Namun, skor CTP lebih tinggi pada pasien yang
meninggal (9,3 3,5 vs 7,8 3,7; P= 0,02).
What is the measure? What does it mean?
Relative Risk (RR) = risk of the The relative risk tells us how many times more
outcome in the treatment group / risk likely it is that an event will occur in the
of the outcome in the control group. treatment group relative to the control group. An
RR of 1 means that there is no difference
between the two groups thus, the treatment had
no effect. An RR < 1 means that the treatment
decreases the risk of the outcome. An RR > 1
means that the treatment increased the risk of
the outcome.
Absolute Risk Reduction (ARR) = The absolute risk reduction tells us the absolute
risk of the outcome in the control difference in the rates of events between the two
group – risk of the outcome in the groups and gives an indication of the baseline
treatment group. This is also known risk and treatment effect. An ARR of 0 means
as the absolute risk difference. that there is no difference between the two
groups thus, the treatment had no effect.
In our example, the ARR = 0.15 – 0.10 The absolute benefit of treatment is a 5%
= 0.05 or 5% reduction in the death rate.
Pada pasien dengan MHE, ARR sebesar 23,8% (IK 95%, 5,4% -42,2%).
18
Pemberian probiotik menurunkan tingkat kematian sebesar 23,8% pada
pasien sirosis dengan MHE.
Pada pasien tanpa MHE, ARR adalah 7,8% (IK 95%, 2,2% -11,4%).
Pemberian probiotik menurunkan tingkat kematian sebesar 7,8% pada
pasien sirosis tanpa MHE.
Relative Risk Reduction (RRR) = The relative risk reduction is the complement of
absolute risk reduction / risk of the the RR and is probably the most commonly
outcome in the control group. An reported measure of treatment effects. It tells us
alternative way to calculate the RRR the reduction in the rate of the outcome in the
is to subtract the RR from 1 (eg. RRR treatment group relative to that in the control
= 1 - RR) group.
In our example, the RRR = 0.05/0.15 The treatment reduced the risk of death by 33%
= 0.33 or 33% relative to that occurring in the control group.
Number Needed to Treat (NNT) = The number needed to treat represents the
inverse of the ARR and is calculated number of patients we need to treat with the
as 1 / ARR. experimental therapy in order to prevent 1 bad
outcome and incorporates the duration of
treatment. Clinical significance can be
determined to some extent by looking at the
NNTs, but also by weighing the NNTs against
any harms or adverse effects (NNHs) of therapy.
In our example, the NNT = 1/ 0.05 = We would need to treat 20 people for 2 years in
20 order to prevent 1 death.
Pada pasien dengan MHE, NNT sebesar 4,2 (IK 95%, 2,4-18). Intervensi
pada studi ini perlu dilakukan pada 4 pasien sirosis dengan MHE untuk
mencegah 1 episode HE overt.
Pada pasien tanpa MHE, NNT sebesar 12,8 (IK 95%, 11,2-26,4).Intervensi
pada studi ini perlu dilakukan pada 12 pasien sirosis tanpa MHE untuk
mencegah 1 episode HE overt.
1. How precise was the estimate of the treatment effect?
Hasil studi ini memiliki validitas yang cukup baik karena pengukuran variabel dengan
metode yang jelas dan tervalidasi secara klinis. Semua hasil pada studi ini masuk ke
dalam interval kepercayaan, maka dapat disimpulkan hasil studi cukup tepat.
19
Will the results help me in caring for my patient? (External Validity/Applicability)
The questions that you should ask before you decide to apply the results of the study
to your patient are:
Is my patient so different to those in the study that the results cannot apply? No
(Prevalensi sirosis di Indonesia cukup tinggi dan semakin meningkat.)
Is the treatment feasible in my setting? Yes (Pemberian probiotik merupakan
intervensi yang mudah dilakukan dalam praktik klinis tanpa menggunakan biaya
yang besar)
Will the potential benefits of treatment outweigh the potential harms of treatment
for my patient? Yes (Penelitian ini menunjukan bahwa probiotik efektif sebagai
profilaksis HE pada pasien sirosis. Intervensi pada studi ini tidak menimbulkan
efek samping yang serius. Hal ini merupakan keuntungan dibandingkan laktulosa
yang memiliki efek samping yang signifikan.)
20