Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN KASUS

KETUBAN PECAH DINI

Pembimbing :
dr. Ananingati, Sp.OG

Oleh :
Badlina Fitrianisa Yulianingrum 201620401011079
Raihan Zahra Ichsani 201620401011093

SMF OBSTETRI DAN GYNEKOLOGI RS BHAYANGKARA KEDIRI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2017
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. AS Nama Suami : Tn. AI
Umur : 38 tahun Alamat : Jl. Trunojoyo
Jenis Kelamin : Perempuan VII / 04 RT 02/01, Pakelan,
Agama : Islam Kediri
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Agama : Islam
Pendidikan Terakhir: SMA
Pekerjaan : Reparasi
Alamat : Jl. Trunojoyo VII /
04 RT 02/01, Pakelan, Kediri motor
Tanggal masuk : Kamis, 31 Agustus Pendidikan Terakhir : SMA
2017
ANAMNESIS
Keluhan utama : Keluar cairan dari jalan lahir.
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke RS Bhayangkara pada tanggal 31 Agustus
2017 pukul 05.30, Px mengatakan hamil ke 2 dengan
keluhan keluar cairan ngrembes dari jalan lahir sejak
tanggal 31 Agustus 2017 pukul 02.00. Cairan yang keluar
berwarna putih bening dan tidak berbau. Keluhan
kenceng-kenceng dirasakan jarang sejak tanggal 30
Agustus 2017 malam, keluar lendir darah dari jalan lahir (-
), keputihan (+) warna putih susu, tidak bau, jumlah sedikit.
Px mengaku hamil cukup bulan dan gerakan janin (+)
masih dirasakan. Px rutin ANC di bidan setempat.
Riwayat Haid :
Menarche : 12 tahun
Haid : Teratur
Siklus : 28 hari
Lama Haid : 7 hari
HPHT : 27 November 2016
Taksiran Persalinan : 3 September 2017
Riwayat Nikah :
Menikah saat usia 31 tahun dan sudah menikah selama 7 tahun. Merupakan
pernikahan pertama.
Riwayat obstetri :
1. Aterm, SC, Sp.OG, Perempuan, hidup, usia saat ini 6 tahun, BBL 3300
2. Hamil ini
Riwayat ANC :
Pasien rutin melakukan pemeriksaan ANC di bidan. Pada
trimester I sebanyak 2x, timester II sebanyak 2x, dan
trimester III tiap bulan.
Riwayat KB :
Pasien belum pernah menggunakan alat kontrasepsi
sebelumnya.
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : compos mentis
Vital sign :
TD : 120/70 mmHg
Nadi : 80 x/ menit
RR : 20 x/ menit
Suhu : 36,8 oC
Status gizi :
BB : 54 kg, BB sebelum hamil 40 kg
TB : 145 cm
Status internus :
Kepala : dbn
Mata :Konjunctiva palpebra anemis (-/-), sklera ikterik (-/-).
Telinga : dbn
Hidung : Simetris, dbn
Mulut : dbn
Leher : Pembesaran kelenjar getah bening (-).
Thoraks : dbn
Cor : dbn
Pulmo : dbn
Abdomen : membesar sesuai usia kehamilan
Ekstremitas :
Superior Inferior
Edema -/- -/-
Akral dingin -/- -/-
Status Obstetrik
Pemeriksaan Luar
Inspeksi :
Abdomen : membesar sesuai usia kehamilan dan striae gravidarum (+)
Palpasi :
Pemeriksaan leopold
LI `: teraba bagian janin tidak bulat, lunak, ballotment (-) (kesan
bokong),TFU 33 cm
L II : teraba tahanan besar memanjang sebelah kanan (kesan
punggung), teraba tahanan kecil-kecil sebelah kiri (kesan ekstremitas).
L III : teraba bagian janin bulat, keras, ballotment (+). (Kesan kepala)
L IV : bagian bawah belum masuk pintu atas panggul.
DJJ 144 x/menit, reguler
Pemeriksaan Dalam
VT: 2 cm, eff 25 %, ketuban (+) merembes
Bagian bawah janin : presentasi kepala turun di Hodge I
Ubun-ubun kecil sulit dinilai.
Ukuran panggul dalam :
PAP = Promontorium : tidak teraba
Linea inominata : < lingkaran
PTP = Kelengkungan sakrum : cukup
Dinding samping pelvis : sejajar
Spina ischiadica : tidak menonjol
PBP = Arcus pubis : > 90o
Mobilitas os cocygeus : baik
Kesan = Panggul gynecoid tidak sempit.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
RBC 4,37 LYM 21,6

HB 13,7 MON 8,4

HCT 39,8 EOS 1,9

MCV 91 BAS 0,9

MCH 31,3 LED 30

PLT 34,4 PPT T : 9,8 C: 10,4

WBC 323 INR 0,84

NEU 9,2 APTT T : 30,8 C : 26,1


DIAGNOSIS
GII P1001 Ab000 UK 39-40 minggu / T/H + KPD

PENATALAKSANAAN AWAL
Konservatif
Antibiotik ampicillin 4 x 500 mg
Tokolitik nifedipine 3x10mg
Pengawasan KU, TV, PPV, His, DJJ, tanda-tanda partus
prematurus
Informed Concent kepada pasien dan keluarga tentang
keadaan ibu serta janin dan rencana tindakan.
KETUBAN PECAH DINI
DEFINISI

Ketuban pecah dini atau yang sering disebut dengan KPD adalah ketuban
pecah spontan tanpa diikuti tanda-tanda persalinan, ketuban pecah sebelum
pembukaan 3 cm (primigravida) atau sebelum 5 cm (multigravida).

Pecahnya selaput ketuban dapat terjadi kapan saja baik pada kehamilan aterm
maupun preterm. Saat aterm sering disebut dengan aterm prematur rupture of
membrans atau ketuban pecah dini aterm. Bila terjadi sebelum umur kehamilan
37 minggu disebut ketuban pecah dini preterm / preterm prematur rupture of
membran (PPROM) dan bila terjadi lebih dari 12 jam maka disebut prolonged
PROM.
Etiologi

Secara teoritis pecahnya selaput ketuban disebabkan oleh hilangnya


elastisitas yang terjadi pada daerah tepi robekan selaput ketuban dengan
perubahan yang besar.
Sampai saat ini penyebab KPD belum diketahui secara pasti, tetapi
ditemukan beberapa faktor predisposisi yang berperan pada terjadinya
ketuban pecah dini, antara lain:
Infeksi
Defisiensi vitamin C
Faktor selaput ketuban
Faktor umur dan paritas
Faktor tingkat sosio-ekonomi
Faktor-faktor lain, seperti : hidramnion, gamelli, koitus, perdarahan
antepartum, bakteriuria, pH vagina di atas 4,5, stres psikologis, serta flora
vagina abnormal akan mempermudah terjadinya ketuban pecah dini.
Berdasarkan sumber yang berbeda, penyebab ketuban pecah dini mempunyai
dimensi multifaktorial yang dapat dijabarkan sebagai berikut :

Serviks inkompeten.

Ketegangan rahim yang berlebihan : kehamilan ganda, hidramnion.

Kelainan letak janin dalam rahim : letak sungsang, letak lintang.

Kemungkinan kesempitan panggul : perut gantung, bagian terendah belum masuk


pintu atas panggul, disproporsi sefalopelvik.

Kelainan bawaan dari selaput ketuban.

Infeksi yang menyebabkan terjadi proses biomekanik pada selaput ketuban dalam
bentuk proteolitik sehingga memudahkan ketuban pecah.
Epidemiologi
Prevalensi KPD berkisar antara 3-18% dari seluruh kehamilan. Saat aterm, 8-10
% wanita hamil datang dengan KPD dan 30-40% dari kasus KPD merupakan
kehamilan preterm atau sekitar 1,7% dari seluruh kehamilan.
Komplikasi seperti : korioamnionitis dapat terjadi sampai 30% dari kasus KPD,
sedangkan solusio plasenta berkisar antara 4-7%. Komplikasi pada janin
berhubungan dengan kejadian prematuritas dimana 80% kasus KPD preterm
akan bersalin dalam waktu kurang dari 7 hari.
Insiden korioamnionitis 0,5-1,5% dari seluruh kehamilan, 3-15% pada KPD
prolonged, 15-25% pada KPD preterm dan mencapai 40% pada ketuban pecah
dini dengan usia kehamilan kurang dari 24 minggu.
Insiden sepsis neonatus 1 dari 500 bayi dan 2-4% pada KPD lebih daripada 24
jam.
Patofisiologi
Pecahnya selaput ketuban saat persalinan disebabkan oleh melemahnya
selaput ketuban karena kontraksi uterus dan peregangan yang berulang.
Daya regang ini dipengaruhi oleh keseimbangan antara sintesis dan
degradasi komponen matriks ekstraseluler pada selaput ketuban.
Patofisiologi

FAKTOR LAIN Infeksi

Pembesaran
uterus aktifitas iL-1 dan
prostaglandin
kontraksi uterus
dan peregangan
berulang
kolagenase jaringan
gerakan janin

MMP tidak depolimerasi kolagen ketuban tipis,


seimbang pada selaput korion/ Lemah(rapuh)
amnion, mudah pecah spontan.
Gejala Klinis

keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina, cairan


vagina berbau amis dan tidak seperti bau amoniak, mungkin
cairan tersebut masih merembes atau menetes

Janin mudah diraba

Tidak adanya his dalam satu jam

Nyeri uterus, denyut jantung janin yang semakin cepat serta


perdarahan pervaginam sedikit (jrg terjadi)
DIAGNOSIS
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik
Pasien dengan KPD merasa basah pada vagina atau mengeluarkan cairan yang banyak
berwarna putih jernih, keruh, hijau, atau kecoklatan sedikit-sedikit atau sekaligus
banyak, secara tiba-tiba dari jalan lahir. Keluhan tersebut dapat disertai dengan
demam jika sudah ada infeksi. Pasien tidak sedang dalam masa persalinan, tidak ada
nyeri maupun kontraksi uterus. Riwayat umur kehamilan pasien lebih dari 20
minggu.

Pada pemeriksaan fisik abdomen, didapatkan uterus lunak dan tidak adanya nyeri
tekan. Tinggi fundus harus diukur dan dibandingkan dengan tinggi yang diharapkan
menurut hari pertama haid terakhir. Palpasi abdomen memberikan perkiraan ukuran
janin dan presentasi.
DIAGNOSIS
Pemeriksaan Inspekulo
Pemeriksaan dengan spekulum pada KPD untuk mengambil sampel cairan
ketuban di forniks posterior dan mengambil sampel cairan untuk kultur dan
pemeriksaan bakteriologis.
Tiga tanda penting yang berkaitan dengan ketuban pecah dini adalah :
1. Pooling : Kumpulan cairan amnion pada fornix posterior.
2. Nitrazine Test : Kertas nitrazin merah akan jadi biru.
3. Ferning : Cairan dari fornix posterior di tempatkan pada objek glass
dan didiamkan dan cairan amnion tersebut akan memberikan gambaran
seperti daun pakis.
Pemeriksaan Dalam
Pemeriksaan dalam dilakukan untuk menentukan penipisan dan dilatasi serviks.
Pemeriksaan vagina juga mengindentifikasikan bagian presentasi janin dan
menyingkirkan kemungkinan prolaps tali pusat. Periksa dalam harus dihindari
kecuali jika pasien jelas berada dalam masa persalinan atau telah ada keputusan
untuk melahirkan.
DIAGNOSIS
Pemeriksaan Penunjang

Dengan tes lakmus, cairan amnion akan mengubah kertas lakmus merah menjadi
biru.

Pemeriksaan leukosit darah, bila meningkat > 15.000 /mm3 kemungkinan ada
infeksi.

USG untuk menentukan indeks cairan amnion, usia kehamilan, letak janin, letak
plasenta, gradasi plasenta serta jumlah air ketuban.

Kardiotokografi untuk menentukan ada tidaknya kegawatan janin secara dini atau
memantau kesejahteraan janin. Jika ada infeksi intrauterin atau peningkatan suhu,
denyut jantung janin akan meningkat.

Amniosintesis digunakan untuk mengetahui rasio lesitin - sfingomielin dan


fosfatidilsterol yang berguna untuk mengevaluasi kematangan paru janin.
PENATALAKSANAAN
Konservatif
Tirah baring untuk mengurangi keluarnya air ketuban sehingga masa
kehamilan dapat diperpanjang. Tirah baring ini juga dapat
dikombinasikan dengan pemberian antibiotik sebagai profilaksis
(mencegah infeksi).Antibiotik yang dianjurkan :
Ampicillin (untuk infeksi Streptococcus ) : 4 x 500 mg atau
eritromicin bila tidak tahan ampicillin dan metronidazol 2 x 500
mg selama 7 hari.
Eritrosin dosis tinggi (untuk infeksi Clamydia trachomatis,
ureoplasma, dan lainnya) .
Bahaya menunggu terlalu lama adalah kemungkinan infeksi semakin
meningkat sehingga terpaksa harus dilakukan terminasi.
Aktif
Dilakukan untuk memperpanjang usia kehamilan dengan pemberian
kombinasi :
Kortikosteroid untuk pematangan paru (Betametazon IM 12 mg 24 jam
atau deksametazon IM 6 mg 12 jam selama 2 hari).
Tokolitik untuk mengurangi atau menghambat kontraksi uterus, dapat
diberikan :
Sympathomimetic : Ritodrine
Magnesium sulfat
Indometacin
Nifedipine : Epilate
Atosiban :Tractocile
Antibiotik untuk profilaksis infeksi (mengurangi peranan infeksi sebagai
pemicu terjadinya proses persalinan)
Tatalaksana Agresif
Tindakan agresif dilakukan bila ada indikasi vital sehingga tidak dapat
ditunda karena mengancam kehidupan janin atau maternal.
Indikasi vital yang dimaksudkan yaitu :
Infeksi intrauteri.
Solution plasenta.
Gawat janin.
Prolaps tali pusat.
Evaluasi detak janin dengan KTG menunjukkan hasil gawat janin atau
redup.
BB janin cukup viable untuk beradaptasi di luar kandungan
KOMPLIKASI

Persalinan Prematur

Infeksi

Hipoksia dan Asfiksia

Sindroma deformitas janin


PENCEGAHAN
Pencegahan Primer

Untuk mengurangi terjadinya pecah ketuban dini, dianjurkan bagi ibu hamil
untuk mengurangi aktivitas pada akhir trimester kedua dan awal trimester
ke tiga, serta tidak melakukan kegiatan yang membahayakan kandungan
selama kehamilan. Ibu hamil juga harus dinasihati supaya berhenti merokok
dan mengambil alkohol. Berat badan ibu sebelum kehamilan juga harus
cukup mengikut Indeks Massa Tubuh (IMT) supaya tidak berlaku mana-mana
komplikasi. Selain itu, pasangan juga dinasihati supaya menghentikan koitus
pada trimester akhir kehamilan bila ada faktor predisposisi.
Pencegahan Sekunder

Mencegah infeksi intrapartum dengan;

Antibiotika spektrum luas : gentamicin iv 2 x 80 mg, ampicillin iv 4 x 1


mg, amoxicillin iv 3 x 1 mg, penicillin iv 3 x 1.2 juta IU, metronidazol
drip.

Pemberian kortikosteroid : kontroversi. Di satu pihak dapat


memperburuk keadaan ibu karena menurunkan imunitas, di lain pihak
dapat menstimulasi pematangan paru janin (surfaktan).
PROGNOSIS
Prognosis pada ketuban pecah dini sangat bervariatif tergantung pada :

Usia kehamilan. Semakin muda usia kehamilan semakin buruk


prognosisnya

Adanya infeksi / sepsis.

Faktor resiko / penyebab.

Ketepatan diagnosis awal dan penatalaksanaan


DAFTAR PUSTAKA
Soewarto, S. 2009. Ketuban Pecah Dini. Dalam: Winkjosastro H., Saifuddin A.B., dan Rachimhadhi T. (Editor).
Ilmu Kebidanan. Jakarta :Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Hal. 677-680.
Gde Manuaba, I.B. Ketuban Pecah Dini (KPD). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga Berencana.
Jakarta: EGC; 2001. Hal: 229-232.
Saifudin A.B. 2006. Ketuban Pecah Dini, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta:Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Hal : 218-220.
Medina, Tanya M. and Hill, Ashley D. Preterm Premature Rupture of Membranes: Diagnosis and Management.
Am Fam Physician 2006;73:659-64.
Myers VS. Premature rupture of membranes at or near term. In: Berghella V. Obstetric evidence based
guidelines. Series in maternal fetal medicine. Informa heathcare. Informa UK Ltd, 2007.
Bergehella V. Prevention of preterm burth. In: Berghella V. Obstetric evidence based guidelines. Series in
maternal fetal medicine. Informa heathcare. Informa UK Ltd, 2007.
Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ, Spong CY. Premature Birth. In: Williams
Obstetric. 23rd Ed. McGrawHill Medical, New York, 2010.
Manuaba I.B.G, Chandranita Manuaba I.A, Fajar Manuaba I.B.G.(eds) Pengantar Kuliah Obstertri. Bab 6:
Komplikasi Umum Pada Kehamilan. Ketuban Pecah Dini. Cetakan Pertama. Jakarta. Penerbit EGC. 2007. Pp
456-60.
Nili F., Ansaari A.A.S. Neonatal Complications Of Premature Rupture Of Membranes. Acta Medica Iranica.
[Online] 2003.Vol 41. No.3. Diunduh dari http://journals.tums.ac.ir/upload_files/pdf/59.pdf.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai