Anda di halaman 1dari 27

Presentasi Kasus

“PARTUS PREMATURUS IMMINENS”

Disusun oleh:
Riga Medina - 1710221003

Pembimbing:
Kolonel Ckm dr. Rahmat Saptono, Sp.OG

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KANDUNGAN DAN KEBIDANAN


RST Tk. II dr. Soedjono Magelang
PERIODE 16 Oktober 2017– 23 Desember 2017
Identitas Pasien

Nama : Ny. M
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 19 tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status : Menikah
Agama : Islam
Alamat : Padang, RT 04/02
Kalipucang, Kec.Grabag, Kab. Magelang
Pendidikan Terakhir : SMA
No. RM : 159xxx
Tanggal masuk RS : 28 Oktober 2017
Anamnesa

Autoanamnesis dilakukan pada tanggal 28 Oktober 2017,


pukul 18.00 WIB di IGD RST Tk. II dr. Soedjono Magelang.

KU
Keluar cairan ketuban pecah ngepyok jernih sejak 3,5 jam sebelum masuk rumah
sakit.

RPS
Wanita G1P0A0 usia kehamilan 35+! minggu datang ke IGD RST Tk. II dr.
Soedjono pada tanggal 28 Oktober 2017 atas rujukan dari PKM Grabag dengan
keluhan cairan ketuban pecah ngepyok jernih sejak 3,5 jam sebelum masuk
rumah sakit. Kencang-kencang jarang juga dirasakan sejak pagi hari. Pergerakan
janin terasa aktif. Keluar lendir ataupun darah dari jalan lahir disangkal.
HPHT 24 Februari 2017 dan HPL: 1 Desember 2017.
Anamnesa
Riw. Menstruasi
Menarche umur 13 tahun, dengan siklus haid teratur, lama haid 7
hari, siklus 28 hari, jumlahnya 2 kali ganti pembalut/hari, tidak ada
dismenorhea.
Riw. KB
Tidak ada
Riw. Pernikahan
Menikah 1 kali, umur menikah 19 tahun, umur suami saat menikah 25 tahun,
lama menikah 1 tahun.
Riw. Persalinan
Belum hamil sebelumnya, hamil saat ini.
RPD
Hipertensi (-), diabetes (-), jantung (-), asma (-), alergi (-).
RPK
Hipertensi (-), diabetes (-), jantung (-), asma (-), alergi (-).
Anamnesa

Riw. Antenatal Care (ANC)


Pasien memeriksakan kehamilannya ke puskesmas sebanyak
5 kali selama kehamilan, baru mulai ANC pada minggu ke
21+3.

Riw. Sosial
Pasien bekerja sebagai ibu rumah tangga.
Merokok (-), Minum Alkohol (-), Minum jamu (-), Pelihara
binatang (-)

Riw. Obat-obatan
Tidak mengonsumsi obat-obatan.
Px. Fisik
Status Generalis

Keadaan umum : Tampak sakit sedang


Kesadaran : Compos mentis
Tinggi badan : 146,5 cm
Berat badan : 64 kg
IMT : 30,02 kg/m2
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 108 kali/menit, reguler
Pernafasan : 20 kali/menit
Suhu tubuh : 36,5 0C (axilla)
Mata : Konjungtiva anemi -/-, Sklera Ikterik -/-
Jantung : Bj I-II regular, Murmur (-), Gallop (-)
Paru : Vesikuler, Ronkhi -/-, Wheezing -/-
Abdomen : Cembung, BU (+) normal, supel, timpani
Ekstremitas : Akral hangat, edema (-)
Px. Obstetri
Status Obsetri / Ginekologi
Pemeriksaan luar
TFU = 30 cm
TBJ = 2790 gr
DJJ = 140 dpm
HIS = kontraksi (+) jarang, 3x/10”/25’
Palpasi (Leopold)
L I : Teraba bagian lunak,bulat dan bagian besar janin
L II : Teraba lengkungan continous bagian kiri perut ibu
L III : Bagian bawah janin teraba bulat,keras dan melenting
L IV : Teraba bagian bawah belum masuk PAP
Inspekulo : Tidak dilakukan.
Pemeriksaan dalam : PPV (-), V/U tidak ada kelainan (T.A.K),
dind. vaginaT.A.K, portio mencucu, lunak, kenyal, effacement
,OUE terbuka diameter +/- 1 jari, AK (+, Jernih),KK(-).
Pelvimeter klinik : Tidak dilakukan.
Hasil Laboratorium
Diagnosa & Tatalaksana

DIAGNOSA KERJA
G1P0A0 Usia Kehamilan 35 minggu dengan Partus Prematurus
Imminens

RENCANA OBSERVASI DAN TERAPI


• Pertahankan dan tingkatkan KU
• IVFD RL 20 tpm
• Pengawasan KU, TTV, DJJ, PPV
• Medikamentosa
- Inj. Dexamethasone IM 1 amp per 12 jam (sebanyak 4x)
- Inj. Cefotaxim IV 1gr per 12 jam (sebanyak 4x)
Resume
Pasien G1P0A0 dengan usia kehamilan 35+1 minggu datang ke IGD RST
Tk. II dr. Soedjono Magelang pada tanggal 28 Oktober 2017 dengan
keluhan ketuban pecah ngepyok, cairan jernih sejak 3,5 jam sebelum
masuk rumah sakit. Kencang-kencang dirasakan jarang. Keluar lendir
ataupun darah dari jalan lahir disangkal. Pergerakan janin terasa aktif.
Mual muntah disangkal. Buang air kecil dan buang air besar dalam batas
normal. HPHT : 24 Februari 2017, HPL : 1 Desember 2017, riwayat
obstetri kehamilan ini merupakan kehamilan pertama. Pasien tidak
pernah menggunakan kontrasepsi. Pasien tidak rutin memeriksakan
kehamilan ke puskesmas, hanya 5 kali selama kehamilan mulai usia
kehamilan 21 minggu. Status generalis dalam batas normal.
Pemeriksaan obstetri, Inspeksi didapatkan abdomen supel, cembung,
linea nigra (+), striae gravidarum (+), luka bekas sc (-). Dari palpasi
teraba janin tunggal memanjang intrauterine, punggung sebelah kiri,
presentasi kepala, konvergen (kepala belum masuk pap). TFU Teraba 3
jari di bawah procesus xyphoideus (30 cm), DJJ: 140 x/menit, HIS (+)
jarang (3x/10”/25’).
Follow Up
Sabtu, 28/10/2017
(masuk Pkl. 18.00)
Follow Up
Minggu, 29/10/2017
Follow Up
Senin, 30/10/2017
PARTUS
PREMATURUS
IMMINENS
Definisi
• WHO  bayi premataure adalah bayi yang lahir
pada usia kehamilan 37 minggu atau kurang.

• Persalinan preterm merupakan persalinan yang


berlangsung pada umur kehamilan 20-37
minggu terhitung dari hari pertama haid terakhir.

• Himpunan kedokteran Fetomaternal POGI


(2005)  persalinan preterm adalah persalinan
yang terjadi pada usia kehamilan 22-37 minggu.
Epidemiologi
Pemicu obstetri yang mengarah pada PPI antara lain:
• Persalinan atas indikasi ibu ataupun janin, baik
dengan pemberian induksi ataupun seksiosesarea
• PPI spontan dengan selaput amnion utuh
• PPI dengan pecah ketuban dini

Terlepas apakah akhirnya dilahirkan pervaginam atau


melalui seksio sesarea
Sekitar 30-35% dari PPI berdasarkan indikasi, 40-45%
PPI terjadi secara spontan dengan selaput amnion utuh,
dan 25-30% PPI yang didahului ketuban pecah dini
(Harry dkk, 2010)
Etiologi
Penyebab persalinan preterm multifaktorial dan sesuai dengan
usia kehamilan,yaitu:

• Perdarahan desidua (misalnya abrupsio plasenta ),


• Distensi berlebih uterus (misalnya, pada kehamilan multipel atau
polihidramnion),
• Inkompetensi serviks (misalnya, trauma dan cone biopsy),
• Distorsi uterus (misalnya, kelainan duktus Mullerian atau fibroid uterus),
• Radang leher rahim (misalnya, akibat vaginosis bakterialis atau trikomonas),
• Demam/inflamasi maternal (misalnya akibat infeksi asenden dari traktus
genitourinaria atau infeksi sistemik),
• Perubahan hormonal, yaitu aktivasi aksis kelenjar hipotalamus-hipofisis-
adrenal, baik pada ibu maupun janin (misalnya, karena stres pada ibu atau
janin), dan
• Insufisiensi uteroplasenta (misalnya, hipertensi, diabetes tipe I,
penyalahgunaan obat, merokok, atau konsumsi alkohol).
Faktor Risiko
Janin dan Plasenta Ibu
 Perdarahan trimester awal  Penyakit berat pada ibu
 Perdarahan antepartum  Diabetes mellitus
(plasenta previa, solusio  Preeklamsia/Hipertensi
plasenta, vasa previa)  Infeksi saluran kemih/ genitalia/intrauterine
 Ketuban Pecah Dini (KPD)  Penyakit infeksi dengan demam
 Pertumbuhan Janin  Stress psikologik
Terhambat  Kelainan bentuk uterus/ serviks
 Cacat bawaan janin  Riwayat persalinan preterm/ abortus berulang
 Kehamilan ganda/gemeli  Inkompetensi serviks (panjang serviks kurang dari 1 cm)
 Polihidroamnion  Pemakaian obat narkotik
 Trauma
 Perokok berat
 Kelainan imunologi/kelainan rhesus
Patogenesis
Manifestasi Klinis
• Kontraksi yang berulang sedikitnya 7-8 menit sekali, atau
2-3 kali dalam waktu 10 menit.
• Adanya nyeri pada punggung bawah (low back pain)
• Perdarahan bercak
• Perasaan menekan daerah serviks
• Pemeriksaan serviks menunjukkan telah terjadi
pembukaan sedikitnya 2 cm, dan penipisan 50-80%
• Presentasi janin rendah, sampai mencapai spina iskiadika
• Selaput ketuban pecah dapat merupakan tanda awal
terjadinya persalinan preterm
• Terjadi pada usia kehamilan 22-37 minggu
Diagnosis
Menurut American Academy of Pediatrics dan The American
College of Obstetricians and Gynecologists (1997):
• Kontraksi terjadi dengan frekuensi 4x dalam 20 menit atau 8x
dalam 60 menit diikuti perubahan progresif pada serviks.
• Dilatasi serviks > 1 cm.
• Pendataran serviks 80% atau lebih

Beberapa indikator dapat dipakai untuk meramalkan


terjadinya persalinan preterm, sebagai berikut:
• Indikator klinik
• Indikator laboratorik
• Indikator biokimia
Komplikasi
Partus prematurus imminens menyebabkan 70% kematian
prenatal/ neonatal, serta menyebabkan morbiditas jangka pendek/
jangka panjang.

Morbiditas jangka pendek diantaranya:


• Respiratory distress syndrome
• Displasia bronkopulmoner
• Sepsis

Morbiditas jangka panjang diantaranya:


• Gangguan perkembangan
• Serebrals palsi
• Seizzure disorder
• Kebutaan
Pencegahan
Beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah
persalinan preterm yaitu:

• Hindari kehamilan pada ibu terlalu muda (kurang dari 17 tahun)


• Hindari jarak kehamilan terlalu dekat
• Menggunakan kesempatan periksa hamil dan memperoleh
pelayanan antenatal yang baik
• Anjuran tidak merokok maupun mengonsumsi obat terlarang
(narkotik).
• Hindari kerja berat dan perlu cukup istirahat.
• Obati penyakit yang dapat menyebabkan persalinan preterm.
• Kenali dan obati infeksi genital/saluran kencing.
• Deteksi dan pengamanan faktor risiko terhadap persalinan preterm
Tatalaksana
Beberapa langkah yang dapat dilakukan pada PPI, terutama untuk mencegah
morbiditas dan mortalitas neonates preterm:
• Menghambat proses persalinan preterm dengan pemberian tokolitik, selain
itu pasien perlu membatasi aktivitas/ tirah baring serta menghindari aktivitas
seksual.
• Akselerasi pematangan fungsi paru janin dengan kortikosteroid.
• Bila perlu pencegahan infeksi dengan antibiotik.
A. Tokolitik  (contoh oalasan pemberian tokolisis adalah:
• mencegah mortalitas dan morbiditas pada bayi prematur.
• memberi kesempatan bagi terapi kortiko untuk menstimulasi surfaktan paru janin.
• optimalisasi personil.
B. Akselerasi pematangan fungsi paru  terapi kortikosteroid untuk pematangan
surfaktan paru janin, menurunkan risiko respiratory distress syndrome (RDS),
mencegah perdarahan intraventicular, necrosisting enterocolitis dan ductus arteriosus,
yang akhirnya menurunkan kematian neonates (kortikosteroid diberikan pada usia
janin < 35 minggu). Obat: Dexamethasone / Betametasone.
C. Antibiotika  menurunkan angka kejadian korioamnionitis dan sepsis
Cara Persalinan
• Masih banyak kontroversi dalam persalinan kurang bulan seperti:
apakah sebaiknya persalinan berlangsung pervaginam atau
seksio sesarea terutama pada berat janin rendah dan
preterm sungsang, pemakaian forceps untuk melindungi
kepala janin, dan apakah ada manfaat dilakukan episiotomi
• Bila janin presentasi kepala diperbolehkan partus
pervaginam.
• Prematuritas bukan merupakan indikasi untuk dilakukan SC!
• Pada kehamilan letak sungsang pada usia 30-34 minggu, SC
dapat dipertimbangkan. Usia kehamilan > 34 minggu, persalinan
dibiarkan terjadi karena morbiditas dianggap sama dengan
kehamilan aterm.
Kesimpulan
• Seorang Nyonya berusia 19 tahun, G1P0A0 hamil 35 minggu
datang dengan keluhan ketuban pecah sejak 3,5 jam sebelum
masuk rumah sakit. Kencang-kencang dirasakan jarang. Hari
pertama haid terakhir pasien 24 Februari 2017. Berdasarkan
perhitungan HPHT, didapatkan hari perkiraan lahir 1 Desember
2017. Dari pemeriksaan VT belum ditemukan pembukaan. Pada
pasien dilakukan injeksi dexamethasone untuk pematangan paru
dan cefotaxim sebagai antibiotik pencegahan infeksi pada janin.
Setelah dilakukan injeksi, kehamilan dipertahankan hingga muncul
tanda-tanda persalinan hingga pasien dapat lahir prematur spontan.

• Secara umum, penegakan diagnosis, alur penatalaksanaan sudah


sesuai dengan literatur yang ada. Prognosis pada pasien ini
berdasarkan perjalanan penyakit dan penatalaksanaan yang telah
didapatkan adalah bonam.
Thank You

Bayi Ny. Mifty


(Lahir Spontan)
Jenis Kelamin: Perempuan
(Tgl 29 Oktober 2017, Pukul 08.25 WIB)
BBL: 3000 gr, PB: 47 cm, LK: 31, LD: 32

Anda mungkin juga menyukai