Anda di halaman 1dari 39

Makalah Tutorial

Blok Forensik - Kasus Visum Mati

Pembimbing Tutorial :

Dr. Mila Citra

Oleh :

Atika Rinda Saleh 131.0211.014 Farah Nurul Diniyati 131.0211.097


Harumi Kusuma Wardani 131.0211.015 Sekar Dwiati 131.0211.112
Christian Rivandika 131.0211. 024 Putri Hardyanti 131.0211.142
Wiraga Adi Nugraha 131.0211.036 Anastasia S Ratu Langie 131.0211.143
Riga Medina 131.0211.088 Nida Nabila Rahmah 131.0211.157

Damas Hendriansyah 131.0211.185

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA

2016
BAB I

Pendahuluan

1.1 Kata Pengantar


Assalamualaikum Wr. Wb.
Segala puji bagi Allah SWT pencipta semesta alam, karena berkat rahmat dan ridho-Nya,
kami, kelompok tutorial B2 telah sampai pada penghujung Blok Forensik. Kami segenap
anggota tutorial B2 mengucapkan banyak terimakasih atas pembimbing tutorial kami, dalam
bimbingannya selama ini sehingga kami dapat mendapatkan lingkungan belajar yang
kondusif, menyenangkan, dan edukatif selama berada dalam blok ini. Makalah kasus visum
mati ini sejatinya merupakan intisari dari pembelajaran yang telah kami dapatkan dan kiranya
dapat dijadikan panduan untuk pembelajaran visum jenazah kedepannya. Mohon maaf
apabila dalam pembuatan makalah banyak terdapat kesalahan yang tidak kami sengaja,
karena kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT.
Waalaikumsalam Wr. Wb

Jakarta, 10 Oktober 2016


Hormat Kami

Penulis
BAB II

ISI

KASUS 2-VISUM MATI

Overview

 Alex seorang mahasiswa FK UPN “veteran” Jakarta sedang stase forensic sedang
mencari-cari referensi untuk tugas referat forensic, Alex membaca berita kasus
pembunuhan di website metrotvnews.com, dengan isi artikel sebagai berikut:
 Irwan Alexander (IA) dan Desi Ekasari (DE) berkenalan lewat jejaring pertemanan
facebook. Sebulan intensif bertukar cerita lewat facebook
 IA mengajak DE bertatap muka sekaligus melamar DE. Tapi DE tak pernah sampai ke
rumah keluarga IA, DE (21 tahun) “dihabisi” setelah sebelumnya diperkosa di semak-
semak di daerah Kapuk Muara, sekitar pukul 23.00.
 Setelah mendapati korban tak bernyawa, pelaku lalu memasukkan kepala korban ke
dalam tanah seperti posisi menungging dengan kondisi setengah telanjang.
 Jasad DE ditemukan pertama kali oleh tukang sapu yang sedang membersihkan sampah
dipinggir jalan PIK, Senin (3/3). Penemuan itu kemudian disampaikan ke Suparman,
satpam PIK dan dilanjutkan ke Polsek Metro Penjaringan.
 Dari hasil forensic (Otopsy), korban sudah mati saat dicekik (terang suyudi). Ada kurang
lebih 8 tusukan. Dua di kepala, 3 di bagian leher, dan 3 di bagian perut.
 IA terancam hukuman seumur hidup karena dikenai pasal berlapis berupa pembunuhan
berencana, pencurian dengan kekerasan, dan pemerkosaan, kata Kapolsek Penjaringan
Ajun Komisaris Besar Suyudi Aryo Setyo di Jakarta.
 Setelah membaca artikel tersebut muncul pertanyaan pada diri alex, apakah kematian
mereka itu wajar atau tidak atau mungkin kasus ini diawali oleh kasus kekerasan seksual,
atau mereka mati karena asfiksia. Alex mulai mencari teori forensic tentang identifikasi
korban hidup dan mati kemudian menyusun Visum et Repertum, thanatology,
traumatology, toksikologi, kekerasan seksual, asfiksia apa ada hubungannya dengan
kasus tersebut.
Ketika Alex jaga IGD, dia melihat dokter forensic sedang membuat VER korban mati (mayat
tidak dikenal lainnya) sebagai berikut:

(VER terlampir)

Polisi meminta dokter membantu dalam proses penyidikan dan peradilan kasus kematian DE.
Disaat bersamaan di ruang forensic telah dilakukan otopsi pada korban wanita yang lain
berikut foto-foto hasil autopsinya.
Hasil pemeriksaan fisik:
Keadaan umum: mayat lebam kebiruan
Tanda Vital: -
Status Generalis:
Kepala: mata kanan lebam, tampak laserasi dahi kanan dengan tepi rata sudut lancip panjang 10
cm
THT: tampak bite mark pada daun telinga kiri, contussio diameter 1 cm, multiple pada region
colli, hidung terdapat bekuan darah
Thoraks: tampak laserasi dalam pada multiple pada areola mammae dextra et sinistra, bentuk
melingkar, warna agak kemerahan.
Abdomen: tampak vulnus laseratum posisi melintang panjang 20 cm dengan tepi rata dan sudut
lancip
Extremitas Atas: tampak bekas kuku di kedua lengan atas, dan pada kedua tangan tampak jejas
bekas ikatan
Extremitas Bawah: tampak contussio berwarna kekuningan pada medial region femur dextra et
sinistra
Pemeriksaan Genitalia:
Inspeksi: Laserasi pada labia minor, warna agak kemerahan.
RT: Robekan hymen pada jam 3-6-9, dengan bentuk robekan tidak teratur , dan mulai diliputi
jaringan ikat.
Inspekulo: laserasi yang agak kemerahan pada introitus vagina , secret pada forniks posterior.
TRAUMATOLOGI
Trauma tajam
Benda tajam seperti pisau, pemecah es, kapak, pemotong, dan bayonet menyebabkan luka yang
dapat dikenali oleh pemeriksa. Tipe lukanya akan dibahas di bawah ini :

Luka insisi
Luka insisi disebabkan gerakan menyayat dengan benda tajam seperti pisau atau silet. Karena
gerakan dari benda tajam tersebut, luka biasanya panjang, bukan dalam. Panjang dan kedalaman
luka dipengaruhi oleh gerakan benda tajam, kekuatannya, ketajaman, dan keadaan jaringan yang
terkena. Karakteristik luka ini yang membedakan dengan laserasi adalah tepinya yang rata.

Luka tusuk
Luka tusuk disebabkan oleh benda tajam dengan posisi menusuk atau korban yang terjatuh di
atas benda tajam. Bila pisau yang digunakan bermata satu, maka salah satu sudut akan tajam,
sedangkan sisi lainnya tumpul atau hancur. Jika pisau bermata dua, maka kedua sudutnya tajam.
Penampakan luar luka tusuk tidak sepenuhnya tergantung dari bentuk senjata. Jaringan
elastis dermis, bagian kulit yang lebih dalam, mempunyai efek yang sesuai dengan bentuk
senjata. Harus dipahami bahwa jaringan elastis terbentuk dari garis lengkung pada seluruh area
tubuh. Jika tusukan terjadi tegak lurus garis tersebut, maka lukanya akan lebar dan pendek.
Sedangkan bila tusukan terjadi paralel dengan garis tersebut, luka yang terjadi sempit dan
panjang.

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi bentuk luka tusuk, salah satunya adalah reaksi
korban saat ditusuk atau saat pisau keluar, hal tersebut dapat menyebabkan lukanya menjadi
tidak begitu khas. Atau manipulasi yang dilakukan pada saat penusukan juga akan
mempengaruhi. Beberapa pola luka yang dapat ditemukan :
1. Tusukan masuk, yang kemudian dikeluarkan sebagian, dan kemudian ditusukkan
kembali melalui saluran yang berbeda. Pada keadaan tersebut luka tidak sesuai
dengan gambaran biasanya dan lebih dari satu saluran dapat ditemui pada jaringan
yang lebih dalam maupun pada organ.
2. Tusukan masuk kemudian dikeluarkan dengan mengarahkan ke salah satu sudut,
sehingga luka yang terbentuk lebih lebar dan memberikan luka pada permukaan kulit
seperti ekor.
3. Tusukan masuk kemuadian saat masih di dalam ditusukkan ke arah lain, sehingga
saluran luka menjadi lebih luas. Luka luar yang terlihat juga lebih luas dibandingkan
dengan lebar senjata yang digunakan.
4. Tusukan masuk yang kemudian dikeluarkan dengan mengggunakan titik terdalam
sebagai landasan, sehingga saluran luka sempit pada titik terdalam dan terlebar pada
bagian superfisial. Sehingga luka luar lebih besar dibandingkan lebar senjata yang
digunakan.
5. Tusukan diputar saat masuk, keluar, maupun keduanya. Sudut luka berbentuk ireguler
dan besar.
Jika senjata digunakan dengan kekuatan tambahan, dapat ditemukan kontusio minimal
pada luka tusuk tersebut. Hal ini dapat diindikasikan adanya pukulan
Panjang saluran luka dapat mengindikasikan panjang minimun dari senjata yang digunakan.
Harus diingat bahwa posisi tubuh korban saat ditusuk berbeda dengan pada saat autopsi. Posisi
membungkuk, berputar, dan mengangkat tangan dapat disebabkan oleh senjata yang lebih
pendek dibandingkan apa yang didapatkan pada saat autopsi. Manipulasi tubuh untuk
memperlihatkan posisi saat ditusuk sulit atau bahkan tidak mungkin mengingat berat dan adanya
kaku mayat. Poin lain yang perlu dipertimbangkan adalah adanya kompresi dari beberapa
anggota tubuh pada saat penusukan. Pemeriksa yang sudah berpengalaman biasanya ragu-ragu
untuk menentukan jenis senjata yang digunakan.
Pisau yang ditusukkan pada dinding dada dengan kekuatan tertentu akan mengenai tulang
rawan dada, tulang iga, dan bahkan sternum. Karakteristik senjata paling baik dilihat melalui
trauma pada tulang. Biasanya senjata yang tidak begitu kuat dapat rusak atau patah pada
ujungnya yang akan tertancap pada tulang. Sehingga dapat dicocokkan, ujung pisau yang
tertancap pada tulang dengan pasangannya.
Luka Bacok

Luka bacok dihasilkan dari gerakkan merobek atau membacok dengan menggunakan instrument
yang sedikit tajam dan relatif berat seperti kapak, kapak kecil, atau parang. Terkadang bayonet
dan pisau besar juga digunakan untuk tujuan ini. Luka alami yang disebabkan oleh senjata jenis
tersebut bervariasi tergantung pada ketajaman dan berat senjata. Makin tajam instrument makin
tajam pula tepi luka. Sebagaimana luka lecet yang dibuat oleh instrument tajam yang lebih kecil,
penipisan terjadi pada tempat dimana bacokan dibuat. Abrasi lanjutan dapat ditemukan pada
jenis luka tersebut pada sisi diseberang tempat penipisan, yang disebabkan oleh hapusan bilah
yang pipih. Pada instrumen pembacok yang diarahkan pada kepala, sudut besatan bilah
terkadang dapat dinilai dari bentuk patahan tulang tengkorak. Sisi pipih bilah bisa meninggalkan
cekungan pada salah satu sisi patahan, sementara sisi yang lain dapat tajam atau menipis. Berat
senjata penting untuk menilai kemampuannya memotong hingga tulang di bawah luka yang
dibuatnya. Ketebalan tulang tengkorak dapat dikalahkan dengan menggunakan instrumen yang
lebih berat. Pernah dilaporkan bahwa parang dapat membuat seluruh gigi lepas. Kerusakan
tulang yang hebat tidak pernah disebabkan oleh pisau biasa. Juga perlu dicatat kemungkinan
diakukannya pemelintiran setelah terjadi bacokan dan dalam upaya melepaskan senjata. Gerakan
tersebut, jika dilakukan dengan tekanan, dapat mengakibatkan pergeseran tulang, umumnya
didekat kaki-kaki luka bacok.
Efek utama dari luka tusuk, luka lecet, dan luka bacok adalah perdarahan. Disfungsi
karena kerusakan saraf di ekstremitas juga dapat dicatat. Luka tusuk yang dalam dapat mengenai
organ-organ dalam. intrumen teramat kecil yang menyebabkan luka tipe tusuk dapat
menyebabkan luka kecil yang dengan keelastisan dari jaringan normal dapat kembali tertutup
setelah intrumen dicabut, dan tidak ada darah yang keluar setelahnya. Pemecah es, awls, dan
hatpins diakui dapat menyebabkan luka jenis tersebut. Sebagimana telah didiskusikan pada
pembahasan luka tembak, bentuk alami terpotongnya arteri besar dan jantung oleh karena luka
tusuk menyebabkan perdarahan lebih lambat dibandingkan kerusakan yang sama yang
disebabkan luka tembak.
Pada keadaan tertentu, senjata yang tidak umum digunakan, menyebabkan luka tusuk,
lecet, atau bacok. Anak panah berburu yang setajam silet yang umumnya dipakai jarak jauh,
pernah juga dipakai untuk menusuk korban dengan tangan. Potongan tajam gelas, botol pecah,
dan objek gelas lain yang tajam terkdang dipakai sebagai senjata untuk merobek atau menusuk.
Pisau bedah, jarum jahit, dan tonggak tajam dapat digunakan sebagai senjata yang mematikan.
Beberapa catatan sebaiknya dibuat mengenai kerusakan yang tertutupi oleh instrumen
tajam yang dipakai sebagai sejata untuk menusuk. Jika pisau bermata dua atau sejata sejenis
digunakan, tepi pemotongan yang tajam menyebabkan sudut tajam atau robekan dengan kaki-
kaki bersudut akut. Senjata bermata satu seringkali menyebabkan salah satu kaki luka bersudut
tajam dan yang satunya tumpul. Pemeriksaan pakaian korban penusukan dapat memeberi
perkiraan ciri-ciri senjata yang digunakan. Pemeriksaan tersebut menjadi sangat penting nilainya
apabila luka tusuk diperlebar oleh dokter bedah untuk tujuan menilai luka secara lebih akurat
untuk kepentingan medikolegal. Pemeriksaan ini juga penting untuk menilai apakah senjata
benar-benar menembus pakaian hingga kelapisan dibawahnya. Beberapa individu yang
menggunakan senjata tajam untuk bunuh diri dapat membuka sedikit bagian pakaiannya
sehingga tidak akan ditemukan robekan tembus pada pakaian. Tidak adanya kerusakan pada
pakaian yang dipakai oleh korban, padahal luka terdapat pada area yang tertutupi pakaian, dapat
menunjukkan bahwa kematian disebabkan masalah internal.
Terdapat 2 tipe luka oleh karena instrumen yang tajam dikenal dengan baik dan memiliki
ciri yang dapat dikenali dari aksi korban. ”tanda percobaan” adalah insisi dangkal, luka tusuk
atau luka bacok yang dibuat sebelum luka yang fatal oleh individu yang berencana bunuh diri.
Luka percobaan tersebut seringkali terletak paralel dan terletak dekat dengan luka dalam di
daerah pergelangan tangan atau leher. Bentuk lainnya antara lain luka tusuk dangkal didekat luka
tusuk dalam dan mematikan. Meskipun jarang sekali dilaporkan, luka bacok superfisial di kepala
dapat terjadi sebelum ayunan yang keras dan menyebabkan kehilangan kesadaran dan/atau
kematian.
Bentuk lain dari luka oleh karena instrumen yang tajam adalah ”luka perlawanan”. Luka
jenis ini dapat ditemukan di jari-jari, tangan, dan lengan bawah (jarang ditempat lain) dari korban
sebagaimana ia berusaha melindungi dirinya dari ayunan senjata, contohnya dengan
menggenggam bilah dari instrumen tajam.

THANATOLOGI

Thanatos : kematian
Logos : ilmu

Definisi :
Ilmu yang mempelajari tentang perubahan setelah kematian serta faktor-faktor yang
mempengaruhinya.

Hidup :
3 sistem vital berfungsi
1.Otak
2. Jantung
3. Paru

Kalau gagal salah satu --> semua gagal

Jenis-jenis mati :
1. Mati klinis
Terhentinya aktivitas 3 sistem vital : peredaran darah, pernafasan, sistem saraf secara permanen
(irreversibel)
2. Mati suri
Suspended animation = apparent death
Terhentinya aktivitas 3 sistem vital untuk sementara waktu (reversibel)
3. Mati seluler
- Terhentinya aktivitas sel secara permanen
- Terjadi setelah mati klinis
- Bervariasi untuk setiap organ
4. Mati otak
Terhentinya aktivitas otak secara permanen --> organ-organ lain masih “hidup”, dapat diambil
untuk transplantasi.

Manfaat Thanatologi
1. Pemastian kematian
2. Penentuan saat kematian --> Alibi
3. Transplantasi organ --> saat pengambilan organ
4. Penentuan sebab kematian --> keracunan
5. Rekonstruksi

Proses kematian
Dini :
- Otot lemas
- Napas stop
- Jantung / nadi stop
- Syaraf stop
- Anakan mata (pupil) membesar, tak bereaksi terhadap sinar
--> lebam mayat

Tanda kematian dini


- Tache noir (sclerotica) = bercak coklat menebal kering, adalah sklera yang kering
- Pupil midriasis
- Kornea keruh
- Tutup < 24 jam
- Buka 6 jam
- Oftalmoskop

Pada orang hidup kontinyu karena ada desakan darah. Mati : fragmentasi peredaran darah retina

Tanda pasti kematian


- Lebam mayat
Bagian bawah kebiruan
30 menit setelah meninggal
Algor mortis : penurunan suhu
- Kaku mayat
Otot menjadi kaku
1 - 2 jam setelah kematian

- Lilin mayat adiposera


- Kondisi basah
- Wanita, gemuk
--> utuh, seperti lilin, tengik
- Pembusukan
Kondisi sedang --> kembung, meleleh, bau busuk
- Mumifikasi
Kondisi kering, panas
Pria, kurus, anak
--> kering, utuh, tak berbau

Penurunan Suhu (Algor Mortis)


Prinsip :
- Sesaat setelah mati suhu tubuh dipertahankan beberapa saat
- Kemudian terjadi penurunan suhu sampai suhu sama suhu lingkungan --> pola bentuk
sigmoid

Suhu normal :
Oral : 97 - 99oF
Rectal : 99 - 100oF

Pola Penurunan Suhu


1. Kecepatan penurunan
0 - 12 jam : 1,5oF/jam
12 - 18 jam : 1,0oF/jam
2. Rumus Moritz
Waktu postmortem (Jam) =
98,6oF - T Rectal
1,5

Hal-hal yang mempengaruhi


1. Penyakit :
- CHF, tirotoksikosis (chronic heart failure), infeksi, perdarahan intraserebral --> suhu
lebih tinggi, penurunan lebih cepat
- Hipothermia --> suhu penurunan lebih landai
2. Aktivitas premortal
3. Suhu dan lingkungan
4. Lingkungan :
Rias - aliran udara - paparan sinar matahari
5. Kondisi yang bersangkutan :
- Pakaian
- Posisi tubuh
- Bentuk tubuh
- Jenis kelamin
- Usia

Saddle death / Morse d’Amor, faktor predisposisi :


Terjadi :
1. Setelah makan
2. Setelah minum alkohol
3. Bukan dengan istri
4. Bukan di tempat familiar (di luar rumah)

Interpretasi algor mortis


1. Tanda pasti kematian
2. Saat kematian (perkiraan)

Lebam Mayat (Livor Mortis)


- Post mortem lividity
- Post mortem hypostatis

LEBAM MAYAT

Definisi
Perubahan warna menjadi ungu kemerahan pada posisi terendah turun akibat penumpulkan darah
dalam pembuluh darah kecil akibat gravitasi.

Lebam mayat dapat berpindah, kalau belum lama.


Beda dengan hematom

Pola perubahan lebam mayat


1/2 - 2 jam : mulai muncul
ditekan --> hilang “pindah”

8 - 12 jam : lebam mayat sudah fixed


ditekan tidak hilang
tidak bisa “pindah”

Busuk cepat : fiksasi lebih dini


Lingkungan dingin : fiksasi lambat (12 - 24 jam)

Bentuk lebam mayat :


1. Bercak ungu kemerahan
2. Petekiae --> tete de negre
3. Purpura
Intepretasi lebam mayat :
1. Tanda pasti kematian
2. Rekontruksi --> posisi saat lebam mayat dibentuk
3. Penyebab kematian
- Asfiksia
Jantung --> lebam mayat luas gelap
- Keracunan CO
Keracunan Cn --> lebam mayat merah terang
- Keracunan nitrit
Meth. Hb. emia --> lebam mayat coklat
Kasus biskuit beracun, tertukar Na Bicarbonat dengan Na Nitrit, Hb --> meth Hb (Ferro - Ferri)
- Keracunan H2S --> lebam mayat hijau
4. Perkiraan saat kematian

Kaku Mayat
- Post mortem rigidity

Definisi
Suatu kekakuan permanen pada otot yang terjadi setelah kematian

Prinsip terjadinya :
- Awal kematian
ATP dalam otot --> otot masih lemas dan “fungsional”
(Prymary relaxation)
- Lalu :
ATP habis --> terbentuk kompleks aktin miosin permanen --> otot kaku tetapi panjang tetap
(rigor mortis)
- Saat pembusukan
Kompleks aktin miosin hancur --> rigor mortis hilang
Perubahan Kekakuan Otot Setelah Kematian

Pola perubahan rigor mortis :


- Rigor mortis serentak terjadip ada semua otot dengan kecepatan sama
- Tetapi muncul lebih jelas pada otot kecil sehingga urutan muncul dari luar ke dalam
(seolah-olah)

- Rigor mortis menghilang dengan urutan sama


- Rigor mortis cepat datang --> cepat hilang

Rigor mortis cepat muncul dan kuat :


- Penyakit dan lingkungan yang meningkatkan suhu tubuh --> infeksi
- Kejang
- Keracunan striknin
- Tenggelam
- Bayi - anak

Rigor mortis lambat dan lemah :


- Orang kurus, lemah

Interpretasi rigor mortis :


1. Tanda pasti kematian
2. Perkiraan saat kematian
3. Rekonstruksi posisi
4. Saat rigor mortis terbentu, perubahan posisi

Diagnosis banding :
1. Kadaverin spasme

Kaku mayat tanpa relaksasi primer terjadi pada :


1. Pembunuhan
2. Tenggelam --> hidup pada saat tenggelam
3. Bunuh diri (kadaverin spasme)

Pembusukan (decomposition)
Definisi :
Proses penghancuran jaringan yang terjadi setelah mati akibat :
1. Proses kimiawi aseptik oleh enzim intraseluler (lisozym)
2. Proses pembusukan bakteri GI Tract dan fermentasi (putrefection)

Perubahan pada pembusukan


1. Dini : 24 - 30 jam
Abdomen bawah : kehijauan (terutama kanan)
2. Hijau menjalar ke :
Kepala - leher - bahu
Muka gembung
“Marlding”, gangguan pembuluh darah - hijau hitam
3. Seluruh tubuh gembung
Vesikel - bula
Skin slipage
Hair slipage
Kulit hijau hitam
Cairan

Lilin Mayat (Adiposera)


Definisi :
Perubahan postmortem lanjut berupa jaringan lunak berlemak berwarna kelabu putih sampai
coklat, berbau tengik.

Prinsip terjadinya :
Lingkungan
- Basah / air
- Hangat

Asam lemak tak jenuh

Lipase endogen
enzim dari cl. perfringens

Asam lemak jenuh : oleat, palmitat, stearat


- Keruh
- Kenyal
- Keras
- Lengket
Tahan pembusukan kuman dan bakteri --> luka utuh?

Interpretasi adiposera :
1. Tanda post kematian
2. Petunjuk kekerasan

Mumifikasi
1. Mumifikasi buatan
Mayat diasap / diberi bahan kimia --> kering, awet
2. Mumifikasi alamiah
- Suhu tinggi
- Kelembaban rendan
- Ventilasi baik
- Kurang air
- Muda
- Mayat tidak busuk
- Mayat utuh
--> sel / jaringan kering, kaku keras, awet coklat
Interpretasi :
1. Tanda pasti kematian

Pada tingkat DNA :


- Cepat busuk : hepar
- Lambat busuk
- Otak
- Paru
- KGB / Lien
- Otot psoas dan myokard
- Ginjal
- Tulang - gigi

CEDERA DAN KEMATIAN AKIBAT TRAUMA

KUHAP 351
(1) Penganiayaan diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan atau
pidana Rp. 4.000,-
(2) Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah diancam dengan pidana enjara
paling lama lima tahun
(3) Jika mengakibatkan mati, diancam dengan pidana penjara paling lama 7 tahun
(4) Dengan penganiayaan disamakan dengan sengaja merusak kesehatan

KUHAP Pasal 352


Penganiayaan ringan adalah penganiayaan yang tidak menimbulkan sakit atau halangan dalam
melakukan pekerjaan

Niat
- Sengaja (dolus)
- Penganiayaan
- Penganiayaan berat
- Pembunuhan
Bisa dilihat dari persiapannya. Misalnya alat yang digunakan : golok, pemukul, tangan kosong
- Lalai (culpa)
- Culpa lata
- Culpa lvis
- Kecelakaan

Hasil
- Luka ringan
- Luka sedang
- Luka berat
- Mati

KUHP 90
Luka berat adalah :
1. Luka yang tidak dapat sembuh sempurna atau mendatangkan bahaya maut
2. Kehilangan salah satu indera
3. Lumpuh
4. Kudung (cacat berat) --> amputasi (terpotong salah satu anggota badan, tidak termasuk
gigi)
5. Tidak dapat berpikir lebih 4 minggu
6. Keguguran
7. Halangan menetap dalam melakukan pekerjaan

No. 7. tidak dapat diniolai dokter, tetapi oleh pengadilan. Kita dapat memberikan keterangan
diagnostik aspek medis.

Pembagian trauma berdasarkan penyebab


1. Mekanik :
Tajam : tusuk, bacok, iris
Tumpul : memar, lecet, luka terbuka, fraktur, ruptur, intrakranial
Sejata api : luka tembak
II. Fisik :
Panas, dingin, listrik, percepatan, tekanan, radiasi, akustik
III. Kimia : korosi
Asam
Basa

TRAUMA JATAM
Pisau, kaca, sembilu

Luka terbuka : v. scissum


- Bentuk garis (bisa lurus/lengkung)
- Tepi rata (dinding rata)
- Dasar garis / titik
- Sekitar tampa membar / lecet
- Folikel rambut terpotong

Luka tusuk :
2 sudut lancip : mata 1, mata 2
1 sudut tumpul : mata 1

Panjang luka :
- Lebar pisau maksimal yang masuk

Pembunuhan (40% trauma tajam)


- Pakaian kena
- Luka tangkis (biasanya tangan kiri)
- Letak sembarang

Pada kasus yang diayun seperti ini, panjang luka tidak selebar pisau, tetapi jauh lebih lebar.
Bunuh diri, jarang sekali :
- Luka percobaan (tentative wound)
- Pergelangan tangan
- Leher
- Letak terjangkau
- Pakaian tak kena

Tentative wound
- Luka-luka bentuk garis-garis percobaan bunuh diri pada pergelangan tangan

Ketahanan
- Terantung organ yang terkena
- Pembuluh nadi besar
- Jantung
- Otak

--> Cepat hilang sadar


- Paru, perut --> lebih tahan lama

Paling fatal terkena bilik kiri


Kalau arah sejajar serabut, maka akan lembih lama bertahan.

TRAUMA TUMPUL
Memar :
- Perdarahan subdermis / supedermis
- Epidermis utuh, kadang + edema

Marginal Haemorrhage (Rail Way)


- Dua garis sejajar
- Tepi darah impak
Misalnya : dipukul rotan, jejas ban
Hematoma palpebrae :
- Impak di palpebrae
- Impak di dahi
- Impak di orbita

Warna :
- Biru - hijau - coklat
- Kuning - hilang
Waktu : tergantung intensitas

Kalau disekitarnya sudah ada warna kuningnya dipastikan > 18 jam (umur lukanya)

Memar vs lebam
Iris - siram air
- Memar : warna tetap
- Lebam : warna menghilang

Luka lecet : ceder epidermis

Lecet tekan :
Kalau epidermis tertekan ke bawah (pada korban hidup tidak kelihatan, misalnya pada
pemukulan)
Kalau mati, daerah tersebut akan mengalami penguapan lebih cepat --> pengeringan lebih cepat -
-> berwarna coklat dan perabaan keras

Khas :
- Cekik : bentuk lengkung (apabila menggunakan kuku)
- Jerat
- Gigit --> dapat untuk identifikasi
Lecet geser : arah ?
- Awal : batas jelas
- Arah serabut
--> epidermis teregang dan tergeser

Lecet regang, garis kulit


Terutama pada kepala dimana bawahnya tulang, kalau dipukul dengan benda berbentuk garis
maka akan terbentuk garis.

Luka terbuka : v. laseratum


Ciri :
- Kebalikan dari v. scissum
- Bentuk tidak tertentu
- Tepi tidak nyata
- Dasar tidak beraturan
- Sekitar : memar / lecet
- Jembatan jaringan

Fraktura : tidak khas kecuali pada tulang pipih


Garis fraktur kedua, berhenti pada garis fraktur pertama.
Bersamaan : saling potong

Ruptur alat dalam :


- Tidak harus ada luka di kulit
- Akibat :
- Tekanan
- Pukulan
- Patahan tulang

Subdural / subarachnoid :
Sinus, bridging vein, fokus laserasi / memar
Spontan : leukemia, CO, tumor, infeksi tertentu

“Delayed” pada subdrual effusion

Kontusio : memar jaringan


Komosio : kelainan (-)

Laserasi otak
Sembab otak : penyebab yang mengakibatkan kematian

Kematian :
Perdarahan / tekanan pada pusat-pusat vital

Contra coup :
Cedera otak sisi kontralateral

Penyebab contra coup :

Teori : Kepala bergerak dan jatuh --> dikembangkan 1920-an


Gerak otak lebih lambat daripada kepala.
Saat impak, otak sisi kontra terkena gaya positif :
- Akselerasi
- Dorongan LCS
- Tekanan tulang

Kelemahan :
Tidak bisa jelaskan :
- Mengapa tidak pernah di oksipitat ?
- Kenapa ada cedera yang difus ?
Teori II (Kepala boleh diam)
Hasil dari percobaan ilimiah terhadap benda berongga berisi cairan (kepala) :
Saat impak,
- Sisi impak : tekanan positif
- Sisi kontra : tekanan negatif
Dua-duanya dapat mengakibatkan cedera (tekanan negatif lebih pada lebih 1 Atm)

Kontribusi trauma tumpul :


- Pembunuhan : 20 - 30%
- Bunuh diri : sangat jarang
- Kecelakaan : sering, kecelakaan lalu lintas

Ketahanan : organ yang kena


Misalnya :
- Kontusio otak
- Ruptur jantung

TRAUMA TUMPUL KEPALA


Fraktur atap tengkorak
- Benda kecil menekan
Fraktur depresi / komprsi
- Benda kecil, cepat
Fraktur radier
- Benda kecil, sangat cepat
Fraktur bentuk lubang
- Tubuh bergerak, benda tajam :
Fraktur linier

Perdarahan Intra Cranial :


Epidural :
- a. meningea media
- Dewasa :
- Temporal 50%
- Oksipital 10 - 15%
- Tak harus fraktur

Hal-hal khusus :

Fraktur basis kranii :


- Gaya langsung
- Gaya rambatan dari rahang

Fraktur cincin sekitar foramen magnum :


- Gaya dari atap (atas)
- Gaya dari bawah (vertebra)
- Benda cukup luas

Fraktur kompresi vertebra :


- Gaya dari atas ke bawah atau sebaliknya
- Sering pada kecelakaan pesawat udara

LUKA BAKAR
Api :
- Derajat bisa lebih dari 2
- Rambut terbakar

Cairan panas : derajat maksimal 3

Mati dengan luka bakar luas :


- Hidup --> terbakar --> mati ?
- Mati --> terbakar ?
- Pingsan --> terbakar --> mati ?
Lihat :
- Jelaga di saluran napas
- Saturasi CO-Hb

Pikirkan kenapa tidak “escape” ?

Luka / perdarahan : saturasi CO-Hb sebelum / sesudah terbakar.

CO sangat tinggi, mati sangat cepat kerusakan defusi alveolar akut, sehingga CO-Hb rendah.

Poseudoepidural Hematoma ?
Epidural palsu Asli
Bilateral Kenyal
Diffuse Unilateral
Tipis, granuler, Terlokal
rapuh
Coklat Merah ungu
Letak sembarang Temporal / oksipital
Cedera CNS (-) (-)
LUKA TEMBAK
Tipe Colt : arah perjalanan peluru ke kiri

Fungsi utama proses peradilan pidana, mencari kebenaran sejauh yang dapat dicapai oleh
manusia, dan tanpa harus mengorbankan hak dari tersangka atau terdakwa.

Proses penegakan hukum dan keadilan --> upaya ilmiah


Bukan common sense / non spesifik

Pasal 15 KUHAP
Empat tingkat acara pidana
1. Tahap penyidikan --> POLRI
2. Tahap penuntutan --> JPU
3. Tahap pemeriksaan
di sidang pengadilan --> Hakim
4. Tahap pelaksanaan
putusan pengadilan --> jaksa + LP

Tujuan dan Kewajiban Ilmu Kedokteran Forensik

Ilmu Kedokteran Ilmu Kedokteran


Umum Forensik
Menyembuhkan Membantu
peradilan
Mengurangi
Menghibur

Pasien Barang bukti


Hasrat Logika
Intuisi Tanpa emosi
Subjektif Objektif

Menyimpan rahasia Membuka rahasia


kedokteran kedokteran

Kepentingan umum Kepentingan


pasien penegakan keadilan

Yang tidak boleh diberitahukan kepada pers :


- Saat kematian
- Jenis senjata
Kejelasan yang diperlukan pada kasus luka tembak:
1. Luka tembak ?
- Luka tembak masuk (LTM)
- Luka tembak keluar (LTK)
2. Arah tembakan
3. Jarak tembakan
4. Diameter peluru
- Kaliber senjata api
- Jenis senjata api
- Perkiraan polisi
5. Sebab kematian

Luka Tembak Masuk


LTM lubang lebih kecil daripada LTK
Peluru
- Luka terbuka
- Bundar
- Lecet
- Kelim lecet
- Kelim lemak
Oleh karena senjata sering dibersihkan, minyak menempel di peluru, kena korban -->
menentukan sejata terawat baik / tidak

Mesiu
- Asap --> kelim jelaga, karena mesiu terbakar --> luka tembak sangat dekat (25 - 30cm)
- Butir-butir mesiu --> kelim tato
--> luka tembak jarak dekat (50 - 60 cm)

Api
--> kelim api
Terbakar dekat moncong (15 cm)

Ujung laras (moncong)


--> jejas laras

- Kelim kesat Sangat dekat


- Kelim lecet 25 - 30 cm
- Jelaga
- Kelim tato

- Lubang luka Dekat


- Kelim kesat 50 - 60 cm
- Kelim lecet
- Kelim tato

- Hanya lubang luka Jauh


- Kelim lecet > 50 - 60 cm

Jarak Tembak
Berdasarkan sifat luka, merupakan luka tembak jarak jauh, tetapi dapat pula merupakan luka
tembak jarak dekat dengan penghalang.

Lebar kelim lecet menentukan arah peluru.


Syarat : harus ada 2 sisi yang sama

Diameter anak peluru

Diameter peluru : dari lubang + lebar kelim lecet, tegak lurus arah
Keberhasilan pemeriksaan : berhasil tergantung :
1. Saat pemeriksaan
--> biasanya diperlambat
2. Keaslian barang bukti --> misalnya jelaga dihapus
3. Teknik pereaksi
Pemeriksaan misalnya perkosaan : di fornix posterior
4. Koordinasi

Luka tembak keluar tidak ada kelimnya !


ASFIKSIA

Defenisi Asfiksia
Asfiksia adalah suatu keadaan yang ditandai dengan terjadinya gangguan pertukaran udara
pernapasan, mengakibatkan oksigen darah berkurang (hipoksia) disertai dengan peningkatan
karbon dioksida (hiperkapnea). Dengan demikian organ tubuh mengalami kekurangan oksigen
(hipoksia hipoksik) dan terjadi kematian

Etiologi Asfiksia
Dari segi etiologi, asfiksia dapat disebabkan oleh hal berikut:
1. Penyebab alamiah, misalnya penyakit yang menyumbat saluran pernapasan seperti laringitis
difteri atau menimbulkan gangguan pergerakan paru seperti fibrosis paru.

2. Trauma mekanik yang menyebabkan asfiksia mekanik, misalnya trauma yang mengakibatkan
emboli udara vena, emboli lemak, pneumotoraks bilateral; sumbatan atau halangan pada saluran
napas dan sebagainya.

3. Keracunan bahan yang menimbulkan depresi pusat pernapasan, misalnya barbiturate dan
narkotika.
Penyebab tersering asfiksia dalam konteks forensik adalah jenis asfiksia mekanik, dibandingkan
dengan penyebab yang lain seperti penyebab alamiah ataupun keracunan

Fisiologi
Secara fisiologi dapat dibedakan 4 bentuk anoksia, yaitu:
1. Anoksia Anoksik (Anoxic anoxia)
Pada tipe ini O2 tidak dapat masuk ke dalam paru-paru karena:
- Tidak ada atau tidak cukup O2. Bernafas dalam ruangan tertutup, kepala di tutupi kantong
plastik, udara yang kotor atau busuk, udara lembab, bernafas dalam selokan tetutup atau di
pegunungan yang tinggi. Ini di kenal dengan asfiksia murni atau sufokasi.
- Hambatan mekanik dari luar maupun dari dalam jalan nafas seperti pembekapan, gantung diri,
penjeratan, pencekikan, pemitingan atau korpus alienum dalam tenggorokan. Ini di kenal dengan
asfiksia mekanik.
2. Anoksia Anemia (Anemia anoxia)
Di mana tidak cukup hemoglobin untuk membawa oksigen. Ini didapati pada anemia berat dan
perdarahan yang tiba-tiba. Keadaan ini diibaratkan dengan sedikitnya kendaraan yang membawa
bahan bakar ke pabrik.
3. Anoksia Hambatan (Stagnant anoxia)
Tidak lancarnya sirkulasi darah yang membawa oksigen. Ini bisa karena gagal jantung, syok dan
sebagainya. Dalam keadaan ini tekanan oksigen cukup tinggi, tetapi sirkulasi darah tidak lancar.
Keadaan ini diibaratkan lalu lintas macet tersendat jalannya.
4. Anoksia Jaringan (Hystotoxic anoxia)
Gangguan terjadi di dalam jaringan sendiri, sehingga jaringan atau tubuh tidak dapat
menggunakan oksigen secara efektif. Tipe ini dibedakan atas:
- Ekstraseluler
Anoksia yang terjadi karena gangguan di luar sel. Pada keracunan Sianida terjadi perusakan pada
enzim sitokrom oksidase, yang dapat menyebabkan kematian segera. Pada keracunan Barbiturat
dan hipnotik lainnya, sitokrom dihambat secara parsial sehingga kematian berlangsung perlahan.

- Intraselular
Di sini oksigen tidak dapat memasuki sel-sel tubuh karena penurunan permeabilitas membran
sel, misalnya pada keracunan zat anastetik yang larut dalam lemak seperti kloform, eter dan
sebagainya.

- Metabolik
Di sini asfiksia terjadi karena hasil metabolik yang mengganggu pemakaian O2 oleh jaringan
seperti pada keadaan uremia.

- Substrat
Dalam hal ini makanan tidak mencukupi untuk metabolisme yang efisien, misalnya pada
keadaan hipoglikemia.
Patologi
Dari pandangan patologi, kematian akibat asfiksia dapat dibagi dalam 2 golongan, yaitu:

1. Primer (akibat langsung dari asfiksia)


Kekurangan oksigen ditemukan di seluruh tubuh, tidak tergantung pada tipe dari asfiksia. Sel-sel
otak sangat sensitif terhadap kekurangan oksigen. Bagian-bagian otak tertentu membutuhkan
lebih banyak oksigen, dengan demikian bagian tersebut lebih rentan terhadap kekurangan
oksigen. Perubahan yang karakteristik terlihat pada sel-sel serebrum, serebellum, dan basal
ganglia.

Di sini sel-sel otak yang mati akan digantikan oleh jaringan glial, sedangkan pada organ tubuh
yang lain yakni jantung, paru-paru, hati, ginjal dan yang lainnya perubahan akibat kekurangan
oksigen langsung atau primer tidak jelas.

2. Sekunder (berhubungan dengan penyebab dan usaha kompensasi dari tubuh)


Jantung berusaha mengkompensasi keadaan tekanan oksigen yang rendah dengan mempertinggi
outputnya, akibatnya tekanan arteri dan vena meninggi. Karena oksigen dalam darah berkurang
terus dan tidak cukup untuk kerja jantung, maka terjadi gagal jantung dan kematian berlangsung
dengan cepat. Keadaan ini didapati pada:
- Penutupan mulut dan hidung (pembekapan).

- Obstruksi jalan napas seperti pada mati gantung, penjeratan, pencekikan dan korpus alienum
dalam saluran napas atau pada tenggelam karena cairan menghalangi udara masuk ke paru-paru.

- Gangguan gerakan pernafasan karena terhimpit atau berdesakan (Traumatic asphyxia).

- Penghentian primer dari pernafasan akibat kegagalan pada pusat pernafasan, misalnya pada
luka listrik dan beberapa bentuk keracunan.

Stadium Pada Asfiksia


Pada orang yang mengalami asfiksia akan timbul gejala yang dapat dibedakan dalam 4 stadium,
yaitu:
1. Stadium Dispnea
Terjadi karena kekurangan O2 disertai meningkatnya kadar CO2 akan merangsang pusat
pernafasan, gerakan pernafasan (inspirasi dan ekspirasi) bertambah dalam dan cepat disertai
bekerjanya otot-otot pernafasan tambahan. Wajah cemas, bibir mulai kebiruan, mata menonjol,
denyut nadi dan tekanan darah meningkat. Bila keadaan ini berlanjut, maka masuk ke stadium
kejang.

2. Stadium Kejang
Berupa gerakan klonik yang kuat pada hampir seluruh otot tubuh, kesadaran hilang dengan
cepat, spinkter mengalami relaksasi sehingga feses dan urin dapat keluar spontan. Denyut nadi
dan tekanan darah masih tinggi, sianosis makin jelas. Bila kekurangan O2ini terus berlanjut,
maka penderita akan masuk ke stadium apnoe.

3. Stadium Apnea
Korban kehabisan nafas karena depresi pusat pernafasan, otot menjadi lemah, hilangnya refleks,
dilatasi pupil, tekanan darah menurun, pernafasan dangkal dan semakin memanjang, akhirnya
berhenti bersamaan dengan lumpuhnya pusat-pusat kehidupan. Walaupun nafas telah berhenti
dan denyut nadi hampir tidak teraba, pada stadium ini bisa dijumpai jantung masih berdenyut
beberapa saat lagi.
Masa dari saat asfiksia timbul sampai terjadinya kematian sangat bervariasi. Umumnya berkisar
antara 3-5 menit.

Tanda Kardinal Asfiksia


Selama beberapa tahun dilakukan autopsi untuk mendiagnosis kematian akibat asfiksia, telah
ditetapkan beberapa tanda klasik, yaitu:

a. Tardieu’s spot (Petechial hemorrages)


Tardieu’s spot terjadi karena peningkatan tekanan vena secara akut yang menyebabkan
overdistensi dan rupturnya dinding perifer vena, terutama pada jaringan longgar, seperti kelopak
mata, dibawah kulit dahi, kulit dibagian belakang telinga, circumoral skin, konjungtiva dan
sklera mata. Selain itu juga bisa terdapat dipermukaan jantung, paru dan otak. Bisa juga terdapat
pada lapisan viseral dari pleura, perikardium, peritoneum, timus, mukosa laring dan faring,
jarang pada mesentrium dan intestinum.

b. Kongesti dan Oedema


Ini merupakan tanda yang lebih tidak spesifik dibandingkan dengan ptekie. Kongesti adalah
terbendungnya pembuluh darah, sehingga terjadi akumulasi darah dalam organ yang diakibatkan
adanya gangguan sirkulasi pada pembuluh darah. Pada kondisi vena yang terbendung, terjadi
peningkatan tekanan hidrostatik intravaskular (tekanan yang mendorong darah mengalir di dalam
vaskular oleh kerja pompa jantung) menimbulkan perembesan cairan plasma ke dalam ruang
interstitium. Cairan plasma ini akan mengisi pada sela-sela jaringan ikat longgar dan rongga
badan (terjadi oedema).

c. Sianosis
Merupakan warna kebiru-biruan yang terdapat pada kulit dan selaput lendir yang terjadi akibat
peningkatan jumlah absolut Hb tereduksi (Hb yang tidak berikatan dengan O2). Ini tidak dapat
dinyatakan sebagai anemia, harus ada minimal 5 gram hemoglobin per 100 ml darah yang
berkurang sebelum sianosis menjadi bukti, terlepas dari jumlah total hemoglobin.
Pada kebanyakan kasus forensik dengan konstriksi leher, sianosis hampir selalu diikuti dengan
kongesti pada wajah, seperti darah vena yang kandungan hemoglobinnya berkurang setelah
perfusi kepala dan leher dibendung kembali dan menjadi lebih biru karena akumulasi darah.

d. Tetap cairnya darah


Terjadi karena peningkatan fibrinolisin paska kematian. Gambaran tentang tetap cairnya darah
yang dapat terlihat pada saat autopsi pada kematian akibat asfiksia adalah bagian dari mitologi
forensik. Pembekuan yang terdapat pada jantung dan sistem vena setelah kematian adalah sebuah
proses yang tidak pasti, seperti akhirnya pencairan bekuan tersebut diakibatkan oleh enzim
fibrinolitik. Hal ini tidak relevan dalam diagnosis asfiksia

Tanda Khusus Asfiksia


Didapati sesuai dengan jenis asfiksia, yaitu:
a. Pada pembekapan, kelainan terdapat disekitar lobang hidung dan mulut. Dapat berupa luka
memar atau lecet. Perhatikan bagian di belakang bibir luka akibat penekanan pada gigi, begitu
pula di belakang kepala atau tengkuk akibat penekanan.

Biasanya korban anak-anak atau orang yang tidak berdaya. Bila dilakukan dengan bahan halus,
kadang-kadang sulit mendapatkan tanda-tanda kekerasan.

b. Mati tergantung. Kematian terjadi akibat tekanan di leher oleh pengaruh berat badan sendiri.
Kesannya leher sedikit memanjang, dengan bekas jeratan di leher. Ada garis ludah di pinggir
salah satu sudut mulut.
Bila korban cukup lama tergantung, maka lebam mayat didapati di kedua kaki dan tangan.
Namun bila segera diturunkan, maka lebam mayat akan didapati pada bagian terendah tubuh.
Muka korban lebih sering pucat, karena peristiwa kematian berlangsung cepat, tidak sempat
terjadi proses pembendungan.
Pada pembukaan kulit di daerah leher, didapati resapan darah setentang jeratan, demikian juga di
pangkal tenggorokan dan oesophagus. Tanda-tanda pembendungan seperti pada keadaan asfiksia
yang lain juga didapati. Yang khas disini adalah adanya perdarahan berupa garis yang letaknya
melintang pada tunika intima dari arteri karotis interna, setentang dengan tekanan tali pada
leher.
Tanda-tanda diatas tidak didapati pada korban yang digantung setelah mati, kecuali bila dibunuh
dengan cara asfiksia. Namun tanda-tanda di leher tetap menjadi petunjuk yang baik.

Pemeriksaan Jenazah
a. Pada pemeriksaan luar jenazah dapat ditemukan (Ilmu Kedokteran Forensik, 1997):
1. Sianosis pada bibir, ujung-ujung jari dan kuku.
2. Pembendungan sistemik maupun pulmoner dan dilatasi jantung kanan merupakan tanda klasik
pada kematian akibat asfiksia.
3. Warna lebam mayat merah-kebiruan gelap dan terbentuk lebih cepat. Distribusi lebam mayat
lebih luas akibat kadar karbondioksida yang tinggi dan aktivitas fibrinolisin dalam darah
sehingga darah sukar membeku dan mudah mengalir.
4. Terdapat busa halus pada hidung dan mulut yang timbul akibat peningkatan aktivitas
pernapasan pada fase 1 yang disertai sekresi selaput lendir saluran napas bagian atas. Keluar
masuknya udara yang cepat dalam saluran sempit akan menimbulkan busa yang kadang-kadang
bercampur darah akibat pecahnya kapiler.
Kapiler yang lebih mudah pecah adalah kapiler pada jaringan ikat longgar, misalnya pada
konjungtiva bulbi, palpebra dan subserosa lain. Kadang-kadang dijumpai pula di kulit wajah.
Gambaran pembendungan pada mata berupa pelebaran pembuluh darah konjungtiva bulbi dan
palpebra yang terjadi pada fase 2. Akibatnya tekanan hidrostatik dalam pembuluh darah
meningkat terutama dalam vena, venula dan kapiler. Selain itu, hipoksia dapat merusak endotel
kapiler sehingga dinding kapiler yang terdiri dari selapis sel akan pecah dan timbul bintik-bintik
perdarahan yang dinamakan sebagai Tardieu’s spot.
Penulis lain mengatakan bahwa Tardieu’s spot ini timbul karena permeabilitas kapiler yang
meningkat akibat hipoksia.
b. Pada pemeriksaan dalam jenazah dapat ditemukan (Ilmu Kedokteran Forensik, 1997):

1. Darah berwarna lebih gelap dan lebih encer, karena fibrinolisin darah yang meningkat paska
kematian.

2. Busa halus di dalam saluran pernapasan.

3. Pembendungan sirkulasi pada seluruh organ dalam tubuh sehingga menjadi lebih berat,
berwarna lebih gelap dan pada pengirisan banyak mengeluarkan darah.

4. Petekie dapat ditemukan pada mukosa usus halus, epikardium pada bagian belakang jantung
belakang daerah aurikuloventrikular, subpleura viseralis paru terutama di lobus bawah pars
diafragmatika dan fisura interlobaris, kulit kepala sebelah dalam terutama daerah otot temporal,
mukosa epiglotis dan daerah sub-glotis.

5. Edema paru sering terjadi pada kematian yang berhubungan dengan hipoksia.

6. Kelainan-kelainan yang berhubungan dengan kekerasan, seperti fraktur laring langsung atau
tidak langsung, perdarahan faring terutama bagian belakang rawan krikoid (pleksus vena
submukosa dengan dinding tipis).

ASFIKSIA MEKANIK
Asfiksia mekanik adalah mati lemas yang terjadi bila udara pernapasan terhalang memasuki
saluran pernapasan oleh berbagai kekerasan (yang bersifat mekanik), , misalnya:
a. Penutupan lubang saluran pernapasan bagian atas, seperti pembekapan (smothering) dan
penyumbatan (gagging dan choking).
b. Penekanan dinding saluran pernapasan, seperti penjeratan (strangulation), pencekikan
(manual strangulation, throttling) dan gantung (hanging).
c. Penekanan dinding dada dari luar (asfiksia traumatik)

VeR DALAM KUHP

Dalam kitab undang-undang hukum Acara Pidana tidak dijumpai istilah Visum et
Repertum. Pasal 133KUHAP memakai istilah ‘surat keterangan ahli’ yang dibuat oleh spesialis
kedokteran forensic” atau “surat keterangan” bila dibuat oleh dokter umum atau dokter spesialis
lainny, adalah identic dengan Visum et Repertum.
Profesionalisme seorang dokterdapat dimunculkan pada kesimpulan Visum et Repertum
yang dapat menjadi pertimbangan penegak hokum.
Ada empat kualifikasi derajat yang dapat dipilih dokter:
1. orang yang bersangkutan tidak menjadi sakit atau mendapat halangan dalam melakukan
pekerjaan atau jabatan.
2.orang yang bersangkutan menjadi sakittetapi tidak ada halangan untuk melakukan pekerjaan
atau jabatan
3. orang yang bersangkutan menjadi sakitdan berhalangan untuk melakukan pekerjaan atau
jabatannya
4. Orang yang bersangkutan mengalami:
a. penyakit atau luka yang tidak dapat diharapkan akan sembuh
b. dapat mendatangkan bahaya maut
c. tidak dapat menajalankan pekerjaan
d. tidak dapat memakai salah satu panca indera.
e. terganggu pikiran lebih dari empat minggu.
f. keguguran.

Anda mungkin juga menyukai