Anda di halaman 1dari 26

PERAWATAN LUKA

“LUKA TUSUK”
Dosen Mata Kuliah : Dr. Baharudin Condeng.,SKM.M.Kes
Di Susun Oleh Kelompok 2
Jumriana
Intan Auliya
Nuralfi Syahraeni
Indri Safitri
Nurzein Anhar
Siti Nurhalisa
Desi Nurulain
Ahmad Taufik Hidayat
Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh yang disebabkan oleh
trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan
listrik, atau gigitan hewan (R. Sjamsu Hidayat, 1997). Berdasarkan etiologi,
terdapat berbagai jenis luka, antara lain luka gores, luka memar, luka tusuk, luka
sayat, luka lecet, luka insisi, luka tembus, dan luka bakar. Berdasarkan waktu,
dibagi menjadi luka akut dan kronis.
Pengertian luka tusuk
Luka tusuk merupakan trauma yang diakibatkan benda tajam (trauma tajam).
Luka tusuk ini terjadi akibat tusukan benda tajam dengan arah kurang lebih
tegak lurus terhadap kulit. Lebar luka yang ditimbulkan pada kulit jarang
sekali memberikan gambaran dari kedalaman luka tusuk. Luka tusuk
diakibatkan oleh suatu gerakan aktif maju yang cepat atau suatu dorongan
pada tubuh dengan sebuah alat yang ujungnya tajam.
Karakteristik luka tusuk

 Kedalaman luka
Pemakaian istilah ‘luka penetrasi’ ditunjukkan untuk
menjelaskan dimana kedalaman luka yang diakibatkan
oleh benda itu melebihi lebar luka yang tampak pada
permukaan kulit
 Lebar luka
Kebanyakan luka tusuk akan menganga, bukan karena sifat benda yang masuk
tetapi sebagai akibat elastisitas dari kulit. Pada bagian tertentu pada tubuh,
dimana terdapat dasar berupa tulang atau serat otot, luka itu mungkin nampak
berbentuk seperti kurva.
 Bentuk luka
Bentuk luka merupakan gambaran yang penting dari luka tusuk karena karena hal itu
akan sangat membantu dalam membedakan berbagai jenis senjata yang mungkin telah
dikumpulkan oleh polisi dan dibawa untuk diperiksa. Pinggir luka dapat menunjukan
bagian yang tajam (sudut lancip) dan tumpul (sudut tumpul) dari pisau berpinggir tajam
satu sisi. Pisau dengan kedua sisi tajam akan menghasilkan luka dengan dua pinggir

tajam.
Perlu diingat bahwa benda lain yang dapat menembus tubuh,
seperti pahat, obeng atau gunting, akan menyebabkan
perbedaan bentuk luka yang kadang-kadang berbentuk segi
empat atau, yang lebih jarang, berbentuk satelit seperti
ditunjukkan pada gambar berikut.
Beberapa pola luka yang dapat ditemukan :
 
1. Tusukan masuk, yang kemudian dikeluarkan sebagian,
dan kemudian ditusukkan kembali melalui saluran yang
berbeda. Pada keadaan tersebut luka tidak sesuai dengan
gambaran biasanya dan lebih dari satu saluran dapat
ditemui pada jaringan yang lebih dalam maupun pada
organ.
2. Tusukan masuk kemudian dikeluarkan dengan mengarahkan ke
salah satu sudut, sehingga luka yang terbentuk lebih lebar dan
memberikan luka pada permukaan kulit seperti ekor.

3. Tusukan diputar saat masuk, keluar, maupun keduanya. Sudut


luka berbentuk ireguler dan besar.
4. Tusukan masuk kemuadian saat masih di dalam ditusukkan ke
arah lain, sehingga saluran luka menjadi lebih luas. Luka luar yang
terlihat juga lebih luas dibandingkan dengan lebar senjata yang
digunakan.
5. Tusukan masuk yang kemudian dikeluarkan dengan
mengggunakan titik terdalam sebagai landasan, sehingga saluran
luka sempit pada titik terdalam dan terlebar pada bagian superfisial.
Sehingga luka luar lebih besar dibandingkan lebar senjata yang
digunakan.
Harus diingat bahwa posisi tubuh korban saat ditusuk berbeda dengan
pada saat autopsi. Posisi membungkuk, berputar, dan mengangkat tangan
dapat disebabkan oleh senjata yang lebih pendek dibandingkan apa yang
didapatkan pada saat autopsi. Manipulasi tubuh untuk memperlihatkan
posisi saat ditusuk sulit atau bahkan tidak mungkin mengingat berat dan
adanya kaku mayat.
Pemeriksaan luka tusuk

Pada pemeriksaan luka ada dua tipe luka oleh karena instrumen
yang tajam yang perlu diperhatikan dengan baik dan memiliki ciri
yang dapat dikenali dari aksi korban yaitu tanda percobaan dan
luka perlawanan. Keduanya mempunyai bentuk, letak dan
medikolegal.
1. Luka percobaan adalah insisi dangkal, luka tusuk dibuat sebelum luka
yang fatal oleh individu yang berencana bunuh diri. Luka percobaan
tersebut seringkali terletak paralel dan terletak dekat dengan luka dalam di
daerah pergelangan tangan atau leher. Bentuk lainnya antara lain luka
tusuk dangkal didekat luka tusuk dalam dan mematikan. Meskipun jarang
sekali dilaporkan.
Luka perlawanan, bentuk lain dari luka oleh karena instrumen yang
tajam. Luka jenis ini dapat ditemukan di jari-jari, tangan, dan lengan
bawah (jarang ditempat lain) dari korban karena ia berusaha
melindungi dirinya dari ayunan senjata, contohnya dengan
menggenggam bilah dari instrumen tajam.
 
Dalam pemeriksaan, interpretasi luka harus
berdasarkan penemuan dan tidak boleh dipengaruhi
oleh keterangan pasien atau keluarga. Pemeriksaan
ditujukan untuk menentukan:

a. Jumlah luka
b.  Lokasi luka
c.  Arah luka
d.  Ukuran luka (panjang, lebar dan dalam)
e.   Memperkirakan luka sebagai penyebab kematian korban atau bukan.
f.   Memperkirakan cara terjadinya luka apakah kasus pembunuhan, bunuh diri, atau
kecelakaan.
 
 
Lokasi luka dijelaskan dengan menghubungkan
daerah–daerah yang berdekatan dengan garis
anatomi tubuh dan posisi jaringan tertentu,
misalnya garis tengah tubuh, ketiak, puting susu,
pusat, persendian dan lain – lain.
Bentuk luka sebaiknya dibuat dalam bentuk sketsa
atau difoto untuk menggambarkan kerusakan
permukaan kulit, jaringan dibawahnya, dan bila
perlu organ dalam (viseral). Diukur secara tepat
(dalam ukuran millimeter atau centimeter) tidak
boleh dalam ukuran kira–kira saja.
Kualifikasi luka

Kualifikasi luka yang dapat dibuat oleh


dokter adalah menyatakan pasien
mengalami luka ringan, luka sedang
atau luka berat.
1. Luka ringan adalah luka yang tidak menimbulkan penyakit atau
halangan dalam menjalankan pekerjaan jabatan atau mata
pencahariannya
.

2. Luka sedang adalah luka yang mengakibatkan penyakit atau


halangan dalam menjalankan pekerjaan jabatan atau mata
pencahariannya untuk sementara waktu
3. Luka berat adalah luka yang sebagaimana diuraikan di dalam pasal 90
KUHP, yang terdiri atas :

a) Luka atau penyakit yang tidak dapat diharapkan akan sembuh


dengan sempurna.

b) Luka yang dapat mendatangkan bahaya maut.

c) Luka yang menimbulkan rintangan tetap dalam menjalankan


pekerjaan jabatan atau mata pencahariannya.
d. Kehilangan salah satu dari panca indera.
e. Cacat besar atau kudung.
f. Lumpuh.
g. Gangguan daya pikir lebih dari 4 minggu lamanya.
h. Keguguran atau kematian janin seorang perempuan.
Kualifikasi di atas secara terperinci dapat di bagi dalam empat
kualifikasi derajat luka, yaitu :

1. Orang yang bersangkutan tidak menjadi sakit atau


tidak mendapat halangan dalam melakukan pekerjaan
atau jabatan.
2. Orang yang bersangkutan menjadi sakit dan tidak ada
halangan untuk melakukan pekerjaan atau jabatannya
.
3) Orang yang bersangkutan menjadi sakit
dan berhalangan untuk melakukan
pekerjaan atau jabatannya.
4) Orang yang bersangkutan mengalami
luka berat yang sebagaimana diuraikan
di dalam pasal 90 KUHP.
MAKASI DI’

Anda mungkin juga menyukai