DI SUSUN OLEH
KELOMPOK 2 :
T.A 2021-2022
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
DI SUSUN OLEH
KELOMPOK 2
TANGGAL PERSETUJUAN :
T.A 2021-2022
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami (Mahasiswa Program Studi Pendidikan Profesi Ners Poltekkes
Kemenkes Palu) dapat menyelesaikan laporan seminar kelompok stase
Keperawatan Medikal Bedah dengan judul “Asuhan Keperawatan Jiwa Pada
Tn. S Dengan Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran Di
Ruangan Srikaya Rsud Madani Kota Palu”, disusun untuk melengkapi
persyaratan memperoleh gelar Sarjana Terapan Keperawatan di Politeknik
Kemenkes Palu Jurusan Keperawatan Prodi Sarjana Terapan Keperawatan.
Penulisan laporan ini dapat terselesaikan atas bantuan dari berbagai pihak,
baik moril maupun materil. Dengan selesainya penyusunan laporan ini, kiranya
Allah SWT akan membalas dengan limpahan rahmat dan hidayah-Nya atas jasa-
ini masih banyak kekurangan baik dari segi bentuk, isi maupun penyusunannya.
Oleh karena itu dengan rendah hati kami menerima semua saran dan kritik yang
Sesungguhnya kesempurnaan itu hanya milik Allah SWT dan akhirnya kami
Penyusun
iv
DAFTAR ISI
Halaman
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
jiwa, utamanya sering dialami oleh penderita skizofrenia (Nasir A & Muhith A.,
tanpa ada stimulus. Pada gejala ini pasien baiknya mendapatkan perawatan yang
dari 450 juta penderita gangguan kesehatan jiwa di seluruh dunia. Gejala
skizofrenia biasanya muncul pada usia remaja akhir atau dewasa muda. Pada laki-
laki biasanya antara 15-25 tahun dan pada perempuan antara 25-35 tahun.
Kejadian tahunan berjumlah 15,2% per 100.000 penduduk, kejadian pada imigran
dibanding penduduk asli sekitar 4,7%, kejadian pada pria 1,4% lebih besar
prevalensi gangguan jiwa berat atau skizofrenia mencapai 1,7% per 1000
penduduk atau sekitar 400.000 orang dan hasil Riskesdas tahun 2018 yang
dilakukan pada 1,2 juta jiwa menunjukkan prevalensi gangguan jiwa berat sudah
peningkatan yang cukup siginifikan. Prevalensi rumah tangga yang paling tinggi
2
Bali dengan persentase 11% dan terendah ditempati oleh Kepulauan Riau dengan
sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penghayatan yang dialami suatu
persepsi melalui panca indra tanpa stimulus eksteren persepi palsu. (Andri, 2019).
mimpi saat tidu. Klien mungkin tidak punya cara untuk menentukan persepsi
siaran ramalan cuaca dan tidak lagi meragukan orang yang berbicara tentang
gangguan neurokimiawi, lesi otak, usaha tidak sadar mempertahankan ego dan
ekspresi simbolis dari pikiran yang terpisah. (Nurlali, Nurdin, & Putri, 2019).
Dampak dari gangguan halusinasi itu sendiri adalah hilangnya kontrol diri
merupakan suatu bentuk persepri atau pengalaman indera yang tidak dapat
tim kesehatan karena apabila halusinasi tidak ditangani dengan baik, maka akan
menimbulkan resiko terhadap keamanan diri pasien sendiri, orang lain, dan
2018).
B. Identifikasi Masalah
gangguan jiwa dan tingginya angka kejadian penderita gangguan jiwa yang belum
diketahui secara pasti penyebabnya. Maka dalam hal ini penulis menyajikan
Pendengaran.
C. Tujuan Masalah
1. Tujuan umum
2. Tujuan khusus
Pendengaran.
Halusinasi Pendengaran.
D. Manfaat Penulisan
1. Penulis
Halusinasi Pendengaran.
2. Institusi Pendidikan
Pendengaran.
Pendengaran.
4. Perawat
Halusinasi Pendengaran.
5
5. Keluarga
TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP MEDIK
1. Definisi
(dunia luar). Klien memberi persepsi atau rangsangan nyata. (Ade Herman,
2011).
perubahan persepsi sensori tentang suatu objek, gambaran dan pikiran yang
sering terjadi tanpa adanya rangsangan dari luar meliputi suara dan semua
sensori: halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien
objek, gambaran, dan pikiran yang sering terjadi adanya rangsangan dari luar
7
2. Psikodinamika
Terjadinya Halusinasi dimulai dari beberapa fase. Hal ini dipengaruhi oleh
rangsangan dari luar. Menurut Stuart (2007) dalam Linka (2015) tahapan
halusinasi ada empat tahap. Semakin berat tahap yang diderita klien, maka
a. Fase I.
menyenangkan.
2) Perilaku individu.
suara.
b. Fase II
bersifat menjijikan.
2) Perilaku klien.
b) Penyempitan konsentrasi.
c. Fase III.
penguasa.
2) Perilaku klien;
d. Fase IV.
2) Perilaku klien;
3. Faktor predisposisi
jumlah sumber yang dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stress.
10
genetik.
1) Faktor perkembangan
kecemasan.
2) Faktor sosiokultural
membesarkannya.
3) Faktor biokimia
4) Faktor psikologis
stress dan kecemasan yang tinggi dan berakhir pada gangguan orientasi
realitas.
11
5) Faktor genetik
4. Faktor Presipitasi
lingkungan, dan juga suasana sepi atau terisolasi sering menjadi pencetus
Hartono, 2015)
12
Gangguan jiwa
Gangguan jiwa berat
Skizofrenia
Faktor Faktor
predisposisi : predisposisi :
Biologis, Biologis, stress
psikologis, lingkungan,
sosial budaya sumber koping
Mekanisme Terbiasa
koping tidak Mengeluh adanya suara, menghayal
efektif bayangan, takut,bicara
dan tertawa sendiri Pengalam
Berfikir sensori berlanjut
negatif
MK: Gangguan
Menyalahkan diri persepsi sensori Merasa malu dengan
sendiri pengalamn sendiri
Motivasi perawatan
MK: Harga diri diri Menarik diri
rendah
MK: Defisit Kesulitan berhubungan
perawatan diri dengan orang lain
MK: Resiko
perilaku
kekerasan Halusinasi
mengancam, MK: Isolasi sosial
memerintah
13
b. Pohon masalah
Resiko tinggi perilaku
Effect kekerasan
Causa
Harga diri rendah
Berikut ini akan dijelaskan mengenai ciri- ciri yang objektif dan subjektif
Table 2.1 Jenis Halusinasi Serta Ciri Objektif Subjektif Klien Yang
Mengalami Halusinasi.
mebel.
e. Terlihat
percakapan dengan
benda mati atau
dengan seseorang
yang tidak tampak.
f. Menggerakan-
gerakan mulut
seperti sedang
berbicara atau
sedang menjawab
suara.
Halusinasi a. Mengendus-endus Membaui bau-
penciuman; seperti sedang bauan seperti bau
(klien mencium mencium bau- darah, urin, feses,
suatu bau yang bauan tertentu dan terkadang bau-
muncul dari sumber b. Menutup hidung bau tersebut
tertentu tanpa menyenangkan
stimulus yang bagi klien
nyata)
Respon klien terhadap halusinasi dapat berupa rasa curiga, takut, tidak
aman, gelisah, dan bingung, berperilaku yang merusak diri, kurang perhatian,
nyata dan tidak nyata. Rawlins dan Heacock (1993) dalam Firdaus (2016)
keberadaan seorang individu sebagai makhluk yang dibangun atas dasar unsur
a. Dimensi fisik.
ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik seperti kelelahan yang luar biasa,
b. Dimensi emosional.
17
tidak dapat diatasi merupakan penyebab halusinasi itu terjadi. Isi dari
ketakutannya.
c. Dimensi intelektual.
yang dapat mengambil seluruh perhatian klien dan tidak jarang akan
d. Dimensi social.
interaksi sosial, kontrol diri, dan harga diri yang tidak didapatkan dalam
dunia nyata. Isi halusinasi dijadian system kontrol oleh individu tersebut,
sehingga jika perintah halusinasi berupa ancaman, maka hal tersebut dapat
mengancam dirinya atau orang lain. Oleh karena itu, aspek penting dalam
e. Dimensi spiritual.
Adaptif Maladaptif
Distorsi pikiran
Pikiran logis Gangguang pikir/ delusi
Ilusi
Persepsi kuat
Halusinasi
Emosi konsisten Reaksi emosi
dengan pengalaman berlebiihan atau Sulit berespon emosi
Perilaku sesuai kurang
Berhubungan sosial Perilaku diorganisasi
Perilaku aneh/ tidak
Gambar 2.3 Rentang respon
7. Mekanisme Koping
maladaptive meliputi :
sehari-hari.
19
8. Terapi Psikofarmakologi
keluarga yang kondusif dan sebagai pengawas minum obat (Prabowo, 2014).
adalah :
electrode yang dipasang pada satu atau dua temples, terapi kejang listrik
neuroleptika oral atau injeksi dosis terapi kejang listrik 4-5 joule/detik
d. Isolasi sosial
halusinasi.
kegiatan
halusinasi
karena klien kembali ke masyarakat, selain itu terapi kerja sangat baik
untuk mendorong klien bergaul dengan orang lain, klien lain, perawat
B. TINJAUAN KEPERAWATAN.
1. Pengkajian.
Subjektif:
dirinya.
Objektif:
c. Disorientasi.
d. Konsentrasi rendah.
3. Intervensi.
klien.
berikut.
e) Pantau penerapan cara ini dan beri penguatan pada perilaku klien
yang sesuai.
merawat klien
halusinasi
secara teratur.
Tindakan keperawatan :
dengan menghardik
menghardik
dengan menghardik
27
- Berikan pujian
mengontrol halusinasi
saat halusinasi
kekambuhan, rujukan
pujian.
4. Implementasi keperawatan
kegiatan terjadwal.
kondisinya (here and now). Perawat juga menilai diri sendiri, apakah
29
5. Evaluasi keperawatan
dilaksanakan
dilaksanakan
masalah masih tetap atau muncul masalah baru atau ada yang
klien.
30
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
I. IDENTITAS KLIEN
4. Aniaya Seksual
Klien mengatakan pernah disuruh untuk buka baju
5. Penolakan
Klien mengatakan teman klien tidak inginkan bergaul dengannya
6. Kekerasan Dalam Keluarga
Klien mengatakan mengalami kekerasan dalam keluarga
IV. FISIK
1. Tanda vital :
TD :-
N :-
SB :-
R :-
2. Ukur :
TB :- BB : -
3. Keluhan Fisik
Klien mengatakan sakit pada bagian kepala
Masalah Keperawatan :
32
V. PSIKOSOSIAL
1. Genogram
G1
G2
G3
Keterangan
: Laki-laki : Keturunan
: Perempuan : Pasien
: Menikah : Meninggal
: Tinggal serumah
2. Konsep Diri
a. Gambaran diri
Klien mengatakan bagian tubuh yang paling dia sukai adalah
rambut
b. Identitas
Klien mampu menyebut nama dan umurnya
c. Peran
33
3. Hubungan Sosial :
a. Orang yang berarti
Klien mengatakan yang berarti bagi dirinya adalah ibu klien
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat
Klien mengatakan tidak pernah mengikuti kegiatan sosialisasi
kelompok/masyarakat. Setiap selesai mengajar klien hanya
berdiam di rumah.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Klien tidak percaya diri untuk bergabung dengan
masyarakat/lingkungan sekitar sehingga menjadi hambatan
dalam berinteraksi dengan masyarakat.
4. Spiritual
1) Penampilan
Berdasarkan pengkajian pakaian yang digunakan oleh klien tidak rapih dan
mengganti pakaian selama 2 x 1 dalam sehari bau badan tercium aroma
tidak sedap, mandi tidak menggunakan sabun dan jarang sikat gigi.
2) Pembicaraan
Berdasarkan hasil pengkajian klien berbicara dengan cepat dan jelas
3) Aktivitas motorik
Klien mengatakan sering merasa tremor
Masalah keperawatan : tidak ada
4) Alam peraasaan
Klien mengatakan sedih dengan keadaannya
5) Afek
Labil
Masalah keperawatan : tidak ada
7) Persepsi
Berdasarkan hasil pengkajian klien sering tertawa dan berbicara sendiri,
pendengaran klien tidak baik karena mendengar bisikan-bisikan yang tidak
jelas.
Masalah keperawatan : Halusinasi pendengaran
8) Arus pikir
Berdasarkan hasil pengkajian klien berbicara dengan jelas dan sampai
ditujuan pembicaraan
35
9) Isi pikir
Berdasarkan hasil pengkajian isi pikir klien adalah sisip pikir karena klien
yakin terhadap sesusatu pikiran orang lain dan disisipkan kedalam
pikirannya.
Masalah keperawatan: tidak ada
11) Memori
Berdasarkan hasil pengkajian daya ingat klien jangka pendek
Masalah keperawatan : memori jangka pendek
1. Makan
a. Klien makan 3x1 sesuai dengan takaran dari RS dengan lauk pauk
sayur,ikan dan buah dan dihabiskan saat makan
b. Setelan makan klien mampu membersihkan gelas bekas minum klien
tersebut.
2. BAB /BAK
Observasi kemampuan klien untuk BAB dan BAK
a. Klien BAB 2x sehari dan menggunakan wc serta membersihkan
kembali
b. Setelah BAB dan BAK klien membersihkan dan merapihkan sendiri
3. Mandi
a. Klien mangatakan mandi 2x sehari; mandi tidak menggunakan sabun,
menyiram rambut tidak menggunakan sampon dan tidak sikat gigi.
b. Tubuh klien tidak terlihat bersih dan tercium aroma kurang sedap
4. Berpakaian
a. Klienmenggunakan pakaian sendiri tetapi kadang tidak sesuai, seperti
baju terbalik ketika dipasang. Klien mampu membedakan antara celana
dan baju jika di arahkan.
b. Menurut hasil pengkajian dandanan klien nampak kurang bersih dan
tercium aroma yang kurang sedap
c. Klien mengganti pakaian 1x dalam sehari.
d. Berdasarkan hasil pengkajian klien memilih pakaian sendiri.
6. Penggunaan obat
Merlopan lozepam 1x1 minum saat malam
Divalpi 2x1 diminum pagi dan malam
37
7. Pemeliharaan kesehatan
Saat klien merasa tidak baik-baik, keluarga membawa klien ke RSJ
Madani
Klien mengatakan pendukung yang dia miliki adalah ibu klien
Adaptif
Klien mengatakan bisa bicara dengan orang lain
Maladaptif
Reaksi klien Nampak senang
X. Aspek medik
1. Diagnosa medik: Skizofrenia
2. Terapi medik: - merlopam lorazepam 1x1
- divalpi 2x1
- lodomer heximer 2x1
Ds:
- Klien mengatakan mendengar Gangguan persepsi sensori: Halusinasi
suara bisikan-bisikan yang tidak pendengaran
jelas
- Klien mengatakan mendengar
suara itu setiap saat.
- Klien mengatakan bisikan itu
tidak terdengar jelas.
- Klien mengatakan suara itu
terdengar setiap beraktivitas
dan tidur.
Do:
- Bicara klien cepat
- Klien Nampak merenung
dan jelas
- Afek labil
Core
GPS; Halusinasi Defisit perawatan
problem
diri
Gangguan interaksi
sosial; menarik diri
Causa
Harga diri rendah
41
VII.Intervensi Keperawatan
Diagnosa Perencanaan
Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
Gangguan presepsi Pasien mampu : Setelah pertemuan, pasien dapat SP 1
sensori : Halusinasi 1. Mengenali halusinasi menyebutkan : 1. Bantu pasien mengenal halusinasi
pendengaran yang dialaminya 1. Isi waktu, frekuensi, situasi (isi, waktu terjadinya, frekuensi,
2. Mengontrol pencetus, perasaan situasi pencetus, perasaan saat
halusinasinya 2. Mampu memperagakan cara terjadi halusinasi)
3. Mengikuti program dalam mengontrol halusinasi. 2. Latih mengontrol halusinasi
pengobatan dengan cara menghardik.
Tahapan tindakannya meliputi :
1. Jelaskan cara menghardik
halusinasi
2. Peragakan cara menghardik
3. Minta pasien memperagakan
ulang
4. Pantau penerapan cara ini, beri
penguatan perilaku pasien
5. Masukkan dalam jadwal kegiatan
pasien
42
SP 2
1. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1)
2. Latih berbicara/bercakap dengan
orang lain saat halusinasi muncul
3. Masukkan dalam jadwal kegiatan
pasien
SP 3
1. Evaluasi kegiatan lalu (SP2)
2. Latih kegiatan agar halusinasi tidak
muncul
3. Tahapannya :
1. Jelaskan pentingnya aktivitas yang
teratur untuk mengatasi halusinasi
2. Diskusikan aktivitas yang biasa
dilakukan oleh pasien
3. Latih pasien melakukan aktivitas
4. Susun jadwal aktivitas sehari-hari
sesuai aktivitas yang telah dilatih
(dari bangun pagi sampai tidur
malam)
43
SP 4
1. Evaluasi kegiatan yang lalu ( SP 1,
2, dan 3)
2. Tanyakan program pengobatan
3. Jelaskan pentingnya penggunaan
obat pada gangguan jiwa
4. Jelaskan akibat bila tidak
digunakan sesuai program
5. Jelaskan akibat bila putus obat
6. Jelaskan cara mendapatkan
obat/berobat
7. Jelaskan pengobatan (5B)
8. Latih pasien minum obat
9. Masukkan dalam jadwal harian
pasien
STRATEGI PELAKSANAAN
SP 1 HALUSINASI PENGLIHATAN
Nama : Tn. s
Pertemuan : III
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
DS :
a. Klien mengatakan mendengar suara bisikan
b. Klien mengatakan suara itu terdengar setiap pagi, siang, malam
c. Klien memgatakan mendengar suara itu ketika tidur dan istrahat
DO :
1. Orientasi
“ Selamat pagi pak, masih ingat dengan saya ? nama saya siapa ?
bagaimana kabar bapak hari ini ? sesuai dengan janji kemarin, sekarang
kita akan membahas tentang yang bbapak rasakan ?” bapak, kita akan
bicara selama 15 menit, bersedia pak ?” sesuai kontrak kemarin, ditempat
sini saja kan pak ?”
2. Kerja
“ apa bapak mendengar suara ? suara seperti apa yang bapak dengar?
setiap kapan bapak mendengar suara itu? nah apa yang bapak lakukan jika
muncul suara itu ? apakah bapak mengerti maksud dari suara itu ? saya
mengerti apa yang bapak rasakan, tetapi suara itu hanya perasaan bapak
saja, suara itu tidak ada, karena hanya bapak yang mendengar, saya tidak.”
“ bagaimana kalau kita belajar cara-cara untuk mencegah suara itu
muncul ? bapak ada 4 cara unuk mencegah itu muncul, pertama dengan
menghardik, kedua dengan bercakap-cakap dengan orang lain, ketiga
melakukan kegiatan yang sudah terjadwal dan yang ke empat minum obat
secara teratur .
“ bagaimana kalau kita belajar cara yang pertama dengan cara menghardik
caranya sebagai berikut : saat suara itu muncul langsung tutup telinga lalu
bilang pergi... saya tidak mau dengar itu tidak nyata... begitu diulang-ulang
sampai suara itu tidak terdengar lagi. Coba bapak peragakan, nah bagus,
coba lagi yah bagus bapak sudah bisa .
3. Terminasi
“ bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tadi? bagaimana
kalau kita buat jadwal latihan. Mau jam berapa latihannya, kita bertemu
lagi belajar dan latihan mengendalikan suara-suara dengan cara yang
kedua? jam berapa mau? bagaimana kalau 2 jam lagi? dimana tempanya,
baiklah selamat pagi.
50
Evaluasi keperawatan
Waktu : 12.15
S:
“ bu suster Awal ”
“ baik bu suster”
“ iya bu suster ”
O:
- Klien nampak merenung
- Kontak mata ada
A: SP 1 Halusinasi tercapai dengan kriteria :
Lajutkan ke SP 2 pasien
Nama : Tn. S
Pertemuan : III
Tanggal : 22 desember 2021
Tindakan keperawatan hari kedua yang dilakukan peneliti kepada klien pada
tanggal 22 desember 2021 adalah :
A: SP2 tercapai
P : lanjut SP3
55
STRATEGI PELAKSANAAN
SP III HALUSINASI PENGLIHATAN
). Fase Terminasi
bapak senang?
kan bapak?
Assalamualaikum.
b) Evaluasi SP 3
Nama :Tn.A
Ruangan :Srikaya
Jam :15:30
jadwalkan
58
A:-SP 3 tercapai
P:-Lanjutkan ke SP 4
59
STRATEGI PELAKSANAAN
SP IV HALUSINASI PENGLIHATAN
Nama :Tn.S
Ruangan :Srikaya
1.Fase Orientasi
Klien : Waalaikumsalam
2. Fase Kerja
berikan perawat?
Klien : Iyah, setelah minum obat saya merasa tenang dan suara
bisikan hilang
Perawat: bapak nanti jika ada perawat yang memberikan obat nanti
bapak dengar
3.Tahap Terminasi
Perawat: Kita ketemu pada jam 15:00 tempat yang sama dan saya
Assalamualaikum
Nama :Tn.S
Ruangan :Srikaya
A:-SP 4 tercapai
P: Pertahankan BHSP.
Nama :Tn.A
a). pukul 15:00 WITA mengevaluasi kegiatan yang lalu (SP 1,2,3dan SP
4)
1).Fase Orientasi
Klien: Waalaikumsalam
Perawat : Ohh iya, sesuai janji kita sore hari ini saya akan
mau dengar.
kepada bapak?
Perawat: Oh iya tidak apa-apa tapi lain kali bapak tidak boleh
bisikan
Perawat : Oh iya tapi tadi bapak masih ingat yang pertama dengan
Perawat: bapak hari ini terakhir saya disini karna kita disini sampai
membantu saya
Perawat: saya juga senang bisa berkenalan dengan bapak dan bisa
Nama :Tn.S
Ruangan :Srikaya
Lampiran
STRATEGI PELAKSANAAN 1
Nama : Tn. S
Ruangan : Srikaya
Pertemuan :I
Hari/Tanggal : Senin,20/12/2021
a. Proses keperawatan
1. Kondisi klien
DO : klien sedang berdiri, kontak mata baik, klien tampak merenung.
2. Diagnosa :
3. Tujuan khusus BHSP
Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan kriteria :
1) Klien bersedia diajak berbicara
2) Klien bersedia diajak berjabat tangan
3) Ekspresi wajah bersahabat
4) Menunjukkan rasa senang
5) Klien bersedia menyebutkan nama
6) Ada kontak mata
7) Klien bersedia diajak berhadapan dengan perawat
4. Tindakan keperawatan
Bina hubungan saling percaya dengan prinsip komunikasi terapeutik :
a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun nonverbal
b. Perkenalkan diri dengan sopan
c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disenangi
d. Jelaskan tujuan perkenalan
e. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
f. Beri
67
Evaluasi Keperawatan
Tanggal : 20- Desember-2021
Jam : 09: 15
S:
“Pagi Suster”
“Nama saya S”
“Saya biasa dipanggil A”
“boleh sus”
“iya sus ”
“Iya”
Saya 8 bersaudara, saya anak keempat”
“saya paling suka bagian rambut Suster”
“Disini saja Sus”
O:
- Klien membalas jabat tangan
- Klien menjawab semua pertanyaan
- Adanya Kontak mata
- Ekpresi wajah merenung
3. Terminasi
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bicara-bicara? Bisa bapak
ceritakan kembali apa yang kita bicarakan? Bagaimana kalau sebentar kita
diskusi tentang hal-hal positif yang dapat bapak lakukan? Bagaimana
71
Evaluasi keperawatan
Tanggal : 21-Desember-2021
S:
“saya tidak tahu, saya hanya dibawah keluarga saya”
“kadang saya sakit kepala dan mendengarkan suara tidak jelas”
“saya sudah mengalami gangguan jiwa ditahun 2017 dan sudah keluar
masuk RSJ”
“dulu obat saya diminum secara teratur.”
“saya pernah dipukul oleh adik dan kakak serta teman saya”
“ saya pernah disuruh buka baju”
“teman saya tidak ingin bergabung dengan saya “
“ tidak ada, hanya saya yang mengalami gagguan jiwa “
“ saya sering disakiti keluarga dan teman kerja”
“ bagian tubuh yang paling saya sukai adalah rambut”
“ saya laki-laki”
“sebelum masuk RSJ saya seorang guru dan suami”
“ saya ingin menjadi guru dan suami yang baik”
“ saya tidak mampu karena saya sudah sakit “
“ orang paling berarti adalah ibu saya”
“saya tidak bergabung dalam kegiatan masyarakat”
“ saya kadang di acuhkan dala lingkungan saya”
“saya beragama Kristen”
“saya sering beribadah setiap hari minggu”
72
O:
- Klien nampak sedih
- Penamampilan klien tidak rapi dan tidak sesuai
- Klien berbicara cepat tetapi jelas
- Tangan terlihat gemetar
- Afek klien labil
- Saat berinteraksi klien terkadang tidak ada kontak mata
- Saat dikaji klien mendengar suara tidak jelas
- Klien menjawab semua pertanyaan
- Klien menerima saran dari perawat
- Klien tidur siang ± 1 jam
- klien tidak membersihkan diri sebelum tidur
- klien tidak membersihkan tempat tidur
A : SP II BHSP berhasil dengan kriteria :
- Klien mampu mengungkapkan perasaannya dan keluhannya
- Klien mampu membina hubungan saling percaya
P:
Perawat
- Evaluasi SP I BHSP dan SP II BHSP
- Lanjutkan SP I Halusinasi
Klien
- Anjurkan klien untuk mengingat pertemuan I dan II
- Anjurkan untuk mengungkapkan perasaan dan keluhannya
73
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS
pikiran yang sering terjadi tanpa adanya rangsangan dari luar meliputi
2015)
sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penghayatan yang dialami suatu
persepsi melalui panca indra tanpa stimulus eksteren persepi palsu. (Andri, 2019).
mimpi saat tidur. Klien mungkin tidak punya cara untuk menentukan persepsi
siaran ramalan cuaca dan tidak lagi meragukan orang yang berbicara tentang
gangguan neurokimiawi, lesi otak, usaha tidak sadar mempertahankan ego dan
ekspresi simbolis dari pikiran yang terpisah. (Nurlali, Nurdin, & Putri, 2019).
74
Dampak dari gangguan halusinasi itu sendiri adalah hilangnya kontrol diri
merupakan suatu bentuk persepri atau pengalaman indera yang tidak dapat
tim kesehatan karena apabila halusinasi tidak ditangani dengan baik, maka akan
menimbulkan resiko terhadap keamanan diri pasien sendiri, orang lain, dan
bayangan itu muncul saat klien sendiri, klien mengatakan bayangan itu
Hal ini menunjukan antara kasus kelolaan dan teori tidak ada
dilakukan :
dengan menghardik
dilakukan kepada pasien hari pertama yakni Rabu, 16 Juni 2021 setelah
sendiri secara tiba - tiba tanpa stimulus yang jelas yang ditunjang dengan
atau tersenyum sendiri) bahkan tanda halusinasi dapat hilang sama sekali.
diri (self) dan teknik - teknik klinis tertentu dalam menangani pasien untuk
PENUTUP
A. KESIMPULAN
ruangan Salak dan diperoleh data pasien yaitu Tn. C berumur 34 tahun. Pada
tahap pengkajian dalam kasus ini ditemukan data yang menjadi fokus dalam
bayangan setiap pagi siang malam, klien mengatakan biasanya bayangan itu
muncul saat klien sendiri, klien mengatakan bayangan itu selalu menakuti klien
pengkajian. Sedangkan diagnosa yang penulis angkat pada kasus Tn. C adalah
berdiskusi dengan pasien tentang isi halusinasi (apa yang didengar atau dilihat,
bercakap - cakap dengan orang lain saat halusinasi muncul, dan melakukan
terapeutik.
COVID-19.
B. SARAN
Diharapkan laporan studi kasus ini dapat berguna bagi pembaca dan
saran yang sifatnya membangun guna memperbaiki laporan studi kasus ini.
DAFTAR PUSTAKA
SKIZOFRENIA. 1, 146-155.
Dermawan, Deden dan Rusdi. 2013. Keperawatan Jiwa: Konsep dan Kerangka
Erviana, I., & Hargiana, G. (2018). Aplikasi Asuhan Keperawatan Generalis Dan
Nurlaili, Nurdin, A. E., & Putri, D. E., (2019) pengaruh Tehnik Distraksi
skizofrenia Di ruanga inap arjuna rumah sakit jiwa daerah provinsi jambil.
http://www.depkes.go.id/resources/download/infoterkini/materi_rakorpop_2
Skizofrenia 2012-2015.
http://www.who.int/mental_health/en/
Yusuf, AH, dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba
Medika.
2016;5(4):160–6.