Anda di halaman 1dari 28

REFERAT

TRAUMA TEMBAK

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Salah Satu Syarat


Dalam Menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter
Bagian Ilmu Kedokteran Forensik RS Bhayangkara

Disusun Oleh :
Harimas Dwi Putra
30101607661

Pembimbing :
dr. Dian Novitasari, Sp.FM

KEPANITERAAN KLINIK ILMU FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG `
PERIODE 26 OKTOBER 2020 – 22 NOVEMBER 2020

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di dalam menghadapi kasus kriminal yang melibatkan pemakaian senjata
api sebagai alat yang dimaksudkan untuk melukai atau mematikan seseorang,
maka dokter sebagai orang yang melakukan pemeriksaan khususnya atas diri
korban mempunyai wewenang dalam melakukan pemeriksaan seperti yang
tercantum pada pasal 133 ayat (1) KUHAP dan pasal 179 ayat (1) KUHAP
yang menjelaskan bahwa penyidik berwenang meminta keterangan ahli kepada
ahli kedokteran kehakiman atau dokter atau bahkan ahli lainnya. Keterangan
ahli tersebut adalah Visum et Repertum, dimana di dalamnya terdapat
penjabaran tentang keadaan korban, baik korban luka, keracunan, ataupun mati
yang diduga karena tindak pidana. Oleh karena itu dokter yang memeriksa perlu
secara hati-hati, cermat dan teliti dalam menafsirkan hasil yang didapatnya1.
Untuk dapat menjelaskan tugas dan fungsi sebagai pemeriksa maka
dokter harus menjelaskan berbagai hal, diantaranya: apakah luka tersebut
memang luka tembak, jenis luka tembak masuk atau keluar, jenis senjata yang
dipakai, jarak tembak, arah tembakan, perkiraan posisi korban sewaktu
ditembak, berapa kali korban ditembak dan luka tembak mana yang
menyebabkan kematian. Interpretasi yang benar mengenai luka tembak oleh
para ahli patologi tidak hanya memberikan informasi berharga yang dapat
menunjang pelaksanaan hukum selama investigasi, tetapi juga penting untuk
penentuan akhir jenis kematian.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi dan batasan pengertian luka tembak


Luka tembak merupakan suatu cedera pada tubuh yang diakibatkan oleh
senjata api. Senjata api adalah suatu senjata yang menggunakan tenaga hasil
peledakan mesiu, dapat melontarkan proyektil (anak peluru) yang berkecepatan
tinggi melalui larasnya.2
2.2 Arti Klinis Luka Tembak
Kulit terdiri dari lapisan epidermis, dermis dan subkutis. Jika dilihat dari
elastisitasnya, epidermis kurang elastis bila dibandingkan dengan dermis. Bila
sebutir peluru menembus tubuh, maka cacat pada epidermis lebih luas dari pada
dermis. Diameter luka pada epidermis kurang lebih sama dengan diameter anak
peluru, sedangkan diameter luka pada dermis lebih kecil. Keadaan tersebut
dikenal sebagai kelim memar (contusio ring).3
Contusio ring ini didapatkan pada luka tembak masuk dan luasnya
tergantung pada arah peluru pada kulit. Peluru yang masuk tegak lurus, maka
contusio ringnya akan besar, sedangkan peluru yang masuknya miring, contusio
ring akan lebih lebar dibagian dimana peluru membentuk mulut yang terkecil
pada kulit. Peluru juga mengandung lemak pembersih senjata.
2.3 Mekanisme Luka Tembak
Kerusakan yang terjadi pada jaringan tergantung pada absorpsi energi
kinetiknya, yang juga akan menghamburkan panas, suara serta gangguan
mekanik yang lainya4,5.
Jumlah dari energi kinetik yang terdapat pada proyektil sesuai dari massa
dan kecepatan. Industri militer modern telah mengambil banyak manfaat untuk
pengembangan senjata dengan dasar masa yang rendah dengan kecepatan yang

3
tinggi sehingga menghasilkan energi kinetic yang maksimum untuk kerusakan
jaringan. Rata-rata kecepatan peluru berkisar 340m/s, dimana banyak digunakan
pada panah, senapan angin, serta revolver. Dari system mekanik ini akan
mengakibatkan daya dorong peluru ke suatu jaringan sehingga terjadi laserasi,
kerusakan sekunder terjadi kalau adanya rupture pembuluh darah atau struktur
lainnya dan terjadi luka yang sedikit lebih besar dari diameter peluru. Jika
kecepatan melebihi kecepatan udara, lintasan dari peluru yang menembus
jaringan akan terjadi gelombang tekanan yang mengkompresi jika terjadi pada
jaringan seperti otak, hati ataupun otot akan mengakibatkan kerusakan dengan
adanya zona-zona disekitar luka.
Dengan adanya lesatan peluru dengan kecepatan tinggi akan membentuk
rongga disebabkan gerakan sentrifugal pada peluru sampai keluar dari jaringan
dan diameter rongga ini lebih besar dari diameter peluru, dan rongga ini akan
mengecil sesaat setelah peluru berhenti, dengan ukuran luka tetap sama. Organ
dengan konsistensi yang padat tingkat kerusakan lebih tinggi daripada yang
berongga. Efek luka juga berhubungan dengan gaya gravitasi. Pada pemeriksaan
harus dipikirkan adanya kerusakan sekunder seperti infark atau infeksi4,5.

Gambar 1. Mekanisme luka tembak5

2.4 Deskripsi Luka Tembak


Kepentingan medikolegal deskripsi yang adekuat dari luka senjata api
bergantung pada besarnya potensi seorang korban meninggal. Jika korban masih
hidup, deskripsi singkat dan tidak terlalu detail. Dokter mempunyai tanggung

4
jawab yang utama untuk memberikan penatalaksanaan gawat darurat.
Membersihkan luka, membuka dan mengeksplorasi, debridement dan
menutupnya, kemudian membalut adalah bagian penting dari merawat pasien
bagi dokter. Penggambaran luka secara detail akan dilakukan nanti, setelah
semua kondisi gawat darurat dapat disingkirkan. Oleh karena singkatnya waktu
yang dimiliki untuk mempelajari medikolegal, seringkali dokter merasa tidak
mempunyai kewajiban untuk mendeskripskan luka secara detail. Deskripsi luka
yang minimal untuk pasien hidup terdiri dari2 :
1. Lokasi
a. jarak dari puncak kepala atau telapak kaki serta ke kanan dan kiri garis
pertengahan tubuh
b. lokasi secara umum terhadap bagian tubuh
2. Deskripsi luka luar
a. ukuran dan bentuk
b. lingkaran abrasi, tebal dan pusatnya
c. luka bakar
d. lipatan kulit, utuh atau tidak
e. tekanan ujung senjata
3. Residu tembakan yang terlihat
a. grains powder
b. deposit bubuk hitam, termasuk korona
c. tattoo
d. metal stippling
4. Perubahan
a. oleh tenaga medis
b. oleh bagian pemakaman
5. Track
a. penetrasi organ
b. arah
- depan ke belakang (belakang ke depan)

5
- kanan ke kiri(kiri ke kanan)
- atas ke bawah
c. kerusakan sekunder
- perdarahan
- daerah sekitar luka
d. kerusakan organ individu
6. Penyembuhan luka tembakan
a. titik penyembuhan
b. tipe misil
c. tanda identifikasi
d. susunan
7. Luka keluar
a. Lokasi
b. karakteristik
8. Penyembuhan fragmen luka tembak
9. Pengambilan jaringan untuk menguji residu

Pada korban mati, tidak ada tuntutan dalam mengatasi gawat darurat.
Meskipun demikian, tubuhnya dapat saja sudah mengalami perubahan akibat
penanganan gawat darurat dari pihak lain. Sebagai tambahan, tubuh bisa berubah
akibat perlakuan orang-orang yang mempersiapkan tubuhnya untuk dikirimkan
kepada pihak yang bertanggung jawab untuk menerimanya. Di lain pihak, tubuh
mungkin sudah dibersihkan, bahkan sudah disiapkan untuk penguburan, luka
sudah ditutup dengan lilin atau material lain. Penting untuk mengetahui siapa dan
apa yang telah dikerjakannya terhadap tubuh korban, untuk mengetahui
gambaran luka.
2.5 Identifikasi Luka Tembak
1. Luka Tembak Masuk
Menembak seseorang dari belakang yang menjauhi anda,
dibandingkan dengan menembak seseorang pada dada, pada saat

6
mempertahankan diri anda dari serangan yang bersifat fatal, adalah penting
untuk membedakan luka masuk dari luka keluar.  Dalam hukum kriminal,
membedakan secara tepat, antara kedua hal tersebut, berarti dapat
membedakan antara tuntutan pembunuhan tingkat pertama dan kemungkinan
hukuman mati atau tindakan mempertahankan diri dan tidak ada tuntutan.
Untungnya, aplikasi dari beberapa konsep dasar biasanya akan
memperbolehkan diferensiasi akurasi dari luka masuk dan luka keluar.
Ciri luka masuk biasanya dalam bentuk yang berentetan dengan abrasi
tepi yang melingkar di sekeliling defek yang dihasilkan oleh peluru. Abrasi
tepi tersebut berupa goresan atau lecet pada kulit yang disebabkan oleh
peluru ketika menekan masuk ke dalam tubuh. Abrasi tepi dapat bersifat
konsentris ataupun eksentris. Ketika ujung peluru melakukan penetrasi ke
dalam kulit, maka hal tersebut akan menghasilkan abrasi tepi yang
konsentris, yaitu goresan pada kulit berbentuk cincin dengan ketebalan yang
sama, oleh karena peluru masuk secara tegak lurus terhadap kulit. Ketika
ujung peluru melakukan penetrasi pada kulit dengan membentuk sudut,
maka hal ini akan menghasilkan abrasi tepi yang eksentris, yaitu bentuk
cincin yang lebih tebal pada satu area. Area yang tebal dari abrasi tepi yang
eksentris mengindikasikan arah datangnya peluru. Sebagai tambahan,
semakin tebal abrasi tepi, semakin kecil sudut peluru pada saat mengenai
kulit.
Luka masuk yang tidak khas berbentuk ireguler dan mungkin memiliki
sobekan pada tepi luka. Jenis luka masuk seperti ini biasanya terjadi ketika
peluru kehilangan putaran oleh karena menembak di dalam laras senjata.
Bahkan dalam perjalananya dengan terpilin, peluru bergerak secara
terhuyung ketika menabrak kulit sehingga sering memberikan gambaran
bentuk D pada luka. Luka masuk yang tidak khas dapat disebabkan oleh
senjata yang tidak berfungsi baik atau oleh karena amunisi yang rusak, tetapi
lebih sering dihasilkan dari peluru jenis Ricochets atau peluru yang
mengenai benda lain terlebih dulu, seperti jendela yang bergerak otomatis,

7
sebelum mengena tubuh. Kecepatan peluru teredam setelah mengena media
perantara, hal ini yang menyebabkan terbentuknya abrasi tepi yang tidak
khas pada luka tembak masuk, ketika peluru mengena kulit. Jenis lain dari
luka masuk yang tidak khas terjadi ketika mulut senjata api mengalami
kontak langsung dengan kulit di atas permukaan tulang, seperti pada tulang
tengkorak atau sternum. Ketika senjata ditembakkan, maka hal ini akan
menghentikan gas secara langsung dari mulut senjata ke dalam luka di
sekitar peluru. Gas akan mengalami penetrasi ke dalam jaringan subkutan,
dimana gas tersebut meluas sehingga menyebabkan kulit di sekitar luka
tembak masuk menjadi meregang dan robek. Luka robek atau laserasi
menyebar dari bagian tengah dengan memberikan defek berbentuk stellata
atau penampakan seperti bintang. Luka tembak masuk dapat dibedakan lagi,
yaitu :
a. Luka tembak masuk jarak jauh. Luka tembak masuk ini dibentuk oleh
komponen anak peluru.
b. Luka tembak masuk jarak dekat. Luka tembak masuk ini dibentuk oleh
komponen anak peluru dan butir-butir mesin yang  tidak habis terbakar.
c. Luka tembak masuk jarak sangat dekat atau menempel dengan kulit.
Dibentuk oleh komponen anak peluru, butir mesin, jelaga dan panas api.
Pada saat seseorang melepaskan tembakan dan kebetulan mengenai
sasaran yaitu tubuh korban, maka pada tubuh korban, maka pada tubuh
korban tersebut akan didapatkan perubahan yang diakibatkan oleh berbagai
unsur atau komponen yang keluar dari laras senjata api tersebut .
2. Luka Tembak Keluar
Ketika luka tembak mengenai tubuh, dapat menghasilkan luka tembak
keluar. Ketika senjata caliber kecil mengenai tubuh, energi sisa pada tiap
peluru biasanya tidak cukup untuk menembus. Luka pada ekstremitas, leher
dan kepala akan mudah untuk dilalui. Jarak juga dapat mempengaruhi efek
luka tembak keluar.4

8
Peluru yang berhasil melewati tubuh akan keluar dan menghasilkan
luka tembak keluar. Biasanya karakteristik luka berbeda dengan luka tembak
masuk. Bentuknya tidak sirkular melainkan bervariasi dari seperti celah
(slitlike), seperti bintang, iregular, atau berjarak (gaping). Bentuk luka
tembak keluar tidak dapat di prediksi. Latar belakang variasi bentuknya
adalah sebagai berikut:
a. Anak peluru terpental dari dalam tubuh sehingga keluar dari tempatnya
masuk
b. Anak peluru mengalami perubahan bentuk selama melewati tubuh
sehingga memberi bentuk iregular saat keluar.
c. Anak peluru hancur di dalam tubuh, sehingga keluar tidak dalam 1
kesatuan melainkan dalam potongan-potongan kecil. Jika memiliki
jaket, maka jaket dapat terpisah komplit atau sebagian.
d. Anak peluru yang mengenai tulang atau tulang rawan, dapat membuat
fragmen tulang tersebut ikut terlontar keluar bersama anak peluru.
e. Anak peluru yang melewati kulit yang tidak ditopang oleh struktur
anatomi apapun akan membuat kulit tersebut koyak, hal ini sedikit
berhubungan dengan bentuk anak peluru yang menyebabkannya.
Luka tembak keluar akan meghasilkan gambaran acak atau tdak
teratur, tergantung pada struktur anatominya serta tulang dan jaringan,
khasnya bergerigi,laserasi yang tidak teratur dengan sisi luar yang membuka
dan kemungkinan fraktur komunitf. Luka tembak pada dada dan perut selalu
sulit keluar karena adanya hambatan yang cukup besar. Tidak adanya
penahan pada kulit akan menyebabkan anak peluru mengoyak kulit pada saat
keluar. Dalam beberapa keadaan dimana kulit memiliki penahan, maka
bentuk luka tembak sirkular atau mendekati mendekati sirkular yang
disekelilingnya dibatasi oleh abrasi.
Teka-teki ilmiah forensik klasik membedakan luka tembak masuk dan
luka tembak keluar. Luka tembak masuk dan luka tembak keluar sulit
dibedakan apabila pada luka tembak luar terdapat penahan kulit, pada luka

9
tembak masuk terdapat pakaian yang menghalangi residu lain, senjata yang
digunakan kaliber kecil (kaliber 22), dan tulang tidak langsung berada di
bawah kulit.
Luka tembak luar bentuk shored umumnya ditemukan pada pemakaian
pakaian, pada posisi bagian tubuh tertentu seperti pakaian yang sangat ketat,
bagian ikat pinggang dari celana panjang, celana pendek, atau celana dalam,
bra, kerah baju, dan dasi. Luka jenis sama juga terjadi karena bagian tangan
menahan tempat keluar anak peluru kemudian posisi pasien tiduran, duduk,
atau menempel pada objek yang keras. Tidak semua anak peluru dapat
keluar dari tubuh. Terdapat banyak tulang dan jaringan padat yang dapat
menghalangi lewatnya peluru. Peluru jarang dapat dihentikan oleh tulang,
terutama tulang-tulang yang tipis seperti skapula dan ileum atau bagian tipis
dari tenglorak. Kebanyakan anak peluru masuk ke dalam tubuh dan
menghabiskan energi kinetiknya di kulit. Kulit adalah penghalang kedua
yang paling menghalangi lewatnya anak peluru. Anak peluru yang mengenai
lokasi yang tidak biasa dapat menyebabkan luka dan kematian tetapi luka
tembak masuk akan sangat sulit untuk ditemukan. Contohnya telinga, cuping
hidung, mulut, ketiak, vagina, dan rektum.

Gambar 2. Luka tembak masuk di sebelah kiri


dan luka tembak keluar di sebelah
kanan
 

10
2.6 Klasifikasi Luka Tembak
Seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwa luka tembak terdiri atas luka
tembak masuk dan luka tembak keluar. Namun di sini, akan dijelaskan
karakteristiknya masing-masing, yaitu:
1. Luka Tembak Masuk  
a. Luka tembak tempel (kontak)
Banyak orang yang tidak mengetahui bahwa pembakaran bubuk
mesiu saat tembakan terjadi menghasilkan sejumlah besar gas. Gas
inilah yang mendorong anak peluru keluar dari selongsongnya, dan
selanjutnya menimbulkan suara yang keras. Gas tersebut sangat panas
dan kemungkinan tampak seperti kilatan cahaya, yang jelas pada malam
hari atau ruangan yang gelap.
Terdapat tiga faktor yang mempengaruhi bentuk luka yaitu hasil
kombinasi antara gas dan anak peluru: (1) sejumlah gas yang diproduksi
oleh pembakaran bubuk mesiu; (2) efektivitas pelindung antara kulit dan
anak peluru; dan (3) ada tidaknya tulang dibawah jaringan yang terkena
tembakan. Faktor pertama, jumlah gas yang  diproduksi oleh bubuk
mesiu yang terbakar memilik hubungan dengan kecepatan melontar
senjata. Secara jelas dapat dikatakan dengan meningkatkan kecepatan
melontar berarti juga meningkatkan kecepatan anak peluru.
Meningkatnya jumlah gas yang diproduksi merupakan suatu prinsip
untuk meningkatkan dorongan terhadap anak peluru. Faktor kedua yang
berpengaruh terhadap efektifitas pelindung antara kulit dan anak peluru.
Makin efisien pelindung tersebut makin banyak gas yang gagal
ditiupkan di sekitar moncong senjata sehingga makin banyak gas yang
dapat ditemukan di jaringan tubuh. Faktor terakhir adalah keberadaan
lapisan tulang dalam jarak yang dekat di bawah kulit yang dapat
dibuktikan menjadi pembatas terhadap penetrasi yang masif dan
ekspansi gas menuju jaringan yang lebih dalam6.

11
Ketika senjata ditembakkan dengan menempel pada kulit,
gambaran akan tampak bermacam-macam tergantung apakah moncong
senjata ditekan ke permukaan kulit sehingga melekat erat, atau apakah
tidak menempel pada kulit. Gambaran akan tampak beda jika terdapat
pakaian diantara moncong senjata dan kulit. Pada jaringan lunak, seperti
ekstremitas, abdomen, dan juga dada, luka akan tampak kecil dan
sirkuler. Akan ada pembakaran dan penghitaman pada dinding luka,.
Jika antara moncong senjata denga kulit menempel kuat akan ada sedikit
bahkan tidak ada nyala api dan debu, kecuali kalau pakaian
menutupinya. Dalam luka, pada jaringan akan ada beberapa bintilk-
bintik kotoran dengan jelaga atau partikel-partikel amunisi. Kebanyakan
amunisi senjata tampak bersih, dibandingkan dengan peluru senjata api
sehingga jelaga bisa tidak ditemukan.Biasanya hyperemia terdapat
disebelah luar cetakan diameter moncong senjata, dan karbon
monoksida akan diserap oleh Hemoglobin dan Mioglobin disekitar kulit
luka dan pada bekas yang lebih dalam. Kemungkinan akan ada luka
memar yang kadang meluas meskipun bentuknya tidak simetris dan
jarang. Perluasan jaringan karena gas yang masuk memaksa kulit lebih
keras melawan ujung laras, dan jejak moncong senjata mungkin akan
terbentuk. Jika luka tempel di atas tulang terutama tulang tengkorak,
terjadi fenomena yan sama dengan luka senjata api. Tampak gambaran
linier atau seperti bintang7.
Pada umumnya luka tembak masuk kontak adalah merupakan
perbuatan bunuh diri. Cara yang biasa dilakukan:
1) Ujung laras ditempelkan pada kulit dengan satu tangan menarik alat
penarik senjata.
2) Adakalanya tangan yang lain memegang laras supaya tidak
bergerak dan  tidak miring.
Sasarannya, yaitu :
- Daerah temporal

12
- Dahi sampai occiput
- Dalam mulut, telinga, wajah dibawah dagu dengan arah yang
menuju otak.
Luka pada kulit tidak bulat, tetapi berbentuk bintang dan sering
ditemukan cetakan/jejas ujung laras daun mata pejera. Terjadinya luka
berbentuk bintang disebabkan karena ujung laras ditempelkan keras
pada kulit, maka seluruh gas masuk kedalam dan akan keluar melalui
lubang anak peluru. Desakan keluar ini menembakkan cetakan laras dan
robeknya kulit. Bila korban menggunakan senjata api dengan picu, maka
picu akan menimbulkan luka lecet pada kulit antara ibu jari dan jari
telunjuk. Luka lecet ini dinamakan schot hand.
Pada tembakan tempel di kepala, sisa mesiu yang ikut menembus
kulit, dapat dicari antara kulit dengan tulang kepala (tabula eksterna),
dan antara tulang kepala dengan selaput otak keras (tabula interna).2,3,8

Gambar 3. Luka tembak tempel                      


b. Luka tembak jarak dekat
Tanda luka tembak dengan jarak senjata ke kulit hanya beberapa
inci adalah adanya kelim jelaga disekitar tempat masuk anak peluru.
Luasnya kelim jelaga tergantung kepada jumlah gas yang dihasilkan,
luasnya bubuk mesiu yang terbakar, jumlah grafit yang dipakai untuk
menyelimuti bubuk mesiu. Pada luka tembak jarak dekat, bubuk mesiu
bebas dapat ditemukan didalam atau di sekitar tepi luka dan disepanjang
saluran luka. Kelim tato yang biasa tampak pada luka jarak sedang, tidak

13
tampak pada luka jarak pendek kemungkina karena efek penapisan oleh
jelaga6.
Pada luka tembak jarak dekat, sejumlah gas yang dilepaskan
membakar kulit secara langsung. Area disekitarnya yang ikut terbakar
dapat terlihat. Terbakarnya rambut pada area tersebut dapat saja terjadi,
namun jarang diperhatikan karena sifat rambut terbakar yang rapuh
sehingga patah dan mudah diterbangkan sehingga tidak ditemukan
kembali saat dilakukan pemeriksaan. Rambut terbakar dapat ditemukan
pada luka yang disebabkan senjata apapun8.
Pada umumnya luka tembak masuk jarak dekat ini disebabkan
oleh peristiwa pembunuhan, sedangkan untuk bunuh diri biasanya
ditemukan tanda-tanda schot hand. Jarak dekat disini diartikan
tembakan dari suatu jarak dimana pada sekitar luka tembak masuk
masih didapatkan sisa-sisa mesiu yang habis terbakar. Jarak ini
tergantung:
- Jenis senjata, laras panjang atau pendek
- Jenis mesiu, mesiu hitam atau smokeless
Tanda utama adalah adanya kelim tato yang disebabkan oleh
bubuk mesiu yang tidak terbakar yang terbang kearah kulit korban.
Disekitar zona tato terdapat zona kecil berwarna magenta. Adanya
tumbukan berkecepatan tinggi dapat menyebabkan pecahnya pembuluh
darah kecil dan menghasilkan perdarahan kecil.Bentuk tato memberikan
petunjuk mengenai tipe bubuk mesiu yang digunakan. Serpihan mesiu
menyebabkan tato dengan bentuk yang beraneka ragam, tergantung
bagaimana masing-masing mesiu membentur kulit dengan bentuk pipih
pada tepinya. Gumpalan mesiu, berbentuk bulat atau bulat telur,
menyebabkan tato bentuk bintik-bintik atau titik-titik. Karena bentuk
gumpalan lebih kecil dari bentuk serpihan sehingga daerah berkelim tato
pada gumpalan lebih halus.

14
Luas area tato menunjukkan jarak tembak. Makin besar jarak
tersebut, makin besar area, namun semakin halus. Metode pengukuran
luas yang umum dipakai adalah dengan mengukur dua koordinat,
potongan longitudinal dan transversal. Untuk kemudian dibuat luka
percobaan, dengan menggunakan senjata yang sama, amunisis yang
sama, kondisi lingkungan yang sama dengan hasil luka terlihat yang
sama persis dengan korban, dapat di ukur jarak tembak.2,3,8
 

Gambar 4. Luka Tembak Jarak Dekat

c. Luka tembak jarak jauh


Tidak ada bubuk mesiu maupun gas yang bisa terbawa hingga
jarak jauh. Hanya anak peluru yang dapat terlontar memebihi beberapa
kaki. Sehingga luka yang ada disebabkan oleh anak peluru saja.
Terdapat beberapa karakteristik luka yang dapat dinilai. Umumnya luka
berbentuk sirkular atau mendekati sirkular. Tepi luka compang-
camping. Jika anak peluru berjalan dengan gaya non-perpendikular
maka tepi compang-camping tersebut akan melebar pada salah satu sisi.
Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan arah anak peluru1,8.
Pada luka tembak masuk jarak jauh memberi arti yang besar
terhadap pengusutan perkara. Hal ini karena luka jenis ini
menyingkirkan kemungkinan penembakan terhadap diri sendiri, baik
sengaja tau tidak. Terdapat 4 pengecualian, yaitu (1) Senjata telah di set
sedemikian rupa sehingga dapat di tembakkan sendiri oleh korban dari
jarak jauh; (2) kesalahan hasil pemeriksaan karena bentuk luka tembak

15
tempel yang mirip luka tembak jarak jauh; (3) Kesulitan interpretasi
karena adanya pakaian yang menghalangi jelaga atau bubuk mesiu
mencapai kulit; dan (4) Jelaga atau bubuk mesiu telah tersingkir. Hal
tersebut terjadi bila tidak ada pengetahuan pemeriksa dan dapat
berakibat serius terhadap penyelidikan6.
Pada luka tembak masuk jarak jauh ini, yang mengenai sasaran
hanyalah anak peluru saja. Sedangkan partikel lainnya tidak didapatkan.
Pada luka tembak jarak jauh ini hanya ditemukan luka bersih dengan
contusio ring. Pada arah tembakan tegak lurus permukaan sasaran
(tangensial) bentuk contusio ringnya konsentris, bundar. Sedangkan
pada tembakan miring bentuk contusio ringnya oval.
Luka tembak pada jaringan lunak sukar dibedakan antara inshoot
dan outshoot, oleh karena itu perlu dilakukan pemeriksaan mikroskopis,
untuk mencari adanya pigmen mesiu, jelaga, minyak senjata atau adanya
serat pakaian yang ikut masuk kedalam luka.
Luka tembak jarak jauh adalah luka tembak dimana jarak antara
moncong senjata dengan korban diatas 50 cm, atau diluar jarak tempuh
atau jangkauan butir-butir mesiu.
a. Terjadi bila jarak antara moncong senjata dengan tubuh korban di
luar jangkauan atau jarak tempuh butir-butir mesiu yang tidak
terbakar atau terbakar sebagian.
b. Luka berbentuk bundar atau oval dengan disertai adanya kelim lecet.
c. Bila senjata sering dirawat (diberi minyak) maka pada kelim lecet
dapat dilihat pengotoran bewarna hitam berminyak, jadi ada kelim
kesat atau kelim lemak.

16
Gambar 5. Luka Tembak Jarak Jauh

2. Luka Tembak Keluar (Luka Tembus)


Luka tembak keluar ini ialah bahwa setelah peluru membuat luka
tembak masuk dan saluran luka tembakan maka akhirnya peluru akan
mengenai kulit lagi dari sebelah dalam dan kulit terdorong ke luar. Kalau
batas kekenyalan kulit dilampaui, maka kulit dari dalam menjadi robek dan
akhirnya timbul suatu lubang luka baru lagi, dan luka baru inilah yang
dinamakan luka tembak keluar.1
Jika sebuah peluru setelah membuat lubang luka tembakan masuk dan
mengenai tulang (benda keras), maka bentuk dari pada peluru tadi menjadi
berubah. Tulang-tulang yang kena peluru tadi akan menjadi patah pecah atau
kadang-kadang remuk. Akibatnya waktu peluru menembus terus dan
membuat lubang luka tembak keluar, tidak hanya peluru yang berubah
bentuknya, tapi juga diikuti oleh pecahan-pecahan tulang tadi oleh karena
ikut terlempar karena dorongan dari peluru. Tulang-tulang inipun kadang-
kadang mempunyai kekuatan menembus juga. Kejadian inilah yang
mengakibatkan luka tembakan keluar yang besar dan lebar, sedangkan
bentuknya tidak tertentu. Sering kali besar luka tembak keluar berlipat ganda
dari pada besarnya luka tembakan masuk. Misalnya saja luka tembakan
masuk beserta contusio ring sebesar kira-kira 8 mm dan luka tembakan
keluar sebesar uang logam. Berdasarkan ukurannya maka ada beberapa
kemungkinan, yaitu:
a. Bila luka tembak keluar ukurannya lebih besar dari luka tembak masuk,
maka biasanya sebelum keluar anak peluru telah mengenai tulang hingga
berpecahan dan beberapa serpihannya ikut keluar. Serpihan tulang ini
bisa menjadi peluru baru yang membuat luka keluar menjadi lebih lebar.
b. Bila luka tembak keluar ukurannya sama dengan luka tembak masuk,
maka hal ini didapatkan bila anak peluru hanya mengenai jaringan lunak
tubuh dan daya tembus waktu keluar dari kulit masih cukup besar.

17
 
Gambar 5. Tidak ditemukan kelim lecet pada luka tembak keluar
Adapun faktor–faktor yang menyebabkan luka tembak keluar lebih besar dari luka
tembak masuk adalah:1
 Perubahan luas peluru, oleh karena terjadi deformitas sewaktu peluru berada
dalam tubuh dan membentur tulang.
 Peluru sewaktu berada dalam tubuh mengalami perubahan gerak, misalnya karena
terbentur bagian tubuh yang keras, peluru bergerak berputar dari ujung ke ujung
(end to end), keadaan ini disebut “tumbling”.
 Pergerakan peluru yang lurus menjadi tidak beraturan, disebut “yawing”.
 Peluru pecah menjadi beberapa fragmen. Fragmen-fragmen ini menyebabkan luka
tembak keluar menjadi lebih besar.
 Bila peluru mengenai tulang dan fragmen tulang tersebut turut terbawa keluar,
maka fragmen tulang tersebut akan membuat robekan tambahan sehingga akan
memperbesar luka tembak keluarnya.
 Pada beberapa keadaan luka tembak keluar lebih kecil dari luka tembak masuk, hal
ini disebabkan:1
- Kecepatan atau velocity peluru sewaktu akan menembus keluar berkurang,
sehingga kerusakannya (lubang luka tembak keluar) akan lebih kecil, perlu
diketahui bahwa kemampuan peluru untuk dapat menimbulkan kerusakan
berhubungan langsung dengan ukuran peluru dan velocity.

18
- Adanya benda menahan atau menekan kulit pada daerah dimana peluru akan
keluar yang berarti menghambat kecepatan peluru, luka tembak keluar akan
lebih kecil bila dibandingkan dengan luka tembak masuk.
Beberapa variasi luka tembak keluar9
 Luka tembak keluar sebagian (partial exit wound), hal ini dimungkinkan
oleh karena tenaga peluru tersebut hampir habis atau ada penghalang yang
menekan pada tempat dimana peluru akan keluar, dengan demikian luka
dapat hanya berbentuk celah dan tidak jarang peluru tampak menonjol
sedikit pada celah tersebut.
 Jumlah luka tembak keluar lebih banyak dari jumlah peluru yang
ditembakkan, ini dimungkinkan karena :
- Peluru pecah dan masing-masing pecahan membuat sendiri luka tembak
keluar.
- Peluru menyebabkan ada tulang yang patah dan tulang tersebut terdorong
keluar pada tempat yang berbeda dengan tempat keluarnya peluru.
Dua peluru masuk ke dalam tubuh melalui satu luka tembak masuk
(“tandem bullet injury”), dan di dalam tubuh ke dua peluru tersebut berpisah
dan keluar melalui tempat yang berbeda.
2.7 Pemeriksaan Khusus pada Luka Tembak
Pada beberapa keadaan, pemeriksaan terhadap luka tembak masuk sering
dipersulit oleh adanya pengotoran oleh darah, sehingga pemeriksaan tidak dapat
dilakukan dengan baik, akibat penafsiran atau kesimpulan mungkin sekali tidak
tepat. Untuk menghadapi penyulit pada pemeriksaan tersebut dapat dilakukan
prosedur sebagai berikut: Luka tembak dibersihkan dengan hidrogen perokside
(3% by volume). Setelah 2-3 menit luka tersebut dicuci dengan air, untuk
membersihkan busa yang  terjadi dan membersihkan darah. Dengan pemberian
hidrogen perokside tadi, luka tembak akan bersih, dan tampak jelas, sehingga
diskripsi dari luka dapat dilakukan dengan akurat. Selain secara makroskopik,
yaitu dengan  karakteristik pada luka tembak masuk, tidak jarang diperlukan
pemeriksaan khusus untuk menentukan secara pasti bahwa luka tersebut luka

19
tembak masuk; ini disebabkan oleh karena tidak selamanya luka tembak masuk
memperlihatkan ciri-ciri yang jelas. Adapun pemeriksaan khusus yang dimaksud
adalah: pemeriksaan mikroskopik, pemeriksaan kimiawi, dan pemeriksaan
radiologik.
1. Pemeriksaan Mikroskopik
Perubahan mikroskopis yang tampak diakibatkan oleh dua faktor, yaitu
akibat trauma mekanis dan termis1,3.
Luka tembak tempel dan luka tembak jarak dekat1,3 :
a. Kompresi ephitel,di sekitar luka tampak epithel yang normal dan yang
mengalami kompresi,elongasi,dan menjadi pipihnya sel-sel epidermal
serta elongasi dari inti sel,
b. Distorsi dari sel epidermis di tepi luka yang dapat bercampur dengan
butir-butir mesiu.
c. Epitel mengalami nekrose koagulatif,epitel sembab,vakuolisasi sel-sel
basal,
d. Akibat panas, jaringan kolagen menyatu dengan pewarnaan HE, akan
lebih banyak mengambil warna biru (basofilik staining)
e. Tampak perdarahan yang masih baru dalam epidermis (kelainan ini
paling dominan), dan adanyabutir-butir mesiu
f. Sel-sel pada dermis intinya mengkerut, vakuolisasi dan pignotik
g. Butir-butir mesiu tampak sebagai benda tidak beraturan, berwarna hitam
atau hitam kecoklatan
1) Pada luka tembak tempel “hard contact” permukaan kulit sekitar luka
tidak terdapat butir-butir mesiu atau hanya sedikit sekali, butir-butir
mesiu akan tampak banyak dilapisan bawahnya, khususnya
disepanjang tepi saluran luka
2) Pada luka tembak tempel “soft contact” butir-butir mesiu terdapat
pada kulit dan jaringan dibawah kulit.

20
3) Pada luka tembak jarak dekat, butir-butir mesiu terutama terdapat
pada permukaan kulit, hanya sedikit yang ada pada lapisan-lapisan
kulit

2. Pemeriksaan Kimiawi
Pada “black gun powder” dapat ditemukan kalium, karbon, nitrit, nitrat,
sulfis, sulfat, karbonat, tiosianat dan tiosulfat. ,Pada “smokeles gun powder”
dapat ditemukan nitrit dan selulosa nitrat. Pada senjata api yang modern,
unsur kimia yang dapat ditemukan ialah timah, barium, antimon, dan
merkuri.Unsur-unsur kimia yang berasal dari laras senjata dan dari peluru
sendiri dapat di temukan ialah timah, antimon, nikel, tembaga, bismut perak
dan thalium. Pemeriksaan atas unsur-unsur tersebut dapat dilakukan terhadap
pakaian, didalam atau di sekitar luka. Pada pelaku penembakan, unsur-unsur
tersebut dapat dideteksi pada tangan yang menggenggam senjata1.
3. Pemeriksaan dengan Sinar-X
Pemeriksaan foto rontgen pada luka tembak kurang bermanfaat. Ada
beberapa alasan penggunaan fotot rontgen yakni:
a. Untuk mengetahui lokasi peluru.
b. Untuk mengetahui lokasi pecahan peluru. Meskipun luka tembaknya
merupakan luka tembak terbuka, peluru mungkin pecah dan berada dalam
tubuh.
c. Untuk mengetahui saluran peluru.
d. Untuk mengetahui defek pada tulang.
e. Untuk mengetahui adanya emboli udara berkaitan dengan adanya bahaya
pada pembuluh darah yang besar akibat peluru.
f. Sebagai bukti tertulis bahwa tubuh korban telah diperiksa dan adanya
luka akibat peluru.
g. Untuk menyingkirkan adanya peluru dalam tubuh.
Radiografi dapat juga digunakan pada pasien hidup untuk menentukan
beberapa karakteristik adanya peluru dalam tubuh. Terdapat masalah yang

21
tidak diharapkan saat radiografi digunakan sebagai pemeriksaan rutin untuk
memeriksa luka tembak.
Foto rontgen dapat menyatakan ada peluru yang mungkin tidak
berhubungan dengan penembakan yang sedang diselidiki. Yang kedua, kaliber
dari peluru tidak dapat ditentukan dengan tepat  dengan menggunakan foto
rontgen. Adanya distorsi dengan menggunakan foto rontgen besar dan
tergantung jarak peluru dari film X ray. Sangat sulit memperkirakan kaliber
yang tepat dari peluru berdasarkan penampilan peluru di foto rontgen.
Pemeriksaan radiografi yang lain kadang-kadang digunakan pada pemeriksaan
luka tembak. Ini terdiri dari soft X-rays  yang terkadang dinamakan grenz
rays.
Pemeriksaan secara radiologik dengan sinar-X ini pada umumnya untuk
memudahkan dalam mengetahui letak peluru dalam tubuh korban, demikian
pula bila ada partikel-partikel yang tertinggal. Pada “tandem bullet injury”
dapat ditemukan dua peluru walaupun luka tembak masuknya hanya satu. Bila
pada tubuh korban tampak banyak pellet tersebar, maka dapat dipastikan
bahwa korban ditembak dengan senjata jenis “shoot gun” , yang tidak beralur,
dimana dalam satu peluru terdiri dari berpuluh pellet. Bila pada tubuh korban
tampak satu peluru, maka korban ditembak oleh senjata jenis rifled.
Pada keadaan dimana tubuh korban telah membusuk lanjut atau telah
rusak sedemikian rupa, sehingga pemeriksaan sulit, maka dengan pemeriksaan
radiologi ini akan dengan mudah menentukan kasusnya, yaitu dengan
ditemukannya anak peluru pada foto rongent (Idris, 1997). Pramono (1996)
menyatakan luka tembak masuk dilukis dalam keadaan asli atau dibuat foto.
Pada luka tembak jarak dekat dibuat percobaan parafin, yang kegunaannya
untuk menentukan sisa mesiu pada tangan penembak atau sisa-sisa mesiu
sekitar luka tembak untuk jarak dekat1.
4. Pemeriksaan baju pada korban luka tembak
Pemeriksaan korban luka tembak tidak lengkap tanpa pemeriksaan
defek baju yang dibuat oleh peluru. Beberapa cara pemeriksaannya2 :

22
a. Idealnya baju korban harus dilepaskan tanpa merusak baju tersebut.
b. Untuk mengidentifikasi korban, dapat dicari barang-barang yang ada di
saku.
c. Baju harus dilepaskan dari korban, tapi jika hal ini dapat merusak maka
dilakukan manipulasi sehingga luka dapat dilihat.
d. Korban yang meninggal, sekarat, dan potensial untuk resusitasi
kardiopulmonologi dirawat oleh petugas medis. Berkaitan dengan hal ini,
baju koraban harus dipotong atau dirobek.
Pemeriksaan baju pada korban dapat dilakukan dengan menggunakan
tehnik yang berbeda. Ini meliputi :
a. Dengan mata telanjang
b. Dengan menggunakan gelas
c. Dengan mikroskop binokular
d. Dengan fotografi inframerah

23
BAB III
ILUSTRASI KASUS

3.1 Identitas Korban

Nama : Tn. R
Jenis kelamin : Laki-Laki
Umur : 28 tahun
Agama : Islam
Alamat : Jalan Padi Raya 97 Kecamatan Genuk Kota Semarang
Provinsi Jawa Tengah
3.2 Kronologi Kejadian

Seorang laki-laki ditemukan meninggal di area perkebunan yang berlokasi


di Kecamatan Mranggen, Demak pada hari Minggu, 22 November 2020 sekitar
pukul 16.00 WIB. Korban diduga meninggal dunia karena luka tembak di dada
sebelah kiri. Jenazah diantar polisi dengan membawa surat permohonan Visum et
Repertum otopsi bedah mayat untuk mengetahui sebab-sebab kematiannya.

24
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada laporan kasus ini, korban adalah seorang laki-laki berusia sekitar dua
puluh lima hingga tiga puluh tahun. Menurut keterangan penyidik, korban ditemukan
sekitar jam empat sore pada hari minggu tanggal dua puluh dua November tahun dua
ribu dua puluh di area perkebunan di Mranggen, Demak. Diduga korban terbunuh
akibat ditembak oleh saingan sesama preman dengan motif balas dendam.
Pada proses identifikasi korban, digunakan metode pakaian, perhiasan dan
medik untuk menentukan bahwa jenazah yang ditemukan adalah korban yang
dimaksud, yaitu Tn. Restu. Metode identifikasi visual tidak sulit digunakan karena
korban langsung ditemukan dan diantarkan ke Rumah Sakit Bhayangkara Semarang
oleh tim penyelamat. Identifikasi dengan mengamati pakaian dan perhiasan yang
melekat pada tubuh korban menunjukkan kesesuaian dengan pakaian dan perhiasan
terakhir yang dikenakan korban. Pada metode medik, didapatkan ukuran tubuh yang
sesuai. Metode identifikasi dapat dilakukan secara sederhana, minimal 2 metode,
untuk menentukan jati diri korban.
Pada pemeriksaan luar jenazah ditemukan adanya tanda-tanda pasti kematian.
Tanda-tanda postmortem yang didapatkan yakni algor mortis dimana tubuh korban
teraba dingin, livor mortis berwarna merah gelap, rigor mortis pada sebagian
persendian korban yang sukar digerakkan namum belum terdapat tanda-tanda
pembusukan. Pemeriksaan ini penting selain untuk menentukan diagnosis kematian
korban juga untuk memperkirakan saat kematian korban, terutama pada kasus dengan
saat kematian yang tak diketahui karena tidak terdapat saksi.
Kaku mayat ditemukan pada rahang, sendi jari-jari tangan, pergelangan
tangan, lutut, pergelangan kaki, jari-jari kaki (seluruh tubuh) yang dapat dilawan.
Secara teoritis, kaku mayat dimulai setelah 2 jam postmortem dan mencapai puncak
pada 12 jam postmortem, kemudian menetap hingga 24 jam dan akhirnya menurun
secara bertahap sampai dengan menghilang. Karena kaku jenazah pada korban masih

25
ditemukan dan dapat dilawan, maka saat kematian korban diperkirakan antara 1-2
jam postmortem.
Lebam mayat merupakan tanda postmortem yang juga penting dalam
menjelaskan waktu dan proses kematian. Lebam mayat muncul setelah 30 menit
kematian dan mencapai puncak pada 8 – 12 jam kemudian. Selanjutnya, lebam mayat
bisa hilang atau tidak hilang dengan penekanan tergantung kerusakan vaskular dan
rembesan darah ke jaringan sekitarnya. Pada korban, didapatkan lebam mayat pada
daerah punggung dan bokong yang hilang dengan penekanan. Posisi korban yang
terlentang menyebabkan darah menumpuk pada bagian tubuh yang lebih rendah
sesuai arah gravitasi.
Proses pembusukan tidak ditemukan pada tubuh korban. Pembusukan dapat
terjadi setelah 24 jam postmortem pada suhu lingkungan di atas 20 oC. Pembusukan
dimulai di daerah perut karena di area inilah banyak terdapat bakteri pembusukan (di
dalam usus). Pembusukan tersebut ditandai oleh terkelupasnya kulit ari. Jika
pembusukannya merata, tubuh mayat akan mengapung di permukaan air. Keadaan ini
disebut floaten. Floaten biasanya terjadi pada hari ke-3 sampai hari ke-6. Volume gas
pembusukan dapat terjadi 2 kali lipat dari berat tubuh.
Diagnosis mati luka tembak pada korban diperoleh berdasarkan temuan
jenazah. Tanda-tanda mati akibat luka tembak pada pemeriksaan luar korban, yaitu:
- Pada dada bagian kiri korban terdapat sebuah luka terbuka dengan titik pusat luka
tujuh sentimeter di kiri garis tengah tubuh dan dua sentimeter di bawah garis
mendatar yang melewati kedua puting susu dan seratus tiga puluh sentimeter di
atas tumit
- Luka terdiri dari dua bagian, bagian luar berupa cincin lecet bentuk bulat,
diameter lima milimeter, dan bagian dalam berupa lubang luka, bentuk bulat
dengan diameter dua milimeter. Posisi lubang luka terhadap cincin lecet
konsentris, batas tidak tegas, tepi tidak rata, terdapat jembatan jaringan, tebing
tidak rata, terdiri dari jaringan kulit, jaringan ikat, jaringan lemak, otot, dasar luka
tidak dapat ditentukan karena menembus rongga dada

26
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Luka tembak merupakan suatu cedera pada tubuh yang diakibatkan oleh
senjata api. Senjata api adalah suatu senjata yang menggunakan tenaga hasil
peledakan mesiu, dapat melontarkan proyektil (anak peluru) yang berkecepatan
tinggi melalui larasnya. Berdasarkan panjang larasnya, senjata api ini
dikelompokan menjadi senjata api laras pendak dan senjata api laras panjang,
sedangkan berdasarkan alur pada laras, senjata api dikelompokan menjadi
senjata api baralur dan senjata api tanpa alur.
Pada luka tembak terjadi robekan dan kerusakan jaringan yang
diakibatkan daya dorong peluru dalam menembus jaringan. Luka tembak
dikelompokan menjadi luka tembak masuk dan luka tembak keluar, namun
pada klasifikasi ini yang tidak kalah penting adalah jarak tembakan yaitu luka
tembus masuk tempel, luka tembus masuk jarak dekat maupun luka tembus
masuk jarak jauh. Penentuan jarak ini juga dapat menentukan efek dari
tembakan. Efek dari tembakan ini diakibatkan oleh komponen peluru yang
mengenai tubuh yaitu anak peluru, mesiu, asap jelaga, api dan partikel logam
Pendeskripsian luka tembak dilakukan demi kepentingan medikolegal.
Deskripsi luka ini mencakup lokasi luka, ukuran dan bentuk luka, lingkaran
abrasi, lipatan kulit yang utuh dan robek, bubuk hitam sisa tembakan (jika ada),
dan bagian tubuh yang ditembus. Selain dekripsi luka, kita juga harus
menentukan jarak tembakan dan arah tembakan. Penentuan jarak tembakan ini
dapat dilihat dari adanya jejas laras, kelim api, kelim jelaga, atau kelim tato.
Pemeriksaan khusus pada luka tembak masuk seperti pemeriksaa nmikroskopik,
kimiawi, sinar x mungkin diperlukan.

27
DAFTAR PUSTAKA

1. Idries AM. 1997. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi I. Jakarta: Binarupa
Aksara; p.131-168.

2. Hueske E. 2006. Firearms and Tool Mark The Forensic Laboratory Handbooks,
Practice and Resource.

3. Anonim. 2007. Arti Klinis Luka Tembak. (online). (http://medlinux.blogspot.com/


2007/11/arti-klinis-luka-tembak.html, diakses pada 19 Agustus 2014).

4. Pounder D.J. 2008. Department of Forensic Medicine, University of Dundee,


Lecture Note, Gunshot Wounds. (online). (http://www.dundee.ac.uk/
forensicmedicine/notes/gunshot.pdf, diakses pada 19 Agustus 2014).

5. Di Maio, V.J.M. 1999. Gunshot Wounds Practical Aspects of Firearms,


Ballistics, and Forensic Techniques.Second Edition. New York : CRC Press.
page. 72-140.

6. Windi, dkk. 2006. Traumatologi Forensik. (online). (http://www.freewebs.com/


traumatologie2/traumatologi.htm, diakses tanggal 19 Agustus 2014).

7. Anonim. 2011. Forensic Pathology. (online). (http://library.med.utah.edu/


WebPath/FORHTsML/FOR039.html , diakses tanggal 19 Agustus 2014).

8. Indah PS, Lely, Irene, Elena, Luh S. 2011. Gunshot wound. (online).
(http://www.freewebs.com/ gunshot_wound/luka tembak pada tulang.htm,, diakses
tanggal 19 Agustus 2014).

9. Algozi Agus M. 2011. Luka Tembak. (online). (www.fk.uwks.ac.id/elib/


Arsip/Departemen/Forensik/luka%20tembak.pdf, diakses tanggal 19 Agustus
2014).

28

Anda mungkin juga menyukai