Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN KASUS

KEMATIAN AKIBAT TRAUMA PETIR YANG TIDAK BIASA DALAM RUANGAN

Francesco Ventura, MD, PhD, Rosario Barranco, MD,


Alessandro Bonsignore, MD, PhD, dan Francesco De Stefano, MD

Abstrak : Kematian akibat sambaran petir jarang terjadi, terutama di dalam ruangan. Beberapa
kasus mungkin memiliki kepentingan hukum karena merupakan hal yang tidak biasa dan tidak
umum terjadi. Penulis melaporkan suatu kasus sengatan listrik yang sangat jarang terjadi di
dalam sebuah rumah di daerah pedesaan. Seorang pria berusia 53 tahun tersambar aliran listrik
yang berasal dari kilat ketika dia sedang melakukan pekerjaan renovasi di sebuah pondok. Dalam
hal ini, interpretasi yang benar dari autopsi dan pemeriksaan histologi jaringan serta analisis yang
teliti terhadap data lingkungan mengarahkan pada diagnosis kematian yang benar dan
rekonstruksi kejadian yang terjadi. Faktanya adalah kejadian ini memang dapat mungkin terjadi
selama badai petir yang hebat, dengan kilat yang menyambar dari bawah ke atas membentuk
busur listrik. Korban, yang saat itu berada dekat dengan benda logam (sawhorses), tersambar di
kaki kiri dan arus keluar dari tangan kanan melewati jantung yang menyebabkan kematian
segera.

Kata Kunci: Sambaran Petir, Luka Bakar, Kematian akibat kecelakaan yang tidak disengaja

Trauma akibat sambaran petir adalah fenomena alam yang menarik dan tak terduga
dengan efek yang yang mematikan. Diperkirakan bahwa di seluruh dunia terdapat 1.800 badai
petir aktif yang terjadi setiap saat, dengan 44.000 badai petir yang menghasilkan 8 juta kilatan
petir per hari.1

Petir dapat dianggap sebagai bentuk arus searah tegangan tinggi. Arus searah adalah
transfer muatan listrik antara muatan positif dan negative yang terpolarisasi dalam awan badai
dan tanah. Arus listrik ini adalah hasil dari peningkatan perbedaan potensial listrik antara muatan
negatif yang berlebihan di dasar awan petir yang mengusir elektron yang bergerak bebas di
permukaan tanah, sehingga menginduksi tanah bermuatan positif. Sambaran petir akhirnya
terjadi ketika resistensi listrik udara terlampaui.2 Proses fisika yang terjadi di dalam dan di
sekitar petir menghasilkan listrik statis antara tetesan air atau partikel es yang secara kolektif,
pada skala besar, melibatkan struktur yang menonjol di tanah sehingga membentuk suatu sirkuit
listrik yang masif. Sebelum sambaran listrik muncul, elektron dari awan mengikuti jalur zigzag
menuju tanah dan menyebar ke lokasi. Ini dikenal sebagai stepped leader, di mana muatan yang
terdapat di permukaan bumi tertarik ke atas membentuk streamer: pertemuan muatan-muatan
tersebut terjadi di sekitar 150 hingga 200 m di atas tanah. Aliran elektron terjadi pada interval 50
ms, melalui rute resistansi listrik terendah dalam saluran terionisasi yang diameternya bervariasi
dari beberapa milimeter hingga 20 cm. Karena fenomena tersebut terjadi dalam kecepatan yang
ekstrim, Aliran tersebut terlihat terjadi terus menerus di mata manusia yang tidak mampu melihat
kilatan cahaya yang terpisah dengan kecepatan lebih cepat dari sepersepuluh detik. Di antara
awan-awan dengan potensial yang berbeda, terjadi pelepasan muatan listrik, yang biasa disebut
kilat. Karakteristik fisik petir adalah: panjang muatan spasial yang bervariasi dari 8 hingga 10 k,
diameter rata-rata 20 cm, potensial listrik beberapa juta Volt, intensitas yang berosilasi antara
10.000 dan 110.000 A, dan suhu 8000 ° C.3 Cedera yang dihasilkan pada korban yang tersambar
petir pada dasarnya berasal dari fenomena elektro-termal, meskipun efek mekanis tidak langsung
juga tidak sepele. Mayoritas kematian yang disebabkan oleh sambaran petir adalah karena henti
jantung dan / atau cedera elektro-termal. Sebagian besar kasus terjadi di luar ruangan; Namun,
beberapa kasus memang ada yang terjadi di dalam ruangan.

Penulis melaporkan kasus trauma petir dari seorang pria paruh baya sehat yang tersambar
secara fatal ketika bekerja di dalam ruangan di sebuah pondok.

LAPORAN KASUS

Seorang pria berusia 53 tahun sedang merenovasi pondoknya, bekerja sendirian. Di


malam hari, setelah tidak menerima jawaban darinya, keluarganya memilih memanggil polisi.
Setelah kedatangan polisi beserta ahli patologi forensik, pria tersebut ditemukan berbaring di sisi
kanannya di antara dua sawhorse metal. Tetany dipastikan karena selama investigasi tempat
kejadian, yang berlangsung sekitar dua jam, mayat mengalami kekakuan yang tidak biasa, yang
tidak dapat digerakkan dengan kekuatan manual, sehingga tidak dapat dikatakan sebagai rigor
mortis saja. Tempat kejadian tidak memberikan indikasi bahwa adanya suatu kebakaran. Alat-
alatnya berserakan, dan perabotan yang ada di ruangan itu tidak menunjukkan tanda-tanda
terbakar. Pemadam kebakaran tidak menemukan kerusakan pada pemutus sirkuit atau
mendeteksi suatu kerusakan listrik. Struktur pondok terdiri dari dinding yang belum sempurna
dengan balok-balok baja yang menghubungkan bagian luar struktur ke bagian tengah pondok
melalui atap. Balok baja tersebut mungkin memainkan peran penting dalam mengalirkan arus
listrik selama badai. Alat-alat logam di dalam ruangan berada dalam posisi mengarah ke langit-
langit, mungkin lebih memudahkan mengalirnya arus. (Gambar 1).

Gambar 1. Temuan pemeriksaan tempat kejadian. A, Korban berbaring di sisi


kanannya di antara dua meja gergaji dari bahan logam. Perabotan yang ada di ruangan
itu tidak menunjukkan tanda-tanda terbakar. B, Tubuh ditutupi oleh potongan pakaian
yang terbakar. Terdapat luka bakar derajat pertama, kedua, dan ketiga, terutama di
daerah perut, proksimal paha dan genitalia. C, Tubuh korban kaku dengan lokasi arus
keluar di ibu jari kanan. D, sepatu terbakar, khususnya di sol sepatu kiri, diduga
sebagai pintu masuk arus.
A
Ahli yang memeriksa tempat kejadian menyatakan bahwa petir masuk ke dalam pondok melalui
balok baja dan menciptakan lengkung arus di tempat di mana korban bekerja.

Kantor meteorologi melaporkan bahwa badai petir telah terjadi di daerah itu beberapa
jam sebelum kejadian. Selain itu, terdapat laporan orang lain juga disambar petir saat melintasi
jembatan di desa tersebut.

Evaluasi teknik dan medikolegal yang cermat memungkinkan untuk memastikan bahwa
petir mencapai balok baja yang ditempatkan di dalam dinding dan menonjol ke luar. Muatan arus
listrik yang keluar dari bawah ke atas membentuk lengkung listrik. Korban, yang dekat dengan
benda logam yaitu sawhorse, tersambar di kaki kiri, dan arus keluar dari tangan kanan melewati
jantung (Gambar. 2).

Gambar 2. Temuan pemeriksaan otopsi tempat kejadian. A-B, Rambut dan janggut
hangus. C, Tampilan umum perut dan paha. D, Luka bakar derajat pertama, derajat
kedua, dan derajat ketiga di daerah perut.
Temuan Pakaian dan Otopsi

Otopsi menunjukkan mayat seorang pria (tinggi 175 cm, berat 75 kg) dengan beberapa
tanda trauma petir. Tubuh ditutupi oleh sisa-sisa pakaian yang terbakar. Pemeriksaan luar
menunjukkan sepatu yang terbakar, terutama sol sepatu kiri, yang diduga sebagai pintu masuk
arus. Didapati luka bakar derajat satu, dua dan tiga di daerah perut, proksimal paha, dan
genitalia, dengan total area luka bakar sekitar 70% dari seluruh permukaan tubuh. Jenggot,
rambut tubuh, dan kulit kepala hangus. Terdapat stria Lichtenberg di paha kiri. Secara
makroskopis, ibu jari kanan menunjukkan kulit yang deepitelisasi dan perubahan warna
kekuningan. Lidah edema dan papila hangus.

Pemeriksaan dalam menunjukkan kongesti di semua organ utama disertai edema paru.
Selain itu, otopsi menunjukkan tidak adanya jelaga di trakea dan difus otot tetani. Tes darah
menunjukkan kadar karboksihemoglobin yang rendah (3,9%).

Analisis toksikologis menyangkal keberadaan alkohol, amfetamin-metamfetamin, 3,4-


methylenedioxy-methamphet-amine, tetrahydrocannabinol, kokain, opiat, metadon, tingkat
barbitu, benzodiazepin, neuroleptik, dan antidepresan trisiklik.

Temuan Histologis

Pemeriksaan histologis mengungkapkan nekrosis pita miokard, fragmentasi, dan


gangguan seluler. Selain itu, analisis ini menunjukkan emfisema dan edema paru akut. Di ibu jari
kanan, cedera sambaran petir menghasilkan nekrosis epidermal, keropeng, dan lepuh, dengan
homogenisasi dermis superfisial dan dalam. (Gbr. 3).

Menurut temuan autosi dan histologis, penyebab kematian disebabkan oleh kegagalan
ventrikel akut sekunder akibat listrik atmosfer (petir) dengan luka bakar kulit kontekstual.
Gambar 3. Temuan histologis. A, fragmentasi miokard (H&E, x10). B, cedera petir dan
kekacauan Myocardial (H&E, x20). C, nekrosis epidermis dan homogenisasi kulit (x20). D,
Cedera termal epidermis dengan lepuh (H&E, x4). H&E, hematoxylin-eosin.

DISKUSI

Petir menyambar bumi lebih dari 100 kali per detik, yaitu 8 juta kali sehari.4 Di Amerika
Serikat, fenomena ini menyebabkan sekitar 300 kecelakaan dan 100 kematian per tahun.5
Layanan Cuaca Nasional Amerika Serikat saat ini memperkirakan 70 kematian / tahun, dan
angka kematian 10%. Selain itu, penduduk kota dianggap berisiko lebih rendah daripada
penduduk di daerah pedesaan.6 Dengan sedikit pengecualian, orang-orang disambar petir saat
melakukan kegiatan di luar ruangan. Orang-orang yang bekerja di lokasi konstruksi atau di
pertanian, serta mereka yang bermain golf atau pergi memancing, berenang, atau berkemah
sangat berisiko. Serangan kilat fatal lebih sering terjadi pada musim panas dan musim gugur,
antara bulan Mei dan September, lebih sering pada sore dan malam hari.7

Serangan kilat menghasilkan tingkat kematian 10% hingga 30% dengan risiko 76% dari
konsekuensi jangka panjang pada korban yang selamat.8 Masa kontak kilat dengan korban adalah
sekitar 10.000 sampai 1000 detik.

Petir dapat menyebabkan cedera melalui beragam mekanisme: serangan langsung, "flash
side", di mana petir menyerang objek lain dan kemudian "melompat" ke korban, atau dengan
konduksi melalui objek lain.2

Dalam beberapa kasus, fenomena yang disebut flashover dapat terjadi, di mana bagian
dari yang dilepaskan dialihkan ke permukaan tubuh karena tertarik oleh konduktor logam dan
kelembaban tubuh. Beberapa penulis9 percaya bahwa ini adalah fenomena perlindungan karena
memungkinkan arus mengalir di sepanjang permukaan tubuh, alih-alih melewatinya.

Dalam beberapa penelitian, kematian akibat sambaran petir terjadi segera10 karena
kardiak asistol atau fibrilasi ventrikel.11,12 Arus listrik menyebabkan "serangan balasan" yang
secara bersamaan mendepolarisasi semua sel miokard. Pemeriksaan histologis menunjukkan
campuran nekrosis, perdarahan, miokarditis eosinofilik,13,14 dan kemungkinan gangguan jantung.
Pada saat yang sama, henti nafas dapat disebabkan oleh kelumpuhan otot dan depresi pusat
pernapasan. Dapat juga terjadi pneumonia aspirasi, edema paru, dan perdarahan difus alveolar.
Temuan ini dapat dihasilkan dari depolarisasi difus sistem saraf pusat, yang mengarah pada
regulasi yang salah dari gag refleks, atau dari upaya resusitasi. Cedera sambaran petir juga dapat
memicu pelepasan katekolamin intens, kemudian terjadi nekrosis pita miokardium.

Lesi kulit yang khas dari luka akibat sambaran petir adalah pola “arborescent”,
menyerupai pola pakis dengan perubahan warna kulit menjadi merah muda, yang
menginterprestasikan hemolisis intravaskular di dalam pembuluh darah subkutan.2 Secara
histologis, ditandai dengan epidermis yang intak dan ekstravasasi fokal darah dalam lemak
subkutan.16 Selain itu, sambaran petir juga dapat menyebabkan karbonisasi kulit (lebih jelas pada
daerah masuk dan keluar) dan nekrosis epidermal, sedangkan tanda makula simetris di bawah
payudara jarang terjadi.17
Temuan otopsi lain yang sering dilaporkan adalah pecahnya membran timpani, yang
diidentifikasi pada 50% hingga 80% korban.

Ketika petir menyambar rumah, teori mekanisme cedera didasarkan pada energi listrik
yang disalurkan melalui segala jenis pipa atau kabel.19

Mayoritas kasus cedera sambaran petir dalam ruangan terkait dengan penggunaan
telepon.20,21 Dalam kasus tersebut, korban insiden kilat menerima sengatan listrik atau akustik
saat berada di telepon. Tidak jarang korban “terlempar ke tanah” mungkin oleh kontraksi otot
yang hebat pada sengatan listrik. Peristiwa ini hampir tidak pernah menyebabkan kematian
karena individu hanya menerima sebagian kecil dari arus petir atau arus intensitas rendah.

Bianco-Pampin et al22 menggambarkan sebuah kasus sambaran petir dalam ruangan, pada
pria berusia 55 tahun, yang terjadi saat berada di tempat tidur. Dalam kasus yang tidak biasa ini,
investigasi tempat kejadian dan otopsi sangat penting dalam menentukan penyebab kematian.

Kreci et al23 melaporkan kasus seorang pria berusia 46 tahun yang meninggal di dapurnya
karena muatan listrik yang terjadi melalui cerobong asap yang bagian luarnya terkena petir.

Sebuah tinjauan literatur mengkonfirmasi kelangkaan ekstrim dari kasus yang diusulkan.
Interpretasi yang tepat dari data dari otopsi dan analisis histologis menyebabkan rekonstruksi
akurat dari peristiwa yang menyebabkan kematian.

Dari sudut pandang post-mortem dan mediko-legal ada beberapa elemen berbeda yang
mendukung kesimpulan bahwa kematian disebabkan oleh efek dari sambaran petir. Karbonisasi
dari sepatu menunjukkan tempat masuknya pelepasan listrik ke tubuh. Sambaran petir
menentukan difus otot tetani dan adanya berbagai luka bakar kulit sekunder akibat efek Joule.
Konsentrasi rendah karboksihemoglobin dalam darah dan tidak adanya jelaga di daerah bronkial
mengindikasikan bahwa kematian terjadi tiba-tiba, mendahului timbulnya luka bakar. Akhirnya,
nekrosis epidermal, dengan homogenisasi permukaan dermis tangan kanan menunjukkan aliran
arus di dalam kulit, yang mewakili tempat keluarnya arus listrik.
KESIMPULAN

Singkatnya, investigasi tempat kejadian dan temuan otopsi terbukti penting dalam
menentukan penyebab kematian.

Pada kasus yang dihadapi muncul kepentingan medikolegal tertentu, karena keadaan
yang sangat langka di mana sambaran petir terjadi didalam ruangan dan kesulitan interpretatif
selama investigasi tempat kejadian. Faktanya, mayat itu terkarbonisasi bukan karena ada sumber
panas yang jelas atau api di dalam pondok. Hipotesis awal para peneliti juga mempertimbangkan
kemungkinan bahwa subjek mungkin telah dibakar di tempat lain, di mana kemudian
disembunyikan di pondok. Gagasan ini kemudian ditolak setelah analisis yang cermat tentang
mayat selama pemeriksaan post-mortem sehubungan dengan data lingkungan yang relevan.
Akibatnya, di samping sifat langka dari kematian ini, kasus yang diilustrasikan berfungsi sebagai
peringatan bagi ahli patologi forensik. Perlu digarisbawahi bahwa interpretasi yang benar dari
data yang ditemukan di tempat investigasi serta pemeriksaan autopsi dan histologis adalah hal
yang paling penting untuk menentukan penyebab dan cara kematian secara tepat.

Anda mungkin juga menyukai