Anda di halaman 1dari 17

Kolesistitis Akut

Prof.dr Lukman Hakim Zain,SpPD-KGEH

Divisi Gastroenterologi dan Hepatologi


Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK USU/RSUP H Adam Malik Medan
Sistim Bilier
Anatomi
- Sel hati
- Saluran empedu
- Intra Hepatik (kanalikuli)
- Ekstra Hepatik (duktus)
- Duktus hepaticus sinistra dan dekstra
- Duktus hepaticus komounis
- Duktus sisticus
- Duktus koledokus
- Kandung empedu (45 ml)
- Menampung
- Absorpsi ( > pekat 10 x )
- Ampula vateri

Fungsi (Fisiologi)
- Sekresi empedu
- Memompakan makanan  lemak dan asam
Kolesistitis adalah peradangan pada kandung Empedu 
berlangsung singkat (akut) dan berulang (kronik)
90 %  terjadi akibat adanya sumbatan pada duktus
sistikus oleh batu empedu  Kolelitiasis
10 %  Kolesistitis akalkulus

75 % kultur cairan empedu ditemukan adanya


mikroorganisme  paling sering :
- Escherichia coli - Enterococcus
- Klebsiella
Biliary Duct Stenosis

Greenfield LJ. Surgery: Scientific Principles and Practice, 1997


Kebanyakan pasien kolesistitis akut  remisi sempurna
dalam 1-4 hari.
25-30 % pasien membutuhkan tindakan bedah atau timbul
berbagai komplikasi
Kolesistitis akalkulus  angka mortalitas bervariasi 10-50 %
Kolesistitis emfisematous mortalitas 15 %
Perforasi terjadi pada 10-15 % kasus
Populasi hispanik dan negara Eropa Utara  sering terkena
Faktor resiko timbulnya kolesistitis kalkulus
- Usia - BB 
- Wanita - Obat-obatan
- Obesitas - Kehamilan
Kolesistitis akalkulus dihubungkan dengan kondisi stasis
bilier :
- Penyakit kritis
- Bedah mayor atau luka bakar dan trauma yang hebat
- sepsis
- Diabetes melitus
- Penyakit Sickle cell
- Penderita AIDS dengan cytomegalovirus, cryptosporidiosis
atau mikrosporidiosis
Patofisiologi
Kolesistitis kalkulus akut disebabkan obstruksi pada duktus
sistikus  distensi pada kandung empedu  gangguan
aliran darah dan limfa  iskemia dan nekrosis mucosa
kandung empedu
Cullen (2000)  endotoxin menyebabkan nekrosis,
haemorragik, deposisi fibrin,kerusakan mukosa kandung
empedu
Kolesistitis akalkulus akut  mekanismenya belum jelas
Gejala Klinis
Anamnesa:
- Nyeri pada hipochondrium kanan atau epigastrium yang
menjalar ke scapula kanan
- Nausea dan vomitus
- Demam
- Pada orang tua sering kali nyeri dan demam tidak dijumpai
hanya ditemukan adanya nyeri lokal
- Kolesistitis dapat dibedakan dari kolik empedu apabila nyeri
hebat dan menetap > 6 jam

Serangan paling sering dipicu konsumsi lemak


Pemeriksaan Fisik
- Demam  pada orang tua demam (-)
- Takikardi
- Nyeri pada hipochondrium kanan atau abdomen bagian atas
- Murphy sign  spesifik tapi kurang sensitif
- Ikterus  ditemukan kurang 20 %
- Teraba kandung empedu 30-40%
Laboratorium
-Leukosit   hanya 61 % leukosit > 11.000
 bila leukosit > 15.000  perforasi atau gangren
- AST, ALT dan alkali fospatase 
- Bilirubin > 3,5 mg/dl  CBD stone atau kolangitis asenden
- Amilase  > 3x normal  gangren GB
Radiologis
- Foto polos abdomen  10-30 % batu kalsium
Kolesistitis emfisematous
Kolangitis
Cholecystic – enteric fistula
Manipulasi postendoskopik

Gambaran udara di bilier


Ultrasonografi
Sensitivitas dan spesifisitas 95 %  diagnosis batu empedu >
2 mm
Kolesistitis  Sensitivitas 90-95 % dan spesifisitas 78-80 %
Dicurigai kolesistitis akut :
- Cairan perikolesistitic
- Penebalan dinding kandung empedu > 4 mm
- Murphy sign
- Bila ditemukan batu empedu  konfirmasi diagnosis
Hepatobiliary scintigraphy {HBS} (Hepatoiminodiacetic acid
[HIDA] diisopropyl iminodiacetic acid [DISIDA]
HBS  akurasi 95 %  Kolesistitis akut
Dilaporkan Bilier scintigrafi  sensitivitas 90-100% dan
spesifisitas 85-95 %
CT Scans 
Keuntungannya untuk melihat :
a. Komplikasi kolesistitis dan kolangitis
b. Perforasi GB
c. Cairan pericholecystik
d. Dilatasi duktus intrahepatik
Kerugiannya  tidak dapat mendeteksi GB stone sekitar
20 % karena sama densitasnya dengan empedu
Endoscopic retrograde cholangiopancreatography (ERCP)
Dilakukan pada pasien yang mempunyai resiko tinggi CBD
stone bila ditemukan tanda-tanda obstruksi
Menggambarkan anatomi dan sekaligus dapat dilakukan
pengangkatan batu dari CBD

Pengobatan
- Bed rest
- Diet  puasa  istirahat usus/ kandung empedu
- Infus elektrolit/ dekstrosa  muntah dan dehidrasi
- Analgesia  meperidin HCl, antikolenergik, spasmo-
analgetik
- Antibiotik intravena  sesuai kuman penyebab
- Operasi  kolesistektomi ( dalam 72 jam pertama)
Komplikasi
- Emfiema kandung empedu
- Gallstone ileus
- Kolesistitis emfisematous  1 % kasus
- Sepsis
- Pancreatitis
- Perforasi terjadi pada 15 %
Prognosis
- Kolesistitis tanpa komplikasi angka mortalitasnya rendah
- Gangren atau emfiema  angka mortalitas 50-60%
Kolesistitis Kronis
- Sulit didiagnosa karena tanpa gejala yang khas
- Peradangan kronis bisa tanpa adanya batu
- penyembuhan mengikuti kolesistektomi
- Kolesistografi oral setelah kolesistokinin IV  dapat
menyebabkan nyeri dalam 5-10 menit

Anda mungkin juga menyukai