Anda di halaman 1dari 19

MODUL 21: KEDOKTERAN KEHAKIMAN

SKENARIO 2
(BUKAN “REKOSET”)

Disusun oleh

ELVINA DIANITHA
(71180811061)
SEMESTER VI
SGD 14

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITA ISLAM SUMATERA UTARA
TA 2020/2021
Lembar Penilaian Makalah

NO Bagian yang Dinilai Skor Nilai

1 Ada Makalah 60

2 Kesesuaian dengan LO 0 - 10

3 Tata Cara Penulisan 0 - 10

4 Pembahasan Materi 0 – 10

5 Cover dan Penjilidan 0 – 10

TOT AL

NB : LO = Learning Objective Medan, 14 Agustus 2021

Dinilai Oleh :

Tutor

( dr. Nurhaida Djamil, Sp. M )


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita ucapkan atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena
atas rahmat dan karunia – Nya saya dapat menyelesaikan makalah dari pelaksanaan
SGD (Small Group Discussion) kami. Makalah ini disusun berdasarkan
pengalaman dan pengamatan saya selama melakukan kegiatan berdasarkan
paradigma pembelajaran yang baru. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas saya
dalam bidang studi kedokteran yang menggunakan metode PBL (Problem Based
Learning). Makalah ini diharapkan dapat sebagai bahan acuan untuk mencapai
penggunaan metode baru tersebut secara berkelanjutan. Saya berusaha menyajikan
bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti oleh semua kalangan untuk
mempermudah dalam penyampaian informasi metode pembelajaran ini.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu dr. Nurhaida Djamil, Sp.M
selaku Dosen tutorial SGD 14 Fakultas Kedokteran UISU yang telah membimbing
kami selama proses pembelajaran dan SGD pada modul 21 Kedokteran Kehakiman.
Saya menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, oleh karena itu saya
menerima kritik dan saran yang positif dan membangun dari para pembaca untuk
memperbaiki kekurangan dari makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberi
manfaat pada kita semua.

Medan, 14 Agustus 2021


Penulis

Elvina Dianitha
(71180811061)

i
DAFTAR ISI

KATA
PENGANTAR………………………………………………………………. i
DAFTAR ISI …………………….…………………………………………. ii
SKENARIO ………………………………………………………………… iv

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah…………..……………………………………... 1
1.2 Rumusan Masalah……………...………………………………………… 2
1.3 Tujuan ..……..………………………………………………………….... 2

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Luka Tembak ………………………………………………….. 3
2.2 Klasifikasi Luka Tembak
2.2.1 Luka Tembak Masuk ……………………………………………. 4
2.2.2 Luka Tembak keluar …………………………………………….. 8
2.3 Perubahan yang Terjadi Pada Luka Tembak …………………………… 9
2.4 Mekanisme dan Faktor – faktor yang Mempengaruhi Luka Tembak
2.4.1 Mekanisme Terjadinya Luka Tembak …………………………… 11
2.4.2 Faktor – faktor yang Mempengaruhi Luka Tembak ……………... 11
2.5 Pemeriksaan Autopsi Pada Korban Luka Tembak ……………………… 12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan ……………………….…..………………………………… 13
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….. 14

ii
SKENARIO 2

Bukan “Rekoset”
(level Kompentensi 3A)

Seorang pemuda yang berprofesi sebagai petugas parkir tewas tertembak
orang tak dikenal dini hari kemarin. Warga yang menemukan korban pertama kali
langsung membawanya ke Rumah Sakit terdekat. Dokter yang memeriksa
menjumpai adanya lubang luka berbentuk bulat (bukan stellate), dijumpai cincin
memar dan tato di sekitar lubang luka. Dokter menduga luka tembak tersebut bukan
merupakan luka rekoset, karena lubang lukanya berbentuk bulat. Dokter menduga
anak peluru masih terdapat di dalam luka karena tidak dijumpai adanya luka tembak
keluar. Penyidik menanyakan ke dokter penyebab kematiannya.

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Perubahan moral yang terjadi di masyarakat membawa dampak yang cukup
luas terutama pada perubahan sikap dan perilaku masyarakat. Berbagai macam
pelanggaran hukum sering terjadi salah satu diantaranya adalah tindakan
kekerasan atau penganiayaan. Kasus kekerasan di Indonesia saat ini mengalami
peningkatan tiap tahunnya.
Kekerasan atau penganiayaan yang terjadi disebabkan oleh beberapa hal
diantaranya faktor ekonomi, kesadaran masyarakat yang berkurang terhadap
hukum dan peradilan, serta pengendalian masyarakat yang semakin menurun.
Dalam istilah hukum, penganiayaan memiliki arti dengan sengaja melukai atau
menimbulkan perasaan nyeri pada seseorang. Kekerasan atau penganiayaan
mempengaruhi faktor fisik dan psikis pada penderita. Sebagian besar
penganiayaan dapat meninggalkan bekas/luka. Berdasarkan berat ringannya
akibat yang ditimbulkan, luka dapat dibedakan menjadi tiga, (1) luka derajat
pertama, yakni luka yang tidak berakibat penyakit atau halangan untuk
menjalankan pekerjan, (2) luka derajat kedua, yakni luka yang menimbulkan
penyakit atau halangan untuk melakukan pekerjaan tetapi hanya untuk
sementara waktu, sedangkan (3) luka derajat ketiga adalah apabila
penganiayaan atau kekerasan mengakibatkan luka berat seperti yang dimaksud
dalam pasal 90 KUHP.
Kekerasan yang menimbulkan luka dapat dibedakan menjadi tiga golongan
yakni luka karena kekerasan mekanik (benda tajam, tumpul dan senjata api),
luka karena kekerasan fisik (luka karena arus listrik, petir, suhu tinggi, suhu
rendah) dan luka karena kekerasan kimiawi (asam organik, asam anorganik,
kaustik alkali dan karena logam berat). Seiring dengan perkembangan zaman,
jenis luka yang kini banyak ditemui dimasyarakat adalah luka akibat kekerasan
mekanik terutama luka yang disebabkan oleh senjata api. Luka akibat senjata
api menjadi salah satu jenis luka yang sangat mebahayakan. Sebuah proyektil

1
yang didorong dari barrel sebuah senjata dengan tekanan yang tinggi akan
membentur tubuh dengan kecepatan yang cukup tinggi. Hal ini dapat
mengakibatkan berbagai jenis luka seperti luka tembak masuk, luka tembak
keluar, luka bakar pada kulit, serta luka lecet. Kerusakan jaringan tubuh yang
lebih berat juga dapat timbul apabila peluru mengenai bagian tubuh yang
densitasnya lebih besar. Peluru yang masuk tidak dapat ditentukan hanya
melalui luka tembak masuk atau luka tembak keluar. Untuk menentukan lokasi
peluru, maka diperlukan beberapa pemeriksaan, salah satunya adalah
pemeriksaan radiologi. Pemeriksaan radiologi merupakan pemeriksaan yang
cukup penting untuk memudahkan dalam mengetahui letak peluru dalam tubuh
korban serta partikel – partikel peluru yang masih tertinggal. Radiologi kini
memiliki peranan yang cukup besar dalam bidang patologi forensik maupun
kedokteran forensik klinis terutama untuk menilai luka tembak.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja klasifikasi luka tembak ?


2. Bagaimana perubahan bentuk/ciri khas yang terjadi pada luka tembak?
3. Bagaimana mekanisme luka tembak dan apa saja faktor – faktor yang
mempengaruhinya ?
4. Apa saja yang ditemukan pada pemeriksaan autopsi pada korban luka
tembak ?

1.3 Tujuan

1. Mahasiswa mampu mengetahui tentang klasifikasi luka tembak.


2. Mahasiswa mampu mengetahui tentang perubahan bentuk/ciri khas yang
terjadi pada luka tembak.
3. Mahasiswa mampu mengetahui tentang mekanisme luka tembak dan apa
saja faktor – faktor yang mempengaruhinya.
4. Mahasiswa mampu mengetahui tentang pemeriksaan autopsi pada korban
luka tembak.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Luka Tembak


Luka tembak ialah luka yang disebabkan adanya penetrasi anak peluru atau
persentuhan peluru dengan tubuh. Untuk memahami akibat luka tembak pada
tubuh harus dimulai dari pengetahuan tentang apa yang keluar dari mulut laras
pada waktu senjata api meletus.
Sewaktu peluru ditembakkan oleh senjata api, ada beberapa komponen yang
ikut keluar dari mulut laras, yaitu anak peluru, sisa mesiu yang tidak terbakar,
api, asap dan gas. Masing – masing komponen ini akan menimbulkan akibat
pada sasaran korbannya. Anak peluru akan menyebabkan terjadinya luka (luka
masuk dan bisa luka keluar) dengan saluran luka di dalam tubuh. Sisa mesiu
yang tidak terbakar akan menyebabkan terjadinya penyebaran tattoo di sekitar
luka masuk. Pada jarak tembak sangat dekat dengan sasaran, api dapat
menimbulkan luka bakar. Begitu pula asap akan meninggalkan jelaga di sekitar
luka masuk. Gas hanya menimbulkan akibat bila mulut laras menempel dengan
jaringan tubuh. Bila luka tembak tempel dekat ke permukaan tulang di mana
kulit dan otot dekat ke tulang, maka gas akan memantul kembali dan keluar dan
membuat luka masuk menjadi luas, sering pecah seperti bintang (stellate). Bila
jaringan di tempat luka masuk hanya jaringan lunak, efek yang ditimbulkan
tekanan gas tidak sehebat yang dekat ke tulang. Dengan memahami akibat dari
kelima komponen di atas, maka dokter dapat melaporkan hasil pemeriksaan dan
kesimpulannya dalam VeR.

2.2 Klasifikasi Luka Tembak


Luka tembak dapat diklasifikasikan berdasarkan jarak tembak antara
moncong senjata dengan target yaitu tubuh korban. Luka tembak yang terjadi
dapat ditemukan dalam bentuk penetrasi atau perforasi. Penetrasi luka terjadi
apabila peluru memasuki objek dan tidak dapat keluar, sedangkan perforasi luka
terjadi apabila peluru dapat melewati keseluruhan objek. Klasifikasi luka

3
tembak ditentukan berdasarkan ciri – ciri yang khas ditimbulkan pada setiap
tembakan yang dilepaskan dari berbagai jarak. Bedaraskan hal tersebut, luka
tembak diklasifikasikan menjadi :
2.2.1 Luka Tembak Masuk
Bagian yang penting dalam pemeriksaan luka tembak adalah
pemeriksaan luka tembak masuk karena pengertian luka tembak adalah
penetrasi anak peluru ke dalam tubuh, maka perlu dikaji tentang yang
terjadi pada waktu peluru menembus kulit. Selain luka masuk yang
merobek tubuh, maka dipinggir luka akan terbentuk cincin memar di
sekeliling luka masuk (contusion ring). Sebetulnya ini lebih tepat disebut
luka lecet. Diameter luka memar ini menggambarkan kaliber peluru yang
menembus. Oleh karena itu perlu diukur dengan teliti. Bila cincin memar
bulat berarti peluru menembus tegak lurus. Bila lonjong maka peluru
menembus miring. Arah dan sudut kemiringan luka tembak masuk dapat
ditentukan dari bagian yang lebih lebar dari cincin memar.
Bentuk cincin memar bisa tidak teratur. Ini bisa dihubungkan dengan
kemungkinan peluru yang menembus kulit tidak bulat lagi karena berubah
bentuk, misalnya peluru rekoset karena mengenai benda lain dulu seperti
dinding, pohon, dan lain – lain atau peluru memuai karena panas atau
peluru yang ujungnya sengaja dibelah (peluru dum - dum).

Gambar 1. Luka Tembak Masuk


Berdasarkan jarak tembakan, luka tembak masuk dibedakan menjadi :
a. Luka tembak tempel (Contact wound)

Gambar 2. Luka Tembak Tempel

4
Luka tembak masuk tempel pada umumnya merupakan luka pada
kasus bunuh diri. Pada luka tembak tempel, moncong senjata saat
penembakan diletakkan berlawanan dengan permukaan tubuh. Luka
tembak masuk tempel pada kulit umumnya tidak bulat, tetapi dapat
berbentuk bintang apabila mengenai tulang dan sering ditemukan
cetakan/jejas ujung laras. Terjadinya luka berbentuk bintang
disebabkan karena ujung laras ditempelkan keras pada kulit, sehingga
seluruh gas masuk kedalam dan jalannya terhalang oleh tulang
sehingga membalik keluar melalui lubang anak peluru. Desakan keluar
ini menimbulkan cetakan laras dan robeknya kulit. Pada luka tembak
tempel, semua unsur – unsur yang keluar dari laras masuk ke dalam
luka. Dalam tubuh, masing – masing anak peluru (pellet) yang berasal
dari shotgun akan saling berbenturan sehingga terjadi dispersi atau
penyebaran pellet keseluruh tubuh yang dikenal dengan fenomena
billiard ball richochet effect. Berdasarkan kontak terhadap kulit, luka
tembak tempel dapat dibedakan menjadi kontak keras (hard), tidak erat
(loose/soft), bersudut (angled), incomplete (variation angle).
ü Luka tembak tempel keras (Hard contact wound)
Pada hard contact wound, moncong laras menekan kulit
dengan sangat keras, sehingga kulit menutupi moncong senjata.
Pada luka jenis ini akan didapatkan gas panas sisa pembakaran
pada tepi luka dan warna kehitaman dari jelaga. Jelaga ini
menempel pada kulit yang terbakar dan tidak dapat dihilangkan
hanya dengan mencuci atau menggosok luka.
ü Luka tembak tempel tidak erat (Loose/soft contact wound)
Pada jenis luka ini, moncong senjata secara utuh (complete)
menekan kulit dengan tekanan yang tidak terlalu erat. Gas yang
keluar mendahului anak peluru sehingga terbentuk temporary gap
antara kulit dan moncong senjata. Jelaga yang dibawa oleh gas,
terkumpul disekitar luka tembak masuk. Jelaga ini dapat
dibersihkan dengan mudah.

5
ü Luka tembak tempel bersudut (Angled contact wound)
Pada jenis luka ini, moncong senjata ditempelkan pada sudut
tertentu pada kulit sehingga tidak semua bagian moncong senjata
kontak dengan kulit. Kontak yang tidak komplit dengan kulit
menyebabkan bentuk jelaga yang esentrik. Jelaga terdapat dalam
dua daerah yang berbeda. Pada daerah yang nyata atau jelas
terlihat (noticeable zone) akan tampak warna kehitaman (black
seared area) pada kulit dan berbentuk sirkular, oval atau pear
sedangkan pada daerah terang (light) akan tampak berwana abu –
abu dengan sedikit jelaga dan berbentuk seperti kipas yang lebih
mudah untuk dibersihkan. Pada daerah ini terdapat bubuk mesiu
yang tidak terbakar.
Luka tembak masuk normalnya terletak pada daerah yang
berwarna kehitaman. Jika sudut tembak antara kulit dan laras
memiliki sudut yang tinggi, dimana posisi moncong laras
mendekati arah tegaklurus dengan kulit, luka tembak masuk akan
ditemukan lebih kearah pusat daerah yang berwarna kehitaman.
Sedangkan, jika sudut antara kulit dan laras memiliki sudut yang
semakin berkurang, akan terdapat sisa bubuk mesiu berupa tattoo
pada letak yang berlawanan dengan luka.
ü Luka tembak tempel incomplete (Variated angle contact wound)
Luka tembak tempel incomplete merupakan variasi dari luka
tembak tempel bersudut. Pada luka ini senjata ditempelkan
berlawanan dengan kulit tapi karena permukaan tubuh tidak datar,
terdapat gap antara moncong senjata dan kulit.
b. Luka tembak jarak sangat dekat (Near contact wound)
Luka tembak masuk jarak sangat dekat sering disebabkan
pembunuhan. Dengan jarak sangat dekat (± 15 cm), maka akan
didapati cincin memar, tandatanda luka bakar, jelaga dan tatu disekitar
lubang luka masuk. Pada daerah sasaran tembak didapati luka bakar
karena semburan api dan gas panas, kelim jelaga (arang), kelim tatu

6
akibat mesiu yang tidak terbakar dan luka tembus dengan cincin
memar dipinggir luka masuk.
c. Luka tembak jarak dekat (Intermediate-range wound)

Gambar 3. Luka Tembak Jarak Dekat


Luka dengan jarak dibawah 70 cm akan meninggalkan lubang luka,
cincin memar dan tatu disekitar luka masuk. Biasanya karena
pembunuhan. Pada luka tembak penting sekali memeriksa baju korban.
Harus dicocokkan apakah lubang ditubuh korban setentang dengan
lubang dipakaian. Dalam hal ini baik pada luka tembak dekat, sangat
dekat, dan juga luka tembak tempel, perlu diperhatikan kemungkinan
tertinggalnya materi-materi asap dan tatu dipakaian korban, karena
pada tubuh korban hanya didapati luka dengan cincin memar yang
memberikan gambaran luka tembak jauh. Oleh karena itu bila korban
luka tembak tidak memakai pakaian, jangan menentukan jarak luka
tembak sebelum memeriksa pakaiannya.
d. Luka tembak jarak jauh (Long – range wound/distant gunshot wound)

Gambar 4. Luka Tembak Jarak Jauh


Disini tidak ada kelim tatoo, hanya ada luka tembus oleh peluru dan
cincin memar. Jarak penembakan sulit atau hampir tak mungkin
ditentukan secara pasti. Tembakan dari jarak lebih dari 70 cm dianggap
sebagai tembakan jarak jauh, karena partikel mesiu biasanya tidak
mencapai sasaran lagi.

7
2.2.2 Luka Tembak Keluar

Gambar 5. Luka Tembak Keluar pada Tulang


Jika peluru yang ditembakkan dari senjata api mengenai tubuh korban
dan kekuatannya masih cukup untuk menembus dan keluar pada bagian
tubuh lainnya, maka luka tembak dimana peluru meninggalkan tubuh itu
disebut luka tembak keluar. Bila mana peluru yang masuk kedalam tubuh
korban tidak terbentur dengan tulang, maka saluran luka yang terbentuk
yang menghubungkan luka tembak masuk dan luka tembak keluar dapat
menunjukkan arah datangnya peluru yang dapat sesuai dengan tembakan.
Bila tidak ditemukan cincin memar di sekitar lubang luka, maka ini
merupakan patokan sebagai luka keluar. Pada luka keluar bisa didapati
jaringan lemak menghadap keluar, walaupun kadang – kadang sulit
memastikannya. Bentuk dan besar luka keluar beragam, tergantung posisi
peluru keluar dan kecepatan menembus kulit. Besar luka tembak keluar
seringkali memiliki besar dua kali dari luka tembak masuk. Berdasarkan
perbedaan ukuran maka terdapat beberapa kemungkinan, yaitu:
ü Luka tembak masuk lebih kecil dari luka keluar. Ini lebih sering
ditemukan karena waktu keluar, daya tembus mengebor dari peluru
berkurang oleh adanya hambatan jaringan, sehingga membuat luka
lebih besar. Apalagi bila serpihan tulang ikut melukai.
ü Luka masuk dan luka keluar sama besar. Terjadi bila daya tembus
peluru masih tinggi dan hanya mengenai jaringan lunak.
ü Luka masuk lebih besar dari luka keluar. Hal ini dapat terjadi di mana
sesudah peluru menembus masuk ke tubuh, daya tembusnya sangat
berkurang dan tenaga peluru keluar hanya cukup untuk menembus
kulit.

8
2.3 Perubahan yang Terjadi pada Luka Tembak
2.3.1 Akibat anak peluru (bullet effect) mengakibatkan adanya luka terbuka
Luka terbuka yang terjadi dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu:
a) Kecepatan
b) Posisi peluru pada saat masuk ke dalam tubuh
c) Bentuk dan ukuran peluru
d) Densitas jaringan tubuh di mana peluru masuk
2.3.2 Akibat butir-butir mesiu (gunpowder effect) mengakibatkan adanya
tattoo, stipling
Butir – butir mesiu yang tidak terbakar atau sebagian terbakar akan
masuk ke dalam kulit. Daerah di mana butir – butir mesiu tersebut masuk
akan tampak berbintik – bintik hitam dan bercampur dengan perdarahan.
Oleh karena penetrasi butir mesiu tadi cukup dalam, maka bintik – bintik
hitam tersebut tidak dapat dihapus dengan kain dari luar. Jangkauan butir
– butir mesiu untuk senjata genggam berkisar sekitar 60 cm. Black powder
adalah butir mesiu yang komposisinya terdiri dari nitrit, tiosianat, tiosulfat,
kalium karbonat, kalium sulfat, kalium sulfida, sedangkan smoke less
powder terdiri dari nitrit dan selulosa nitrat yang dicampur dengan karbon
dan gravid.
2.3.3 Akibat asap (smoke effect) mengakibatkan adanya jelaga
Oleh karena setiap proses pembakaran itu tidak sempurna, maka
terbentuk asap atau jelaga. Jelaga yang berasal dari black powder
komposisinya CO2 (50%), nitrogen 35%, CO 10%, hydrogen sulfide 3%,
hydrogen 2 % serta sedikit oksigen dan methana. Smoke less powder akan
menghasilkan asap yang jauh lebih sedikit. Jangkauan jelaga untuk senjata
genggam berkisar sekitar 30 cm. Oleh karena jelaga itu ringan, jelaga hanya
menempel pada permukaan kulit, sehingga bila dihapus akan menghilang.
2.3.4 Akibat api (flame effect) mengakibatkan adanya luka bakar
Terbakarnya butir – butir mesiu akan menghasilkan api serta gas panas
yang akan mengakibatkan kulit akan tampak hangus terbakar (scorching,
charring). Jika tembakan terjadi pada daerah yang berambut, maka rambut
akan terbakar. Jarak tempuh api serta gas panas untuk senjata genggam

9
sekitar 15 cm, sedangkan untuk senjata yang kalibernya lebih kecil,
jaraknya sekitar 7,5 cm.
2.3.5 Akibat partikel logam (metal effect) mengakibatkan adanya fouling
Oleh karena diameter peluru lebih besar dari diameter laras, maka
sewaktu peluru bergulir pada laras yang beralur akan terjadi pelepasan
partikel logam sebagai akibat pergesekan tersebut. Partikel atau fragmen
logam tersebut akan menimbulkan luka lecet atau luka terbuka dangkal
yang kecil – kecil pada tubuh korban. Partikel tersebut dapat masuk ke
dalam kulit atau tertahan pada pakaian korban.
2.3.6 Akibat moncong senjata (muzzle effect) mengakibatkan adanya jejas
laras.
Jejas laras dapat terjadi pada luka tembak tempel, baik luka tembak
tempel yang erat (hard contact) maupun yang hanya sebagian menempel
(soft contact). Jejas laras dapat terjadi bila moncong senjata ditempelkan
pada bagian tubuh, dimana di bawahnya ada bagian yang keras (tulang).
Jejas laras terjadi oleh karena adanya tenaga yang terpantul oleh tulang
dan mengangkat kulit sehingga terjadi benturan yang cukup kuat antara
kulit dan moncong senjata. Jejas laras dapat pula terjadi jika si penembak
memukulkan moncong senjatanya dengan cukup keras pada tubuh korban,
akan tetapi hal ini jarang terjadi.
Pada hard contact, jejas laras tampak jelas mengelilingi lubang luka,
sedangkan pada soft contact, jejas laras sebetulnya luka lecet tekan tersebut
akan tampak sebagian sebagai garis lengkung. Bila pada hard contact tidak
akan dijumpai kelim jelaga atau kelim tato, oleh karena tertutup rapat oleh
laras senjata, maka pada soft contact jelaga dan butir mesiu ada yang keluar
melalui celah antara moncong senjata dan kulit, sehingga terdapat adanya
kelim jelaga dan kelim tatto.
2.3.7 Pengaruh pakaian pada luka tembak masuk
Jika tembakan mengenai tubuh korban yang ditutup pakaian, dan
pakaiannya cukup tebal, maka dapat terjadi:
- Asap, butir-butir mesiu dan api dapat tertahan pakaian
- Fragmen atau partikel logam dapat tertahan oleh pakaian

10
- Serat – serat pakaian dapat terbawa oleh peluru dan masuk ke dalam
lubang luka tembak.

2.4 Mekanisme dan Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Luka Tembak


2.4.1 Mekanisme Terjadinya Luka Tembak
Pada luka tembak terjadi efek perlambatan yang disebabkan pada trauma
mekanik seperti pukulan, tusukan, atau tendangan, hal ini terjadi akibat
adanya transfer energi dari luar menuju jaringan. Keruskan yang terjadi
pada jaringan tergantung pada absorpsi energi kinetiknya, yang juga akan
menghamburkan panas, suara serta gangguan mekanik yang lainnya.
Energi kinetik ini akan mengakibatkan daya dorong peluru kesuatu
jaringan sehingga terjadi laserasi, kerusakan sekunder terjadi bila terdapat
ruptur pembuluh darah atau struktur lainnya dan terjadi luka yang sedikit
lebih besar dari diameter peluru.
Jika kecepatan melebihi kecepatan udara, lintasan dari peluru yang
menembus jaringan akan terjadi gelombang tekanan yang mengkompresi
jika terjadi pada jaringan seperti otak, hati ataupun otot akan
mengakibatkan kerusakan dengan adanya zona – zona disekitar luka.
Dengan adanya lesatan peluru dengan kecepatan tinggi akan membentuk
rongga disebabkan gerakan sentrifugal pada peluru sampai keluar dari
jaringan dan diameter rongga ini lebih besar dari diameter peluru, dan
rongga ini akan mengecil sesaat setelah peluru berhenti, dengan ukuran
luka tetap sama. Organ dengan konsistensi yang padat tingkat kerusakan
lebih tinggi daripada organ berongga. Efek luka juga berhubungan dengan
gaya gravitasi. Pada pemeriksaan harus dipikirkan adanya kerusakan
sekunder seperti infark atau infeksi.
2.4.2 Faktor – faktor yang Mempengaruhi Luka Tembak
• Jenis peluru
• Kecepatan peluru
• Jarak antara senjata api dengan tubuh korban saat penembakan
• Densitas jaringan tubuh dimana peluru masuk

11
2.5 Pemeriksaan Autopsi pada Korban Luka Tembak
Luka tembak masuk lebih bermakna untuk informasi forensik. Ciri luka
tembak masuk, antara lain:
a. Terdapat cincin lecet
b. Terdapat memar akibat moncong senjata
c. Terdapat sisa produk – produk ledakan mesiu
d. Lintasan berbentuk corong bila tulang dibawahnya
e. Produk mesiu menempel padad baju korban
f. Serabut – sarabut baju menempel atau masuk pada tubuh korban.

12
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Luka tembak ialah luka yang disebabkan adanya penetrasi anak peluru atau
persentuhan peluru dengan tubuh. Untuk memahami akibat luka tembak pada
tubuh harus dimulai dari pengetahuan tentang apa yang keluar dari mulut laras
pada waktu senjata api meletus.
Luka akibat senjata api menjadi salah satu jenis luka yang sangat
mebahayakan. Sebuah proyektil yang didorong dari barrel sebuah senjata
dengan tekanan yang tinggi akan membentur tubuh dengan kecepatan yang
cukup tinggi. Hal ini dapat mengakibatkan berbagai jenis luka seperti luka
tembak masuk, luka tembak keluar, luka bakar pada kulit, serta luka lecet.
Kerusakan jaringan tubuh yang lebih berat juga dapat timbul apabila peluru
mengenai bagian tubuh yang densitasnya lebih besar.
Peluru yang masuk tidak dapat ditentukan hanya melalui luka tembak
masuk atau luka tembak keluar. Untuk menentukan lokasi peluru, maka
diperlukan beberapa pemeriksaan, salah satunya adalah pemeriksaan radiologi.
Pemeriksaan radiologi merupakan pemeriksaan yang cukup penting untuk
memudahkan dalam mengetahui letak peluru dalam tubuh korban serta partikel
– partikel peluru yang masih tertinggal. Radiologi kini memiliki peranan yang
cukup besar dalam bidang patologi forensik maupun kedokteran forensik klinis
terutama untuk menilai luka tembak.

13
DAFTAR PUSTAKA

Amri A. (2016). “Autopsi Medikolegal Edisi Kedua”. Medan: Percetakan


RAMADHAN.
______. (2019). “Rangkaian: Ilmu Kedokteran Forensik Edisi Kedua”. Medan:
Percetakan RAMADHAN.
Ariadi, A. A. (2015). “Pertanggung Jawaban Pidana Atas Penyalahgunaan
Senjata Api”. 17 – 23.
Asmadi, E. (2019). “Ilmu Kedokteran Kehakiman”. Medan: CV. Pustaka Prima
(Anggota Ikapi).
Ni’mah, M. (2018). “Analisis Hukum Pidana Dalam Penerapan Pasal 359 KUHP
Terhadap Perkara Penembakan”. 20 – 28.
Pabur, M. (2016). “Gambaran Kasus Luka Tembak Di Kota Manado. Pabur,
Tomuka, Mallo: Gambaran Kasus Luka Tembak Di Kota Manado”. 190 –
195. Manado.
Susiyanthi A. & Alit I. B. P. (2013). “Peran Radiologi Forensik Dalam
Mengidentifikasi Luka Tembak”. Denpasar: FK UDAYANA.
Umbo R, Mallo N, dan Tomuka D. 2015. “Pola Luka Pada Korban Mati Akibat
Senjata Api di Bagian Ilmu Kedokteran Forensik Medikolegal FK. UNSRAT
RSUP. Prof. Dr. R. D. Kondoumanado Periode Januari 2007 – Desember
2013 ”. Manado: Jurnal e – Clinic (eCl).

14

Anda mungkin juga menyukai