CADAVERIC RIGIDITY
DISUSUN OLEH
Elvina Dianitha
(71180811061)
FAKULTAS KEDOKTERAN
2020/2021
Lembar Penilaian Makalah
Tutor
i
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT Yang Maha Pengasih
lagi Maha Penyayang atas kehadiratnya yang telah melimpahkan
rahmat,hidayat,dan innayah-Nya kepada kami,sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah skenario ke-1 kedokteran kehakiman. Penulis mengucapkan rasa
terimakasih kepada tutor SGD 14 yang telah mengarahkan dan membimbing
jalannya diskusi.
Penulis menyadari bahwa makalah ini belum lah sempurna.Maka dari itu,
saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan dari dosen-dosen sebagai
penyempurna makalah ini.
Elvina Dianitha
ii
DAFTAR ISI
Lembar Penilaian......................................................................................................i
Prakata......................................................................................................................ii
Daftar Isi.................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.2 Skenario..............................................................................................................1
1.3 Tujuan................................................................................................................2
BABII ISI
2.1 Penentuan Waktu Kematian Dari Kaku Mayat Pada Kasus Tenggelam...........3
2.2 Penentuan Waktu Kematian Dari Lebam Mayat Pada Kasus Tenggelam.........3
2.3 Penentuan Waktu Kematian Dari Penurunan Suhu Tubuh Pada Kasus
Tenggelam………………………………………………………………………....5
BABIII PENUTUP
Simpulan................................................................................................................10
Daftar Pustaka......................................................................................................11
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
1.2 Skenario
SKENARIO 1
Cadaveric Rigidity
Di jumpai sesosok mayat mengapung di sungai, masyarakat dan
pihak kepolisian membawa mayat tersebut ke Puskesmas terdekat. Pada saat
itu, Dokter yang memeriksa menjumpai Rigor mortis pada extremitas atas
dan bawah yang sukar dilawan. Livor mortis dijumpai pada daerah wajah,
leher, dan dada. Pada daerah perut kanan bawah (caecum) dijumpai bewarna
kehijauan karena sudah mengalami decomposition. Pada Kedua telapak
1
tangan dijumpai lumpur, rumput dan potongan kayu yang tergenggam kuat
(cadaveric spasme). Dijumpai keluarnya gelembung-gelembung udara dan
darah dari kedua lubang hidung dan mulut disertai kulit yang sudah
mengelupas.
1.3 RumusanMasalah
1. Apakah rigor mortis hanya dijumpai pada bagian ekstremitas?
2. Apa penyebab terjadinya lebam mayat?
3. Apakah penyebab dari keluarnya gelembung-gelembung udara dan
darah dari kedua lobang hidung dan mulut?
4. Apa saja penyebab mati batang otak?
5. Apa saja tanda-tanda mayat mengalami pembusukan?
1.4 Tujuan
1. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang penentuan waktu kematian
dari kaku mayat pada kasus tenggelam
2. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang penentuan waktu kematian
dari lebam mayat pada kasus tenggelam
3. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang penentuan waktu kematian
dari pembusukan pada kasus tenggelam
2
Bab II
ISI
3
dipengaruhioleh gaya gravitasi di bagian tubuh yang lebih rendah di
sepanjang penghentian sirkulasi.
Lebam mayat terbentuk bila terjadi kegagalan sirkulasi dalam
mempertahankan tekanan hidrostatik yang menyebabkan darah mencapai
capillary bed dimana pembuluh-pembuluh darah kecil afferen dan efferen
salung berhubungan. Maka secara bertahap darah yang mengalami
stagnansi di dalam pembuluh vena besar dan cabang-cabangnya akan
dipengaruhi gravitasi dan mengalir ke bawah, ketempat-tempat terendah
yang dapat dicapai. Mula-mula darah mengumpul di vena-vena besar dan
kemudian pada cabang-cabangnya sehingga mengakibatkan perubahan
warna kulit menjadi merah kebiruan.
Lebam mayat berkembang secara bertahap dan dimulai dengan
timbulnya bercak-bercak warna keunguan dalam waktu kurang dari
setengah jam sesudah kematian dimana bercak-bercak ini intensitasnya
menjadi meningkat dan kemudian bergabung menjadi satu dalam beberapa
jam kemudian yang pada akhirnya akan membuat warna kulit menjadi
gelap. Kadang-kadang cabang darah vena pecah sehingga terlihat
bintikbintik perdarahan yang disebut tardieu spot.
Lebam mayat mulai terbentuk 30 menit sampai 1 jam setelah
kematian somatis dan intensitas maksimal setelah 8-12 jam postmortem.
Sebelum waktu ini, lebam mayat masih dapat berpindah-pindah jika posisi
mayat diubah. Setelah 8-12 jam postmortem lebam mayaat tidak akan
menghilang dan dalam waktu 3-4 hari lebam masih dapat berubah. Secara
medikolegal yang terpenting dari lebam mayat ini adalah letak dari warna
lebam itu sendiri dan distribusinya. Perkembangan dari lebam mayat ini
terlalu besar variasinya untuk digunakan sebagai indikator penentu saat
kematian. sehingga lebih banyak digunakan untuk menentukan apakah
sudah terjadi manipulasi pada posisi mayat.
4
2.3 Penentuan Waktu Kematian Dari Penurunan Suhu Tubuh Pada
Kasus Tenggelam
Panas tubuh diatur dan dikendalikan oleh kulit. Jika seseorang
mengalami kematian, maka produksi panas serta pengaturan panas di dalam
tubuhnya tidak berhenti. Dengan demikian sejak saat kematiannya manusia
tidak lagi memiliki suhuh tubuh tetap, oleh karena suhu badannya
mengalami penurunan (decreasing proses). Setelah korban mati,
metabolisme yang memproduksi panas terhenti, sedangkan pengeluaran
panas berlangsung terus sehingga suhu tubuh akan turun menuju suhu udara
atau medium disketiranya. Penurunan suhu pada saat-saat pertama kematian
sangat lamban karena masih adanya proses gilogenolisis, tetapi beberapa
saat kemudian suhu tubuh menurun dengan cepat. Setelah mendekati suhu
lingkungan penurunan suhu tubuh lambat lagi.
Penurunan ini disebabkan oleh adanya proses radiasi, konduksi dan
pancaran panas. Hilangnya panas melalui konduksi bukan merupakan faktor
penting selama hidup, tetapi setelah mati perlu dipertimbangkan jika tubuh
berbaring pada permukaan yang dingin. Meskipun penurunan suhu tubuh
setelah kematian tergantung pada hilangnya panas melalui radiasi dan
konveksi, tetapi evaporasi dapat menjadi faktor yang signifikan jika tubuh
dan pakaian kering. Penurunan suhu mayat akan terjadi setelah kematian
dan berlanjut sampai tercapainya suatu keadaan di mana suhu mayat sama
dengan suhu lingkungan.
Panas yang dilepaskan melalui permukaan tubuh, dalam hal ini kulit,
adalah secara radiasi dan oleh karena tubuh terdiri dari berbagai lapisan
yang tidak homogen, maka lapisan yang berada di bawah kulit akan
menyalurkan panasnya ke arah kulit, sedangkan lapisan tersebur juga
menerima panas dari lapisan dibawahnya. Keadaan tersebut yaitu dimana
terjadi pelepasan atau penyaluran panas secara bertingkat dengan sendirinya
membutuhkan waktu. Metode ini tidak dianjurkan karena kesalahan sering
terjadi apabila orang yang melakukan tidak ahli dalam bidangnya.
Pemeriksaan suhu sering tidak akurat karena banyak faktor yang
mempengaruhi seperti suhu lingkungan.
5
Indikator pemeriksaan yang digunakan pada temperatur rata – rata:
• Jika tubuh terasa hangat dan lemas, kematian terjadi kurang dari 3 jam.
• Jika tubuh terasa hangat dan kaku, kematian terjadi 3 hingga 8 jam.
• Jika tubuh terasa dingin dan kaku, kematian terjadi 8 hingga 36 jam.
• Jika tubuh terasa dingin dan lemas, kematian terjadi lebih dari 36 jam.
Y=1285/X
Keterangan:
6
Pembusukan di air
7
Vespidae umumnya memangsa larva dan lalat dewasa. Beberapa
serangga akuatik juga dapat ditemukan pada bangkai.
Tahap ini terjadi selama 6 hingga 8 hari. Pada tahap ini bau busuk
sangat tercium dan menyebar. Jaringan berubah dari warna merah
muda menjadi hijau kebiruan. Cairan kuning dan gas keluar dari
anus. Alga dan periphyton tumbuh secara signifikan pada
bangkai.
3. Tahap 3: Floating Decay
Aktivitas makan yang besar dari larva Calliphoridae pada bangkai
yang mengapung menyebabkan banyak kulit terbuka. Beberapa
koloni kumbang silphid, staphylinid, dan histerid banyak
berdatangan untuk memangsa. Dapat ditemukan juga beberapa
serangga akuatik pada tahap ini. Tahap ini berlangsung 8 hari pada
habitat kolam dan 24 hari pada habitat sungai.
4. Tahap 4: Bloated Deterioration
Pada tahap ini jaringan yang terekspos di permukaan air telah hilang
akibat aktivitas makan larva blow fly. Sebaliknya, bangkai yang
tenggelam banyak didatangi oleh koloni serangga akuatik seperti
chironomid dan larva black fly. Terjadi disartikulasi pada kaki
belakang, darah dan cairan lain keluar dari lubang tubuh, sebagian
besar belahan daging terlepas, dan terjadi ulserasi berat pada dinding
abdomen. Tahap ini berlangsung selama 8 hingga 12 hari.
5. Tahap 5: Floating Remains
Pada tahap ini, bagian bangkai yang terapung di permukaan air
terlihat aktivitas larva lalat famili Calliphoridae. Hal ini mungkin
disebabkan oleh migrasi larva, kematian karena tenggelam,
pemangsaan larva lalat dari organisme air atau serangga darat yang
lain. Pada bangkai terlihat pengelupasan total jaringan dan
disartikulasi jari dan tulang anggota gerak. Organisme akuatik yang
terdapat dalam tahap ini antara lain larva chironomid midge,
beberapa larva black fly, dan beberapa predator vertebrata seperti
sunfish (Centrarchidae), dace (Cyprinidae), dan sculpin (Cottidae),
8
yang memakan bangkai atau macroinvertebrata disekitar bangkai.
Beberapa organisme lain seperti amfibi, ikan dan cerpelai (Mustela
vison) juga terlihat memangsa bangkai. Tahap ini berlangsung
selama 4 hingga 20 hari.
6. Tahap 6: Sunken Remains
Lama tahap ini cukup variatif, namun dapat diidentifikasi dari
penampilan yang hanya menyisakan tulang dan sedikit kulit.
Pembusukan dilanjutkan oleh bakteri dan jamur, serta ditemukan
tengkorak yang telah terdisartikulasi. Beberapa organisme akuatik
juga terlihat disekitar bangkai
9
Bab III
PENUTUP
SIMPULAN
Rigor mortis merupakan tanda kematian yang disebabkan oleh
perubahan kimia pada otot setelah terjadinya kematian, dimana tanda ini
susah digerakkan dan dimanipulasi.
Lebam mayat adalah perubahan warna kulit berupa warna biru
kemerahan akibat terkumpulnya darah di dalam vena kapiler yang
dipengaruhioleh gaya gravitasi di bagian tubuh yang lebih rendah di
sepanjang penghentian sirkulasi.Lebam mayat berkembang secara bertahap
dan dimulai dengan timbulnya bercak-bercak warna keunguan dalam waktu
kurang dari setengah jam sesudah kematian dimana bercak-bercak ini
intensitasnya menjadi meningkat dan kemudian bergabung menjadi satu
dalam beberapa jam kemudian yang pada akhirnya akan membuat warna
kulit menjadi gelap.
Manusia memiliki panas badan yang tetap sepanjang ia dalam
keadaan sehat dan tidak dipengaruhi oleh iklim sekitarnya, hal ini
disebabkan oleh karena mekanisme isologi alat-alat tubuh manusia melalui
proses oksidasi memproduksi panas tubuh.Meskipun penurunan suhu tubuh
setelah kematian tergantung pada hilangnya panas melalui radiasi dan
konveksi, tetapi evaporasi dapat menjadi faktor yang signifikan jika tubuh
dan pakaian kering.Penurunan suhu mayat akan terjadi setelah kematian dan
berlanjut sampai tercapainya suatu keadaan di mana suhu mayat sama
dengan suhu lingkungan.
Pembusukan adalah proses degradasi jaringan yang terjadi akibat
autolisis dan kerja bakteri. Proses autolisis terjadi sebagai akibat dari
pengaruh enzim yang dilepaskan oleh sel-sel yang sudah mati. Mula-mula
yang terkena ialah nucleoprotein yang terdapat pada kromatin dan sesudah
itu sitoplasmanya. Seterusnya dinding sel akan mengalami kehancuran dan
akibatnya jaringan akan menjadi lunak atau mencair.
10
DAFTAR PUSTAKA
1. Amir,Amri.2007.Ilmu Kedokteran Forensik.Medan:Bagian Ilmu
Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran USU.
2. Cantwell, GP. Drowning. Medscape. 2017. Diunduh dari
http://emedicine.medscape.com/article/772753-overview. Tanggal
04 agustus 2021.
3. Putra, A. A. G. A. (2014) ‘Death By Drowning : a Case Report’, E-
Jurnal Medika Udayana, 3(5), pp. 542–551. Available at:
https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum/article/view/8857.
4. World Health Organization. Drowning. Fact sheet No347; Okt 2012
[diakses Desember 2013]; Diunduh dari
http://www.who.int/mediacentre/ factsheets/fs347en
5. Gunn, A. (2009) Essential Forensic Biology 2nd Edition, Wiley-
Blackwell.
6. Shepherd, R. 리튬 이차 전지용 음극소재 개발No Title. (2013).
11