Anda di halaman 1dari 16

TENGGELAM (DROWNING)

I.

PENDAHULUAN
Asfiksia adalah suatu keadaan yang ditandai dengan terjadinya gangguan pertukaran

udara pernafasan, mengakibatkan oksigen darah berkurang (hipoksia) disertai dengan


peningkatan karbondioksida (hiperkapnia). Dengan demikian organ tubuh mengalami
kekurangan oksigen (hipoksia hipoksik) dan terjadi kematian. Dari segi etiologi, asfiksia
disebabkan oleh : penyebab alamiah (penyakit yang menyumbat saluran pernafasan seperti
asma, atau menimbulkan gangguan pergerakan paru seperti fibrosis paru), trauma mekanik
(yang menyebabkan asfiksia mekanik seperti pembekapan, penyumbatan, penjeratan,
terhimpit, tenggelam dan lain-lain) dan keracunan (yang menyebabkan depresi pusat
pernafasan seperti narkotika dan lain-lain).1
Tenggelam (drowning) adalah salah satu penyebab terjadinya asfiksia yang juga sering
ditemukan pada kasus-kasus forensik. Kematian akibat tenggelam kadang-kadang sulit
ditegakkan bila tidak ada tanda-tanda yang dapat dijumpai baik pada pemeriksaan luar
maupun pemeriksaan dalam (autopsi). Sering ditemukan mayat yang terbenam dalam air atau
cairan lainnya, yang akan menimbulkan kesulitan-kasulitan dari aspek medikolegal. Korban
dapat telah meninggal akibat sebab-sebab lain pada waktu ditemukan dalam air. Disamping
itu juga terdapat bermacam-macam sebab kematian setelah tenggelam.2
Keadaan disekitar individu juga penting. Tenggelam tidak hanya terbatas di dalam air
dalam seperti laut, sungai, danau atau kolam renang, tetapi mungkin pula terbenam dalam
kubangan atau selokan dengan hanya muka yang berada di bawah permukaan air. 1 maka
perlulah kejelian seorang ahli forensik untuk melakukan pemeriksaan baik luar maupun dalam
(autopsi) untuk membantu penegak hukum dalam menyelidiki kasus tenggelam ini.

II. TENGGELAM
1

2.1.

DEFINISI
Tenggelam biasanya didefinisikan sebagai kematian akibat mati lemas (asfiksia)

disebabkan masuknya cairan ke dalam saluran pernafasan. Sebenarnya istilah tenggelam harus
pula mencakup proses yang terjadi akibat terbenamnya korban dalam air yang menyebabkan
kehilangan kesadaran dan mengancam jiwa.1,2

2.2.

JENIS-JENIS TENGGELAM DAN PENYEBAB KEMATIAN

Ada beberapa istilah atau jenis tenggelam (drowning):


1. Wet drowning. Pada keadaan ini cairan masuk ke dalam saluran pernafasan setelah
korban tenggelam.
2. Dry drowning. Pada keadaan ini cairan tidak masuk ke dalam saluran pernafasan akan
tetapi kematian disebabkan karena spasme laring.
3. Secondary drowning. Terjadi gejala beberapa hari setelah korban tenggelam (dan
diangkat dari dalam air) dan korban meninggal akibat komplikasi (terutama pada
tenggelam dalam air laut)
4. Immersion syndrom. Korban tiba-tiba meninggal setelah tenggelam dalam air dingin
akibat reflek vagal. Alkohol dan makan terlalu banyak merupakan faktor pencetus.1,2
Tenggelam juga dapat dibagi berdasarkan tempat/lokasi terjadinya tenggelam :
1. Tenggelam dalam air tawar
2. Tenggelam dalam air asin
Tenggelam Dalam Air Tawar
Pada keadaan ini terjadi absorbsi cairan yang masif. Karena konsentrasi elektrolit
dalam air tawar lebih rendah dari pada konsentrasi dalam darah, maka akan terjadi hemodilusi
darah, air masuk ke dalam aliran darah sekitar alveoli dan mengakibatkan pecahnya sel darah
merah (hemolisis).
Akibat pengenceran darah yang terjadi, tubuh mencoba mengatasi keadaan ini dengan
melepas ion kalium dari serabut otot jantung sehingga kadar ion Kalium dalam plasma
meningkat, sehingga terjadi gangguan keseimbangan ion K+ dan Ca++ dalam serabut otot
jantung. Keadaan ini dapat mendorong terjadinya fibrilasi ventrikel dan penurunan tekanan
darah, yang kemudian menyebabkan terjadinya kematian akibat anoksia otak. Kematian
terjadi dalam waktu 5 menit.1,2
Tenggelam Dalam Air Asin (Hipertonik)
2

Konsentrasi elektrolit cairan air asin lebih tinggi dari pada dalam darah, sehingga air
akan ditarik dari sirkulasi pumonal ke dalam interstisial paru yang akan menimbulkan edema
pulmoner, hemokonsentrasi, hipovolemi dan kenaikan kadar magnesium dalam darah.
Hemokonsentrasi akan mengakibatkan sirkulasi menjadi lambat dan menyebabkan terjadinya
payah jantung. Kematian terjadi kira-kira dalam waktu 8-9 menit setelah tenggelam.1
Dengan demikian dapat disimpulkan mekanisme kematian pada korban tenggelam :
1.
2.
3.
4.
5.

Asfiksia akibat spame laring


Asfiksia akibat gagging dan choking
Reflek vagal
Fibrilasi ventrikel (dalam air tawar)
Edema pulmoner (dalam air asin)

2.3.

PEMERIKSAAN MAYAT

Pada pemeriksaan mayat pada korban tenggelam, pemeriksaan harus seteliti mungkin
agar mekanisme kematian dapat ditentukan, karena seringkali mayat ditemukan sudah dalam
keadaan membusuk.

Korban drowning yang sudah membususk

Hal yang penting diketahui pada pemeriksaan adalah :


1. Menentukan identitas korban
Identitas korban ditentukan dengan memeriksa antara lain :
a. Pakaian dan benda-benda milik korban
b. Warna dan distribusi rambut dan identitas lain
c. Kelainan atau deformitas dan jaringan parut
d. Sidik jari
3

e. Pemeriksaan gigi
f. Teknik identifikasi lain
2. Apakah korban masih hidup sebelum tenggelam
Pada mayat yang masih segar, untuk menentukan apakah korban masih hidup atau
sudah meninggal pada saat tenggelam atau adakah penyebab kematian lain, dapat
diketahui dari hasil pemeriksaan :
a. Metode yang memuaskan untuk menentukan apakah orang masih hidup waktu
tenggelam ialah pemeriksaan diatom. Pemeriksaan diatom akan dibahas lebih
lanjut pada bab selanjutnya.
b. Teknik lain yang dapat

membantu

menegakkan

diagnosis

adalah

membandingkan kadar chloride darah pada jantung kiri dan kanan.


Pemeriksaan ini sekarang dianggap bermakna dibanding pemeriksaan kadar
magnesium
c. Benda asing dalam paru dan saluran pernafasan mempunyai nilai yang
menentukan pada mayat yang terbenam selama beberapa waktu dan mulai
membusuk. Demikian pula dengan isi lambung dan usus.
d. Pada mayat yang segar, adanya air dalam lambung dan alveoli yang secara
fisik dan kimia sifatnya sama dengan air tempat korban tenggelam mempunyai
nilai yang bermakna.
e. Pada beberapa kasus ditemukan kadar alkohol tinggi dapat menjelaskan bahwa
korban sedang dalam keracunan alkohol pada saat masuk ke dalam air
3. Penyebab kematian yang sebenarnya dan jenis drowning
Pada mayat yang segar, gambaran pasca mati dapat menunjukkan tipe drowning dan
juga penyebab kematian lain seperti penyakit, keracunan atau kekerasan lain.
Pada kecelakaan di kolam renang, benturan ante mortem (ante mortem impact) pada
tubuh bagian atas misalnya memar pada muka, perlukaan pada vertebra cervikalis dan
medula spinalis dapat ditemukan.
4. Faktor-faktor yang berperan pada proses kematian.
Faktor-faktor yang berperan pada proses kematian misalnya kekerasan, alkohol atau
obat-obatan dapat ditemukan pada pemeriksaan luar atau melalui bedah jenazah.
5. Tempat korban pertama kali tenggelam
Bila kematian korban berhubungan dengan masuknya cairan ke dalam saluran
pernafasan, maka pemeriksaan diatom dari air tempat korban ditemukan dapat
membantu menentukan apakah korban tenggelam di tempat itu atau di tempat lain.
6. Apakah ada penyulit alamiah lain yang mempercepat kematian
a. Bila sudah ditemukan bahwa korban masih hidup pada waktu masuk ke dalam
air, maka perlu ditentukan apakah kematian disebabkan karena air masuk ke
dalam saluran pernafasan (tenggelam). Pada immersion, kematian terjadi
dengan cepat. Hal ini mungkin disebabkan oleh sudden cardiac arrest yang
terjadi pada waktu cairan masuk ke saluran pernafasan bagian atas. Beberapa
4

korban yang terjun dengan kaki terlebih dahulu mengakibatkan cairan dengan
mudah masuk ke dalam hidung. Faktor lain adalah keadaan hipersensitifitas
dan kadang-kadang keracunan alkohol.
b. Bila tidak ditemukan air di dalam paru-paru dan lambung, berarti kematian
terjadi seketika akibat spasme glotis, yang menyebabkan cairan dengan mudah
masuk.
Waktu yang diperlukan untuk terbenam sangat bervariasi tergantung dari keadaan di
sekeliling korban, keadaan masing-masing korban, reaksi perorangan yang bersangkutan,
keadaan kesehatan dan jumlah serta sifat cairan yang dihisap masuk ke dalam saluran
pernafasan
Korban tenggelam akan menelan air dalam jumlah yang makin lama makin banyak,
kemudian menjadi tidak sadar dalam waktu 2 sampai 12 menit (fatal period). Dalam episode
ini bila korban dikeluarkan dari air, ada kemungkinan masih dapat hidup bila upaya resusitasi
berhasil.

2.3.1. Pemeriksaan Luar Jenazah

1. Mayat dalam keadaan basah, mungkin berlumuran pasir, lumpur dan benda-benda
asing lainnya yang terdapat dalam air, kalau seluruh tubuh terbenam dalam air.
2. Busa halus pada hidung dan mulut, kadang-kadang berdarah

Gambar korban
dengan busa halus
pada hidung
3. Mata
setengah
terbuka atau tertutup,
jarang

terdapat

perdarahan
pembendungan/
subkonjungtiva
bleeding atau ptekhi hemorages

atau

Petechial haemorrhages in asphyxia. These are however classically not seen in


drowning deaths
4. Kutis anserina pada kulit permukaan anterior tubuh terutama ekstremitas akibat
kontraksi otot erektor pilli yang dapat terjadi karena rangsang dinginnya air.
Gambaran seperti ini kadang kala dapat juga akibat rigor mortis pada otot tersebut
5. Washer woman hand, telapak tangan dan kaki berwarna keputihan dan berkeriput yang
disebabkan karena imbibisi cairan ke dalam kutis dan biasanya membutuhkan waktu
yang lama.
6. Cadaveric spasme, merupakan tanda intravital yang terjadi pada waktu korban
berusaha menyelamatkan diri dengan memegang apa saja seperti rumput atau bendabenda lain di dalam air
7. Luka-luka lecet pada siku, jari tangan, lutut dan kaki akibat gesekan pada benda-benda
dalam air. Puncak kepala mungkin terbentur pada dasar waktu terbenam, tetapi dapat
pula terjadi luka post mortal akibat benda-benda atau luka dalam air
2.3.2. Pemeriksaan Bedah Mayat
1. Busa halus dan benda asing (pasir, tumbuh-tumbuhan air) dalam saluran pernafasan
(trakhea dan percabangannya)
2. Paru-paru membesar seperti balon, lebih berat sampai menutupi kandung jantung.
Pada pengirisan banyak keluar cairan. Kejadian ini terutama terjadi pada kasus
tenggelam di air laut.
3. Petekie sedikit sekali karena kapiler terjepit diantara septum inter alveolar. Mungkin
terdapat bercak-bercak perdarahan yang disebut bercak paltauf akibat robeknnya
penyekat alveoli.
Petekie sup pleural dan bula emfisema jarang terjadi dan ini bukan merupakan tanda
khas tenggelam tetapi mungkin disebabkan usaha respirasi.
4. Dapat juga ditemukan paru-paru yang biasa karena cairan tidak masuk ke dalam
alveoli atau cairan sudah masuk ke dalam aliran darah (melalui proses inhibisi), ini
dapat terjadi pada kasus tenggelam di air tawar.
5. Otak, ginjal, hati dan limfa mengalami pembendungan
6

6.

Lambung dapat sangat membesar, berisi air, lumpur dan sebagainnya yang mungkin
pula terdapat dalam usus halus.1,2

2.4.

Pemeriksaan Laboratorium

2.4.1. Pemeriksaan diatom


Diatom merupakan tumbuhan/pankton/alga air uniseluler dengan dinding
terdiri dari silikat (SiO2) yang tahan panas dan asam kuat yang berperan sebagai
penghasil oksigen terbanyak di dalam air. ada sekitar 10.000 species dan 174 genom
dari diatom dengan berbagai ukuran antara 1 500 m. Diatom umumnya ditemukan
di perairan seperti danau, bendungan, sungai, laut dan sebagainya. Akan tetapi
jumlahnya dapat rendah ataupun tinggi di masing-masing tempat tergantung kepada
iklim perairan tersebut.
Ketika seseorang tenggelam, diatom masuk ke rongga paru ataupun lambung
melalui air yang teraspirasi. Air ini kemudian meningkatkan tekanan dari rongga paru
dan lama-lama akan mengakibatkan ruptur dari kapiler alveoli ketika korban masih
hidup. Karena ukuran dari diatom ini sangat kecil, ini tidaklah sulit bagi diatom untuk
masuk ke organ dalam melalui rongga paru dan memasuki aliran darah. Hal ini disebut
sebagai DAD (drowning Assosiated Diatom). Melaui jalan masuk inilah diatom dapat
memasuki hati, jantung, ginjal, otak dan sumsum tulang dan ini hanya dapat terjadi
apabila korban masih memiliki denyut jantung sehingga diatom dapat tersebar ke
jaringan-jaringan tersebut tersebut cairan atau getah paru.4 Analisis diatom dari paru,
hati, limfa, darah dan sumsum tulang telah mulai dilakukan beberapa tahun yang lalu
sebagai tes untuk mengkonfirmasi kemungkinan kasus tenggelam. Selanjutnya diatom
tes mulai menjadi kontroversial sejak ditemukannya beberapa kasus dengan hasil
positif ataupun negatif palsu.3,4
Dalam pemeriksaan forensik diatom dapat dengan mudah ditemukan pada
bagian viscera tubuh korban apabia sebelum tenggelam korban masih hidup 3 diagnosa
pemeriksaan diatom dapat menjadi positif bila ditemukan 20 diatoms/ 100 l dari
sediaan yang diambil (jaringan paru) (Ludes et al.1996).
Outcome of the test

Drowning

Diatoms

a = true positive

b = false positive

c = False negative

d = True negative

Outcome of the test

Drowning

Diatoms

Table showing the concept of false positive and


false negative tests

Pemeriksaan diatom biasanya dilakukan pada jaringan paru yang merupakan organ
terdekat dari jalan masuk dan merupakan jarak tempuh terpendek dari aliran diatom bersama
aliran darah korban yang masih hidup sewaktu tenggelam. Akan tetapi hal ini biasanya
dilakukan jika mayat masih segar. Bila mayat telah membusuk, pemeriksaan diatom dilakukan
dari jaringan ginjal, otot skelet atau sum-sum tulang paha. Hal ini bertujuan untuk
menghindari adanya hasil yang positif palsu yang diakibatkan karena adanya penyerapan
abnormal dari paru jika korban terlalu lama (membusuk) di air. begitu juga hati dan limpa
dapat memberikan hasil positif palsu karena adanya penyerapan abnormal dari saluran
pencernaan.1
2.4.2. Pemeriksaan destruksi (digesti asam) pada paru
Ambil jaringan perifer paru sebanyak 100 gram, masukkan ke dalam labu kjeldahl dan
tambahkan asam sulfat pekat sampai jaringan paru terendam, diamkan lebih kurang setengah
hari agar jaringan hancur. Kemudian dipanaskan dalam lemari asam sambil diteteskan asam
nitrat pekat sampai terbentuk cairan yang jernih, dinginkan dan cairan di sentrifuge. Sedimen
yang terjadi ditambah dengan aquabides, sentrifuge kembali dan kemudian dilihat dengan
mikroskop. Pemeriksaan diatom positif bila pada jaringan paru ditemukan diatom cukup
banyak (4-5/LPB) atau 10-20 per satu sediaan, atau pada sum-sum tulang cukup ditemukan
hanya satu1,2,3

Pengambilan sampel untuk memeriksa adanya diatom pada sum-sum tulang

2.4.3. Pemeriksaan getah paru


Permukaan paru disiram dengan air bersih, iris bagian perifer, ambil sedikit cairan
perasan dari jaringan perifer paru, taruh pada gelas objek, tutup dengan kaca penutup
dan lihat dengan mikroskop.
Hasil pemeriksaan dari dua teknik di atas dibandingkan dengan pemeriksaan diatom
pada air tempat korban tenggelam, dan jika korban tenggelam di tempat tersebut,
maka diatom yang ditemukan akan menunjukkan jenis yang sama.1
organ

1. Paru

2. Sum-sum tulang

3. Hati
4. Ginjal
5. Abdomen
6. Duodenum

commonly found diatom species


Achnanthes minutissima, Cyclotella cyclopuncta, Fragilaria brevistriata,
Navicula etc.
Stephanodicus parvus, Navicula, Diatoma and fragments of Synedra
ulna.
Achnanthes minutissima, Cocconeis placentula, Fragilaria ulna var.
acus, Navicula lanceolata etc.
Achnanthes biasolettiana, N. seminulum etc.
Achnanthes minutissima, Cyclotella cyclopuncta, Gomphonema
minutum etc.
Asterionella Formosa, Cyclotella comensis, Gomphonema pumilum and

Nitzscia pura etc.

Sumber : Rajvinder Singh, Rajinder Singh, Mukesh Kumar Thakar


Department of Forensic Science, Punjabi University, Patiala-147002

Gambar beberapa jenis speies dan ukuran diatom


Beberapa tipe/jenis diatom
A) Freshwater diatoms

Achnanthes sp.

Amphipleura sp.

10

Anomoeneis sp.

Biddulphia sp.

Cyclotella sp.

Surirella sp.

11

B) Marine water Diatoms

Asterionella.sp.

Cymatopleura.sp.

Coscinodiscus sp.

Triceratium sp.

Bellerochea sp.

12

Melosira sp. (Auxospores)

Amphiprova sp.

2.4.4. Pemeriksaan darah jantung


Pemeriksaan berat jenis dan kadar elektrolit pada darah yang berasal dari bilik jantung
kiri dan bilik jantung kanan. Bila tenggelam di air tawar, berat jenis dan kadar
elektrolit dalam darah jantung kiri lebih rendah dari jantung kanan. Sedangkan pada
tenggelam di air asin terjadi sebaliknya. Perbedaan kadar elektrolit lebih dari 10 %
dapat menyokong diagnosis, walaupun secara tersendiri kurang bermakna.

III.PENATALAKSANAAN KORBAN HIDUP

petunjuk tenggelam
Tindakan darurat
13

Tindakan terpenting dalam setiap peristiwa tenggelam adalah mengembalikan fungsi


ventilasi yang efektif dan mempertahankan sirkulasi.

Resusitasi harus segera dilakukan sekalipun korban masih dalam air.

Tak perlu berusaha mengeluarkan air dari paru atau lambung.Pada peristiwa yang
tidak berat, pernapasan spontan dapat segera timbul dalam 30 menit.

Tindakan definitif

Setelah kesadaran dan pernapasan spontan pulih, harus dijaga agar jalan napas selalu
bebas.

Penderita diletakkan miring dengan kepala lebih rendah.

Pada tenggelam di air laut maka tindakan pernapasan buatan harus diteruskan
beberapa saat untuk mencegah edema paru.

Koreksi keseimbangan asam basa, elektrolit dan pemberian obat:


- Na-bikarbonat.
- Antibiotik untuk mencegah/mengobati radang paru.

Kortikosteroid untuk mencegah edema otak dan memperbaiki surfaktant paru,


tappering off .

Bila perlu dilakukan transfusi darah untuk mengatasi hemolisis akibat tenggelam di air
tawar; atau pemberian plasma pada hemokonsentrasi akibat tenggelam di air laut.

IV. Aspek medikolegal


1. Kecelakaan.
Korban jatuh ke laut,danau atau sungai.
renang atau
galian tanah berisi air.

Pada anak- anak : di kolam

2. Bunuh diri.
Peristiwa bunuh diri dengan menjatuhkan diri ke dalam air sering kali
terjadi. Kadang tubuh pelaku diikat dengan benda
3.

Pembunuhan

Banyak cara yang digunakan,seperti misalnya melemparkan korban ke


laut atau
memasukkan kepalanya ke dalam bak berisi air.
14

V. KESIMPULAN
Kematian akibat tenggelam kadang-kadang sulit ditegakkan bila tidak ada tanda-tanda
yang dapat dijumpai baik pada pemeriksaan luar maupun pemeriksaan dalam (autopsi). Pada
mayat yang masih segar (belum terjadi pembusukan, maka diagnosis kematian akibat
tenggelam dapat dengan mudah ditegakkan melalui pemeriksaan yang teliti dari :
1. Pemeriksaan luar
2. Pemeriksaan dalam
3. Pemeriksaan laboratorium berupa histologi jaringan, destruksi jaringan dan berat jenis
serta kadar elektrolit darah.
Bila mayat telah membusuk, maka diagnosis kematian akibat tenggelam dibuat
berdasarkan adanya diatom yang cukup banyak pada paru-paru yang bila disokong oleh
adanya diatom pada ginjal, otot skelet atau diatom pada sum-sum tulang, maka diagnosis akan
menjadi pasti.

VI.DAFTAR PUSTAKA

15

1. Tim penyusun. Tenggelam. Dalam : Ilmu Kedokteran Forensik. Fakultas Kedokteran


Universitas Indonesia. Edisi kedua. Balai Penerbit FK UI. Jakarta, 2001. Hal : 64-70.
2. Gani MH. Tenggelam (Drowning). Dalam : Ilmu Kedokteran Forensik. Bagian
Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. Padang, 2002. Hal :
85-92.
3. Diatom. Available from dr_Anil@hotmail.com. Anil Aggrawal's Internet Journal of
Forensic Medicine and Toxicology.Volume 2, Number 1, January-June 2011.
Forensic Diatomology and Drowning, 2011 by Michael S. Pollanen.
4. Drowning Associated Diatoms. Available from : www.icfmt.org/vol3no3.htm.
Rajvinder Singh, Rajinder Singh, Mukesh Kumar Thakar Department of
Forensic Science, Punjabi University, Patiala-147002
5. Diatoms

in

Forensic.

http://www.geradts.com/anil/ij/vol_002_No_001

16

Available

from

Anda mungkin juga menyukai