PENDAHULUAN
Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari
lingkungan hidup manusia. Luas kulit orang dewasa 1.5 m2 dengan berat kira-kira
15% berat badan. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta merupakan
cerminan kesehatan dan kehidupan. Kulit juga sangat kompleks, elastis dan
sensitif, bervariasi pada keadaan iklim, umur, seks, ras, dan juga bergantung pada
lokasi tubuh.
Erisipelas merupakan salah satu penyakit yang menyerang kulit, penyakit ini
merupakan infeksi akut Streptococcus beta hemoliticus atau pyogenes pada kulit,
pembuluh limfe dermis superfisialis dan jaringan subkutis, yang ditandai oleh
kemerhan lokal, panas, pembengkakan serta tepi berindurasi yang meninggi.
Gejala dimulai dengan gejala prodromal malaise beberapa jam, disertai gejala
konstitusioanal seperti demam, menggigil, nyeri kepala, dan sebagainya.
Erisipelas lebih sering terjadi pada pria daripada wanita, dengan perbandingan
4:1. Sekitar 85 % Erisipelas terjadi di kaki dan wajah, sedangkan sebagian kecil
dapat terjadi di tangan, perut dan leher serta tempat lainnya.
1
Meski sekarang sudah jarang, penyakit ini masih dapat dijumpai di praktek
sehari-hari, terutama pada anak-anak yang sebelumnya ditemukan adanya koreng
atau luka di sekitar timbulnya Erisipelas.
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penyusunan karya tulis ilmiah ini adalah agar
mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang erisipelas
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Memahami definisi dari erisipelas
2. Memahami etiologi dari erisipelas
3. Memahami patogenesis dari erisipelas
4. Memahami tanda-tanda dan gejala dari erisipelas
5. Memahami diagnosa dari erisipelas
6. Memahami diagnosa banding erisipelas
7. Memahami penatalaksanaan erisipelas
2
BAB 2
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1 Kulit
Anatomi kulit secara garis besar tersusun atas tiga lapisan utama yaitu
a. Lapisan epidermis
Lapisan ini terdiri dari stratum korneum, stratum lusidum, stratum granulosum,
stratum spinosum dan stratum basale.
1. Stratum korneum
Sratum korneum (lapisan tanduk) adalah lapisan kulit yang paling luar dan terdiri
atas lapisan sel–sel gepeng yang mati, tidak berinti dan protoplasmanya telah
berubah menjadi keratin (zat tanduk).
2. Stratum lusidum
Lapisan ini terdapat langsung di bawah lapisan korneum, merupakan lapisan sel-
sel gepeng tanpa inti dengan protoplasma yang berubah menjadi protein yang
disebut eleidin. Lapisan ini tanpak lebih jelas di telapak tangan dan kaki.
3
3. Stratum Spinosum
Stratum spinosum (stratum malphigi) atau disebut juga prickle cell layer (lapisan
akanta) terdiri atas beberapa lapisan sel yang berbentuk poligonal yang besarnya
berbeda–beda karen adanya proses mitosis. Protoplasmanya jernih karena banyak
mengandung glikogendan intinya terletak di tengah–tengah. Sel–sel ini makin
dekat ke permukaan makin gepeng bentuknya. Sel–sel stratum spinosum
mengandung banyak glikogen.
4. Stratum Basale
Stratum basale terdiri atas sel–sel berbentuk kubus (kolumnar) yang tersusun
vertikal pada perbatasan dermo–epidermal berbaris seperti pagar (palisade)
Lapisan ini merupakan lapisan epidermis yang paling bawah. Sel–sel basal ini
mengadakan mitosis dan berfungsi reproduktif. Lapisan ini terdiri atas 2 jenis sel
yaitu :
Sel yang berbentuk kulumnar dengan protoplasma basofilik inti lonjong
dan besar, dihubungkan satu dengan yang lain dengan jembatan antar sel.
b. Lapisan dermis
Lapisan dermis adalah lapisan di bawah epidermis yang jauh lebih tebal dari pada
epidermis. Lapisan ini terdiri atas lapisan elastic dan fibrosa padat dengan elemen-
elemen selular dan folikel rambut. Lapisan epidermis dibagi menjadi 2 lapisan:
1. Pars papilare
Yaitu bagian yang menonjol ke epidermis, berisi ujung serbut–serabut
saraf dan pembuluh darah.
2. Pars retikulare
Yaitu bagian di bawahnya yang menonjol ke arah subkutan, bagian ini
terdiri atas serbut–serabut penunjang misalnya serbut kolagen, elastin dan
retikulin. Dasar lapisan ini terdiri atas cairan kental asam hialuronatdan
4
kadroitin suflat, di bagian ini terdapat fibroblas. Serabut kolagen di bentuk
oleh fibroblast, membentuk ikatan yang mengandung hidroksiprolin dan
hidriksisilin. Retikulun mirip kolagen muda. Serabut elastin biasanya
bergelombang, berbentuk amorf dan mudah mengembang serta elastic.
c. Lapisan subkutis
Lapisan subkutis adalah kelanjutan dermis, terdiri atas jaringan ikat longar berisi
sel-sel lemak didalamnya. Sel-sel lemak merupakan sel bulat, besar, dengan inti
terdesak ke pinggir sitoplasma lemak bertambah.
Kulit dapat dengan mudah dilihat dan diraba, hidup, dan menjamin
kelangsungan hidup. Kulit pun menyokong penampilan dan kepribadian
seseorang. Dengan demikian kulit pada manusia mempunyai peranan yang
sangat penting, selain fungsi utama yang menjamin kelangsungan hidup
juga mempunyai arti lain yaitu estetik, ras, indikator sistemik, dan sarana
komunikasi non verbal antara individu satu dengan yang lain.
1. Fungsi proteksi
Kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisis atau mekanis,
misalnya: tekanan, gesekan, tarikan; gangguan kimiawi, misalnya: zat-zat
kimia terutama yang bersifat iritan, contohnya: lisol, karbol, asam, dan
alkali kuat lainnya; gangguan yang bersifat panas misalnya: radiasi,
sengatan ultraviolet; gangguan infeksi luar terutama kuman/bakteri
maupun jamur.
5
Hal di atas dimungkinkan karena adanya bantalan lemak, tebalnya lapisan
kulit dan serabut-serabut jaringan penunjang yang berperanan sebagai
pelindung terhadap gangguan fisis.
Kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan dan benda padat, tetapi
cairan yang mudah menguap lebih mudah diserap, begitupun yang larut
lemak. Permeabilitas kulit terhadap O2, CO2, dan uap air memungkinkan
kulit ikut mengambil bagian pada fungsi respirasi. Kemampuan absorpsi
kulit dipengaruhi oleh tebal tipisnya kulit, hidrasi, kelembapan,
metabolisme, dan jenis vehikulum. Penyerapan dapat berlangsunng
melalui celah antar sel, menembus sel-sel epidermis daripada yang melalui
muara kelanjar.
3. Fungsi ekskresi
Kelenjar-kelenjar kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna lagi atau
sisa metabolisme dalm tubuh berupa NaCl, urea, asam urat, dan ammonia.
Kelenjar lemak pada fetus atas pengaruh hormone androgen dari ibunya
memproduksi sebum untuk melindungi kulitnya terhadap cairan amnion,
pada waktu lahir dijumpai sebagai vernix caseosa. Sebum yang diproduksi
melindungi kulit karena lapisan sebum ini selain meminyaki kulit juga
menahan evaporasi air yang berlebihan sehingga kulit tidak menjadi
6
kering. Produk kelenjar lemak dan keringat di kulit menyebabkan
keasaman kulit pada pH 5-6,5.
4. Fungsi persepsi
Sel pembengtuk pigmen (melanosit), terletakdi lapisan basal dan sel ini
berasl dari rigi saraf. Perbandingan jumlah sel basal:melanosit adalah 10:1.
Jumlah melanosit dan jumlah serta besarnya butiran pigmen
(melanosomes) menentukan warna kulit ran maupun individu. Pada
pulasan H.E. sel ini jernih berbentuk bulat dan merupakan sel dendrite,
disebut pula sebagai clear cell. Melanosom dibentuk oleh alat golgi
dengan bantuan enzim tirosinase, ion Cu dan O2. Pajanan terhadap sinar
matahari mempengaruhi produksi melanosom. Pigmen disebar ke
epidermis melalui tangan-tangan dendrit sedangakn ke lapisan kulit di
bawahnya dibawa oleh sel melanofag (melanofor). Warna kulit tidak
7
sepenuhnya dipengaruhi oleh pigmen kulit, melainkan juagoleh tebal
tipisnya kulit, reduksi Hb, oksi Hb, dan karoten.
7. Fungsi keratinisasi
2.2 Erisipelas
Erisipelas adalah adalah infeksi akut pada kulit, pembuluh limfe dermis
superfisialis dan jaringan subkutis. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri
Streptococcus beta hemolyticus grup A. Pada bayi yang baru lahir, bakteri
Streptococcus b-hemolytic grup B bisa menyebabkan erisipelas. Faktor resiko
pada pasien dewasa antara lain limfaedema, vena stasis, dan pada seseorang
yang mengalami penurunan daya tahan tubuh.
8
Kata erisipelas berasal dari bahasa latin kuno, dan diperkirakan merupakan
gabungan dari dua kata, yaitu dari bahasa yunani erythros yang berarti
kemerahan dan dari bahasa latin pella yang berarti kulit. Erisipelas dapat
terjadi pada semua usia, bangsa dan ras, namun paling sering ditemukan pada
bayi, anak dan usia lanjut. Erisipelas biasanya terjadi pada wajah dan kaki.
Pada zaman dahulu, erisipelas dikenali dengan nama St. Antony’s fire dan
ignis sacer. Ia ditandai dengan eritema lokal, panas, bengkak dan memiliki
batas tepi yang sedikit meninggi dan berbatas tegas. Pada mulanya disertai
dengan gejala prodromal seperti malaise, menggigil, demam tinggi, sakit
kepala, muntah dan sakit sendi.
2.2.2 Etiologi
2.2.3 Patogenesis
9
menjadi simetris. Nasofaring mungkin menjadi port of the entry erisipelas
pada wajah bila disertai dengan riwayat streptokokal faringitis. Pada erisipelas
di daerah extremitas inferior, pasien mengeluh adanya pembesaran kelenjar
limfatik femoral dan disertai demam.
Lesi pada kulit bervariasi dari permukaan yang bersisik halus sampai ke
inflamasi berat yang disertai vesikel dan bulla. Erupsi lesi berawal dari satu
titik dan dapat menyebar ke area sekitarnya. Pada tahap awal, kulit tampak
kemerahan, panas, terasa sakit dan bengkak. Kemudian kemerahan berbatas
tegas dengan bagian tepi meninggi yang dapat dirasakan saat di palpasi
dengan jari. Pada beberapa kasus, vesikel dan bulla berisi cairan seropurulen.
Pembengkakan nodus limfe di sekitar infeksi sering ditemukan. Bagian yang
paling sering terkena adalah kaki dan wajah. Pada kaki, sering ditemukan
edema dan lesi bulla. Biasanya inflamasi pada wajah bermula dari pipi dekat
hidung atau di depan cuping telinga dan kemudian menyebar ke kulit kepala.
Infeksi biasanya terjadi bilateral dan jarang disebabkan oleh trauma.
1. Anamnesa
- Keluhanan utama : bercak kemerah-merahan pada kulit wajah
dan/atau kaki disertai rasa nyeri.
- Keluhan lain : bercak eritem pada daerah wajah, awalnya
unilateral lama-kelamaan menjadi bilateral
10
atau diawali dengan bercak eritem di
tungkai bawah yang sebelumnya dirasakan
nyeri di area lipatan paha. Disertai gejala-
gejala konstritusi seperti demam, malaise,
flu, menggigil, sakit kepala, muntah dan
nyeri sendi.
- Riwayat penyakit : faringitis, ulkus kronis pada kaki, infeksi,
infeksi akibat penjepitan tali pusat yang
tidak steril pada bayi
- Riwayat pengobatan : pernah dioperasi
- Faktor resiko : penurunan daya tahan tubuh, obesitas,
limfaedema, vena stasis
2. Pemeriksaan Fisik
- Inspeksi : bercak merah bilateral pada pada pipi dan
kaki, bekas garukan dan abrasi, bekas luka,
dan pembesaran kelenjar limfatik femoral.
- Effloresensi : eritema yang berwarna merah cerah,
berbatas tegas dan pinggirnya meninggi.
Sering disertai udem, vesikel dan bulla yang
berisi cairan seropurulen.
Gambar 2.2 Erisipelas pada tungkai bawah Gambar 2.3 Erisipelas pada wajah
11
3. Pemeriksaan Penunjang
Bakteri dapat diindentifikasi melalui pemeriksaan biopsi
kulit dan kultur. Spesimen untuk kultur bisa diambil dari apusan
tenggorokan, darah dan cairan seropurulen pada lesi. Pada
pemeriksaan darah rutin menunjukkan adanya leukositosis, hitung
jenis menunjukkan polimorfonuklear 80-95%, meningkatnya laju
endap darah (LED) dan juga meningkatnya C-reaktif protein.
a. Selulitis
Selulitis terjadi pada lapisan dermis dan subkutan. Etiologi paling
sering disebabkan oleh S. pyogens, S.aureus dan GAS. Selain itu, bakteri
streptokokus grup B juga bisa menyerang bayi dan bakteri basil gram
negatif bisa menyerang orang dengan tingkat imun yang rendah. Tinea
pedis biasanya menjadi port of the entry infeksi penyakit ini. Selulitis
mempunyai gejala yang sama dengan erisipelas yaitu eritema dan sakit,
tetapi dapat dibedakan dengan batas lesi yang tidak tegas, terjadi di lapisan
yang lebih dalam, permukaan lebih keras dan ada krepitasi saat dipalpasi.
Selulitis dapat berkembang menjadi bulla dan nekrosis sehingga
mengakibatkan pengelupasan dan erosi lapisan epidermal yang luas.
12
b. Dermatitis Kontak Alergi
c. Erysipeloid
13
Gambar 2.6 Erysipeloid
2.2.7 Penatalaksanaan
14
- Salep atau krim antibiotika, misalnya: Natrium Fusidat,
Mupirocin, Garamycin, Gentamycin.
15
BAB 3
DISKUSI DAN PEMBAHASAN
3.1 Trigger
Pasien datang dengan keluhan perubahan warna kulit pada betis kirinya
menjadi merah sejak 2 minggu yang lalu. Keluhan dirasakan pertama kali setelah
3 minggu lalu pasien jatuh dari motor. Awalnya luka pada tungkai bawah pasien
hanya berupa luka lecet dan memar namun lama kelamaan timbul perubahan
warna kulit menjadi merah terang yang disertai rasa gatal dan bengkak. Menurut
pasien daerah yang gatal digaruk menjadi kemerahan dan lama kelamaan tebal
dibandingkan kulit sekitarnya. Pasien juga mengeluhkan ada pembengkakan pada
lipatan paha kirinya dan sempat mengalami demam dan sembuh dengan
meminum obat penurun panas yang dibeli sendiri di apotek
a. Identitas Pasien
- Nama : Nn. R
- Jenis Kelamin : Perempuan
- Umur : 23 th
- Kebangsaan : Indonesia
- Suku : Minangkabau
- Agama : Islam
- Pendidikan : SMA
- Pekerjaan : Pramuniaga
- Alamat : Lapai
b. Anamnesa
- Keluhan utama : kulit betis kiri berubah warna menjadi merah sejak 2
minggu yang lalu
16
- Keluhan tambahan : gatal dan bengkak, pasien juga sempat mengalami
demam 2 minggu yang lalu
- Riwayat penyakit sekarang : tungkai bawah kiri berwarna merah terang,
terasa gatal dan bengkak, daerah yang gatal digaruk menjadi kemerahan
dan lama kelamaan tebal dibandingkan kulit sekitarnya
- Riwayat penyakit dahulu :
o Tidak ada riwayat alergi
o Tidak ada riwayat penyakit kulit
o Tidak ada riwayat penyakit diabetes melitus
- Riwayat penyakit keluarga : tidak ada keluarga yang menderita penyakit
dengan keluhan yang sama seperti pasien
17
Paru : bunyi nafas ventikuler, ronki (-), wheezing
(-)
- Abdomen : supel, datar, bising usus normal
- Kelenjar getah bening : tidak teraba pembesaran
- Ekstremitas superior : akral hangat, edema (-/-)
- Ekstremitas inferior :
a. Inspeksi: edema (-/+), eritema (-/+)
b. Palpasi : pitting edema (-/-), krepitasi (-/-), permukaan hangat
(-/+)
3. Status Dermatologikus
Lokasi : Ekstremitas Inferior sinistra
Distribusi : Lokalisata
Bentuk : Tidak khas
Susunan : Tidak khas
Batas : Tegas
Ukuran : Plakat
Effloresensi :Makula eritema yang berwarna merah cerah,
edematosa, bagian tepi meninggi
d. Diagnosa Kerja
Erisipelas
e. Diagnosa Banding
1. Selulitis
2. Dermatitis Kontak Alergi
f. Penatalaksanaan
18
- Kompres dengan Sodium Chloride 0,9 %
g. Pemeriksaan Anjuran
Trauma pada tungkai bawah akibat terjatuh dari motor merupakan pintu
masuk dari infeksi streptokokus, bakteri dapat masuk melalui lesi/mikrolesi.
Garukan pada area trauma dapat memperburuk infeksi. Keluhan yang menyertai
merupakan tanda-tanda peradangan akibat infeksi, yaitu demam, pelebaran
pembuluh darah yang menyebabkan perubahan warna kulit menjadi merah, terasa
panas pada perabaan akibat aliran darah ke daerah yang terkena lebih banyak, dan
timbul edema akibat lepasnya plasma ke jaringan intertisial.
19
BAB 4
4.1 Kesimpulan
20
DAFTAR PUSTAKA
Djuanda A. 1993. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin Edisi Kedua.Jakarta :Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
Wolff, Klauss. 2009. pioderma. In: Fitzpatrick’s Color Atlas & Synopsis of
Clinical Dermatology 6th Edition. New York: McGraw Hill Medical
21