Anda di halaman 1dari 24

TUGAS REFERAT ILMU PENYAKIT ANAK

OBESITAS PADA ANAK

PENYAJI : NATALIA PURNAMA


NIM : 07120040064
UNIVERSITAS PELITA HARAPAN

PEMBIMBING : DR. PULUNG SILALAHI, SpA

1
DAFTAR ISI

Pendahuluan …………………………………………………………... 2

Tinjauan Pustaka ………………………………………………………

Definisi …………………………………………………………………3

Etiologi dan Patogenesis ………………………………………………. 3

Epidemiologi …………………………………………………………... 8

Kriteria Obesitas ...................................................................................... 8

Manifestasi Klinis ....................................................................................9

Diagnosis .................................................................................................11

Tatalaksana ..............................................................................................13

Pencegahan ..............................................................................................17

Komplikasi ...............................................................................................18

Prognosis ..................................................................................................19

Kesimpulan .............................................................................................. 22

2
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Obesitas berarti kelebihan jumlah lemak tubuh. Tidak ada kesepakatan umum ada
pada definisi obesitas pada anak-anak seperti halnya orang dewasa. Kebanyakan
profesional menggunakan panduan yang diterbitkan berdasarkan indeks massa tubuh
(BMI), atau diubah BMI untuk usia, untuk mengukur obesitas pada anak-anak. Lain
mendefinisikan obesitas pada anak-anak sebagai berat badan paling sedikit 20% lebih
tinggi dari berat badan yang sehat untuk anak yang tingginya, atau persentase lemak
tubuh di atas 25% di anak laki-laki atau di atas 32% pada anak perempuan.

Obesitas pada masa anak berisiko tinggi menjadi obesitas dimasa dewasa dan
berpotensi mengalami penyakit metabolik dan penyakit degeneratif dikemudian hari.
1,2,4
Profil lipid darah pada anak obesitas menyerupai profil lipid pada penyakit
kardiovaskuler dan anak yang obesitas mempunyai risiko hipertensi lebih besar. 4
Penelitian Syarif menemukan hipertensi pada 20 – 30% anak yang obesitas, terutama
obesitas tipe abdominal.5 Dengan demikian obesitas pada anak memerlukan perhatian
yang serius dan pananganan yang sedini mungkin, dengan melibatkan peran serta orang
tua.1

 Tujuan

II.1. Tujuan Umum

Diharapkan melalui tulisan ini, pembaca dapat memahami apa itu obesitas
pada anak, penyebabnya dan bagaimana cara mengatasinya.

II.2. Tujuan Khusus

Tulisan ini diharapkan bisa memberikan informasi tambahan mengenai


obesitas pada anak yang hingga saat ini belum sepenuhnya dapat diterangkan dari
berbagai hasil penelitian.

3
TINJAUAN PUSTAKA

 Definisi

Obesitas dan overweight adalah dua istilah yang sering digunakan untuk
menyatakan adanya kelebihan berat badan. Kedua istilah ini mempunyai
pengertian yang berbeda. 5

Obesitas didefinisikan sebagai suatu kelainan atau penyakit yang ditandai dengan
penimbunan (akumulasi) jaringan lemak tubuh secara berlebihan. Menurut kamus
kedokteran Dorland, obesitas diartikan sebagai peningkatan berat badan melebihi
batas kebutuhan skeletal dan fisik sebagai akibat akumulasi lemak berlebihan
dalam tubuh. Disebut juga adiposity, adiposis, corpulency dan pimelosis. 2,5

Overweight adalah kelebihan berat badan dibandingkan dengan berat ideal yang
disebabkan oleh penimbunan jaringan lemak atau non-lemak, misalnya pada
binaragawan kelebihan berat badat disebabkan oleh hipertrofi otot.5,6

 Etiologi dan Patogenesis

Menurut hukum termodinamik, obesitas terjadi karena ketidakseimbangan antara


asupan energi dengan keluaran energi sehingga terjadi kelebihan energi yang
selanjutnya disimpan dalam bentuk jaringan lemak. Kelebihan energi tersebut
dapat disebabkan oleh asupan energi yang tinggi atau keluaran energi yang
rendah. Asupan energi tinggi disebabkan oleh konsumsi makanan yang
berlebihan, sedangkan keluaran energi rendah disebabkan oleh rendahnya
metabolisme tubuh, aktifitas fisik dan efek termogenesis makanan. Efek
termogenesis makanan ditentukan oleh komposisi makanan. Lemak memberikan
termogenesis lebih rendah (3% dari total energi yang dihasilkan lemak)
dibandingkan dengan karbohidrat (6-7% dari total energi yang dihasillan
karbohidrat) dan protein (25% dari total energi yang dihasilkan). 5

4
Bila kelebihan energi tersebut berlangsung terus-menerus, misalnya 500 Kalori. Setiap
hari, maka dalam waktu seminggu akan terjadi kenaikan berat badan kira-kira 500 gram. 7

Penyebab terjadinya ketidakseimbangan antara asupan dan pembakaran kalori ini


masih belum jelas.

Terjadinya obesitas melibatkan beberapa faktor:

 Faktor genetik. Obesitas cenderung diturunkan, sehingga diduga memiliki


penyebab genetik. Tetapi anggota keluarga tidak hanya berbagi gen, tetapi juga
makanan dan kebiasaan gaya hidup, yang bisa mendorong terjadinya obesitas.
Seringkali sulit untuk memisahkan faktor gaya hidup dengan faktor genetik.
 Faktor lingkungan. Gen merupakan faktor yang penting dalam berbagai kasus
obesitas, tetapi lingkungan seseorang juga memegang peranan yang cukup berarti.
Lingkungan ini termasuk perilaku/pola gaya hidup (misalnya apa yang dimakan
dan berapa kali seseorang makan serta bagaimana aktivitasnya). Seseorang tentu
saja tidak dapat mengubah pola genetiknya, tetapi dia dapat mengubah pola
makan dan aktivitasnya.
 Faktor psikis. Apa yang ada di dalam pikiran seseorang bisa mempengaruhi
kebiasaan makannya. Banyak orang yang memberikan reaksi terhadap emosinya
dengan makan.

Salah satu bentuk gangguan emosi adalah persepsi diri yang negatif. Gangguan ini
merupakan masalah yang serius pada banyak wanita muda yang menderita obesitas, dan
bisa menimbulkan kesadaran yang berlebihan tentang kegemukannya serta rasa tidak
nyaman dalam pergaulan sosial.

Ada dua pola makan abnormal yang bisa menjadi penyebab obesitas yaitu makan
dalam jumlah sangat banyak (binge) dan makan di malam hari (sindroma makan pada
malam hari). Kedua pola makan ini biasanya dipicu oleh stres dan kekecewaan. Binge
mirip dengan bulimia nervosa, dimana seseorang makan dalam jumlah sangat banyak,
bedanya pada binge hal ini tidak diikuti dengan memuntahkan kembali apa yang telah
dimakan. Sebagai akibatnya kalori yang dikonsumsi sangat banyak. Pada sindroma

5
makan pada malam hari, adalah berkurangnya nafsu makan di pagi hari dan diikuti
dengan makan yang berlebihan, agitasi dan insomnia pada malam hari.

 Faktor kesehatan. Beberapa penyakit bisa menyebabkan obesitas, diantaranya:

 Hipotiroidisme
 Sindroma Cushing
 Sindroma Prader-Willi
 Beberapa kelainan saraf yang bisa menyebabkan seseorang banyak makan.
 Obat-obatan.

Obat-obat tertentu (misalnya steroid dan beberapa anti-depresi bisa


menyebabkan penambahan berat badan.

 Faktor perkembangan. Penambahan ukuran atau jumlah sel-sel lemak (atau


keduanya) menyebabkan bertambahnya jumlah lemak yang disimpan dalam
tubuh. Penderita obesitas, terutama yang menjadi gemuk pada masa kanak-kanak,
bisa memiliki sel lemak sampai 5 kali lebih banyak dibandingkan dengan orang
yang berat badannya normal. Jumlah sel-sel lemak tidak dapat dikurangi, karena
itu penurunan berat badan hanya dapat dilakukan dengan cara mengurangi jumlah
lemak di dalam setiap sel.
 Aktivitas fisik. Kurangnya aktivitas fisik kemungkinan merupakan salah satu
penyebab utama dari meningkatnya angka kejadian obesitas di tengah masyarakat
yang makmur. Orang-orang yang tidak aktif memerlukan lebih sedikit kalori.
Seseorang yang cenderung mengkonsumsi makanan kaya lemak dan tidak
melakukan aktivitas fisik yang seimbang, akan mengalami obesitas.

Tabel 1. Karakteristik obesitas idiopatik dan endogen

Obesitas Idiopatik Obesitas Endogen

>90% kasus <10% kasus

6
Perawakan tinggi (umumnya persentil ke Perawakan Pendek (umumnya persentil
50 TB/U) ke 5 TB/U)

Riwayat obesitas dalam keluarga Riwayat Obesitas dalam keluarga


umumnya positif umumnya negatif

Fungsi mental normal Fungsi mental sering kali retardasi

Usia tulang normal atau advanced Usia tulang terlambat (delayed)

Pemeriksaan fisik pada umumnya normal Terdapat stigmata pada pemeriksaan fisis

Sebagian besar kasus dengan penyebab endogen dapat didiagnosis dengan


anamnesis serta pemeriksaan fisis yang teliti (lihat tabel 2) 5

Tabel 2. Penyebab endogen obesitas pada anak

Penyebab hormonal Bukti-bukti diagnostik

Hipotiroidisme Kadar TSH ↑, kadar tiroksin (T4( β

Hiperkortisolisme Uji supresi deksametason abnormal


:kadar kortisol bebas urin 24 jam ↑

Hiperinsulinisme primer Kadar insulin plasma ↑, kadar C-peptide


Pseudohipoparatiroidisme Hipokalsemia, hiperfosfatemia, kadar


PTH ↑

Lesi hipotalamus didapat Adanya tumor, infeksi, sindrom, trauma,


lesi vaskular hipotalamus

Sindom genetik Karakteristik klinis

Prader-Willi Obesitas, hiperfagia, retardasi mental,


hipogonadisme, strabismus

Laurence-moon / bardet-biedl Obesital retardasi mental retinopati


pigmentosa, hipogonadisme, paraplegia

7
spastik

Alstrom Obesitas, retinitis pigmentosa, tuli,


diabetes mellitus

Borjeson-Forssman-lehmann Obesitas,retardasi mental,


hipogonadisme, hipometabolisme,
epilepsi

Cohen Obesitas trunkal, retardasi mental,


hipotonia, hipogonadisme

Turner’s Perawakan pendek, ambigus genitalia,


kelainan jantung bawaan, obesitas,
genotipe 45, XO.

Familial lipodystrophy Hipertrofi otot, akromegali,


hepatomegali, akantosis nigrikans, insulin
resisten, hipertrigliseridenia, retardasi
mental.

Beckwith-wiedermann Gigantisme,exomfalos, makroglosia,


organomegali.

Sotos’ Gigantisme serebral, pertumbuhan fisik


berlebihan hipotonia, retardasi
psikomotorik.

Weaveer Sindrom tumbuh-lampau bayi (infant


overgwoth sindrom), percepatan
pematangan tulang rangka (accelereted
skeletal maturation), unusual facies

Ruvalcaba Retardasi mental, mikrosefali,


abnormalitas tulang, hipogonadisme,
brachymetapody.

8
Epidemiologi

Prevalensi kelebihan berat badan antara anak 2 sampai 19 tahun di Amerika


Serikat.

Tingkat obesitas telah meningkat sangat antara tahun 1980 dan 2010. Saat ini
10% dari anak-anak di seluruh dunia baik kelebihan berat badan atau obesitas.

Tingkat kelebihan berat badan dan obesitas di antara anak-anak Kanada telah
meningkat secara dramatis dalam beberapa tahun terakhir. Pada anak laki-laki, tarif
meningkat dari 11% di tahun 1980 menjadi lebih dari 30% di tahun 1990-an.

Tingkat obesitas pada anak-anak Hal ini namun tidak berubah secara signifikan
antara tahun 2000 dan 2006 dengan statistik terbaru menunjukkan tingkat paling hanya
lebih dari 17 persen. Pada tahun 2008, tingkat anak-anak kelebihan berat badan dan
obesitas di Amerika Serikat adalah 32%, dan sudah berhenti pendakian.

Kriteria Obesitas

Untuk menentukan obesitas diperlukan kriteria yang berdasarkan pengukuran


antropometri dan atau pemeriksaan laboratorik, pada umumnya digunakan: 2
 Pengukuran berat badan (BB) yang dibandingkan dengan standar dan disebut
obesitas bila BB > 120% BB standar.
 Pengukuran berat badan dibandingkan tinggi badan (BB/TB). Dikatakan obesitas
bila BB/TB > persentile ke 95 atau > 120% 6 atau Z-score ≥ + 2 SD.
 Pengukuran lemak subkutan dengan mengukur skinfold thickness (tebal lipatan
kulit/TLK). Sebagai indikator obesitas bila TLK Triceps > persentil ke 85.
 Pengukuran lemak secara laboratorik, misalnya densitometri, hidrometri dsb. yang
tidak digunakan pada anak karena sulit dan tidak praktis. DXA adalah metode yang
paling akurat, tetapi tidak praktis untuk dilapangan.

9
 Indeks Massa Tubuh (IMT), > persentil ke 95 sebagai indikator obesitas.

Manifestasis Klinis

Obesitas dapat terjadi pada semua golongan umur, akan tetapi pada anak biasanya
timbul menjelang remaja dan dalam masa remaja, terutama anak wanita. Selain berat
badan meningkat dengan pesat, juga pertumbuhan dan perkembangan lebih cepat
(ternyata jika diperiksa usia tulangnya), sehingga pada akhirnya anak yang cepat tumbuh
dan matang itu akan mempunyai tinggi badan yang relatif rendah dibandingkan dengan
anak yang sebayanya. 9

Bentuk tubuh, penampilan dan raut muka penderita obesitas: 7,9

 Raut muka
Hidung dan mulut tampak relatif kecil dengan dagu yang berbentuk ganda.

 Dada dan payudara


Bentuk payudara mirip dengan payudara yang telah tumbuh. Pada anak pria
keadaan demikian menimbulkan perasaan yang kurang menyenangkan.

 Abdomen
Membuncit dan menggantung serupa dengan bentuk bandul lonceng kadang-
kadang terdapat stria putih atau keunguan.

 Genitalia luar
Pada pria penis seakan-akan terpendam dalam jaringan lemak mons pubis,
sehingga tampak kecil dari bagian yang tersembul ke luar. Pubertas dapat terjadi awal
dengan akibat bahwa pada akhirnya ketinggian anak gemuk mungkin kurang dari
pada tinggi akhir dari sebayanya yang dewasa lebih lambat. Normal pada kebanyakan
wanita, dan menarche biasanya tidak tertunda bahkan mungkin maju.

 Anggota badan

10
Lengan atas dan paha tampak besar, terutama pada bagian proksimal, tangan
relatif kecil dengan jari-jari yang berbentuk runcing. Terdapat kelainan berupa koksa
vara dengan genu valgum pada tungkai.

 Kelainan emosi
Pada penderita sering ditemukan gejala gangguan emosi yang mungkin
merupakan penyebab atau akibat dari keadaan obesitas. Bahkan pada anak yang
tampaknya menyesuaikan diri dengan baik.

Pengaruh terhadap kesehatan

Masalah pertama terjadi pada anak-anak obesitas biasanya emosional atau


psikologis .5 Anak obesitas akan tetapi juga dapat menyebabkan kondisi mengancam
kehidupan termasuk diabetes , tekanan darah tinggi , penyakit jantung , masalah tidur ,
kanker , dan gangguan lainnya. Beberapa gangguan lain akan termasuk penyakit hati ,
pubertas awal atau menarke, gangguan makan seperti anoreksia dan bulimia, infeksi kulit,
dan asma dan masalah pernapasan lainnya. Penelitian telah menunjukkan bahwa anak-
anak kelebihan berat badan lebih mungkin untuk tumbuh menjadi orang dewasa
kelebihan berat badan. Obesitas pada usia remaja telah ditemukan untuk meningkatkan
angka kematian selama masa dewasa.

Obesitas anak sering menderita karena digoda oleh rekan-rekan mereka. Beberapa
dilecehkan atau diskriminasi terhadap oleh keluarga mereka sendiri. Penyebab ini lah
yang dapat mengakibatkan harga diri rendah dan depresi.

Suatu 2008 studi telah menemukan bahwa anak-anak yang mengalami obesitas
memiliki arteri karotid yang prematur usia sebanyak tiga puluh tahun serta tingkat
abnormal kolesterol

11
Diagnosis

Tabel berat ke tinggi

Tabel ini memberikan rentang umum bobot sehat dan gemuk untuk tinggi anak.
Banyak dokter mendefinisikan obesitas pada anak sebagai berat 20% atau lebih dari
rentang yang sehat. Tabel ini walau bagaimanapun, tidak memperhitungkan karakteristik
individu setiap anak. Penyedia pelayanan kesehatan harus mempertimbangkan usia anak
dan pola pertumbuhan ketika menginterpretasikan grafik. Misalnya, berat badan anak
sebelum tumbuh cepat. Ini tidak berarti mereka menjadi gemuk.

Persentase lemak tubuh

Persentase berat tubuh yang gemuk adalah penanda obesitas. Anak laki-laki lebih
dari 25% lemak dan perempuan lebih dari 32% lemak dianggap obesitas.

Persentase lemak tubuh adalah sulit untuk mengukur secara akurat. Metode yang paling
akurat menggunakan peralatan khusus yang tidak ditemukan di sebagian besar kantor
medis. Metode yang mengukur ketebalan lemak tidak dapat diandalkan kecuali hal itu
dilakukan dengan benar oleh teknisi terlatih dan berpengalaman.

Indeks massa tubuh (BMI)

Langkah ini digunakan untuk menilai berat badan relatif terhadap tinggi. Ini
adalah sama dengan indeks massa tubuh yang digunakan untuk mengidentifikasi obesitas
dewasa. BMI didefinisikan sebagai berat dalam kilogram dibagi dengan tinggi dalam

12
2).
meter persegi (kg / m BMI juga dapat dihitung dalam pound dan inci. BMI berkaitan
erat dengan persentase lemak tubuh tetapi jauh lebih mudah untuk mengukur.

BMI adalah standar untuk mendefinisikan obesitas pada orang dewasa, namun
penggunaannya pada anak-anak tidak diterima secara universal. The Centers for Disease
Control and Prevention (CDC) menunjukkan dua tingkat perhatian untuk anak-anak
berdasarkan usia BMI-untuk-grafik.

1. Pada 85 persentil dan di atas, anak-anak "berisiko kegemukan"

2. Pada persentil ke-95 atau di atas, mereka adalah "gemuk".

Asosiasi Obesitas Amerika mendefinisikan anak-anak di atas persentil ke-95 sebagai


"gemuk", yang sesuai dengan BMI 30 (dianggap obesitas pada orang dewasa).

Untuk menghitung indeks massa tubuh anak, ikuti langkah berikut:

1. Berat badan anak

2. Kemudian bagi dengan tinggi anak dalam meter


3. Bagilah ini dengan tinggi

Kriteria IMT

Range Interpretasi

<17,5 Malnutrisi

18,5-24,5 Normal

25-29,9 Overweight

30-39,9 Obese

>40 Severe obese

Lingkar pinggang

13
Pengukuran ini pada anak-anak atau remaja berkorelasi erat dengan risiko masa
depan mengembangkan tipe 2 diabetes mellitus dan komplikasi terkait sindrom metabolic
( tekanan darah tinggi , abnormal sirkulasi kolesterol atau lemak lain, serangan jantung ,
stroke, dan kerusakan pada mata, jantung , dan ginjal). Penilaian ini dibuat dengan
meteran membentang di terluas perut lilit batang (biasanya pada atau di bawah tingkat
pusar , yang disebut umbilikus ). Setiap nilai lebih dari 90 persentil untuk usia dan jenis
kelamin membawa resiko tertinggi.

Tatalaksana

Mengingat penyebab obesitas bersifat multifaktor, maka penatalaksanaan


obesitas seharusnya dilaksanakan secara multidisiplin dengan mengikut sertakan keluarga
dalam proses terapi obesitas. Prinsip dari tatalaksana obesitas adalah mengurangi asupan
energi serta meningkatkan keluaran energi, dengan cara pengaturan diet, peningkatan
aktifitas fisik, dan mengubah / modifikasi pola hidup. 2

 Menetapkan target penurunan berat badan


Untuk penurunan berat badan ditetapkan berdasarkan: umur anak, yaitu usia 2 -
7 tahun dan diatas 7 tahun, derajat obesitas dan ada tidaknya penyakit
penyerta/komplikasi. Pada anak obesitas tanpa komplikasi dengan usia dibawah
7 tahun, dianjurkan cukup dengan mempertahankan berat badan, sedang pada
obesitas dengan komplikasi pada anak usia dibawah 7 tahun dan obesitas pada
usia diatas 7 tahun dianjurkan untuk menurunkan berat badan. Target penurunan
berat badan sebesar 2,5 - 5 kg atau dengan kecepatan 0,5 - 2 kg per bulan.2
 Pengaturan diet
Prinsip pengaturan diet pada anak obesitas adalah diet seimbang sesuai dengan
RDA, hal ini karena anak masih mengalami pertumbuhan dan perkembangan. 5
Intervensi diet harus disesuaikan dengan usia anak, derajat obesitas dan ada
tidaknya penyakit penyerta. Pada obesitas sedang dan tanpa penyakit penyerta,

14
diberikan diet seimbang rendah kalori dengan pengurangan asupan kalori
sebesar 30%. Sedang pada obesitas berat (IMT > 97 persentile) dan yang
disertai penyakit penyerta, diberikan diet dengan kalori sangat rendah (very low
calorie diet ).
Dalam pengaturan diet ini perlu diperhatikan tentang :
 Menurunkan berat badan dengan tetap mempertahankan pertumbuhan normal.
 Diet seimbang dengan komposisi karbohidrat 50-60%, lemak 20-30% dengan
lemak jenuh < 10% dan protein 15-20% energi total serta kolesterol < 300 mg per
hari.
 Diet tinggi serat, dianjurkan pada anak usia > 2 tahun dengan penghitungan
dosis menggunakan rumus: (umur dalam tahun + 5) gram per hari.
 Pengaturan aktifitas fisik
Peningkatan aktifitas fisik mempunyai pengaruh terhadap laju
metabolisme. Latihan fisik yang diberikan disesuaikan dengan tingkat
perkembangan motorik, kemampuan fisik dan umurnya. Aktifitas fisik untuk
anak usia 6-12 tahun lebih tepat yang menggunakan ketrampilan otot, seperti
bersepeda, berenang, menari dan senam. Dianjurkan untuk melakukan aktifitas
fisik selama 20-30 menit per hari.2
Jenis kegiatan dan jumlah kalori yang dibutuhkan

Jenis kegiatan Kalori yang digunakan/jam


Jalan kaki 3 km/jam 150
Jalan kaki 6 km/jam 300
Joging 8 km/jam 480
Lari 12 km/jam 600
Tenis tunggal 360
Tenis ganda 240
Golf 180
Berenang 350
Bersepeda 660

15
 Mengubah pola hidup/perilaku
Untuk perubahan perilaku ini diperlukan peran serta orang tua sebagai
komponen intervensi, dengan cara:2
 Pengawasan sendiri terhadap: berat badan, asupan makanan dan aktifitas fisik
serta mencatat perkembangannya.
 Mengontrol rangsangan untuk makan. Orang tua diharapkan dapat
menyingkirkan rangsangan disekitar anak yang dapat memicu keinginan untuk
makan.
 Mengubah perilaku makan, dengan mengontrol porsi dan jenis makanan yang
dikonsumsi dan mengurangi makanan camilan.
 Memberikan penghargaan dan hukuman.
 Pengendalian diri, dengan menghindari makanan berkalori tinggi yang pada
umumnya lezat dan memilih makanan berkalori rendah.
 Peran serta orang tua, anggota keluarga, teman dan guru.
Orang tua menyediakan diet yang seimbang, rendah kalori dan sesuai
petunjuk ahli gizi. Anggota keluarga, guru dan teman ikut berpartisipasi dalam
program diet, mengubah perilaku makan dan aktifitas yang mendukung program
diet.2
6. Terapi intensif
Terapi intensif diterapkan pada anak dengan obesitas berat dan yang
disertai komplikasi yang tidak memberikan respon pada terapi konvensional,
terdiri dari diet berkalori sangat rendah (very low calorie diet), farmakoterapi dan
terapi bedah. 2
 Indikasi terapi diet dengan kalori sangat rendah bila berat badan > 140% BB
Ideal atau IMT > 97 persentile, dengan asupan kalori hanya 600-800 kkal per
hari dan protein hewani 1,5 - 2,5 gram/kg BB Ideal, dengan suplementasi
vitamin dan mineral serta minum > 1,5 L per hari. Terapi ini hanya diberikan
selama 12 hari dengan pengawasan dokter.
 Farmakoterapi dikelompokkan menjadi 3, yaitu: mempengaruhi asupan energi
dengan menekan nafsu makan, contohnya sibutramin; mempengaruhi
penyimpanan energi dengan menghambat absorbsi zat-zat gizi contohnya

16
orlistat, leptin, octreotide dan metformin; meningkatkan penggunaan energi.
Farmakoterapi belum direkomendasikan untuk terapi obesitas pada anak,
karena efek jangka panjang yang masih belum jelas.
 Terapi bedah di indikasikan bila berat badan > 200% BB Ideal. Prinsip terapi
ini adalah untuk mengurangi asupan makanan atau memperlambat
pengosongan lambung dengan cara gastric banding, dan mengurangi absorbsi
makanan dengan cara membuat gastric bypass dari lambung ke bagian akhir
usus halus. Sampai saat ini belum banyak penelitian tentang manfaat dan
bahaya terapi ini pada anak.

Pencegahan

Pada bayi, pemberian ASI dan penundaan pemberian makanan padat dapat
mencegah terjadinya obesitas. Pemberian susu botol yang lama dan tidak penting sebagai
cara mengatasi bayi rewel atau menangis dapat membina kebiasaan yang menyebabkan
bayi mengharapkan atau mencari makanan kapan saja mengalami frustasi. 7

17
Pemberian makanan hanya bila ada tanda-tanda lapar pada umur 1 tahun,
hindarkan perkenalan dengan menunjukkan makanan menarik atau memberi resep waktu
makan dengan jam, dan dengan mendidik anak makan kalau lapar, dapat secara efektif
mencegah kelebihan makan dan kegemukan. 7

Pada masa anak-anak awal, pemberian makanan yang sehat, bernutrisi, cemilan
rendah lemak, pembatasan jam menonton TV tidak lebih dari 7 jam per minggu (sudah
termasuk video games dan internet). Pada anak-anak yang sudah lebih besar, diajarkan
memilih makanan yang sehat, bergizi dan membiasakan olahraga. Menghindari mengemil
atau makan ketika menonton. 5

Kebutuhan energi pada: 10

 bayi usia 0-3 bulan: (89 X BB[kg] + 75)


 bayi usia 4-6 bulan: (89 X BB[kg] + 44)
 bayi usia 7-12 bulan: (89 X BB[kg] – 78)
Kebutuhan karbohidrat: 10

 bayi usia 0-6 bulan: 60 g/hari


 bayi usia 7-12 bulan: 95 g/hari
Kebutuhan lemak: 10

 pada usia 1-12 bulan: 30 g/hari (asam lemak esensial sekitar 5 g/hari
Kebutuhan protein: 10

 bayi usia 1-6 bulan: 9,1 g/hari


 bayi usia 7-12 bulan: 13,5 g/hari

Komplikasi

18
 Faktor Risiko Penyakit Kardiovaskuler
Faktor Risiko ini meliputi peningkatan: kadar insulin, trigliserida,
LDL-kolesterol dan tekanan darah sistolik serta penurunan kadar HDL-
kolesterol. Risiko penyakit Kardiovaskuler di usia dewasa pada anak obesitas
sebesar 1,7 - 2,6. IMT mempunyai hubungan yang kuat (r = 0,5) dengan kadar
insulin. Anak dengan IMT > persentile ke 99, 40% diantaranya mempunyai
kadar insulin tinggi, 15% mempunyai kadar HDL-kolesterol yang rendah dan
33% dengan kadar trigliserida tinggi. Anak obesitas cenderung mengalami
peningkatan tekanan darah dan denyut jantung, sekitar 20-30% menderita
hipertensi.2
 Diabetes Mellitus tipe-2
Diabetes mellitus tipe-2 jarang ditemukan pada anak obesitas.
Prevalensi penurunan glukosa toleran test pada anak obesitas adalah 25%
sedang diabetes mellitus tipe-2 hanya 4%. Hampir semua anak obesitas
dengan diabetes mellitus tipe-2 mempunyai IMT > + 3SD atau > persentile ke
99. 2

19
 Obstruktive sleep apnea
Sering dijumpai pada anak obesitas dengan kejadian 1/100 dengan
gejala mengorok.5 Penyebabnya adalah penebalan jaringan lemak didaerah
dinding dada dan perut yang mengganggu pergerakan dinding dada dan
diafragma, sehingga terjadi penurunan volume dan perubahan pola ventilasi
paru serta meningkatkan beban kerja otot pernafasan. Pada saat tidur terjadi
penurunan tonus otot dinding dada yang disertai penurunan saturasi oksigen
dan peningkatan kadar CO2, serta penurunan tonus otot yang mengatur
pergerakan lidah yang menyebabkan lidah jatuh kearah dinding belakang
faring yang mengakibatkan obstruksi saluran nafas intermiten dan
menyebabkan tidur gelisah, sehingga keesokan harinya anak cenderung
mengantuk dan hipoventilasi. Gejala ini berkurang seiring dengan penurunan
berat badan.2
 Gangguan ortopedik
Pada anak obesitas cenderung berisiko mengalami gangguan ortopedik
yang disebabkan kelebihan berat badan, yaitu tergelincirnya epifisis kaput
femoris yang menimbulkan gejala nyeri panggul atau lutut dan terbatasnya
gerakan panggul.2
 Pseudotumor serebri
Pseudotumor serebri akibat peningkatan ringan tekanan intrakranial
pada obesitas disebabkan oleh gangguan jantung dan paru-2 yang
menyebabkan peningkatan kadar CO2 dan memberikan gejala sakit kepala,
papil edema, diplopia, kehilangan lapangan pandang perifer dan iritabilitas.2

Prognosis

Orang yang menderita obesitas dan kelebihan berat badan pada masa kecil
memiliki kemungkinan lebih tinggi untuk menderita obesitas pada saat dewasa. Individu
yang menderita obesitas memiliki resiko lebih tinggi untuk menderita berbagai penyakit
termasuk kematian yang lebih dini. Menurut “American Obesity Association” anak-anak

20
yang menderita obesitas pada umur 10-13 tahun memiliki kemungkinan 70% untuk tetap
menderita obesitas sepanjang hidup mereka. Program-program untuk memodifikasi
kelakuan dan gaya hidup dapat membantu contohnya dengan menentukan tujuan hidup
positif, berolahraga lebih sering, dan terapi kelompok dapat membantu anak-anak dan
remaja untuk mengurangi berat badan dengan sukses.11

Kesimpulan

Obesitas pada anak berhubungan dengan banyak faktor. Karenanya dalam


mengatasi masalah obesitas anak perlu kerjasama dari banyak pihak terkait, terutama
dukungan keluarga.

Obesitas pada anak berdampak pada kesehatannya sendiri di masa depan.


Meningkatkan risiko-risiko penyakit seperti: kardiovaskular, diabetes mellitus,
atherosclerosis, dan lainnya.

Secara garis besar ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah
kegemukan pada anak, seperti:

 Jangan membuat anak makan ketika dia belum lapar


 Jangan memaksa anak untuk menghabiskan makanannya
 Jangan makan terburu-buru. Karena umumnya akan makan lebih banyak
ketika makan dengan cepat

21
 Jangan menjadikan makanan sebagai hadiah atau untuk menyenangkan anak
(jangan menawarkan dessert sebagai hadiah karena sudah menghabiskan
makanannya)
 Jangan makan di restoran cepat saji lebih dari 1X dalam seminggu
 Berikan makanan yang sehat dan bervariasi dengan kalori yang berasal dari
lemak <30%
 Pastikan makanan yang dimakan di luar rumah seimbang (tidak berlebihan)
 Berikan air putih ketika haus. Bukan minuman bersoda atau minuman manis
lainnya
 Batasi jam menonton TV, bermain komputer dan video games
 Ajarkan dan temani anak anda untuk aktif secara fisik melalui kegiatan
seperti bersepeda, bermain bola
 Ajarkan anak mulai sekarang pola makan dan hidup sehat
Karena metabolisme karbohidrat, lemak dan protein saling terkait, sehingga
penanganan obesitas dalam pengaturan pola makan yang perlu diperhatikan tidak hanya
asupan lemak saja.

Sedangkan penggunaan farmakoterapi maupun bedah, belum sepenuhnya dapat


disetujui penggunaannya dalam mengatasi obesitas terkait dengan penelitian akan
manfaat dan efek sampingnya tehadap anak-anak yang masih terus dilakukan.

22
Referensi

1. WHO. Obesity: Preventing and Managing The Global Epidemic, WHO


Technical Report Series 2000; 894, Geneva.
2. Obesitas pada anak lgkp : http://www.pediatrik.com/buletin/06224113652-
048qwc.pdf
3. Satoto, Karjati, S., Darmojo, B., Tjokroprawiro, A., Kodyat, BA. Kegemukan,
Obesitas dan Penyakit Degeneratif: Epidemiologi dan Strategi
Penanggulangannya, Dalam: Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VI tahun
1998. Jakarta: LIPI, hal. 787 – 808.
4. Heird, W.C. Parental Feeding Behavior and Children’s Fat Mass. Am J Clin
Nutr, 2002; 75: 451 – 452.
5. Sjarif R D. Obesitas pada anak dan permasalahannya dalam Hot Topics in
Pediatrics II. Jakarta, 18-22 Februari 2002.
6. Anderson, Douglas. Kamus Kedokteran Dorland Edisi 29. Jakarta: EGC. 2004
7. Behrman, Kliegman, Arvin. Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15 Vol I. Jakarta:
EGC. 1996: Bagian VI: 214-218.
8. Donohoue AP: Obesity in Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB: Nelson
Textbook of Pediatrics 17th Ed. Philadelphia: Elsevier, 2004; 43: 173-177.

23
9. Hassan R, Alatas H. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak Jilid I. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI. 1985: 214-218.
10. Wardlaw, Hampl, DiSilvestro. Perspectives in Nutrition 6 th Ed. New York:
McGraw-Hill Company. 2004: Chapter 17.
11. Obesity : http://www.healthofchildren.com/N-O/Obesity.html

24

Anda mungkin juga menyukai