PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
tekanan, sentuhan, dan suhu. Oleh karena itu fungsi penting kulit diantaranya
adalah proteksi. Fungsi proteksi sangat erat kaitannya dengan posisi kulit sebagai
menjadi agen yang dianggap berbahaya oleh system kulit sehingga terjadi
mekanisme pertahanan diri. Dalam hal ini kulit juga berfungsi sebagai bagian dari
Selain itu kulit memiliki nilai estetika. Nilai ini menjadi sangat berarti karena
kulit yang terlihat pertama kali saat melihat makhluk hidup. Kulit yang sehat
menjadi idaman setiap orang dan menjadi salah satu parameter kualitas hidup
seseorang. Bahkan demi menjaga nilai estetika kulit seseorang rela mengeluarkan
uang yang tidak sedikit untuk perawatan. Akan tetapi masalah kulit juga sangat
beragam sehingga membutuhkan pemahaman yang baik agar tidak salah dalam
mengantisipasinya.
Salah satu permasalahan kulit adalah hiperkeratosis. Istilah ini awam bagi
sebagian orang namun sangat umum bagi para praktisi kesehatan. Hiperkeratosis
ada yang berbahaya tetapi juga ada yang tidak berbahaya. Definisi umum
1
hiperkeratosis merupakan penebalan laisan terluar kulit sehingga menyebabkan
adanya daerah yang tidak rata pada kulit bahkan muncul plak atau sisik. Pada kasus
berbagai penyakit kulit. Salah satu penyakit kulit yang terdapat gejala
0,1% sampai 11,8%. Paling tinggi pada ras Kaukasia (Eropa dan Amerika),
sedangkan di Afrika dan Asia antara 0,4 % 0,7 %. Psoriasis dikatakan sebagai
penyakit multifaktorial dan multi sistem, karena melibatkan banyak sistem dan
organ, semua faktor tersebut saling terkait. Pada kulit normal, sel basal di stratum
basalis membelah diri, bergerak keatas secara teratur sampai menjadi stratum
serta digantikan yang baru. Namun pada psoriasis, proses tersebut hanya
berwarna keperakan. Penyebab yang pasti psoriasis belum diketahui dengan pasti,
B. Rumusan Masalah
eksternal tubuh?
3. Apa definisi hiperkeratosis?
4. Bagaimana fenomena hiperkeratosis dalam kajian kasus psoriasis?
5. Bagaimana mekanisme patoimunologi psoriasis dengan gejala hiperkeratosis?
6. Bagaimana pencegahan dan perawatan hiperkeratosis?
2
C. Tujuan
Sesuai dengan rumusan masalah, penyusunan makalah ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui anatomi dan fisiologi kulit.
2. Mengetahui fungsi keratinisasi kulit sebagai barrier mekanis dari lingkungan
eksternal tubuh.
3. Mengetahui definisi hiperkeratosis.
4. Mengetahui fenomena hiperkeratosis dalam kajian kasus psoriasis.
5. Mengetahui mekanisme patoimunologi psoriasis dengan gejala hiperkeratosis.
6. Mengetahui pencegahan dan perawatan hiperkeratosis.
3
BAB II
PEMBAHASAN
organ terberat dan terbesar dari tubuh. Seluruh kulit beratnya sekitar 16 % berat
tubuh, pada orang dewasa sekitar 2,7 3,6 kg dan luasnya sekitar 1,5 1,9
meter persegi. Kulit sangat kompleks, elastis dan sensitif, serta sangat
bervariasi pada keadaan iklim, umur, seks, ras, dan juga bergantung pada lokasi
tubuh serta memiliki variasi mengenai lembut, tipis, dan tebalnya. Tebal kulit
bervariasi mulai 0,5 mm sampai 6 mm tergantung dari letak, umur dan jenis
kelamin. Kulit tipis terletak pada kelopak mata, penis, labium minus dan
kulit bagian medial lengan atas. Sedangkan kulit tebal terdapat pada telapak
tangan, telapak kaki, punggung, bahu dan bokong. Perbedaan kulit tebal dan kulit
tipis disajikan pada Gambar 1. Secara embriologis kulit berasal dari dua lapis yang
berbeda, lapisan luar adalah epidermis yang merupakan lapisan epitel berasal
dari ectoderm sedangkan lapisan dalam yang berasal dari mesoderm adalah
(Perdanakusuma, 2007).
gangguan dan rangsangan luar. Fungsi perlindungan ini terjadi melalui sejumlah
(keratinisasi dan pelepasan sel-sel kulit ari yang sudah mati), respirasi, dan
pengaturan suhu tubuh, produksi sebum dan keringat serta pembentukan pigmen
4
melanin untuk melindungi kulit dari bahaya sinar ultra violet matahari (Rahman,
2013).
A) B)
Gambar 1. Struktur Anatomi Kulit A) Kulit tebal, B) Kulit tipis
(Sumber: http://anatomi.lecture.ub.ac.id/files/2013/11/INTEGUMEN-PD-2013.pdf)
Kulit merupakan suatu kelenjar holokrin yang cukup besar dan seperti
jaringan tubuh lainnya , kulit juga bernapas, menyerap oksigen dan mengeluarkan
karbondioksida. Kulit menyerap oksigen yang diambil lebih banyak dari aliran
dikeluarkan melalui aliran darah. Kecepatan penyerapan oksigen ke dalam kulit dan
maupun di luar kulit, seperti temperature udara atau suhu, komposisi gas disekitar
kulit, kelembapan udara, kecepatan aliran darah ke kulit, tekanan gas di dalam di
dalam darah kulit, penyakit-penyakit kulit, usia, keadaan vitamin dan hormone di
kulit, perubahan dalam metabolisme sel kulit dan pemakaian bahan kimia pada
kulit.
5
Sifat anatomis dan fisiologis kulit di berbagai daerah tubuh sangat berbeda.
tangan, telapak kaki, kelopak mata, ketiak dan bagian lainnya merupakan
bagian dalam dan berbeda pula dalam jenis serta banyaknya andeksa yang ada di
dalam lapisan kulitnya. Pada permukaan kulit terlihat adanya alur-alur atau garis-
garis halus yang membentuk pola yang berbeda di berbagai daerah tubuh serta
bersifat khas bagi setiap orang, seperti yang ada pada jari-jari tangan, telapak
tangan dan telapak kaki atau dikenal dengan pola sidik jari (Perdanakusuma, 2007).
A. 1. Anatomi Kulit
Kulit terdiri dari 3 lapisan yaitu epidermis, dermis dan hipodermis (subkutan).
Sumber : http://rahmanwangsyah.blogspot.co.id/2015/06/pengertian-fungsi-dan-struktur-kulit.html
6
1) Epidermis
Epidermis adalah lapisan luar kulit yang tipis dan avaskuler. Terdiri
dan merkel. Tebal epidermis berbeda-beda pada berbagai tempat di tubuh, paling
tebal pada telapak tangan dan kaki. Ketebalan epidermis hanya sek itar 5 %
dari seluruh ketebalan kulit. Terjadi regenerasi setiap 4-6 minggu. Lapisan
epidermis tumbuh terus karena lapisan sel induk yang berada di lapisan bawah
bermitosis terus menerus, sedangkan lapisan paling luar epidermis akan terkelupas
atau gugur. Epidermis dibina oleh sel-sel epidermis terutama serat-serat kolagen
Epidermis terdiri atas lima lapisan (dari lapisan yang paling atas sampai
yang terdalam):
Terdiri dari sel keratinosit yang bisa mengelupas dan berganti. Sel-sel
tersusun dalam 10-30 lapisan dan diantaranya terdapat lemak sebagai perekat.
Pada telapak tangan dan telapak kaki jumlah baris keratinosit jauh lebih banyak,
karena di bagian ini lapisan tanduk jauh lebih tebal. Lapisan korneum juga
dikenal dengan lapisan tanduk atau lapisan horny, sebagian besar terdiri atas
keratin yaitu sejenis protein yang tidak larut dalam air dan sangat resisten
terhadap bahan-bahan kimia. Milyaran sel pipih yang mudah terlepas akan
digantikan oleh sel yang baru setiap 4 minggu, karena usia setiap sel biasanya
memperbaiki diri. Daya elastisitas kulit pada lapisan ini sangat kecil, dan lapisan
7
ini sangat efektif untuk mencegah terjadinya penguapan air dari lapisan kulit
kaki dan telapak tangan. Tidak tampak pada kulit tipis. Sel-selnya gepeng tidak
Disebut juga pickle cell layer (lapisan akanta) terdiri atas sel berbentuk
lamellar yang komponennya seramida, kolesterol dan asam lemak sebagai factor
kelembapan alami. Stratum basale dan stratum spinosum disebut sebagai lapisan
8
(5) Stratum Basal (Stratum Germinativum)
letak, usia dan faktor lain. Merupakan satu lapis sel yang mengandung
melanosit.
penyusun epidermis dengan komposisi 85% - 95% dan berfungsi sebagai penghasil
(Sumber: http://anatomi.lecture.ub.ac.id/files/2013/11/INTEGUMEN-PD-2013.pdf)
9
2) Dermis
sebagai True Skin. Terdiri atas jaringan ikat penyokong epidermis dan
tebal pada telapak kaki sekitar 3 mm. Dermis terdiri dari dua lapisan : Lapisan
papiler; tipis mengandung jaringan ikat jarang. Lapisan retikuler; tebal terdiri dari
dan menebal, kandungan elastin kulit manusia meningkat kira-kira 5 kali dari
fetus sampai dewasa. Pada usia lanjut kolagen saling bersilangan dalam
derivat epidermis yaitu folikel rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar keringat.
3) Subkutis
lapisan lemak. Lapisan ini terdapat jaringan ikat yang menghubungkan kulit
beda menurut daerah di tubuh dan keadaan nutrisi individu. Berfungsi menunjang
10
Fungsi Subkutis / hipodermis : melekat ke struktur dasar, isolasi panas,
cadangan kalori.
A. 2. Fisiologi Kulit
sensasi, eskresi dan metabolisme. Fungsi proteksi kulit adalah melindungi dari
salah satu fungsi kulit dalam merespon rangsang raba karena banyaknya
akhiran saraf seperti pada daerah bibir, puting dan ujung jari. Kulit berperan
melalui keringat, insessible loss dari kulit, paru-paru dan mukosa bukal.
Temperatur kulit dikontrol dengan dilatasi atau kontriksi pembuluh darah kulit.
tubuh akan mengurangi temperatur dengan melepas panas dari kulit dengan
cara mengirim sinyal kimia yang dapat meningkatkan aliran darah di kulit.
Pada temperatur yang menurun, pembuluh darah kulit akan vasokontriksi yang
Fungsi lain kulit adalah absorpsi. Kulit yang sehat tidak mudah menyerap
air, larutan dan benda padat, tetapi cairan yang mudah menguap lebih mudah
diserap begitupun yang larut lemak. Kemampuan absorpsi ini dipengaruhi oleh
11
Penyerapan dapat berlangsung melalui celah antara sel, menembus sel-sel
merupakan fungsi kulit. Sel pembentuk pigmen adalah melanosit terletak di lapisan
basal dan berasal dari rigi saraf. Jumlah melanosit dan jumlah melanosome (butiran
Eksternal Tubuh
kedap air, dan tidak dapat ditembus oleh sebagian besar bahan. Oleh karena itu,
lapisan ini dapat menahan segala sesuatu yang melewatinya dalam dua arah antara
tubuh dan lingkungan eksternal. Sebagai contoh, lapisan ini dapat memperkecil
hilangnya air tubuh dan protein plasma pada penderita luka bakar, serta mencegah
benda asing masuk ke dalam tubuh. Selain itu, proses keratinisasi juga berperan
sebagi barrier mekanis karena sel-sel mati akan melepaskan dirinya secara teratur.
Proses keratinisasi dimulai dari sel basal yang kuboid, bermitosis ke atas
berubah bentuk lebih poligonal yaitu sel spinosum, terangkat lebih ke atas menjadi
lebih gepeng, dan bergranula menjadi sel granulosum. Kemudian sel tersebut
12
terangkat ke atas lebih gepeng, dan granula serta intinya hilang menjadi sel
spinosum dan akhirnya sampai di permukaan kulit menjadi sel yang mati,
protoplasmanya mengering menjadi keras, gepeng, tanpa inti yang disebut sel
tanduk. Sel tanduk secara kontinu lepas dari permukaan kulit dan diganti oleh sel
yang terletak di bawahnya. Proses keratinisasi sel dari sel basal sampai sel tanduk
berlangsung selama 14-21 hari. Proses ini berlangsung terus-menerus dan berguna
untuk fungsi rehabilitasi kulit agar selalu dapat melaksanakan fungsinya secara
baik. Pada beberapa macam penyakit kulit proses ini terganggu, sehingga kulit akan
(sumber: https://quizlet.com/29065660/structure-and-function-of-skin-flash-cards/)
13
C. Definisi Hiperkeratosis
terhadap penebalan epidermis dan dermis (Jakeman, 2012). Hal ini terjadi karena
akumulasi yang sangat cepat dari keratin pada lapisan terluar epidermis. Penebalan
kulit ini sering menjadi bagian dari perlindungan normal kulit terhadap gesekan,
tekanan dan bentuk lain dari iritasi lokal. Tetapi pada hiperkeratosis penebalan
merah dan kering dengan sisik coklat atau abu-abu pada penampilannya, menutupi
area kecil dari kulit atau menjadi melingkar dan menutupi semua kulit ekstremitas
ketidaknyamanan dan tekanan karena penebalan kulit, bau yang berbeda yang
menyertainya disebabkan oleh kolonisasi bakteri dalam kulit kerak, infeksi jamur
pelabuhan. Hal ini dapat menyebabkan siklus terus menerus dari kolonisasi , infeksi
dan kerusakan kulit, mengubah persepsi individu dari tubuh mereka karena tidak
sedap dipandang penampilan dan penumpahan sisik kulit serta menunjukkan bahwa
14
e. Corn dan Callus, Corn adalah area kesil yang terasa sakit pada kulit keras yang
terbentuk pada jari kaki sedangkan callus adalah kulit menebal keras terutama
f. Warts, bengkakan kasar kecil (area hidup) yang tumbuh pada kulit, sering
g. Lichen planus
h. Actinic keratosis, disebabkan oleh kerusakan kulit akibat sinar matahari, kanker
kulit
(sumber: http://www.derm-hokudai.jp/shimizu-dermatology/pdf/02-02.pdf)
dengan berbagai gambaran klinis. Lesi kulit sangat khas ditandai adanya plak
eritema berbatas tegas yang ditutupi oleh skuama putih keabu-abuan atau
15
(Walujo, 2007). Psoriasis adalah suatu penyakit inflamasi kulit yang ditandai
dengan proliferasi dan diferensiasi abnormal sel keratinosit yang diperantarai oleh
aktivasi sel T, yang mengenai 2.5% dari populasi dunia ( Deny, 2004). Suwardi
(2011) juga mendefinisikan psoriasis sebagai penyakit kulit kronik dengan bentuk
lesi yang khas berupa penebalan epidermis yang disebabkan oleh turn over
epidermis yang terlalu cepat, yang dimediasi oleh sel T dan melibatkan produksi
berlebihan dari sitokin proinflamasi dan kemokin seperti Tumor Necrosis Factor
psoriasis. Sel kulit menjadi dewasa akan menggantikan sel kulit mati setiap 28-30
hari. Pada kasus psoriasis, sel kulit menjadi dewasa dalam waktu kurang dari 1
minggu, akan tetapi tubuh tidak bisa menggantikan sel kulit yang lama secara
cepat, sehingga sel-sel kulit yang baru akan naik ke atas permukaan serta
membentuk lapisan kulit mati yang tebal yang dapat muncul pada lengan,
punggung, dada, siku, kaki, kuku, lipatan pantat dan kulit kepala. Psoriasis
16
dikatakan ringan jika muncul kurang dari 5% dari seluruh permukaan tubuh,
sedang jika muncul 5-30% dari kulit serta berat jika muncul lebih dari 30% dari
psoriasis yang dapat terjadi pada epidermis maupun dermis adalah sebagai berikut:
stratum granulosum.
ridge epidermis.
dan neutrofil.
17
E. Mekanisme Patoimunologi Psoriasis Dengan Gejala Hiperkeratosis
Ariani (2013) menjelaskan penyebab dan patogenesis psoriasis belum
diketahui dengan pasti, banyak sistem dalam tubuh berperan dalam patogenesis
atau kekambuhan psoriasis. Namun ada tiga hal yang perlu diperhatikan,
berkaitan.
1. Gangguan Diferensiasi Keratinosit
Secara patologis, psoriasis ditandai dengan adanya hiperproliferasi dan
terdiri dari limfosit T dan berbagai perubahan vaskular endotel di lapisan dermis,
berlebihan yang berbeda dengan sel normal, keratinosit pada psoriasis membentuk
kapilarisasi dermal yang luas menyebabkan infiltrasi sel radang pada ikatan dermal-
psoriasis.
Beberapa mediator sebagai penanda diferensiasi keratinosit yang abnormal
Filaggrin.
TGase K yang mengawali mengkatalisis untuk terbentuknya CE, yang
penting pada lesi psoriasis. SKALP yang hanya ditemukan pada lesi psoriasis,
18
oleh keratinosit epidermal. Elastase adalah lysosomal serin proteinase yang spesifik
untuk degradasi elastin, protein yang ditemukan dalam jaringan yang membutuhkan
penyakit inflamasi lainnya, tidak pada kulit normal. Peran MRP-8 dalam
prekursor protein yang membantu untuk menstabilisasikan CE. Pada kulit normal,
protein ini merupakan konstituen utama dari CE pada tahap awal pembentukan
Filaggrin yang biasanya ditemukan pada stratum granular epidermis, tidak ada
dalam lesi psoriasis. Hilangnya stratum granular kulit stratum korneum dalam
berlebihan telah ditemukan pada lesi psoriasis: Epidermal Growth Factor (EGF),
spesifik. Ikatan EFG terhadap sel imun dua kali lipat pada lapisan atas epidermis.
BMP-6 merupakan faktor pertumbuhan ini sudah dapat dijumpai pada bayi baru
lahir, tapi biasanya menghilang setelah dewasa, kecuali pada pasien psoriasis, hal
ini menyebabkan ditemukan TGF- dibagian atas lesi psoriasis, tetapi tidak dalam
19
kulit normal. Vasoactive Intestinal Polipeptide (VIP), merupakan neuropeptida
diduga bahwa efek hiperproliferasi dari VIP dimediasi oleh peningkatan level dari
kompleks dari oncoproteins, menstimulasi ekspresi banyak gen yang penting dalam
proliferasi sel dan inflamasi. Faktor-faktor ini terbukti memiliki pola ekspresi yang
sel. Banyak growth factor dan sitokin memodulasi aktivitas MAPK, yang lebih
Lapisan epidermis pada penderita psoriasis akan terjadi peningkatan jumlah denritic
cell (DC) walaupun tidak spesifik untuk penyakit ini. DC di dermis menjadi tipe
APC yang berperan pada psoriasis dan terletak pada papilla dermis. Pada pasien
psoriasis, jumlah DC plasmasitoid meningkat baik pada bagian kulit yang terlibat
atau tidak, tetapi hanya aktif pada kulit yang terlibat. Proses antigen diakhiri dengan
ini akan dikenali secara spesifik oleh reseptor sel T (TCR). APC yang telah aktif
akan berjalan menuju limfonoid untuk mengaktifkan sel T. Interaksi sel T dan APC
di limfonoid akan menstimulasi sel T. Proses ini terdiri dari dua sinyal. Sinyal
20
pertama dihasilkan oleh komplek antigen yaitu MHC dan TCR sedangkan sinyal
reseptor dengan ligand pada sel T. Kemudian sinyal 1 dan 2 akan mengaktivasi sel
Gambar 8. Skema singkat hubungan antara Psoriasis dan penyakit autoimun terkait. Sitokin
memiliki peran penting dalam patogenesis Psoriasis (Ps), psoriasis arthritis (PSA), rheumatoid
arthritis (RA) dan penyakit Crohn..Skema tersebut menggambarkan interaksi antara APC, sel T dan
sel lain seperti fibroblast. Interaksi ini difasilitasi oleh sitokin yang diproduksi oleh sel-sel imu
lainnya. Sitokin yang menstimuli () dan menghambat (--I). Tumor necrosis factor (TNF)-,
Interleukin (IL-6),Interleukin (IL)-22,dan Interferon (IFN)- merupakan adalah mediator yang
berperanan dalam target akhir untuk diferensiasi, proliferasi dan inflamasi pada psoriasis. (Perez,
2013)
Salah satu sel dendritik yang berpengaruh dalam patogenesis psoriasis
adalah sel Sel Langerhans yang mengenali dan menangkap antigen, bermigrasi ke
epidermis (perkiraan waktu yang diperlukan oleh sel kulit untuk maturasi secara
normal) dari 28 hari menjadi 2-4 hari dan memproduksi sisik kemerahan yang
21
endothelial growth factor dengan target sel dendritik imatur di epidermis
menstimulasi sel T dari kelenjar getah bening sebagai respons terhadap stimulasi
unidentified antigen. Aktivasi sel T, TNF-, dan sel-sel dendritik adalah faktor
patogenik yang distimulasi dalam respon terhadap faktor pencetus, seperti trauma
fisik, inflamasi bakteri, virus, atau withdrawal kortikosteroid. Infiltrat limfosit pada
psoriasis kebanyakan adalah sel T CD4 dan CD8. Setelah sel T menerima stimulasi
IL-6 dari sel T yang teraktivasi dan IL-12 dari sel Langerhans menstimulasi IFN-,
TNF-, dan IL-6, yang bertanggung jawab dalam diferensiasi, maturasi, dan
proliferasi sel T menjadi sel memori efektor. Kemudain sel T bermigrasi ke kulit,
yaitu,
1. Terapi emolien, bertujuan untuk hidrasi epidermis dan mengurangi tanda serta
gejala kulit kering seperti sisik. Emolien bekerja untuk melembapkan kulit.
2. Menggunakan krim yang mengandung urea dan gliserin, berfungsi melembutkan
korneum.
3. Menghilangkan kerak/sisik pada kulit dengan hati-hati dan tanpa trauma.
4. Thaha (2008) menyatakan terapi biologi dapat digunakan pada kasus psoriasis.
farmakologik, yang berasal dari material hidup, baik dari manusia, hewan, atau
mikroorganisme, dan dapat disintesis dalam jumlah besar dengan bantuan teknik
22
rekayasa genetic. Tujuan penggunaan terapi biologic adalah mentarget sel T
(induce immune deviation), memblok kerja sitokin. Beberapa obat terapi biologi
dan lain-lain.
5. Nirmalasari (2013) menjelaskan pilihan pengobatan psoriasis sering didasarkan
oleh Food Drug Administration (FDA) adalah memiliki bahan aktif asam
salisilat dan tar. Asam salisilat dapat melembutkan dan menghilangkan plaque
dan sisik psoriasis. Tar (batubara atau kayu) dapat memperlambat proliferasi sel-
kemerahan dan gatal-gatal dala psoriasis. Obat anti gatal (OTC) yang dapat
psoriasis ringan.
Kortikosteroid digunakan bertujuan untuk mengurangi respon inflamasi
Kortikosteroid topical tersedia dalam bentuk salep, krim, lotio dan gel, dimana
23
penggunan bentuk formulasi tersebut disesuaikan dengan jenis dan lokasi
sangat tinggi, dengan potensi efek samping dimana akan memperparah psoriasis
topical adalah untuk menemukan potensi atau dosis serendah mungkin yang
merebaknya psoriasis.
Terdapat banyak pengobatan topical non steroid yang digunakan pada
sintetik, Vectical (calcitriol) merupak bentuk alami dari vitamin D3. Tazorec
zat yang ditemukan dalam kulit batang pohon araroba di Amerika Selatan yang
membatasi pengobatan daerah untuk lokasi lesi psoriasis. Excimer dan pulsed
dye laser adalah dua laser yang disetujui oleh FDA untuk mengobati psoriasis
kronis, plaque local, ringan sampai sedang. Sinar ultraviolet B (UVB) telah
24
meningkat dan perawatan lebih sedikit diperlukan. Paparan sinar matahari alami,
yang mengandung baik UVB dan sinar ultraviolet A (UVA), juga mungkin
menggunakan obat ini atau jenis lain dari fototerapi bersamaan melanjutkan
dengan hati-hati atau menghindari sinar matahari alami. Obat psoralen dapat
diresepkan untuk dapat ditambahan pada penggunaan dengan sinar UVA dan
sinar matahari alami mengobati psoriasis yang efektif. Proses ini dikenal sebagai
kasus sedang sampai parah atau individu yang tidak dapat mentolerir atau tidak
pengobatan psoriasis. Ada juga berbagai obat sistemik yang diresepkan untuk
berbeda dari obat sistemik lainnya, mereka bekerja menargetkan bagian tertentu
dari sistem kekebalan tubuh yang berperan dalam psoriasis. T-sel blocker,
25
pada psoriasis). Demikian pula, Stelara (ustekinumab) menargetkan sitokin
umum dan banyak orang yang menderita psoriasis telah melaporkan penurunan
pengurangan stres, seperti yoga dan meditasi, suplemen makanan dan obat-
26
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Kulit terdiri dari 3 lapisan yaitu epidermis, dermis dan hypodermis/subkutan.
Epidermis terdapat 4 sampai 5 lapis tergantung jenis kulit tipis atau tebal.
dengan berbagai gambaran klinis. Lesi kulit sangat khas ditandai adanya plak
eritema berbatas tegas yang ditutupi oleh skuama putih keabu-abuan atau
dan kemokin seperti Tumor Necrosis Factor alpha, Interleukin-2 (IL-2), IL-6,
27
6. Cara pencegahan dan perawatan hiperkeratosis yaitu: Terapi emolien, bertujuan
kulit dengan hati-hati dan tanpa trauma, terapi biologi dapat digunakan pada
B. Saran
Perlu ada penelitian khusus tentang hiperkeratosis secara lebih khusus,
karena berbagai jurnal yang ada hanya menempatkan hiperkeratosis sebagai bagian
dari pembahasan penyakit kulit tertentu. Dengan demikian akan lebih tampak
28
BAB IV
HASIL DISKUSI
kebanyakan penyakit kulit yang disertai penebalan. Mata ikan dalam istilah
masyarakat awam biasanya disebut mata ikan. Clavus bukanlah tumor, bukan pula
tanda awal kanker, melainkan penebalan dari kulit. Mata ikan adalah kelainan pada
kaki berupa kulit yang menebal, tidak merata , dipegang akan terasa keras, namun
kalu dibawa berjalan akan terasa nyeri. Ada juga yang berpendapat clavus
satu sisi dan menimbulkan rasa sakit tertekan yaitu pertumbuhan sel-sel tanduk
yang tidak normal. Biasanya ditelapak kaki dan pertumbuhannya yang pesat
Penyakit seperti ini tidak bisa dibiarkan, disamping mengganggu aktivitas kita, juga
jaringan bawah kulit, sehingga makin lama, makin mengeras, dan membesar.
2) gesekan atau tekanan pada daerah teretentu dalam waktu yang lama, sehingga
terjadi penebalan kulit. Misalnya, karena pemakaian sepatu yang terlalu sempit atau
lama. Oleh karena tekanan terbesar pada telapak kaki, maka biasanya clavus timbul
pada telapak kaki. Jadi mata ikan termasuk kelainan kulit yang ditandai adanya
hiperkeratosis.
Pertanyaan tambahan: Teman/Saudara saya ada yang mata ikannya dioperasi
lalu sembuh tetapi ada yang satunya sudah dioperasi tapi muncul lagi.
29
Jawab: Mungkin pengobatannya untuk yang satu sudah tuntas sedangkan yang lain
sebagai proses fisiologis biasa akibat bagian kulit yang sering terkena
gesekan/tekanan tidak akan menyebabkan sakit. Tetapi jika disertai infeksi maka
akan terasa sakit karena peradangan akan menekan daerah dermis dan mengenai
sraf-saraf. Mata ikan adalah penebalan kulit yang sebagian besar terjadi pada
telapak kaki disebabkan infeksi Human Papilloma Virus (HPV). Karena merupakan
infeksi, maka bisa disertai radang dengan ciri-ciri kemerahan, bengkak, dan muncul
nanah. Jika pengobatan belum tuntas maka infeksi ini bisa muncul kembali. HPV
luar berbeda dengan endodermis pada lapisan kulit dalam tubuh, sehingga
penguapan dari dalam tubuh. Itulah fungsi keratinisasi pada epidermis, sedangkan
permukaan dalam organ justru harus selalu lembap sehingga tidak terjadi
keratinisasi. Maka secara nalar tidak terjadi hiperkeratosis pada permukaan dalam
tubuh.
terluar. Secara normal lapisan korneum akan menebal jika sering terkena gesekan
30
atau tekanan. Hal ini sebagai bentuk pertahanan kulit terhadap kondisi dari luar.
Semakin sering terkena tekanan atau gesekan akan semakin menebal. Jika
penebalan atau hiperkeratosis disertai rasa nyeri berarti ada inflamasi atau
31
DAFTAR PUSTAKA
Ariani, Cindy. 2013. Kadar High Density Lipoprotein Yang Rendah Dan Kadar
trigliserida yang Tinggi Merupakan Faktor Risiko Psoriasis vulgaris.
Tesis Universitas Udayana Bali. Diakses dari
http://www.pps.unud.ac.id/thesis/pdf_thesis/unud-841-998656407-2.tesis
%20cindy%20revisi%20wa%20bab%20i.pdf pada tanggal 10 Nopember
2015.
Deny, F., Lestari, S., Isramiharti, Zainal H., dan Salmiah A. 2004. Respon Klinis
dan Histologik Pada Psoriasis vulgaris Tipe Plak Rekalsitran Yang di
Terapi Metotreksat Di RS dr. M. Djamil Padang. Majalah Kedokteran
Andalas No.2 Vol.28 Juli Desember 2004. Diakses dari
repository.unand.ac.id/.../Hal_80_Vol.28_no.2_2004_Psoriasis-fulltext.
Pada 3 Desember 2015
Gudjonsson J. dan Elder J. 2012. Psoriasis Vulgaris. In: Wolff K., Goldsmith L.,
Katz S., Gilchrest B., Paller A., Leffell D. editors Fitzpatricks
Dermatology in General Medicine8th ed. New York: McGraw-Hill: 169
193.
32
Suwardi, H., Aditiya, K., Wijaya, L. 2011. Peran Nikotin Rokok Pada Patogenesis
Psoriasis. Journal of Medicine; Vol.10 No.2 Juni 2011: hal. 8690
diskses dari ojs.atmajaya.ac.id/index.php/damianus/article/view/262/215
pada tanggal 12 Nopember 2015
Wasitaatmadja, S.M. 2002. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin (Faal Kulit hal.7-8).
Jakarta: Balai Penerbit FKUI
http://www.derm-hokudai.jp/shimizu-dermatology/pdf/02-02.pdf
33