PEMBAHASAN
Kesadaran ditentukan oleh interaksi kontinu antara fungsi korteks serebri dengan
Ascending Reticular Activating System (ARAS) (kuantitas) yang terletak mulai dari
pertengahan bagaian atas pons. ARAS menerima serabut-serabut saraf kolateral dari
jalas-jalas sensoris dan melalui thalamic relay nuclei dipancarkan secara difus ke kedua
korteks serebri. [1]
Formasi retikuler berperan penting dalam menentukan tingkat kesadaran.
RAS adalah jalur polysynaptic kompleks yang berasal dari batang otak (formasi retikuler)
dan hipotalamus dengan proyeksi ke intalaminar dan nucleus reticular thalamus yang
akan memproyeksi kembali secara menyeluruh dan tidak spesifik pada area luas dari
korteks termasuk frontal, pariental, temporal, dan oksipital.[1]
2. Bagaimana definisi kesadaran dan penurunan kesadaran?
Jawaban:
Kesadaran adalah suatu keadaan dimana seseorang sadar penuh atas dirinya
sendiri dan lingkungan sekitarnya. Komponen yang dapat dinilai dari suatu keadaan sadar
yaitu kualitas kesadaran itu sendiri dan isinya. Isi kesadaran menggambarkan keseluruhan
dari fungsi korteks serebri, termasuk fungsi kognitif dan sikap dalam merespon suatu
rangsangan. Pasien dengan gangguan isi kesadaran biasanya tampak sadar penuh, namun
tidak dapat merespon dengan baik beberapa rangsangan-rangsangan, seperti membedakan
warna, raut wajah, mengenali bahasa atau simbol, sehingga seringkali dikatakan bahwa
penderita tampak bingung. [3]
Penurunan kesadaran atau koma menjadi petunjuk kegagalan fungsi integritas
otak dan sebagai “final common pathway” dari gagal organ seperti kegagalan jantung,
nafas dan sirkulasi akan mengarah kepada gagal otak dengan akibat kematian. Jadi, bila
terjadi penurunan kesadaran maka terjadi disregulasi dan disfungsi otak dengan
kecenderungan kegagalan seluruh fungsi tubuh. Dalam hal menilai penurunan kesadaran,
dikenal beberapa istilah yang digunakan diklinik yaitu kompos mentis, somnolen, stupor
atau sopor, koma ringan dan koma. Terminologi tersebut bersifat kualitatif. Sementara
itu, penurunan kesadaran dapat pula dinilai secara kuantitatif, dengan menggunakan skala
koma Glasgow.[3]
3. Bagaimana etiologi terjadinya penurunan kesadaran?
Jawaban:
Etiologi
Gangguan kesadaran disebabkan oleh berbagai faktor etiologi, baik yang bersifat
intrakranial maupun ekstrakranial / sistemik. Penjelasan singkat tentang faktor etiologi
gangguan kesadaran adalah sebagai berikut:
1) Gangguan sirkulasi darah di otak (serebrum, serebellum, atau batang otak)
- Perdarahan, trombosis maupun emboli
- Mengingat insidensi stroke cukup tinggi maka kecurigaan terhadap stroke pada
setiap kejadian gangguan kesadaran perlu digarisbawahi.
2) Infeksi: ensefalomeningitis (meningitis, ensefalitis, serebritis/abses otak)
- Mengingat infeksi (bakteri, virus, jamur) merupakan penyakit yang sering
dijumpai di Indonesia maka pada setiap gangguan kesadaran yang disertai suhu
tubuh meninggi perlu dicurigai adanya ensefalomeningitis.
3) Gangguan metabolism
- Di Indonesia, penyakit hepar, gagal ginjal, dan diabetes melitus sering
dijumpai.
4) Neoplasma
- Neoplasma otak, baik primer maupun metastatik, sering di jumpai di Indonesia.
- Neoplasma lebih sering dijumpai pada golongan usia dewasa dan lanjut.
- Kesadaran menurun umumnya timbul berangsur-angsur namun progresif/ tidak
akut.
5) Trauma kepala
- Trauma kepala paling sering disebabkan oleh kecelakaan lalu-lintas.
6) Epilepsi
- Gangguan kesadaran terjadi pada kasus epilepsi umum dan status epilepticus
7) Intoksikasi
- Intoksikasi dapat disebabkan oleh obat, racun (percobaan bunuh diri),
makanan tertentu dan bahan kimia lainnya.
8) Gangguan elektrolit dan endokrin
- Gangguan ini sering kali tidak menunjukkan “identitas”nya secara jelas;
dengan demikian memerlukan perhatian yang khusus agar tidak terlupakan
dalam setiap pencarian penyebab gangguan kesadaran.
9. DD kasus diatas?
Jawaban:
Stroke non hemoragik atau strok iskemik merupakan 88% dari seluruh
kasus stroke.Pada stroke iskemik terjadi iskemia akibat sumbatan atau
penurunan aliran darah otak. Berdasarkan perjalanan klinisnya,
dikelompokkan menjadi:
a. TIA (Transient Ischemic Attack)
Pada TIA gejala neurologis timbul dan menghilang kurang dari 24 jam.
Disebabkan oleh gangguan akut fungsi fokal serebral, emboli maupun trombosis.
b. RIND ( Reversible Ischemic Neurologic Deficit)
Gejala neurologis pada RIND menghilang lebih dari 24 jam namun kurang dari 21
hari.
c. Stroke in Evolution
Strok yang sedang berjalan dan semakin parah dari waktu ke waktu
d. Completed Strok
Kelainan neurologisnya bersifat menetap dan tidak berkembang lagi.
Stroke non hemoragik terbagi lagi berdasarkan lokasi penggumpalan,
yaitu:
1. Stroke Non Hemoragik Emboli
Pada tipe ini embolik tidak terjadi pada pembuluh darah otak, melainkan di
tempat lain seperti jantung dan sistem vaskuler sistemik. Embolisasi
kardiogenik dapat terjadi pada penyakit jantung dengan shunt yang
menghubungkan bagian kanan dengan bagian kiri atrium atau ventrikel.
Penyakit jantung rheumatoid akut atau menahun yang meninggalkan
gangguan pada katup mitralis, fibrilasi atrium, infark kordis akut dan embolus
yang berasal dari vena pulmonis.
2. Stroke Non Hemoragik Trombus
Pada stroke hemoragik terjadi keluarnya darah dari arteri ke dalam ruang
interstitial otak sehingga memotong jalur aliran darah di distal arteri tersebut
dan mengganggu vaskularisasi jaringan sekitarnya.
Tanda dan gejala yang timbul dapat berbagai macam tergantung dari berat
ringannya lesi dan juga topisnya. Namun ada beberapa tanda dan gejala yang umum
dijumpai pada penderita stroke non hemoragik yaitu:
1. Gangguan motoric
a. Tonus abnormal (hipotonus/hipertonus)
b. Penurunan kekuatan otot
c. Gangguan gerak volunteer
d. Gangguan keseimbangan
e. Gangguan koordinasi
f. Gangguan tahanan
2. Gangguan sensorik
a. Gangguan propioseptik
b. Gangguan kinestetik
c. Gangguan diskriminatif
3. Gangguan kognitif, memori dan atensi
a. Gangguan atensi
b. Gangguan memori
c. Gangguan inisiatif
d. Gangguan daya perencanaan
e. Gangguan cara menyelesaikan suatu masalah
4. Gangguan kemampuan fungsional
a. Gangguan dalam berkativitas sehari-hari seperti mandi, makan, ke toilet dan
berpakaian
Faktor Resiko Stroke Non HemoragikStroke non hemoragik merupakan proses yang
multi kompleks dan didasari oleh berbagai macam faktor resiko. Ada faktor yang tidak
dapat dimodifikasi, dapat dimodifikasi dan masih dalam penelitian yaitu:
1. Tidak dapat ubah:
a. Usia
b. Jenis kelamin
c. Ras
d. Genetik
2. Dapat dirubah:
a. Hipertensi
b. Merokok
c. Diabetes
d. Fibrilasi atrium
e. Hiperlipidemia
f. Obesitas
g. Aktivitas fisik
10. Apakah ada hubungan terjadinya riwayat stroke pasien dengan penurunan kesadaran?
Jawaban:
Hubungan terjadinya Riwayat stroke dengan penurunan kesadaran karena adanya
Lesi struktural pada sistem saraf pusat dapat menyebabkan koma akibatnya terjadi
kerusakan sekunder akibat pergeseran struktur intrakranial, kompresi vaskular, atau
peningkatan tekanan intracranial
DAFTAR PUSTAKA
1. Wijdicks EF, Varelas PN, Gronseth GS, Greer DM, (2010) American Academy of N.
Evidence-based guideline update: Determining brain death in adults: Report of the
quality standards subcommittee of the American Academy of Neurology. Neurology;
74:1911-8.)
2. Ganong W.F (2016). Review of Medical Physiology, 25nd ed. Mc Graw-Hill, Boston.
3. Aprilia M, Wreksoatmodjo B. Pemeriksaan Neurologis pada Kesadaran menurun. Cdk-
233. 2015;42(10):780-6
4. Goysal, Y. 2010. PENURUNAN KESADARAN, Bagian/SMF Neurologi Fakultas
Kedokteran Universitas Hasanuddin RS WS Makassar.http:/med.unhas.ac.id/kedokteran /
wp- content/uploads/2016/09/Bahan-Ajar Kesadaran-Menurun.pdf. (Akses 06 juli 2017).
5. Harris, S. 2004. Penatalaksanaan Pada Kesadaran Menurun .Updates in
Neuroemergencies.FKUI. Jakarta.
6. Harsono. (2008). Koma dalam Buku Ajar Neurologi. Gajah Mada University Press.
Yogyakarta. 6. Price S.A, Wilson L.M. 2005. Patofisiologi : Konsep Klinis, Proses-
proses Penyakit. Ed.6 Jilid 2. Jakarta : EGC. Hal 1183-88
7. Justhesya. Penurunan Kesadaran. Penurunan Kesadaran. 2015;(Septembet):0- 15
8. Kelly J. P. (2020). Loss of Consciousness: Pathophysiology and Implications in Grading
and Safe Return to Play. Journal of athletic training, 36(3), 249–252.
9. Lindsay, KW dan Bone I. 1997. Coma and Impaired Conscious Level. Neurology and
Neurosurgery Illustrated. Churchill Livingstone. UK.
10. Putri, JF, Fauziah (2017), Penurunan Kesadaran Ilmu Penyakit Saraf : Jakarta
11. Ratna, Mardiati. 2008. Susunan Saraf Otak Manusia. Jakarta: CV Sagung Seto.