Anda di halaman 1dari 2

Klasifikasi Glomerulonefritis

1. Glomerulonefritis Kongenital atau Herediter


a. Sindrom alport
Adalah suatu penyakit herediter yang ditandai oleh adanya glomerulopati progresif
familial yang sering disertai tuli syaraf dan kelainan mata
b. Sindrom nefrotik kongenital
Adalah sindrom nefrotik yang telah terlihat sejak atau bahkan sebelum lahir, dengan gejala seperti proteinuria masif,
sembab dan hipoalbunemia
Klasifikasi sindrom nefrotik konenital
 Idiopatik : sindrom nefrotik kongenital tipe finlandia, sklerosis mesangal difus, jenis lain
 sekunder : sifilis kongenital, infeksi perinatal, intoksikasi merkuri
 sindrom : sindrom drash dan sindrom malformasi lain

2. Glomerulonefritis Primer
Yakni apabila penyakit dasarnya berasal dari ginjal itu sendiri.

Glomerulonefritis Primer Non-Proliferatif


a. Glomerulonefritis membranosa (GNMN)
Disebut juga nefropati
membranosa dan sering
menjadi penyebab utama
sindroma nefrotik. Pada
sebagian besar kasus
penyebabnya tidak diketahui,
sedangkan pada kasus yang
lain sering dikaitkan dengan
SLE, infeksi hepatitis virus B
atau C, tumor ganas, atau pun
akibat obat (misalnya,
preparat emas, penisilinamin,
OAINS). Pemeriksaan
mikroskop cahaya tidak
menunjukkan kelainan berarti.
Sedangkan pada pemeriksaan
mikroskop IF ditemukan
deposit IgG dan komponen C3
berbentuk granular pada
dinding kapiler glomerolus.
Dengan pewarnaan khusus tampak konfigurasi spike like pada MBG. Gambaran histopatologi pada
mikroskop cahaya, IF dan mikroskop elektron sangat bergantung pada stadium penyakitnya.

b. Glomerulonefritis Lesi Minimal (GNLM)


Merupakan salah satu jenis glomerulonefritis yang dikaitkan dengan sindroma nefrotik, sehingga disebut
juga sebagai nefrosis lupoid. Pemeriksaan dengan mikroskop cahaya dan IF menunjukkan gambaran
glomerolus yang normal. Pada pemeriksaan mikroskop elektron menunjukkan hilangnya foot processes sel
epitel visceral glomerulus

c. Glomerulosklerosis Fokal dan Segmental (GSFS)


Secara klinis memberikan gambaran sindroma
nefrotik dengan gejala proteinuria masif,
hipertensi, hematuria, dan sering disertai dengan
gangguan fungsi ginjal. Pemeriksaan mikroskop
cahaya menunjukkan sklerosis glomerolus yang
mengenai bagian atau segmen tertentu. Obliterasi
kapiler glomerolus terjadi pada segmen
glomerolus dan dinding kapiler mengalami
kolaps. Kelainan ini disebut hialinosis yang
terdiri dari IgM dan komponen C3. Glomerolus
yang lain dapat normal ataupun membesar dan
pada sebagian kasus ditemukan penambahan
jumlah sel.

Glomerulonefritis Primer Proliferatif


1. Glomerulonefritis Membranoproliferatif (GNMP)
2. Glomerulonefritis Mesangioproliferatif (GNMsP)
3. Glomerulonefritis Kresentik

4. Nefropati IgA
Nefropati IgA biasanya dijumpai pada pasien dengan glomerulonefritis akut, sindroma nefrotik, hipertensi
dan gagal ginjal kronik. Nefropati IgA juga sering dijumpai pada kasus dengan gangguan hepar, saluran
cerna atau kelainan sendi. Gejala nefropati IgA asimtomatis dan terdiagnosis karena kebetulan ditemukan
hematuria mikroskopik. Adanya episode hematuria makroskopik biasanya didahului infeksi saluran nafas
atas atau infeksi lain atau non infeksi misalnya olahraga dan imunisasi.
5. Nefropati IgM
b. Glomerulonefritis Sekunder, kelainan ginjal yang penyakit dasarnya berasal dari penyakit
sistemik, seperti: DM, SLE, mieloma multiple, amiloidosis.

3. Berdasarkan derajat penyakitnya


a. Glomerulonefritis akut
Glomerulonefritis akut adalah peradangan glomerulus secara mendadak. Peradangan akut glomerulus
terjadi akibat peradangan komplek antigen dan antibodi di kapiler – kapiler glomerulus. Komplek biasanya
terbentuk 7 – 10 hari setelah infeksi faring atau kulit oleh Streptococcus (glomerulonephritis
pascastreptococcus ) tetapi dapat timbul setelah infeksi lain. ( Corwin, Elizabeth J, 2000 )

b.Glomerulonefritis kronik
Glomerulonefritis kronik adalah peradangan yang lama dari sel – sel glomerulus. Kelainan ini dapat terjadi
akibat glomerulonefritis akut yang tidak membaik atau timbul secara spontan. Glomerulonefritis kronik
sering timbul beberapa tahun setelah cidera dan peradangan glomerulus sub klinis yang disertai oleh
hematuria (darah dalam urin) dan proteinuria ( protein dalam urin ) ringan, yang sering menjadi penyebab
adalah diabetes mellitus dan hipertensi kronik. Hasil akhir dari peradangan adalah pembentukan jaringan
parut dan menurunnya fungsi glomerulus. Pada pengidap diabetes yang mengalami hipertensi ringan,
memiliki prognosis fungsi ginjal jangka panjang yang kurang
baik. ( Corwin, Elizabeth, J. 2000 )

Anda mungkin juga menyukai