Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN

SMALL GROUP DISCUSSION LBM 2


BLOK NEUROMUSKULOSKELETAL 1
“ADUH PANAS”

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 10
I Made Anta Wirya Adi N. (018.06.0064)
Lalu Afrial Imam Anugrah (018.06.0050)
Bq. Geling Patris Morin (019.06.0016)
Ni putu diah puspita kusuma adnyani (019.06.0069)
kadek dyah kirana pusparani (019.06.0046)
Putu Ardhyana Yogeswara (019.06.0076)
Syilvia Saswati (019.06.0089)
Karina Putri Nurbayani (019.06.0047)
Tika Ayu Lestari (019.06.0090)
Ni Nyoman Ayu Laksita Jasmine (019.06.0068)
I Kadek Wahyu Sanjaya Kusuma (019.06.0038)

Tutor : dr. Alfian Muhajir, S.Ked

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR MATARAM
2018/2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat-Nya dan dengan kemampuan yang kami miliki, penyusunan makalah SGD
(Small Group Discussion) LBM 2 yang berjudul ‘Aduh Panas’ dapat diselesaikan
tepat pada waktunya.
Makalah ini membahas mengenai hasil SGD lembar belajar mahasiswa
(LBM) 2 yang berjudul ‘Aduh Panas’ meliputi seven jumps step yang dibagi
menjadi dua sesi diskusi. Penyusunan makalah ini tidak akan berjalan lancar tanpa
bantuan dari berbagai pihak, maka dari itu dalam kesempatan ini kami
mengucapkan terimakasih kepada:
1. dr. Alfian Muhajir, S.Ked sebagai dosen fasilitator SGD 10 yang senantiasa
memberikan saran serta bimbingan dalam pelaksanaan SGD.
2. Sumber literatur dan jurnal ilmiah yang relevan sebagai referensi kami
dalam berdiskusi.
3. Keluarga yang kami cintai yang senantiasa memberikan dorongan dan
motivasi.
Mengingat pengetahuan dan pengalaman kami yang terbatas untuk
menyusun makalah ini, maka kritik dan saran yang membangun dari semua pihak
sangat diharapkan demi kesempurnaan makalah ini. Kami berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Mataram, 04 Maret 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL 1
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 4
1.2 Tujuan Masalah 4
1.3 Manfaat Masalah 5
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Data Tutorial 6
2.2 Skenario LBM 2 6
2.3 Pembahasan LBM 2 7
2.3.1 Klarifikasi Istilah 7
2.3.2 Identifikasi Masalah 8
2.3.3 Brain Stroming 8
2.3.4 Rangkuman Permasalahan 11
2.3.5 Learning Issue 11
2.3.6 Referensi 11
2.3.7 Pembahasan Learning Issue 12
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan 20
DAFTAR PUSTAKA 21

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sistem saraf pusat memiliki peranan dalam mengatur berbagai aktivitas
tubuh, termasuk di dalamnya yaitu menerima berbagai rangsangan sensorik,
mengintegrasikan informasi satu dengan yang lain, mengambil keputusan dan
menghasilkan aktivitas motorik tubuh. Dalam pengaturan koordinasi motorik di
dalam tubuh terdapat keterlibatan dari berbagai daerah pada sistem saraf pusat
meliputi korteks serebral yang menstimulasi kontraksi otot, serebelum yang
berpengaruh terhadap ketepatan waktu dari aktivitas motorik untuk menghasilkan
efek yang cepat dari satu jaringan otot menuju jaringan otot lainnya, serta ganglia
basal yang membantu merencanakan dan mengatur pola yang kompleks dari
gerakan otot.
Dalam sistem saraf terdapat juga gerak refleks, gerak reflek adalah reespon
yang tidak berubah terhadap perangsangan yang terjadi di luar kehendak, atau
dengan kata lain refleks adalah respon yang terjadi secara otomatis tanpa usaha
sadar.Rangsangan ini merupakan reaksi organisme terhadap perubahan
lingkungan baik di dalam maupun di luar organisme yang melibatkan sistem saraf
pusat dalam memberikan jembatan (respons) terhadap rangsangan. Ada dua jenis
refleks, yaitu refleks sederhana atau refleks dasar, yaitu refleks built-in yang tidak
perlu dipelajari, misalnya mengedipkan mata jika ada benda asing yang masuk;
dan refleks didapat atau refleks terkondisi, yang terjadi ketika belajar dan berlatih,
misalnya seorang pianis yang menekan tuts tertentu sewaktu melihat suatu di
kertas partitur. Jalur – jalur saraf saraf yang berperan dalam pelaksanaan aktivitas
refleks dikenal sebagai lengkung refleks.Lekung refleks ini terdiri dari alat indra,
serta saraf aferen satu atau lebih sinapas yang terdapat disusunan saraf pusat atau
diganglion simpatis, saraf everon dan efektor.

1.2 Tujuan
1.2.1. Untuk mengetahui mekanisme fisiologis dari celah sinaps.
1.2.2. Untuk mengetahui fisiologi lengkung refleks.
1.2.3. Untuk mengetahui fisiologi reseptor.
1.2.4. Untuk mengetahui identifikasi unit motor neuron.
1.2.5. Untuk mengetahui fisiologi saraf sensorik, motorik, dan otonom.
1.2.6. Untuk mengetahui identifikasi komponen upper motor neuron dan lower
motor neuron
1.2.7. Untuk mengetahui mekanisme fisiologis dari rangsangan suhu sampai
menimbulkan nyeri

4
1.3 Manfaat
1.3.1 Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami mekanisme fisiologis dari
celah sinaps.
1.3.2 Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami fisiologi lengkung refleks.
1.3.3 Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami fisiologi reseptor.
1.3.4 Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami identifikasi unit motor
neuron.
1.3.5 Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami fisiologi saraf sensorik,
motorik, dan otonom.
1.3.6 Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami identifikasi komponen upper
motor neuron dan lower motor neuron
1.3.7 Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami mekanisme fisiologis dari
rangsangan suhu sampai menimbulkan nyeri

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Data Tutorial


Hari/Tanggal Sesi I : Senin, 2 Maret 2020
Hari/Tanggal Sesi II : Rabu, 4 Maret 2020
Tutor : dr. Alfian Muhajir, S.Ked
Moderator : Ni Putu Diah Puspita Kusuma Adnyani
Sekretaris : Kadek Dyah Kirana Pusparani

2.2 Skenario LBM 1


Aduh Panas

Mahasiswa Kedokteran semester II Fakultas Kedokteran UNIZAR sedang


mengikuti demo masak dalam rangka HUT FK UNIZAR, saat sedang focus
memasak salah seorang mahasiswa tanpa sengaja tangannya menyentuh wajan
yang panas dan secara tanpa sadar menarik tangannya berkata’aduh panas’,
kemudia dia bertanya kepadaa dosennya terkait hal tersebut dan menjelaskan
gambar di bawah ini :

6
2.3 Pembahasan LBM 2
2.3.1 Klarifikasi Masalah
NO TERMINOLOGI PENJELASAN
1. Refleks : Gerak yang berjalan sangat cepat
dan tanggapannya terjadi secara
otomatis terhadap rangsangan,
tanpa memerlukan kontrol dari
otak. (Buku Panduan CSL)
2. Medulla spinalis : Bagian dari salah satu sistem saraf
pusat yaitu suatu silinder panjang
langsing jaringan saraf yang
berjalan dari batang otak. Struktur
ini memiliki panjang 45 cm (18
inci) dan garis tengah 2 cm.
(Sherwood, edisi.8)
3. Nyeri termal : Nyeri yang timbul akibat adanya
stimulus atau rangsangan kuat dari
suhu misalnya panas atau dingin.
(jurnal UNY,2016)
4. Jalur ascendens : Jalur yang mengarah ke atas, yaitu
jalur yang membawa impuls dari
korda spinalis menuju ke otak.
(Sherwood, edisi.8)
5. Reseptor : Molekul protein yang peka
terhadap rangsang dan secara
normal di aktivasi oleh sinyal
kimia dari luar sel. Serta mengubah
rangsangan sensorik menjadi sinyal
saraf yang lalu akan di sampaikan
ke dan diproses dalam sistem saraf
pusat. (Guyton, edisi.11)
6. Efektor : otot atau kelenjar yang
melaksanakan perintah agar
dihasilkan efek atau gerakan yang
sesuai.(Sherwood, edisi.8)
7. Jalur aferen : Jalur sensorik yang membawa,
mendeteksi, menyandikan, dan
mentransmisikan sinyal perifer ke
SSP, menginformasikan SSP
tentang lingkungan internal dan
eksternal. (Sherwood edisi.8)
8. Jalur eferen : Jalur motorik yang menerima
informasi dari SSP, menghantarkan
sinyal dari SSP ke organ-organ
untuk mengontrol aktivitas efektor

7
(otot dan kelenjar). (Sherwood
edisi.8)
9. Fleksor Gerakan membengkok atau
menekuk. (Buku Panduan CSL)

2.3.2 Identifikasi Masalah


1. Mengapa mahasiswa di scenario secara tidak sadar dapat menarik
tangannya dan berkata “aduh panas” ketika tersentuh panas?
2. Jenis reflek yang bekerja pada scenario tersebut?

2.3.3 Brain Stroming


Identifikasi Masalah
1. Mengapa mahasiswa di skenario secara tidak sadar dapat menarik tangannya
dan berkata aduh panas ketika tanggan tersentuh wajan yang panas?
Jawab:
Kita menyadari bahwa kita terkena api setelah beberapa saat karena
rangsangan yang dikirim dari reseptor ke otak memiliki durasi dan proses.
Perjalanan impuls dimulai dari rangsangan yang diterima reseptor yaitu alat
indra (kulit) yang kemudian dialirkan ke saraf sensorik kemudian sumsum
tulang belakang pada medulla spinalis kemudian saraf motorik hingga ke
efektor yang merupakan alat gerak sehingga timbul gerakan reflek seperti
menghindari sumber bahaya (api).
Rangsang panas yang nyeri mengaktifkan reseptor nyeri termal di jari.
Potensial aksi dihasilkan di jalur aferen yang menghantarkan impuls ke korda
spinalis yang berperan sebagai pusat integrase. Kemudian, satu jalur eferen
merangsang biseps untuk berkontraksi. Jalur eferen lainnya menyebabkan
relaksasi triseps dengan mencegah eksitasi kontraproduktf dan komtraksi otot
antagonis ini. Biseps dan triseps merupakan efektor, fleksi sendi siku yang
terjadi menarik tangan menjauh dari rangsang nyeri. Peristiwa – peristiwa
yang terjadi di otak saat kedatangan sinyal melalui jalur asendens, seperti

8
kesadaran akan nyeri, simpanan memori, dan sebagainya, berada di atas dan
diluar lengkung refleks.
Reseptor pada kulit sebagai alat indra, yang berperan dalam peristiwa
ini adalah korpuskula ruffini yaitu reseptor yang berperan dalam rasa panas,
korpuskula krause yaitu reseptor yang berperan dalam rasa sentuhan, dan
yang terakhir korpuskula ujung saraf terbuka yang berperan dalam rasa nyeri.
Setelah kita menyadari tangan kita terkena api, kita lalu menjauhkan
tangan. Ini merupakan gerak reflek yang ditimbulkan sebagai salah satu
bentuk usaha pertahanan diri. Karena dengan menjauhkan tangan, kita dapat
menghindari rasa panas dari wajan tersebut.
Bahasa adalah bentuk komunikasi yang kompleks ketika kata yang
ditulis atau diucapkan menyimbolkan benda dan menyampaikan gagasan.
Bahasa melibatkan integrasi dua kemampuan berbeda-yaitu, ekspresi
(kemampuan berbicara) dan pemahaman-yang masing-masing berkaitan
dengan bagian tertentu di korteks. Daerah primer korteks yang khusus untuk
bahasa adalah daerah broca dan daerah wernicke.
Daerah broka, yang mengendalikan kemampuan berbicara, terletak
dilobus frontalis kiri berdekatan dengan daerah motorik korteks yang
mengontrol otot-otot untuk artikulasi.
Daerah wernicke yang terletak di dikorteks kiri dipertemuaan antara
lobus parietalis, temporalis, dan oksipitalis, berkaitan dengan pemahaman
bahsa. Bagian ini berperan penting dalam pemahaman bahsa lisan dan tulisan.
Selain itu daerah wernicke ini bertanggung jawab dalam memformulasikan
koheren bicara yang disalurkan melalui berkas-berkas serat ke daerah
broca,yang pada gilirannya mengontrol artikulasi bicara.

9
Kemudian daerah wernicke menerima masukan dari korteks
pengelihatan di lobus oksipitalis,suatu jalur penting yang untuk memahami
tulisan dan benda yang dilihat, serta dari korteks auditorius di koteks
temporalis,suatu jalur yang esensial untuk memahami bahasa lisan. Daerah
wernicke juga mendapatkan masukan dari korteks-korteks somatosensosrik,
suatu jalur yang penting dalam kemampuan membaja braille. (Sherwood,
2016)

2. Jenis reflek yang bekerja pada scenario tersebut?


a. Refleks yang terjadi adalah refleks spinal tanpa melibatkan otak.
b. Refleks lucut atau sinaptik

10
2.3.4 Rangkuman Permasalahan
Fungsi
Refleks

Mekanism
Definisi Klasifikasi Komponen e

1. Stimulus
2. Impuls
3.Neurotransmitter
4. Komponen
lengkung refleks

2.3.5 Learning Issue


1. Apa saja fungsi refleks?
2. Apa definisi dan klasifikasi reflex?
3. Apa saja organ-organ reflex?
4. Apa saja macam macam reseptor ?
5. Apa saja macam macam stimulus?
6. Bagaimana mekanisme terjadinya refleks?
7. Neurotransmitter apa yang berhubungan dengan nyeri?
8. Bagaimana anatomi dan fisiologi dari Upper Motor Neuron (UMN)
dan Lower Motor Neuron (LMN)?

2.3.6 Referensi
Refleks adalah setiap respons yang terjadi secara otomatis tanpa
upaya sadar. Terdapat dua jenis refleks: (1) refleks sederhana, atau
dasar, yaitu respons inheren tanpa dipelajari, misalnya menarik tangan
dari benda panas yang membakar; dan (2) refleks didapat atau
terkondisi, yang terjadi karena latihan dan belajar, misalnya seorang
pemain piano yang menekan tuts tertentu setelah melihat sebuah

11
lambang nada di buku lagunya. Musisi tersebut mernbaca musik dan
memainkannya secara otomatis, tetapi hanya setelah latihan yang cukup
intens.
Lengkung Refleks, jalur saraf yang terlibat dalam melaksanakan
aktivitas refleks dikenal sebagai lengkung refleks, yang biasanya
mencakup lima komponen dasar:
1.Reseptor sensorik
2, Jalur aferen
3.Pusat integrasi
4.Jalur eferen
5.Efektor
Reseptor sensorik (disingkat reseptor) berespons terhadap rangsangan,
yaitu perubahan fisik atau kimiawi yang dapat dideteksi di dalam
lingkungan reseptor. Sebagai respons terhadap rangsangan tersebut,
reseptor menghasilkan potensial aksi yang dipancarkan oleh jalur aferen
ke pusat integrasi (biasanya adalah SSP ) untuk diolah. Korda spinalis
dan batang otak mengintegrasikan refleks-refleks dasar, sementara
pusat-pusat yang lebih tinggi di otak memproses refleks didapat. Pusat
integrasi memproses semua informasi yang tersedia baginya dari
reseptor ini, serta dari semua masukan lain, kemudian "mengambil
keputusan" mengenai res- pons yang sesuai. Instruksi dari pusat
integrasi ini disalurkan melalui jalur eferen ke efektor—otot atau
kelenjar—yang melaksanakan respons yang diinginkan. Tidak seperti
perilaku sadar, yaitu ketika terdapat sejumlah kemungkinan respons,
respons refleks dapat diprediksi, karena jalurnya selalu sama.

2.3.7 Pembahasan Learning Issue


1. Apa saja fungsi refleks?
Jawab:
a. Fungsi dari gerak refleks adalah untuk mengatasi kejadian yang tiba-tiba
dan bersifat membahayakan.

12
b. Sebagai bagian dari mekanisme pertahanan tubuh dari hal-hal yang
bersifat membahayakan dan terjadi lebih cepat dari gerak sadar.
c. Dengan adanya refleks tubuh, mampu mengadakan reaksi yang tepat
terhadap perubahan diluar maupun didalam tubuh.

2. Apa definisi dan klasifikasi reflex?


Jawab:
Reflex adalah suatu bentuk respon segera, baik motorik maupun sensorik
terhadap impuls dan saraf sensorik aferen. Reflek juga merupakan cerminan
aksi atau gerakan semua respons otomatis tertentu yang diperantarai oleh
system saraf

Klasifikasi reflex:

• Refleks Monosinaptik atau refleks regang atau refleks tendon (reflek


yang hanya membutuhkan 1 sinaps untuk melakukan suatu respon.
Contoh: Refleks Bicep, tricep, supinator, refleks patella, atau reflek
achiles

• Refleks Polisinaptik. (refleks yang membutuhkan banyak sinaps untuk


melakukan suatu respons. Contoh: Refleks Withdrawal, refleks
Abdominal dan refleks Plantar.

• Refleks Visceral

Contoh: refleks miksi dan defekasi

3. Apa saja organ-organ reflex?


Jawab:
Reseptor yang merupakan rangsangan atau impuls yang diterima oleh kulit
(panas, dingin, nyeri)
Jalur aferen : yang membawa reseptor menuju pusat integritas atau medula
spinalis
Medula spinalis (pusat integritas) : mengolah rangsangan yang dikirimkan
oleh neuron sensorik. Di medula spinalis terdapat antarneuron inhibitori
dan antarneuron eksitatotik

13
Jalur eferen : Membawa respon yang dikirimkan oleh SSP menuju efektor
(otot ataupun kelenjar)

4. Apa saja macam macam reseptor ?

Jawab:
Setiap tipe reseptor dikhususkan untuk berespons terhadap satu jenis
stimulus,yaitu stimulus adekuat. Sebagai contoh, reseptor di mata peka
terhadap cahaya, reseptor di telinga terhadap gelombang suara, dan
reseptor panas di kulit terhadap energi panas. Karena perbedaan
sensitivitas reseptor ini, kita tidak dapat melihat dengan telinga dan
mendengar dengan mata kita. Sebagian reseptor dapat berespons lemah
terhadap rangsangan di luar stimulus adekuatnya, tetapi bahkan ketika
diaktifkan oleh stimulus lain, reseptor tetap memberi sensasi yang
biasanya dideteksi oleh reseptor tersebut. Sebagai contoh, stimulus
adekuat untuk reseptor mata (fotoreseptor) adalah cahaya, yang sangat
direspons oleh mata, tetapi reseptor-reseptor ini juga dapat diaktifkan
dengan derajat yang lebih rendah oleh rangsangan mekanis. Ketika
terpukul di bagian mata, seseorang sering melihat "berkunang-kunang"
karena tekanan mekanis ini merangsang fotoreseptor.

Bergantung pada jenis energi yang biasanya direspons mereka,


reseptor-reseptor dapat dikategorikan sebagai berikut.
a. Fotoreseptor, responsive terhadap gelombang sinar tampak.
b. Mekanoreseptor,peka terhadap energy mekanis. Contohnya adalah
reseptor otot rangka yang peka terhadap peregangan,reseptor di telinga
yang mengandung rambut halus yang melengkung akibat gelombang
suara,dan barosereseptor yang memantau tekanan darah.
c. Termoreseptor,peka terhadap panas dan dingin.
d. Osmoreseptor mendeteksi perubahan konsentrsi zat terlarut dalam
cairan ekstrasel (CES) dan perubahan aktivitas osmotic yang terjadi.
e. Kemoreseptor,peka terhadap bahan kimia tertentu. Kemoreseptor
mencangkup reseptor untuk penghidungan dan pengecapan,serta
reseptor yang terletak jauh di dalam tubuh yang mendeteksi konsentrasi
O2 dan CO2 dalam darah atau kandungan kimiawi saluran cerna.
f. Nosiseptor, sensitive terhadap kerusakan jaringan,misalnya luka
terpotong atau luka bakar.

5. Apa saja macam macam stimulus?


Jawab:

14
Stimulus terdapat dalam berbagai bentuk energi, atau modalitas, misalnya
panas, cahaya, suara, tekanan, dan perubahan kimiawi.

6. Bagaimana mekanisme terjadinya refleks?


Jawab:

Refleks adalah setiap respons yang terjadi secara otomatis tanpa sadar. Jalur
saraf yang terlibat di dalam melaksanakan aktivitas refleks dikenal sebagai
lengkung refleks,biasanya mencakup lima komponen :

a. Reseptor sensorik
b. Jalur aferen
c. Pusat integrasi
d. Jalur eferen
e. Organ efektor

Reseptor sensorik berespon terhadap rangsangan (perubahan yang dideteksi di


dalam lingkungan reseptor) sebagai respons terhadap rangsangan
tersebut,reseptor menghasilkan potensial aksi. Yang dimana potensial aksi ini
akan lewati jalur aferen menuju pusat integrasi (biasanya SSP) untuk diolah.
Kemudian pusat integrasi memproses semua informasi yang tersedia
kemudian “mengambil keputusan” mengenai respons yang sesuai. Intruksi
dari pusat integrasi disalurkan kembali melalui jalur eferen kemudian
dilanjutkan ke organ efektor seperti otot atau kelenjar yang akan
melaksanakan respon yang diinginkan.

7. Neurotransmitter apa yang berhubungan dengan nyeri?


Jawab:

15
Neurotransmiter merupakan suatu mediator kimiawi yang dilepaskan ke
dalam celah sinaps sebagai respon terhadap potensial aksi yang telah
mencapai ujung saraf. Pelepasan neurotransmiter bergantung pada kekuatan
impuls dan membutuhkan influks ion kalsium pada terminal pre-sinaps.
Vesikel-vesikel pada sinaps yang berasal dari badan sel ataupun dendrit
merupakan tempat sintesis serta penyimpanan neurotransmiter lebih lanjut.
Vesikel tersebut dapat mengandung lebih dari satu jenis neurotransmiter.
Neurotransmiter di dalamnya dapat bersifat eksitatorik ataupun inhibitorik,
bergantung pada reseptor proteinnya. Reseptor post-sinaps tersebut dapat
bersifat eksitatorik ataupun inhibitorik, dan hal ini menunjukkan bahwa pada
neuron post-sinaps memang terdapat dua jenis reseptor yang berbeda
fungsinya. Disamping itu, jenis neurotransmiter yang sama bahkan dapat
bersifat eksitatorik di suatu tempat akan tetapi bersifat inhibitorik di tempat
lain. Hal ini bergantung pada aktivitas G- protein couple receptor dimana
reseptor ini dikaitkan dengan keberadaan suatu G- protein yang akan
menentukan polaritas respon dari suatu impuls. Beberapa neurotransmiter
juga dapat berfungsi sebagai neuromodulator serta sebagai agonis dimana
neurotransmiter ini akan nmempengaruhi sensitivitas suatu reseptor terhadap
neurotransmiter lainnya.

Berikut merupakan neurotransmitter yang berperan dalam rasa nyeri :


Dopamine
Dopamin merupakan 50% katekolamin yang berada pada sistem saraf
pusat, dimana konsentrasi dopamin tertinggi berada pada basal ganglia.
Dopamin dapat bersifat inhibitorik ataupun eksitatorik, bergantung pada
reseptor dopaminergik yang teraktivasi. Dopamin penting dalam reward
system di otak. Dopamin juga berperan penting dalam mekanisme adiksi
serta toleransi terhadap obat-obat anastesi & obat-obat analgesik.
Norepinephrine
Norepinefrin terdapat dalam jumlah yang besar pada Ascending Reticular
Activating System (ARAS) serta pada hipotalamus. Neurotransmiter ini
berperan penting dalam mekanisme tidur-bangun serta mekanisme analgesia.
Neuron yang merespon terhadap norepinefrin akan mengirimkan sinyal
eksitatorik (melalui α1) dan sinyal inhibitorik (melalui α2). Sinyal ini akan
disebarkan pada otak terutama pada korteks otak. Mekanisme sedasi oleh
dexmedetomidin dimediasi oleh aktivasi reseptor adrenergik α2 pada lokus
seruleus dan menghambat nukleus ventro lateral preoptic (VLPO) dari
hipotalamus yang merupakan faktor endogen dalam regulasi mekanisme
tidur-bangun. Jaras-jaras noradrenergik desenden yang mengarah ke bagian
dorsal medula spinalis berperan penting dalam menghambat transmisi sinyal
nyeri. Jalur inilah yang dimodifikasi pada teknik anastesi post-operatif
dengan clonidine epidural serta pada intratum analgesia
Substansia P

16
Substansia P merupakan neurotransmiter eksitatorik yang dilepaskan oleh
bagian terminal serabut saraf pembawa rangsang nyeri yang memiliki
ber-sinpas di substansia gelatinosa pada medula spinalis. Substansia P ini
berfungsi mengaktifasi neurokinin-1 G Protein coupled receptor.
Endorphine
Endorfin merupakan opioid endogen yang disekresikan oleh bagian
terminal dari serabut saraf pada hipofisis, talamus, hipotalamus, batang otak
dan medula spinalis. Endorfin berkerja pada reseptor μ opioid. Reseptor ini
merupakan reseptor yang sama tempat obat opioid berikatan ketika opioid
diadministrasikan ke dalam tubuh. Endorfin disekresikan setelah berolahraga
dan saat seseorang mengalami nyeri ataupun cemas. Endorfin akan
memfasilitasi pelepasan dopamin dan mengaktifasi jalur inhibitorik untuk
nyeri.
Serotonine
Serotonin (5-HT) terdapat dalam konsentrasi yang tinggi di otak.
Serotonin bekerja pada ligand-gated ion channels dan G protein-coupled
receptor. Reseptor serotonin berlokasi pada chemoreceptor trigger zone
(suatu area pada medulla oblongata yang menerima impuls yang berasal dari
obat-obatan di dalam darah serta berhubungan dengan pusat muntah di otak).
Reseptor serotonin ini dapat dihambat oleh obat-obatan sepertti ondansetron,
granisetron dan obat-obat anti-emetik lainnya.
Histamine
Histamin terdapat dalam konsentrasi yang tinggi pada hipotalamus dan
ARAS. Neuron yang mengandung histamin terdapat pada nukleus
tuberomammillary di hipotalamus diaman nukleus ini akan teraktivasi selama
fase bangun. Obat-obat antihistamin yang dapat menimbulkan efek sedasi
bekerja pada area ini dengan cara melewati sawar darah otak dan
menghambat kerja H1 G protein coupled receptor.

8. Bagaimana anatomi dan fisiologi dari Upper Motor Neuron (UMN) dan
Lower Motor Neuron (LMN)?
Jawab:

a. Anatomi
Upper Motor Neuron (UMN) adalah  neuron-neuron motorik yang
berasal dari korteks motorik serebri atau batang otak yang seluruhnya
(dengan serat saraf-sarafnya ada di dalam sistem saraf pusat. Berasal dari
area motorik girus presentralis dan bagian korteks lain, terutama area
premotorik lobus frontalis. Pada girus presentalis, bagian-bagian tubuh
direpresentasikan secara terbalik dengan daerah yang besar untuk kepala pada
bagian bawah, daerah besar untuk tangan di atas daerah untuk kepala
kemudian daerah yang lebih kecil untuk lengan, badan, tungkai, dan

17
perineum. Makin halus gerakan suatu bagian makin besar jumlah korteks
yang bertanggung jawab untuk itu.
Upper motor neuron membentuk traktur piramidalis. Terdiri dari serat
kortikonuklear yang berjalan hanya sampai batang otak, untuk berhubungan
dengan serat nervus kranialis yang memiliki fungsi motoric, dan serat
kortikospinal yang berjalan menuju medulla spinalis. Traktus piramidalis
berjalan ke bawah dan ke dalam melalui hemisfer serebri, dan kemudian
melalui otak tengah, pons, dan medulla onlongata, membentuk rigi panjang di
dalam medulla, pyramis, sesuai dengan namanya. Di dalam medulla,
sebagian besar serat menyilang ke sisi lain dan berjalan ke bawah dalam
kolumna anterior, tetapi mereka juga akan menyebrang. Berdasarkan hal itu,
satu sisi otak mengarahkan dan mengontrol gerakan sisi tubuh lain. Pada
medulla spinalis, serat motoric berakhir dengan bersinaps denga sel motoric
dalam kornu anterior substansia grisea.
Lower Motor Neuron (LMN)/ Sistem Motorik Perifer
Lower motor neuron (LMN) adalah neuron-neuron motorik yang berasal
dari sistem saraf pusat tetapi serat-serat sarafnya keluar dari sistem saraf
pusat dan membentuk sistem saraf tepi dan berakhir di otot rangka.Serabut-
serabut traktus ekstrapiramidalis beserta serabut-serabut aferennya memasuki
medulla spinalis melalui kornu posterior untuk berakhir langsung di badan sel
atau dendrit sel motor neuron alfa dan gamma atau melalui neuron
internunsial, asosiasi dan komisural aparat neuronal intrinsic medulla
spinalis. Di dalam kornu anterior, neuron-neuron ini tersusus dalam kolom-
kolom sesuai dengan susunan somatotropik. Pada daerah servikal neuron-
neuron kornu anterior kolom lateral akan meninervasi tagan dan lengan,
sedangkan bagian medialnya untuk otot leher dan toraks. Pada daerah lumbal,
neuron yng menginervasi kaki dan tngkai akan terletak pada kolom lateral.
Akson-akson dari kornu anterior medulla spinalis akan keluar sebagai serabut
radikular yang pada tiap-tiap segmen sebagai radiks anterior atau radiks
ventral. Tiap radiks anterior akan bergabung dengan radiks posterior  tepat di
bagian distal ganglion spinalis dan selanjutnya membentuk saraf spinalis
perifer. (Sherwood, 2014)
 
b. Fisiologi
Upper motor neuron dimulai dari otak hingga medulla spinalis. Jalur
secara deatilnya dimulai dari kortek otak yang berada di bagian girus
precentralis yang merupakan daerah motoric primer yang menghasilkan
gerakan secara sadar. Impuls dibawa dari korteks ini menuju darah thalamus
yang kemudian akan di relay ke daerah pons. Di Pons akan dilakukan
Koordinasi impuls agar gerakan yang dihasilakan bisa menjadi lebih akurat.
Kemudian turun ke bagian medulla dan kemudian akan bersilangan di daerah
piramidalis. Seusai bersilangan akson akan berlanjut ke daerah medulla
spinalis. Untuk Daerah traktus yang merupakan tempat berjalannya impuls
saraf motoric yang sadar berada di traktus CorticoSpinalis (Adam & Victor,
2009)

18
Lower motor neuron, impuls saraf akan dimulai dari corno anterior yang
merupakan pusat badan sel motoric yang berada di medulla spinalis, Impuls
akan bergerak di dalam akson yang mengarah ke daerah otot tertentu, impuls
yang dimaksud adalah sebagai gelombang depolarisasi yang dihasilkan oleh
badan sel di corno anterior. Sesampainya di akson terminal atau bongkol
sinap. Impuls depolarisasi ini akan meningkatkan potensial aksi yang terdapat
di bongkol sinap, hal tersebut membuat Voltage Sensitive Na+ Ion Channel
dan Voltage Sensitive Ca++ akan terbuka sehingga meninggkatkan potensial
aksi di bongko sinap hingga +30 mv dan terjadilah depolariasi di bongkol
sinap.
Depolarisasi sangat berpengaruh karena saat depolarisasi banyak ion Ca++
masuk ke dalam sel, dan ion Ca++ inilah yang akan membua vesikel
neurotransmitter dapat keluar ke celah sinap, dengan cara berhubungan
dengan beberapa protein khusus pada vesikel yaitu Synaptotagnin dan
Synaptobrevin. Ca++ juga akan berikatan dengan protein khusus di dalam
membran plasma bongkol sinap yaitu Snap25 dan Syntaxin. Ketika Ca++
hadir diantara kedua macam protein khusus ini nantinya akan membuat
Synaptotagnin dan Snap25 , Synaptobrevin dan Syntaxin saling berhubungan
dan akan akan saling menarik sehingga membuat jarak vesicle dengan
membran plasma semakin dekat, dan akhirnya akan berfusi dengan membran
plasma dan melakukan eksisitosis yang menyebabkan neurotransmitter keluar
ke celah sinaps.

19
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Gerak refleks disebabkan karena pengaruh rangsangan yang datang dari
luar tubuh dimana jalannya tidak sampai ke otak. Pada umumnya gerak refleks
berlangsung terhadap stimulus dari luar dan berlangsung dengan cepat atau
tiba-tiba. Gerakan ini juga terjadi di luar kesadaran kita (tidak didasarkan
kemauan). Secara sederhana reflex dapat diartikan sebagai jawaban terhadap
suatu rangsang.
Seperti yang telah dijelaskan pada bab di atas, jalan dari gerak refleks ini
adalah mulai dari stimulus diterima reseptor, kemudian impuls tersebut dibawa
oleh saraf sensorik (aferen) ke pusat saraf, diterima oleh sel saraf penghubung
(asosiasi/neuron konektor tanpa diolah di dalam otak dan langsung dikirim ke
saraf motorik (eferen) kemudian di terima oleh efektor maka terjadilah respon
atau tanggapan yang disebut lengkung refleks.

20
DAFTAR PUSTAKA

Guyton, A. C., Hall, J. E., 2014. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 12.
Jakarta : EGC
Sherwood, LZ., 2014. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi 8. Jakarta:
EGC
Tortora GJ, Derrickson BH. 2009. Vision. Principle of Anatomy and Physiology,
12th edition. Philadephia: John Wiley and Sons Publisher
Ikawati, Z. 2011. Farmakoterapi Penyakit Sistem Saraf Pusat. Bursa Ilmu :
Yogyakarta.
Kendall, K., Tao, L. (2014). Sinopsis Organ System Neurologi, Pendekatan
dengan Sistem Terpadu dan Disertai Kumpulan Kasus Klinik. Penerjemah
Hartono.A. Tangerang Selatan: Karisma Publishing Group.
Mann, F. A., dkk. 2017. Tuning Selectivity of Fluorescent Carbon Nanotube-
Based Neurotransmitter Sensors. Sensors ; vol 17, 1521
Park, S. N., dkk. 2020. High-Performance Conducting Polymer Nanotube-based
LiquidIon Gated Field-Efect Transistor Aptasensor for Dopamine Exocytosis.
Scientific Reports (Nature Publisher Group); London vol 10, 3722

21

Anda mungkin juga menyukai