Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PATOLOGI SISTEM SARAF/ NEUROLOGI

(Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah patologi klinik)

Dosen pengampu :

Dr.dinny sri utami S.POG

Disusun oleh :

Sinta Nuraenah Mahmudah

(2010105640)

Kelas :

IKP 3C semesster 5

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS SEBELAS APRIL SUMEDANG

2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya, sehingga
saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “patologi sistem saraf/neurologi“
dengan baik dan tepat pada waktunya.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah patologi klinik. Dengan adanya
makalah ini, diharapkan dapat membantu proses pembelajaran dan dapat menambah
pengetahuan bagi para pembaca. Dalam kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada Ibu Dr. Dinny sri utami S.POG selaku dosen pengampu mata kuliah
patologi klinik.

Penulis dapat menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyususnan makalah ini,
oleh karena itu penulis akan sangat menghargai kritikan dan saran untuk membangun
makalah ini lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan
dapat mengetahui tentang patologi sistem saraf/neurologi dengan baik.

Sumedang, 27 oktober 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................... i

DAFTAR ISI......................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................... 1

1.1 Latar belakang.......................................................................................................... 1


1.2 Rumusan masalah.................................................................................................... 1
1.3 Tujuan...................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................... 2
2.1 Pengertian sistem saraf............................................................................................ 2
2.2 Fungsi sistem saraf................................................................................................... 2
2.3 Konsep patologid/ penyakit-penyakit pada sistem saraf.......................................... 3
BAB III PENUTUP.............................................................................................................. 11
3.1 Kesimpulan ............................................................................................................. 11
3.2 Saran ....................................................................................................................... 11
Daftar pustaka...................................................................................................................... 12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Tubuh manusia merupakan satu kesatuan dari berbagai sistem organ. Suatu sistem organ
terdiri dari berbagai organ tubuh. Dalam melaksanakan kegiatan fisiologisnya diperlukan
adanya hubungan atau kerjasama antara alat-alat tubuh yang satu dengan yang lainnya.
Agar kegiatan sistem-sistem organ yang tersusun atas banyak alat itu berjalan dengan
harmonis (sensi), maka diperlukan adanya sistem pengendalian atau pengatur. Sistem
pengendalian itu disebut sebagai sistem koordinasi.
Tubuh manusia dikendalikan oleh sistem saraf, sistem indra dan sistem endokrin.
Pengaruh sistem saraf yakni dapat mengambil sikap terhadap adanya perubahan keadaan
lingkungan yang merangsangnya. Semua kegiatan tubh manuisa dikendalikan dan diatur
oleh sistem saraf. Sebagai alat pengendali dan pengatur kegiatan alat-alat tubuh, susunan
saraf pusat mempunyai kemampuan menerima rangsang dan mengirimkan pesan-pesan
rangsang atau impuls saraf ke pusat susunan saraf, dan selanjutnya memberikan tanggapan
atau reaksi terhadap rangsang tersebut. Impuls saraf tersebut dibawa oleh serabut-serabut
saraf.

1.2 Rumusan masalah


1. Apa yang dimaksud dengan sistem saraf ?
2. Apa fungsi saraf ?
3. Bagaimana Konsep patologis/ penyakit-penyakit pada sistem saraf ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari sistem saraf.
2. Untuk mengetahui apa saja fungsi saraf.
3. Untuk mengetahui konsep patologis/ penyakit-penyakit pada sistem saraf.

1
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian sistem saraf
Sistem saraf merupakan salah satu sistem dalam tubuh yang dapat berfungsi sebagai
media untuk berkomunikasi antar sel mauupun organ dan dapat berfungsi sebagai
pengendali berbagai sistem organ lain serta dapat memproduksi hormon. Berdasarkan
stuktur dan fugnsinya, sistem saraf secara garis besar dapat dibagi dalam sistem saraf
pusat dan sistem saraf tepi. Sistem saraf pusat terdiri dari otak dan medullla spinalis
yang mempunyai beragam pusat dengan fungsi yang berbeda-beda. Dalam sistem saraf
pusat ini terjadi berbagai proses analisis informasi yang masuk serta proses sintetis dan
mengintegrasikannya. Pada dasarnya proses tersebut bertujuan untuk mengendalikan
berbagai sistem organ yang lain sehingga terbentuk keluaran berupa perilaku makhluk
hidup.
Sistem saraf sangat berperan dalam iritabilitas tubuh. Iritabilitas adalah kemampuan
menanggapi rangsangan. Untuk menanggapi rangsangan, ada tinga komponen yang
harus dimiliki oleh sistem saraf, yaitu :
1. Reseptor
Adalah alat penerima rangsangan atau impuls . pada tubuh kita yang bertindak
sebagai reseptor adalah organ indera.
2. Konduktor (pengantar impuls)
Dilakukan oleh sistem saraf itu sendiri. Sistem saraf terdiri dari sel-sel saraf yang
disebut neuron.
3. Efektor
Adalah bagian tubuh yang menanggapi rangsangan. Efektor yang paling penting
pada manusia adalah otot dan kelenjar (hormon). Otot menanggapi rangsang yang
berupa gerakan tubuh, sedangkan hormon menanggapi rangsang dengan
meningkatkan/menurunkan aktifitas organ tubuh tertentu. Misalnya :
mempercepat/memperlambat denyut jantung, melebarkan/menyempitkan pembuluh
darah dan lain sebagainya.

2.2 Fungsi sistem saraf


1. Menerima informasi (rangsangan) dari dalam maupun dari luar tubuh melalui saraf
sensori. Saraf sensori disebut juga afferent sensory pathway.
2. Mengkomunikasikan informasi antara sistem saraf perifer dan sistem saraf pusat.

2
3

3. Mengolah informasi yang baik ditingkatkan medula spinalis maupun si otak untuk
selanjutnya menentukan jawaban atau respon
4. Mengantarkan jawaban secara cepat melalui saraf motorik ke organ-organ tubuh
sebagai kontrol atau modifikasi dari tindakan. Saraf motorik disebut juga efferent
motorik pathway.

2.3 Konsep patologis/ penyakit-penyakit pada sistem saraf


1. Parkinson
a. Pengertian penyakit parkinson adalah penyakit saraf progersif yang berdampak
terhadap responmesenfalon dan pergerakan regulasi. Penyakit ini bersifat lambat
yang menyerang usia pertengahan atua lanjut, dengan onset pada umur 50
sampai 60 an. Tidak ditemukan sebab genetik yang jelas dan tidak ada
pengobatan yang dapat menyembuhkannya.
b. Etiologi
Penyakit parkinson sering dihubungkan dengan kelainan neurotransmitter di
otak, faktor-faktor lainnya seperti :
 Definisi dopamin dalam substansi ngira di otak memberikan gejala
penyakit parkinson.
 Etiologi yang mendasarinya mungkin berhubungan dengan virus, genetik
tokisisitas atau penyebab lain yang tidak diketahui.
c. Patofisiologi pada kebanyakan klien, penyebab penykait tersebut tidak diketahui,
tetapi terlihat pada usia lanjut. Kondisi ini menyertai keracunan, toksisitas
( mangan, karbon monoksida) hipoksia atau dapat akibat pengaruh obat. Krisis
oliguri menyertai parkinsonisme jenis spasme otot-otot konjugasi mata. Gejala
klinis penyakit parkinson sebagai beirkut :
 Bradikinesia (pergerakan lambat)
 Hilang secara spontan
 Tremor yang menetap
 Tindakan dan pergerakan yang tidak tekrontrol
 Gangguan saraf otonom ( sulit tidur, berkeringat, hipotensi ortosatik,
depresi, demensia, wajah seperti topeng.
4

2. Alzheimer
a. Pengertian
Alzheimer merupakan penyakit dementia primer yang tersering. Penykait
alzheimer (AD) adalah penyakit yang bersifat degeneratif dan progresif pada
otak yang menyebabkan cacat spesifik pada neuron, serta mengakibatkan
gangguan memori, berfikir dan tingkah laku.
b. Etiologi
Penyebab penyakit alzheimer yang pasti saat ini belum diketahui. Sedangkan
usia dari riwayat keluarga adlah faktor resiko yang sudah terbukti untuk
penyakit alzheimer. Bila anggota keluarga ada yng menderita penyakit ini, maka
diklarifikasikan sebagai familiar atau alzheimer disease familial (FAD).
Penyakit alzheimer yang timbul tanpa diketahui ada riwayat familiarnya disebut
sporadic atau alzheimer disease sporadic (ADS). AD juga digambarkan sebagai
berikut :
1) Awitan dini (gejala pertama muncul sebelum 65 tahun, yaitu dalam
kisaran 30- 60 tahun). AD awitan dini jarang terjadi yaitu angka
kejadiannya 5% sampai 10%. AD awitan dini ini cenderung terjadi
dalam keluarga yaang diprcayai sebagai penyebab sebenarnya adalah
karena adanya mutasi gen yang diwariskan secara autosomal. Sejauh ini,
tiga gen awitan dini mutasi penyebab AD telah diidentifikasi pada tiga
kromosom yang berbeda. Yaitu kromosom no. 21, 14 dan 1.
2) Awitan lambat ( gejala pertama muncul pada usia lebih dari 65 tahun).
Para ahli mengemukakan bahwa lebihdari satu gen yang terlihat dalam
meningkatkan resiko seorang untuk terkena AD awitan lambat. Penyakit
alzheimer dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut :
 Faktor genetik
 Faktor infeksi
 Faktor lingkungan
 Faktor immunologis
 Faktor utama
 Faktor neurontransmitter
c. Tanda dan gejala
1. Kehilangan daya ingat/ memori
5

2. Kesulitan melakukan aktifitas rutin yang biasa seperti tidak tahu bagaimana
cara membuka baju atau tidak tahu urutan-urutan menyiapkan makanan.
3. Kesulitan berbahasa.
4. Disorientasi waktu dna tempat.
5. Penurunan dalam memutuskan sesuatu atau fungsi eksekutif. Misalnya tidak
dapat memutuskan mengguanakan baju hangat untuk cuaca dingin atau
sebaliknya.
6. Salah menempatkan barang.
7. Perubahan tingkah lagu.
8. Perubahan perilaku.
9. Kehilangan

3. Bell’s palsy
a. Pengertian
Bell’s palsy atau prosoplegia adalah kelumpuhan fisialis tipe lower motor
neuron akibat paralisis nervus fasial perifer yang terjadi secara akut dan
penyebabnya tidak dapat diketahui (idiopatik) di luar sistem saraf pusat tanpa
disertai adanya penyakit neurologis lainnya.
Paralisis fasial idiopatik atau bell’s palsy ditemukan oleh Sir Charles Bell,
dokter dari skotlandia. Bell’s palsy sering terjadi setelah infeksi virus atau
setelah imunisasi, lebih sering terjadi pada wanita hamil dan penderita diabetes
serta penderita hipertensi. Bukti-bukti dewasa ini meunjukan bahwa Herpes
Simpleks tipe I berperan pada kenyataan kasus. Berdasarkan temuan ini, bell’s
palsy tidak tepat lagi dan mungkin lebih baik menggantinya dengan istilah
paralisis fasial herpes simpleks atau paralisis fasial herpetik.
Lokasi cedera nervus fasialis [ada bell’s palsy adalah dibagian perifer nukleus
nervus VII. Cedera tersebut terjadi di dekat ganglion genikulatum. Salah atu
gejalaa bell’s palsy adalah kelopak mata sulit menutup dan saat penderita
berusaha menutup kelopak matanya, matanya berputar ke atas dan matanyanya
tetap kelihatan. Gejala ini juga disebut senomena bell. Pada observasi dapat
dilihat juga bahwa gerakan kelopak mata yang tidak sehat lebih lambat jika
dibandikan dengan gerakan bola mata yang sehat.
b. Etiologi
6

Diperkirakan, penyebab bell’s palsy adalah virus. Akan tetapi , baru beberapa
tahun terakhir ini dapat dibuktikan etiologi ini secara logis karena pada
umumnya kasus bell’s palsy sekian lama dianggap idiopatik. Tlah diidentifikasi
gen herpes simpleks virus (HSV) dalam ganglion genikulatum penderita bell’s
palsy. Dulu masuk angin ( misalnya hawa dingin, AC atau meyetir mobil dengan
jendela terbuka) dianggap sebagai salah satu pemicu bell’s palsy. Akan tetapi,
sekarang mulai diyakini HSV sebagai penyebab bell’s palsy. Tahun 1972, mc
Cromick pertama kali mengusulkan HSV sebagai penyebab paralisis fasial
idiopatik. Dengan analogi bahwa HSV ditemukan pada keadaan masuk angin
(panas dalam, cold sore) dan beliau memberikan hipotesis bahwa HSV bisa tetap
laten dalam ganglion genikulatum. Sejak saat itu, penelitian biopsi
memperlihatkan adanya HSV dalam ganglion genikulatumpasien bell;s palsy.
c. Patofisiologi
Para ahli menyebutkan bahwa bell’s palsy hampir selalu terjadi secara unilateral.
Namun demikian dalam jarak waktu satu minggu atau lebih dapat terjadi
paralysis bilateral. Penyakit ini dapat berulang atau kambuh. Patofisiologinya
belum jelas, tetapi salah satu teori menyebutkan terjadinya proses inflamasi pada
nervus fasialis yang menyebabkan peningkatan diameter nervus fasialis sehingga
terjadi kompresi dari saraf tulang temporal melalui tulang temporal. Perjalanan
nervus fasialis keluar dari tulang temporal melalui kanalis fasialis yang
mempuyai bentuk seperti corong yang menyempit pada pintu keluar sebagai
foramen mental. Dengan bentukan kanalasis yang unik tersebut, adanya
inflamasi demynlisasi atau iskemik dapat menyebabkan gangguan di lintasan
supranuklear, nuklear dan infranuklear. Lesi supranuklear bisa terletak didaerah
wajah korteks motorik primer atau jaras kortikobulbar ataupun dilintas asosiasi
ynag berhubungan dengan daerah somatrotopik wajah di korteks motorik primer.
Karena adanya suatu proses ynag dikenal awam sebagai “masuk angin” atau
dalam bahasa inggri “cold” paparan udara dingin seperti angin kencang, AC,
atau mengemudi dengan jendela terbuka diduga salah satu penyebabnya bell’s
palsy. Karena itu nervus fasialis bisa sembab, ia terjepit di dalam foramen
stilomastoideus dan enimbulkan kelumpuhan fasilais LMN. Pada lesi LMN bisa
terletak di spons, disudut screbelopontin, di os pctrosum atau kavum timpani, di
foramen stilomastoideus dan pada cabang-cabang tepi nervus fasialis. Lesi di
spons yang terletak didaerah sekitarinti nervus abdusens dan fasikulus
7

longitudinamgisi medialis. Karena itu nervus fasialis LMN tersebut akan disertai
kelumpuhan muskulus rektus lateralis atau gerakan melirik ke arah lesi. Selain
itu, paralisis nervus fasialis LMN akan timbul bergandengan dengan tuli
perseftif ipsilateral dan ageusia (tidak bisa mengecap denga 2/3 bagian tubuh
depan lidah). Kelumpuhan pada bell’s palsy akan terjadi bagian atas dan bawah
dari otot wajah seluruhnya lumpuh. Dahi tidak bisa dikerutkan, fisura pallfebra
tidak dapat ditutup dan pada usahan untuk memejamkan mata terlihatlah mata
yang berbalik ke atas. Sudut mulut tidak bisa diangkat. Bibir tidak bisa
dicucurkan dan platisma tidak bisa digeerakkan. Karena lagoftalmos, maka air
mata tidak bisa disalurkan secara wajar sehingga tertimbun disitu.
d. Tanda dan gejala
Pada awalnya penderita merasakan ada kelainan di mulut pada saat bangun tidur,
menggosok gigi atau berkumur, minum atau berbicara. Setelah adanya kelainan
didaerah mulut mereka memperhatikannya lebih cermatd engan mengguakan
cermin.
Mulut tampak moncong terlebih pada saat meringis, kelopak matatidak dapat
dipejamkan, waktu penderita disuruh menutup kelopak matanya maka bola mata
tampak berputar ke atas (bell). Penderita tidak dapat bersiul atau meniup,
apabila berkumur atau maka air keluar. Melalui sisi mulut yang lumpuh.

4. Demensia
a. Pengertian
Demensia merupakan sindrom yang ditandai oleh berbagai gangguan fungsi
kognitif tanpa gangguan kesadaran. Demensia adalah gangguan kronis dengan
awitan lambat dan biasanya berprognosis buruk. Demensia adalah dimana
seseorang mengalami penurunnan kemampuan daya ingat dan daya pikir dan
kemampuan-kemampuan tersebut menimbulkan gangguan terhadap fungsi
kehdiupan sehari-hari. Demensia dikenal sebagai keadaan organis kronika atau
sindroma otak kronika atau kegagalan otak.
b. Etiologi
Demensia disebabkan oleh :
1) Kondisi akut yang tidak diobati atau tidak dapat disembunyikan, bila
kondisi akut yang menyebabkan delirium atau tidak dapat diobati,
8

terdapat kemungkinan bahwa kondisi ini akan menjadi kronik dan


karenanya dapat dianggap sebagai dmenesia.
2) Penyakit vasjular, seperti hipertensi, arteriosklerosis dan dapat
menyebabkan stroke.
3) Penyakit parkinson, demensia menyerang 40% dari pasien-pasien ini.
4) Penyakit pron (protein yang terdapat dalam proses infeksi penyakit
creutzfeldt-Jacob).
5) Infeksi human immuno defisiensi virus (HIV) dapat menyerang sistem
saraf pusat, menyebabkan ensepalofati HIV atau kompplekatau komplek
demensia AIDS
6) Gangguan stuktur jaringan otak,s eperti tekanannormal hidrosefalus dan
cedera akibat trauma kepala.
c. Patofisiologi
Perjalanan penyakit klasik pada demensia adalah ada tawitan (onset)yang
dimulai pada usia 50-60 an dan perburukan yang bertahap dalam 5 atau 10
tahun, yang seringa berakhir dengan kematian. Uasia awitan dan kecepatan
perbururkan bervariasi antara jenis-jenis demensia dan kategori diagnostik
Masing-masing individu. Usia harapan hidup pada pasien dengan demensia tipe
alzheimer adalah sekitar 8 bulan, dengan rentang1-20 tahun.
d. Tanda dan gejala
 Gangguan daya ingat
 Perubahan kepribadian
 Orientasi
 Gangguan bahasa
 Psikosis
 Mudah tersinggung, bermusuhan
 Gangguan lain : psikiatrik, neurologis, reksi katastropik, sindroma
sundowner
 Keuslitan mengatur pengguanaan keuangan
 Tidak bisa pulang ke rumah bila berpergian
9

5. Multiple sklerosis
a. Pengertian
MS adalah penyakit degenerasi sistem saraf pusat (SSP) kronis yang meliputi
kerusakan mielin ( material lemak dan protein dari selaput saraf). MS secara
umum dianggap sebagai penyakit autoimun, dimana sistem imnun tubuh sendiri,
yang normalnya bertanggung jawab untuk mempertahankan tubuh terhadap
penyakit virus dan bakteri dengan alasan yang tidak diketahui mulai menyerang
jaringan tubuh normal. Pada kasus ini menyerang sel yang membentuk mielin.
MS merupakan penyakit kronis dimana terjadi demielinasi ireguler pada susunan
saraf pusat yang mengakibatkan berbagai derajat penurunan motorik. MS
merupakan penyakit kronis dari sistem pusat degeratif dikarakteristikkan oleh
adanya bercak kaecil demielinassi pada otak dan medula spinal.
b. Etiologi
1) Gangguan autoimun (kemungkinan dirangsang/ infeksi virus)
2) Kelainan pada unsur pokok lipid mielin
3) Racun yang beredar dalam CSS
4) Infeksi virus pada SSP ( morbili, destemper anjing)
c. Tanda dan gejala
1) Kelelahan
2) Kehilangan keseimbangan
3) Lemah
4) Kebas, kesemutan
5) Kerusakan koordinasi
6) Gangguan penglihatan-diplobia, buta parsial/total
7) Kelemahan ekstremitas spastik dan reflek abdomen.
8) Depresi
9) Afaksia

6. Epilepsi
a. Pengertian
Epilepsi yaitu gangguan neurologis umum kronis yang ditandai dengan kejang
berulang tanpa alasan, kejang sementara dan/ atau gejala dari aktivitas neuronal
yang abnormal, berlebihan atau sinkron di otak. Saraf di otak berfungsi sebagai
koordinator dari semua pergerakan seperti penglihatan, peraba, bergerak dan
10

berpikir. Pada penderita epilepsi, sistem saraf di otak mengalami gangguan,


sehingga koordinasi dari sistem saraf di otak tidak dapat mengirimkan sinyal ke
sistem panca indera. Terganggunya pengiriman sinyal ke sistem panca indra
epilepsi dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti pernah mengalami trauma
kepala berupa benturan atau cedera dibagian kepala, atau menderita tumor otak
pada saat dilahirkan.
b. Etiologi
Penyebab paling umum dari epilepsi adalah cedera kepala, infeksi, otak
ensefalitis, meningitis dan demensia. Epilepsi sebagai akibat dari infeksi malaria
dan TBC merupakan penyebab yang agak umu. Secara khusus di imdia,
konsumsi makannpenuh dengan telur cscing pita merupakan penyebab utama
epilepsi. Larva dari telur ini memasuki aliran darah setelah menetas.
c. Tanda dan gejala
 Kejang
 Hilang kesadaran
 Menatap kosong dan tidak merespon
 Menunukan perilaku tidak biaa
 Otot ubuh kaku dan malah melemah
 Mengalami masalah pada panca indera
11

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sistem saraf adalah sistem organ pada manusia yang terdiri atas sel neuron yang
mengkoordinasikan aktifitas otot, monitor organ, membentuk atau menghentikan
masukan dari indera dan mengaktifkan aksi. Komponen utama dalam sistem saraf
adalah neuron yang diikat oleh sel-sel neuroglia, neuron memainkan peranan pentinng
dalam koordinasi. Sistem saraf tepi. Sistem saraf sangat berperan dalam iritabilitas
adalah kemampuan menanggapi rangsangan.

3.2 Saran
Saya menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak terdapat kekurangan baik
dari segi penulisan maupun penyusunannya, sehingga dengan besar hati saya
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun, agar memberikan motivasi
dalam usaha memperbaiki kesalahan-kesalahan agar dapat jauh lebih baik untuk
pembuatan makalah kedepannya.
Daftar pustaka

Rahayu, U. B., & Supriyadi, A. (2019). Fisioterapi Neurologi pada Sistem Saraf Pusat.
Fisioterapi Neurologi pada Sistem Saraf Pusat | Catholic University of De La Salle Manado
(unikadelasalle.ac.id)

Mujaddidah, N. (2017). Tinjauan Anatomi Klinik dan Manajemen Bell's Palsy. Qanun
Medika-Medical Journal Faculty of Medicine Muhammadiyah Surabaya, 1(02). journal.um-
surabaya.ac.id/index.php/qanunmedika/article/view/634

Marcos, H., & Kusumastuti, G. (2016). Sistem Spesialis Diagnosis Penyakit Saraf Pusat
dengan Metode Forward Chaining. Jurnal Teknik Elektro, 8(2), 23-24. Paper Title (use style:
paper title) (amikompurwokerto.ac.id)

Jafar, Y. (2017). Tatalaksana multiple sclerosis. Cermin Dunia Kedokteran, 44(3), 180-183.
Mengenali Multiple Sclerosis – Dokter Imun

Maryanti, N. C. W. (2016). Epilepsi dan budaya. Buletin Psikologi, 24(1), 23-32. article.php
(kemdikbud.go.id)

Purba, J. S. (2020). Inflamasi dalam Patologi Penyakit Alzheimer. Medicinus, 33(3), 65-
71.MR1_Inflamasi Alzheimer.pdf (medicinus.co)

12

Anda mungkin juga menyukai